BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Penyajian Data 4.1.1

advertisement
BAB IV
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
4.1. Penyajian Data
4.1.1. Sejarah Perusahaan
CV. Dwi Artha Berjaya adalah perusahaan swasta yang bergerak dalam
bidang perdagangan umum (supplier). Barang yang diperdagangkan adalah arang
tempurung kelapa. Perusahaan ini didirikan oleh Ekbeng Gojanto Baseoki sebagai
Direktur utama dengan badan hukum Perseroan Komanditer (CV) dengan akte
pendirian nomor 36 pada tanggal 21 Februari 2008. Perusahaan ini dimiliki dan
dikelola oleh tenaga-tenaga yang sangat berpengalaman di bidangnya dan
senantiasa bekerja dengan dilandasi sikap kerja sama dan tanggung jawab
terhadap profesi serta keinginan untuk maju bersama. Dari tahun ke tahun
aktivitas penjualan di perusahaan ini mengalami peningkatan Perusahaan ini
merupakan perusahaan yang telah di daftar dan memiliki Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) dengan nomor 03.082.413.0-604.000.
4.1.2. Lokasi Perusahaan
CV. Dwi Artha Berjaya berlokasi di Jl. Raya Raci No 6A, Surabaya. Tepatnya di
Kecamatan Pakal. Perusahaan ini berada dikawasan industri yang disekelilingnya
ada beberapa perusahaan yang bergerak di bidang yang sama.
41
42
4.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan
Dalam setiap perusahaan, struktur organisasi perusahaan merupakan hal
yang sangat penting sebab struktur organisasi mencerminkan sepenuhnya
gambaran tentang kewenangan, tanggung jawab dan kesatuan komando dalam
perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi perusahaan, maka pemimpin
perusahaan dapat mengetahui penjabaran dari fungsionaris mana yang
bertanggung jawab untuk suatu kegiatan tertentu yang ada di perusahaan.
Struktur organisasi sendiri di bedakan menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut :
a. Organisasi dengan Sistem Sentralisasi
Adalah suatu sistem yang menghendaki wewenang dan pengendalian yang
dipegang oleh perusahaan pusat.
b. Organisasi dengan Sistem Desentralisasi
Adalah suatu upaya-upaya yang mendelegasikan ke tingkat yang lebih rendah.
Sistem yang di pakai pada perusahaan ini adalah sistem desentralisasi, karena
perusahaan menganggap
dengan sistem
desentralisasi
ini, persatuan
wewenang pada perusahaan dianggap lebih mudah dan efisien.
Struktur organisasi CV. Dwi Artha Berjaya secara garis besarnya didasarkan pada
struktur organisasi lini atau yang terdiri dari seorang Direktur Utama dan
wakilnya yang membawahi tiga orang kepala bagian yaitu bagian personalia,
bagian operasional dan bagian pemasaran.
Untuk lebih jelasnya struktur organisasi perusahaan dapat dilihat melalui bagan
berikut ini :
43
Gambar 4.1
Struktur organisasi CV. Dwi Artha Berjaya
DIREKTUR
General Manager
Bendahara Umum
Manager Personalia
Sekertaris
Manager Operasional
Manager Pemasaran
Staff personalia
Staff Pemasaran
Bagian
Bagian Produksi
Akuntansi/ Perpajakan
Sumber : sub bagian manager personalia
44
Deskripsi Jabatan (Job Describtion)
Berdasarkan struktur organisasi di atas, maka dapat diuraikan mengenai
fungsi dan tugas dari masing-masing bagian. Berikut adalah fungsi dan tugas dari
masing-masing bagian yang terlibat pada CV. Dwi Artha Berjaya.
a. Direktur
Uraian tugas dari seorang direktur adalah
1. Mengawasi dan mengontrol segala kegiatan perusahaan.
2. Menetapkan kebijakan, keputusan dan tujuan perusahaan.
3. Bertanggung jawab atas segala yang terjadi dengan perusahaan termasuk
didalamnya resiko kerugian.
