Disampaikan dalam Acara Dharmatula di Pura Jagat Guru Minggu, 15 November 2015 Om Swastyastu Sampurasun Hong Hulun Basuki Langgeng Rahayu Sagung Dumadi Tabea Sejarah Suddhi Istilah suddhi wadani mulai digunakan oleh jajaran rohani Hindu Angkatan Darat sekitar tahun 1968 dan dikukuhkan lagi pada Raker Pusroh Hindu TNI AD pada tahun 1972/1973 di Cipayung, Bogor; diikuti peserta dari Rohani Hindu TNI, Polri, dan Ditjen Bimas Hindu dan Buddha Depag RI (I Nengah Dana, 12 November 2015) Makna Filosofis Suddhi wadani diartikan: ucapan suci menyatakan diri, masuk dan meyakini ajaran Hindu. Kata suci yg diucapkan diambil dari Brhad Arnyaka Upanisad yang berbunyi: DA DA DA ITI DAMYATA DATTA DAYADWAM. Yg bermakna: setiap umat Hindu hrs berupaya menasehati diri, ikhlas memberi dan melayani serta mengasihi (I Nengah Dana, 12 November 2015) Esensi Suddhi DA DA DA adl singkatan dari DAMYATA DATTA DAYADWAM, ITI artinya ini. DAMYATA artinya nasehati dirimu, DATTA artinya beri dan layani, DAYADWAM artinya kasihi (I Nengah Dana, 12 November 2015) Brhad Aranyaka Prajapati memanggil 3 putranya dewa, manusia dan raksasa, terdengar suara yg menggelegar. Dewa damam DAMYATA nasehati dirimu diciptakan sulit diatur Manusia dattam/danam DATTA beri dan layani diciptakan serakah Raksasa dayam DAYADWAM kasihi diciptakan kejam. Karakter Manusia Ketiga sifat putra Prajapati menyusup ke dalam karakter manusia sulit diatur, serakah dan kejam. Moksa bisa dicapai dg menasehati diri (damyata), selalu berusaha memberi dan melayani (datta) serta selalu mengasihi mahluk hidup daya (dayadwam). Landasan Moral Setelah memahami secara rohani makna filosofis dan esensi dari suddhi wadani sebagai landasan moral, lalu kepada yang bersang- kutan diberikan pemahaman tentang dasardasar pokok keyakinan Hindu, yaitu Panca Sraddha. Panca Sraddha Lima Dasar Keyakinan: 1. Brahman ekam eva advityam Brahman 2. Atman atmana esa prano jayate 3. Karma Phala loko’yam karma bandhanah 4. Punarbhawa samsara moksa sthiti hetuh 5. Moksa moksartham jagad hita Format Suddhi Wadani 1. Format Parisada di sahkan oleh Parisada 2. Format Pembimas DKI di sahkan oleh Pembimas Hindu Kedua format redaksinya hampir sama, hanya fromat Pembimas DKI lebih lengkap lebih efektif dan memiliki kekuatan hukum krn disahkan oleh Pemerintah (Kakanwil Kementrian Agama/Pembimas Hindu). Namun, utk daerah terpencil pengesahan oleh Parisada juga sudah memadai, krn Parisada adalah Majelis Tertinggi Umat Hindu yang diakui oleh Pemerintah. Pelaksanaan Suddhi 1. Memahami esensi suddhi dg penuh kesadaran. 2. Penyucian diri (secara pribadi atau ritual) 3. Mengucapkan janji suci (dharma suddhi wadani) Suddhi dan Samskara Proses suddhi wadani diawali dengan penyucian diri (badan dan pikiran) yang merupakan yajna dan samskara (manusa yajna). Penyucian ini bertujuan utk menjauhkan hal-hal buruk dan meningkatkan hal-hal yg bersifat baik, utk pengesahan formal atau inisiasi; serta utk memperbaiki dan menyempurnakan pribadi org yg bersangkutan (I Made Titib, Pedoman Upacara Suddhi Wadani, Upada Sastra, 1997) Karena suddhi wadani merupakan yajna dan samskara, maka upacara-upacara manusa yajna yg belum pernah dilakukan, seperti upacara kelahiran, 3 bulanan, pemotongan rambut pertama dsb; tidak perlu dilaksanakan lagi (I Made Titib, Pedoman Upacara Suddhi Wadani, Upada Sastra, 1997) Mungkinkah Dharma Suddhi Wadani Gagal? Jawabannya: Ya Mengapa Terjadi? 