13 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori dan Konsep
2.1.1
Investasi
Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk
dimasukan ke aktiva produktif selama periode waktu tertentu. Dengan adanya aktiva
yang produktif, penundaan konsumsi sekarang untuk diinvestasikan ke aktiva yang
produktif tersebut akan meningkatkan utility total (Hartono,2013:5). Umumnya
investasi dibedakan menjadi dua, yaitu: investasi pada aset-aset finansial dan
investasi pada aset-aset riil (Halim,2005:4). Investasi pada aset-aset finansial adalah
berupa saham, obligasi , ataupun deposito. Sedangkan investasi pada aset-aset riil
dapat berupa emas, tanah, mesin, ataupun bangunan. Dan sebagai alternatif lain
investasi kini juga dapat dilakukan di pasar modal. Ada beberapa alasan mengapa
seseorang melakukan investasi, antara lain adalah :
1)
Mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang.
Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana cara meningkatkan taraf
hidupnya dari waktu ke waktu atau setidak-tidaknya bagaimana berusaha
untuk mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak
berkurang di masa yang akan datang.
13
2)
Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam memilih
perusahaan atau objek lain, seseorang dapat menghindarkan diri agar
kekayaan atau harta miliknya tidak merosot nilainya karena digerogoti oleh
inflasi.
3)
Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak
melakukan kebijakan yang sifatnya mendorong tumbuhnya investasi di
masyarakat melalui fasilitas perpajakan yang diberikan kepada masyarakat
yang
melakukan
investasi
pada
bidang-bidang
usaha
tertentu
(Ahmad,2004:3).
2.1.2
Pasar Modal
Menurut Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995, definisi pasar
modal (capital market) adalah “kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum
dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitakannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Darmadji
(2012:1) mengartikan pasar modal sebagai tempat diperjualbelikannya berbagai
instrumen keuangan jangka panjang, seperti utang, ekuitas (saham), instrumen
derivatif, dan instrumen lainnya.
Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi
lain (misalnya pemerintah) sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Pasar modal
memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait
lainnya. Dengan adanya pasar modal, aktivitas perekonomian diharapkan meningkat
14
karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan, agar
perusahaan dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar (Fama, 1989).
Husnan (2009:4) menyatakan bahwa alasan dibentuknya pasar modal adalah
untuk mempertemukan kedua belah pihak yaitu lender dan borrower, dimana lender
adalah seseorang yang memiliki kelebihan uang, ataupun orang yang tidak
memerlukan modalnya untuk saat ini, tapi mereka ingin meraih keuntungan dalam
jangka panjang. Borrower adalah seseorang atau pihak/lembaga yang sedang
membutuhkan dana dengan secepatnya sehingga mereka menerbitkan surat yang bisa
memberikan mereka modal dari uang para investor dengan syarat mereka
memberikan sebagian keuntungan yang telah dibuat.
Menurut Raharjaputra (2009:29), lembaga-lembaga yang menjadi pelaku
pasar modal adalah sebagai berikut:
1)
Emiten
Emiten adalah perusahaan yang membutuhkan dana melalui pasar
modal. Melalui pasar modal tersebut, perusahaan dapat memperoleh dana
jangka panjang, baik berupa modal sendiri (equity) maupun melalui modal
pinjaman baik pada pasar perdana (initial public offering) maupun pada pasar
berikutnya.
2)
Pemodal (Investor)
Investor adalah seseorang atau pihak yang menanamkan modalnya
secara langsung, membangun pabrik, memiliki sumber daya manusia, dan
memproduksi barang dan jasa untuk dijual ke masyarakat.
15
3)
Lembaga Penunjang
Keberadaan lembaga penunjang merupakan salah satu faktor penting
berkembangnya pasar modal. Lembaga penunjang yang menyediakan jasanya
bagi para emiten dan pemilik modal meliputi: penjamin emisi, penunjang
(guarantor), wali amanat, perantara perdagangan efek (pialang/broker),
pedagang efek, perusahaan surat berharga, dan perusahaan pengelola dana.