4. Memberikan arahan, intruksi, kepada bawahan/karyawan.
b. Gereral manager
Uraian dan tugas dari general manager antara lain:
1. Mengelola
kegiatan
perusahaan,
mengkoordinasi
seluruh
kegiatan
perusahaan dalam kegiatan yang terpadu untuk mencapai tujuan
perusahaan.
2. Menetapkan prosedur kerja intern perusahaan.
3. Memberikan laporan berkala kepada direktur.
c. Bendahara umum
Uraian tugas dan tanggung jawab bendahara umum antara lain:
1. Menyimpan dan mengeluarkan dana perusahaan atas intruksi direktur dan
general manager.
45
2. Bertanggung jawab atas segala yang terjadi yang menyangkut keuangan
perusahaan.
3. Mengatur kebutuhan mengenai keuangan perusahaan sesuai dengan skedul
perusahaan.
d. Sekretaris
Uraian tugas dan tanggung jawab sekretaris antara lain:
1. Bertanggung jawab penuh kepada general manager atas kelancaran tugas
sehari-hari.
2. Mengagendakan surat-surat yang masuk sebelum diajukan kepada
direktur.
3. Menyampaikan kepada department yang bersangkutan dengan keperluan
surat yang masuk.
4. Mengarsip surat-surat yang masuk.
e. Manager operasional
Uraian tugas dan tanggung jawab manager operasional antara lain:
1. Memimpin dan mengawasi seluruh tugas-tugas operasional serta
bertanggung jawab atas resiko dari kegiatan operasional.
2. Memberikan laporan kepada general manager atas kegiatan operasional
perusahaan.
f. Manager personalia
Uraian tugas dan tanggung jawab manager personalia antara lain :
46
1.
Memimpin dan mengawasi segala kegiatan kerja personalia dan
bertanggung jawab sepenuhnya kepada general manager atas kegiatan
personalia perusahaan.
2. Memberikan laporan kerja bagian personalia kepada general manager.
3. Memberikan motivasi dan arahan kepada karyawan (personalia)
g. Manager pemasaran
Uraian tugas dan tanggung jawab manager pemasaran antara lain:
1. Mengambil kebijakan dan keputusan penjualan atas persetujuan general
manager.
2. Bertanggung jawab penuh atas kegiatan penjualan produk perusahaan.
3. Memberikan laporan kepada general manager atas kegiatan pemasaran
perusahaan.
h. Staff Personalia
Uraian Tugas dan tanggung jawab dari staff personalia antara lain :
1. Memeriksa kelengkapan syarat Administasi calon pekerja ( data lengkap
pelamar pekerjaan).
2. Menyiapkan dan memeriksa daftar hadir karyawan.
3. Melaporkan data absensi pada atasan dan untuk diserahkan pada bagian
pembayaran.
i. Akuntansi atau perpajakan
Uraian tugas dan tanggung jawab bagian akuntansi atau perpajakan antara lain :
47
1.
Menyusun laporan keuangan perusahaan berupa laporan laba rugi, neraca
dan laporan arus kas.
2.
Menyusun laporan keuangan fiskal untuk keperluan perpajakan.
3.
Menghitung, memungut, membayar dan melaporkan pajak penghasilan
setiap bulan.
4.
Mengisi SPT masa pajak penghasilan.
5.
Mengisi SPT tahunan pajak penghasilan badan.
j. Staff Pemasaran
Uraian tugas dan tanggung jawab staff pemasaran antara lain:
1. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan penjualan dan pemasaran agar
tercapai jumlah penjualan sesuai dengan target yang telah direncanakan.
2. Bertanggung jawab terhadap penawaran harga yang diberikan kepada
pelanggan dan melaporkan kepada manajer pemasaran.
3. Bertanggung jawab terhadap kelengkapan dokumen-dokumen export.
k. Staff Produksi
Uraian tugas dan tanggung jawab staff produksi adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan administrasi bidang produksi yaitu memproduksi barang
sesuai perintah manajer operasional.