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tidak sungguh-sungguh – sekedar formalitas Tdk mendapatkan penjelasan yg memadai - sebelum ritual dilaksanakan. Tdk memahami bhw itu sebuah proses penyucian diri – membuang yg buruk Tdk memahami esensi suddhi wadani – sbg karakter manusia Hindu Meremehkan dan lupa bhw itu sebuah janji suci – menganggap itu peristiwa tdk berarti. Tdk memahami bhw gagalnya suddi wadani akan berdampak buruk (karma buruk) – dan cepat atau lambat akan menerima akibat yg buruk. Apa Yang Terjadi? Dari beb kasus yg terjadi adl: 1. Kehidupan rohaninya gamang dan bingung, krn dualisme dalam hati. 2. Tdk melakukan kuajiban dharmanya dg sungguhsungguh, sekedar menyenangkan org di sekitarnya. 3. Bingung mendidik anak-anaknya. 4. Kembali kpd keyakinan sebelumnya. 5. Hanya tampilannya Hindu, hatinya tidak. Mengingkari Dharma Para penganut dharma atau umat Hindu, baik karena kelahiran maupun karena janji suci (suddhi wadani), yg meninggalkan dharma dg beralih agama (pria maupun wanita) apapun latar belakangnya, tentu akan menerima konsekwensinya. Sumber sastranya adl Manawa Dharmasastra (Compendium Hukum Hindu) yg menyatakan: dharma raksati raksitah yang artinya mereka yang berlindung dalam dharma akan selamat, yang meninggalkan dharma akan celaka. Dharma Raksati Raksitah Yang tersirat: Yang berlindung dalam dharma, yang akan selamat, yang tidak akan kualat. (MDS) Yang meninggalkan dharma, akan ditinggalkan oleh dharma. (MDS) Dharma adl juru selamat bagi para penganut dharma. (BG) Dharma akan melindungi harta para penganut dharma.(BG) Dharma akan memenuhi kebutuhan para penganut dharma (BG) Tuhan sendiri yg akan menjelma sebagai awatara untuk membela dharma (BG) Yg disebut dharma merupakan jalan utk pergi ke surga. (SM) Dharma spt matahari melenyapkan gelapnya dunia, memusnahkan segala dosa. (SM) Selama orang yg melaksanakan dharma, baik gol rendah, menengah atau tinggi, dan bekerja menjadi kesenangan hatinya; niscaya tercapai segala yg diusahakan memperolehnya. (SM) Orang yg teguh melaksanakan dharma adl orang yg bahagia, kata orang berilmu. (SM) Bila engkau membunuh dharma, maka kamu akan dibunuh olehnya. Bila kamu menjaga dharma maka kamu akan dijaga olehnya. Karena itu dharma tidak boleh dibunuh, sebab dharma yang dibunuh akan membunuhmu. (Mahabharata) Konsekwensi Meninggalkan Dharma Dari beb kasus yang terjadi: 1. Akses rohani dg leluhur terputus, krn leluhur juga menerima dampak buruk yaitu menurunnya tingkat kesucian. 2. Terputusnya pengayoman leluhur, dan leluhur akan sulit memberikan bantuan krn perbedaan frekwensi alam. 3. Sulit menumbuhkembangkan bibit spiritual, krn itu hanya bisa berkembang dg dukungan leluhur. Krn Hindu menghantarkan leluhur yg sempurna menjadi istadewata, yg selalu memonitor keturunannya. 4. Jiwa-jiwa yang semasa hidup meninggalkan dharma, Setelah mati baru sadar bhw untuk menuju kesempurnaan jiwa hanya melalui jalur dharma. Krn itu, setelah mati tanpa malu-malu mereka merengek agar disempurnakan melalui jalan dharma. 5. Tanpa melalui jalan dharma, jiwa-jiwa hanya mampu sampai pada alam prajapati, yg masih terkena hukumhukum bumi, yaitu di musim panas ia kepanasan, di musim hujan ia kedinginan; dan jam-jam makan ia kelaparan. Krn ia masih berada di alam antara, hanya saja tdk punya badan. 6. Yg pasti peluang jiwa utk menyatu dg Brahman tidak mungkin lagi, sehingga samsara (lahir – mati) itu terus berkelanjutan. 7. Jiwa-jiwa itu akan terus menerus mengalami punarbhawa, dengan badan yang buruk dengan perilaku yang cenderung keras dan kasar krn pengaruh sad ripu yg semakin kuat. Om Santi, Santi, Santi, Om Rampes Langgeng Basuki Rahayu Tabea