4)
Kantor (Biro) Administrasi Efek
Kegiatan kantor administrasi efek adalah sebagai berikut:
a. Membantu emiten dan penjamin emisi dalam rangka emisi efek. Bantuan
ini dalam bentuk mencetak sertifikat saham emiten, mencatat permohonan
pembelian efek pada pasar perdana, dan sebagainya.
b. Melaksanakan kegiatan untuk menyimpan dan pengalihan hak atas saham
para pemodal.
c. Menyusun daftar pemegang saham dan perubahannya untuk melakukan
pembukuan pemegang saham dan diserahkan oleh emiten kepada kantor
administrasi efek.
d. Menyiapkan koresponden emiten kepada para pemegang saham, seperti
menyampaikan panggilan RUPS termasuk pemberitahuan pembayaran
dividen.
e. Membuat laporan-laporan lainnya bila diminta instansi berwenang seperti
Bapepam-LK.
16
2.1.3
Saham
Saham adalah salah satu bentuk investasi di pasar modal dan dapat
didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam
suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang
menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa
besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhruddin,
2001:5).
Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham
(stock). Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini disebut
dengan saham biasa (common stock). Untuk menarik investor potensial lainnya, suatu
perusahaan mungkin juga mengeluarkan kelas lain dari saham, yaitu yang disebut
dengan saham preferen (preferred stock) (Hartono,2013:141).
1)
Saham biasa
Saham biasa (common stock) adalah surat berharga yang dijual oleh
suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan
sebagainya) dimana pemegangnya diberi hak untuk mengikuti Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
(RSUPSLB) serta berhak untuk menentukan membeli right issue (penjualan
saham terbatas) atau tidak. Pemegang saham ini di akhir tahun akan
memperoleh keuntungan dalam bentuk dividen.
17
2)
Saham istimewa
Saham istimewa (preferred stock) adalah surat berharga yang dijual
oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan
sebagainya) dimana pemegangnya akan memperoleh pendapatan tetap dalam
bentuk dividen yang akan diterima setiap kuartal (tiga bulan).
2.1.4
Return Investasi
Di dalam konteks investasi, return atau imbal hasil diartikan sebagai hasil
keuntungan atau kerugian yang diperoleh investor dari kegiatan investasinya, oleh
karena itu sudah menjadi hal umum bagi investor bahwa tujuan dilakukannya
investasi yaitu memaksimalkan return tersebut (Halim, 2015:25). Tandelilin
(2010:102) menyatakan bahwa, return merupakan salah satu faktor yang memotivasi
investor berinvestasi dan merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung
risiko yang dihadapinya. Return dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu return
realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return).
Return realisasi merupakan return yang telah terjadi, yang dapat dihitung
menggunakan data-data historis. Return realisasi ini dapat digunakan sebagai
pengukur kinerja perusahan, karena kita dapat melihat dan menilai kefektifan dan
kefisienan suatu perusahaan dari sudut pandang investasi. Return realisasi diukur
dengan dengan return total (total return), return relatif (relative return), return
kumulatif (cumulative return), dan return yang disesuaikan (adjusted return)
(Hartono, 2010). Sedangkan return ekspektasi (expected return) adalah return yang
18
diharapkan akan di peroleh investor di masa yang akan datang. Perhitungan return ini
bisa menggunakan peluang (probability) maupun rata-rata dari return dari suatu
periode.
2.1.5
Risiko Investasi
Pada umunya investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan, dan setiap
kegiatan umunya hanya mempunyai dua hasil, yaitu hasil yang positif dan negatif,
hasil yang negatif ini disebut risiko. Menurut Hanafi (2009:1) risiko bisa
didefinisikan dengan berbagai cara, akan tetapi pada hakekatnya risiko merupakan
suatu kejadian yang merugikan atau peluang terjadinya kejadian yang tidak di
inginkan. Dalam dunia investasi, risiko diartikan sebagai adanya perbedaan antara
return yang diharapkan (expected return) dengan return realisasi (realized return).
Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin besar risiko yang harus
ditanggung, semakin besar return yang harus di kompensasikan (Hartono, 2013:257).
Halim (2009) juga menemukan bahwa return selalu berkorelasi dengan risiko, itu
berarti jika investor menginginkan return yang tinggi, investor akan menghadapi
risiko yang tinggi juga.
2.1.6
Portofolio
Portofolio merupakan kombinasi atau gabungan atau sekumpulan aset, baik
berupa aset riil maupun aset finansial yang dimiliki oleh investor. Konsep dasar yang
dinyatakan dalam portofolio adalah bagaimana mengalokasikan sejumlah dana
19
tertentu pada bebagai jenis investasi yang akan menghasilkan keuntungan optimal
(Harold, 1998). Pembentukan portofolio yang efisien, perlu dibuat beberapa asumsi
mengenai perilaku investor dalam membuat keputusan investasi.
Asumsi yang wajar adalah investor cenderung menghindari risiko (risk
adverse) (Stambaugh, 1996). Investor penghindar risiko adalah investor yang jika
dihadapkan pada dua investasi dengan penghambatan diharapkan yang sama dan
risiko yang berbeda, maka ia akan memilih investasi dengan tingkat risiko yang lebih
rendah, (Fabozzi, 2001:63). Portofolio efisien adalah portofolio yang memberikan
return ekspektasi terbesar dengan tingkat resiko yang sudah pasti atau portofolio
yang mengandung risiko terkecil dengan return ekspektasi yang sudah pasti
(Jogiyanto, 2003:180). Jika seorang investor memiliki beberapa pilihan portofolio
yang efisien, maka portofolio yang paling optimal yang akan dipilihnya.
Portofolio optimal dapat dibentuk dengan menggunakan Model Indeks
Tunggal ataupun Model Markowitz. Untuk menentukan portofolio yang optimal
dengan model-model ini, yang pertama kali dibutuhkan adalah menentukan portofolio
yang efisien, semua portofolio yang optimal adalah portofolio yang efisien. Investor
yang menyukai risiko akan memilih portofolio dengan return yang tinggi dengan
membayar risiko yang juga lebih tinggi dibandingkan dengan investor yang kurang
menyukai risiko (Jogiyanto,2003:189).
20
2.1.7
Return Portofolio
Return portofolio adalah return investasi dalam berbagai instrumen keuangan
selama suatu periode tertentu (Samsul, 2006:304). Harapan investor melalui
portofolio adalah return yang tinggi sedangkan biaya yang ingin diminimalkan yaitu
perubahan dari return. Perhitungan portofolio juga memerlukan adanya perhitungan
return dan risiko.
Sumber-sumber return investasi meliputi 2 komponen utama, yaitu yield dan
capital gain/loss. Yield merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima secara
periodik dari suatu investasi yang hasilnya dinyatakan dalam presentase modal yang
ditanamkan, apabila kita berinvestasi pada saham, maka yieldnya bisa dilihat dari
dividen yang dibayarkan perusahaan. Sedangkan capital gain/loss adalah perubahan
harga sekuritas, karena kita bisa mendapatkan keuntungan atau kerugian dari
perubahan harga tersebut (Tandelilin, 2010:104).
2.1.8
Risiko Portofolio
Risiko portofolio adalah risiko investasi dari sekelompok saham dalam
portofolio atau sekelompok instrumen keuangan dalam portofolio. Risiko portofolio
dapat dihitung sebagai risiko harian, risiko mingguan, risiko bulanan, dan risiko
tahunan. Terdapat dua ukuran yang digunakan sebagai risiko, yaitu standar deviasi
dan beta saham. Standar deviasi menggambarkan gejolak return saham dari return
rata-rata. Gejolak return tersebut dapat bersifat positif, yaitu berada di atas return
rata-rata,
atau
bersifat
negatif,
yaitu
21
berada
di
bawah
return
rata-rata.
(Samsul,2006:305). Dalam teori portofolio modern telah diperkenalkan bahwa risiko
investasi total dapat dipisahkan menjadi dua jenis risiko tertentu dapat dihilangkan
dengan diversifikasi atau tidak. Menurut Bakri (2014) kedua jenis risiko tersebut
adalah risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis atau dikenal
dengan risiko pasar, merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi
di pasar secara keseluruhan.
Perubahan pasar tersebut akan mempengaruhi variabilitas return suatu
investasi. Dengan kata lain, risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat di
diversifikasi. Sedangkan, risiko tidak sistematis atau dikenal dengan risiko spesifik
adalah risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan. Risiko
spesifik (risiko perusahaan) lebih terkait pada perubahaan kondisi mikro perusahaan
penerbit sekuritas. Dalam manajemen portofolio disebutkan bahwa risiko perusahaan
bisa diminimalkan dengan melakukan diversifikasi aset dalam suatu portofolio
(Tandelilin,2010: 102).
2.1.9
Diversifikasi
Investor perlu melakukan diversifikasi untuk menurunkan risiko portofolio
yaitu dengan membentuk portofolio sedemikian rupa sehingga risiko dapat
diminimalkan tanpa mengurangi
return
yang diharapkan
(Pandya, 1998).
Diversifikasi dapat dilakukan dengan dua cara (Tandelilin, 2010:116)
1)
Diversifikasi random, yaitu memilih aset yang akan dimasukan ke dalam
portofolio secara acak.
22
2)
Diversifikasi Model Markowitz, yaitu memilih aset yang akan dimasukan
dalam portofolio berdasarkan berbagai informasi dan karakteristik aset.
Diversifikasi dapat dilakukan dengan cara yang paling mudah yaitu dengan
memasukan semua kelas aset ke dalam portofolio atau dengan memfokuskan hanya
pada satu kelas aset. Konstribusi penting dari ajaran Markowitz adalah bahwa risiko
portofolio tidak boleh dihitung dari penjumlahan semua risiko aset-aset yang ada
dalam portofolio, tetapi harus dihitung dari konstribusi risiko aset tersebut terhadap
risiko portofolio atau diistilahkan dengan kovarian. Kovarian adalah suatu ukuran
absolut yang menunjukan sejauh mana return dari dua sekuritas dalam portofolio
cenderung untuk bergerak secara bersama-sama.
Diversifikasi menurut Jacko (2004) dapat mengurangi varian dari aset-aset
dalam kaitannya dalam hukum bilangan besar. Dalam kaitannya dengan jumlah
saham yang akan dijadikan portofolio, terdapat hubungan nonlinier antara kinerja
portofolio dengan jumlah saham yang dimasukkan dalam portofolio, dimana jika
jumlah saham yang dimasukan terlalu banyak maka akan dapat menambah
kemungkinan terjadinya risiko pada portofolio yang terbentuk sehingga hal tersebut
dapat mengurangi kinerja portofolio. Selain itu, investor juga harus memperhitungkan
seberapa sering suatu saham terdaftar dalam indeks, karena hal tersebut dapat
mencerminkan kinerja serta tingkat likuiditas saham tersebut.
23
2.1.10
Model Pembentukan Portofolio
Investor dalam membentuk portofolio optimal dapat melakukan analisis
portofolio, yaitu sebuah bidang ilmu yang khusus mengkaji tentang bagaimana cara
yang dilakukan oleh investor untuk menurunkan risiko dalam berinvestasi secara
seminimal mungkin (Irham dan Yovi, 2011:2). Menyusun portofolio optimal
merupakan salah satu cara investasi untuk meminimalkan risiko dan memaksimalkan
return (Rahmasita et al, 2014). Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam
pembentukan portofolio optimal adalah dengan
Model Indeks Tunggal. Model
Indeks Tunggal dikembangkan oleh William Sharpe. Model ini mengaitkan
perhitungan return setiap aset pada return indeks pasar. Perhitungan return sekuritas
dalam Model Indeks Tunggal melibatkan dua komponen utama yaitu sebagai berikut
(Tandelilin, 2010:132) :
1)
Komponen
return
yang terkait
dengan keunikan perusahaan
yang
dilambangkan dengan α.
2)
Komponen return terkait dengan pasar yang dilambangkan dengan β.
Salah satu konsep penting dalam Model Indeks Tunggal adalah terminology β
(beta). β (beta) merupakan ukuran kepekaan return sekuritas terhadap return pasar.
Semakin besar β (beta) suatu sekuritas, semakin besar kepekaan return sekuritas
tersebut terhadap perubahan return pasar. Asumsi yang dipakai dalam Model Indeks
Tunggal adalah bahwa sekuritas akan berkorelasi hanya jika sekuritas-sekuritas
tersebut mempunyai respons yang sama terhadap return pasar. Sekuritas akan
24
bergerak menuju arah yang sama hanya jika sekuritas-sekuritas tersebut memiliki
hubungan yang sama terhadap return pasar (Tandelilin, 2010:133).
Model Indeks Tunggal menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut
(Jogiyanto,2000:27) :
1)
Kesalahan residu dari sekuritas ke-i tidak berkovarian (berkorelasi) dengan
kesalahan residu sekuritas ke-j atau ei tidak berkorelasi dengan ej.
2)
Return indeks pasar (Rm) dan kesalahan residu untuk setiap sekuritas (ei)
merupakan variabel acak sehingga kesalahan residu setiap sekuritas (ei) tidak
berkorelasi dengan return indeks pasar (Rm).
Model Indeks Tunggal didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari suatu
sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar (Jogiyanto,2003). Hasil dari
Model Indeks Tunggal dapat digunakan sebagai input analisis portofolio, dan dapat
juga digunakan secara langsung untuk analisis portofolio. Model Indeks Tunggal
ternyata bisa menyederhanakan perhitungan risiko portofolio Model Markowitz yang
sangat kompleks menjadi perhitungan sederhana, bahkan mampu mengurangi
dimensi permasalahan portofolio secara dramatis dan membuat perhitungan
portofolio menjadi sangat sederhana (Sharpe,1964). Perhitungan komputer selama 33
menit dengan menggunakan Model Markowitz, ternyata hanya membutuhkan waktu
30 detik dengan menggunakan Model Indeks Tunggal.
25
2.1.11
Indeks LQ 45
Indeks LQ 45 merupakan indeks saham dari 45 saham perusahaan publik
yang dapat diperjualbelikan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks ini mencakup 45
saham yang paling likuid, (memiliki tingkat transaksi perdagangan yang tinggi) dan
memiliki nilai kapitalisasi pasar yang besar, dan sejak tanggal 13 juli 1994. Indeks ini
ditetapkan memiliki perhitungan nilai indeks sebesar 100 sebagai nilai dasar. Indeks
LQ 45 akan disesuaikan dengan likuiditas saham perusahaan masing-masing setiap 6
bulan, sehingga indeks ini akan memperbaharui daftar sahamnya sesuai dengan
kondisi saham di periode tersebut.
Indeks ini diterbitkan untuk memudahkan para investor untuk mengetahui
saham-saham
yang
mana
saja
yang
berpotensial
bagi
masyarkat
untuk
menginvestasikan modalnya. Pertimbangan-pertimbangan yang mendasari pemilihan
saham untuk dimasukkan dalam indeks ini adalah sebagai berikut:
1)
Saham tersebut harus terdaftar di Bursa Efek Indonesia minimum selama 3
bulan.
2)
Selanjutnya, saham dirangking berdasarkan rata-rata aktivitas transaksinya
selama 12 bulan terakhir. Saham yang berada di 60 urutan teratas akan
menjadi dasar penentuan Indeks LQ 45.
3)
30 saham teratas dari daftar yang berdasarkan rata-rata aktivitas aktivitas
transaksi, secara otomatis masuk ke Indeks LQ 45.
4)
Selanjutnya, untuk 30 saham yang tersisa, akan diseleksi 15 saham
berdasarkan proses-proses berikut ini:
26
a.
Memilih 25 saham berdasarkan jumlah hari perdagangan aktif di pasar
reguler.
b.
Dari 25 saham tersebut, dipilih 20 saham berdasarkan frekuensi
transaksi di pasar reguler.
c.
Dari 20 saham tersebut, dipilih 15 saham berdasarkan nilai
kapitaliasasi pasar.
5)
Selain dari kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar, Indeks LQ 45 juga
memperhitungkan kualifikasi saham berdasarkan kondisi keuangan dan
prospek pertumbuhan perusahaan.
27
Download