2. Mempersiapkan perlengkapan dan peralatan teknik produksi.
48
4.1.4. Tujuan Perusahaan
Tujuan yang di tetapkan oleh suatu perusahaan merupakan alat ukur bagi
keberhasilan perusahaan tersebut, demikian pula dengan CV. Dwi Artha Berjaya
didalam menjalankan aktivitasnya juga mempunyai tujuan yang dapat di
golongkan menjadi dua bagia yaitu :
a.
Tujuan jangka pendek
Tujuan jangka pendek adalah suatu tujuan yang akan dicapai oleh perusahaan
dalam jangka waktu yang relatif pendek. Tujuan jangka pendek yang hendak di
capai perusahaan antara lain:
1. Meningkatkan volume penjualan
2. Menjaga kontinuitas penjualan
3. Memberikan pelayanan yang memuaskan kepada pelanggan
b.
Tujuan jangka panjang
Tujuan jangka panjang adalah suatu tujuan yang akan di capai dalam jangka
waktu yang relative panjang. Tujuan jangka panjang yang hendak dicapai
perusahaan antara lain:
1. Memperluas pasar
2. Mencapai profit yang maksimum
3. Mengadakan ekspansi atau kerjasama.
49
4.1.5. Aktivitas Produksi
Gambar 4.2.
Aktivitas Produksi Barang
CV. Dwi Artha Berjaya
Pembelian Bahan Baku
Penjemuran Barang
Pemisahan Ukuran
(Ayak)
Pengemasan
Finish Products
Dari gambar diatas, dapat diperjelas lagi bahwa pada saat pembelian barang
(arang), kondisi barang yang dibeli kualitasnya tidak menentu, kebanyakan arang
yang di beli kondisinya lembab, hampir semua barang memerlukan proses
penjemuran yang memerlukan waktu sekitar 4 jam. Setelah barang kering proses
selanjutnya adalah mengayak arang dengan mesin agar supaya terpisah antara
arang dengan pasir dan kerikil, setelah arang selesai di ayak, arang lalu di kemas
50
dan ditimbang, inilah yang menjadi proses terakhir dari produksi yaitu setelah
ditimbang lalu dijahit dan di susun dengan rapi dan arang siap di jual.
4.1.6. Penjualan
Perusahaan ini menjual barangnya ke berbagai wilayah luar negeri, diantaranya
negara yang menjadi pelanggan tetap adalah negara China, Hongkong, Thailand,
Korea dan Malaysia. Perusahaan ini tidak menjual di wilayah Indonesia karena
perusahaan ini hanya menjual barang dalam kapasitas besar.
4.2. Analisis Data
Pajak merupakan iuran kepada Negara yang dapat dipaksakan, yang terutang
menurut peraturan
perundang-undangan
tanpa
mendapatkan imbalan
secara langsung. Sehingga dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan kepentingan
antara
Wajib Pajak
dengan
pemerintah. Oleh
karena
itu,
diperlukannya
perencanaan pajak (Tax Planning) dalam memenuhi kewajiban perpajakan.
Dengan menerapkan Tax Planning dalam perusahaan, maka wajib pajak bisa
meminimalisasikan pembayaran pajaknya sehingga pembayaran pajak yang
dilakukan olehwajib pajak kepada pemerintah bisa lebih efektif.Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan agar penerapan perencanaan pajak (Tax Planning ) dapat
berjalan efektif, yaitu :
1. Didalammembuat perencanaan pajak, tidak melanggar peraturan perpajaka
2. Perencanaan pajak (Tax Planning ) mempertimbangkan semua transaksi
yang diusulkan dan pengaruh pajaknya.
51
3. Sistem informasi
perpajakan
tersedia
di
perusahaan dalam
bentuk
kumpulan peraturan perpajakan.
Ketiga hal diatas harus benar-benar diperhatikan agar perusahaan dapat lebih peka
menghadapi semua transaksi yang mempunyai pengaruh terhadap pajak. Dengan
memperhatikan ketiga hal diatas maka perusahaan akan lebih efektif dalam
menjalankan kewajiban perpajakannya.
Ada enam cara yang dapat dilakukan oleh wajib pajak dalam menerapkan
perencanaan pajaknya, yaitu :
a. Pergeseran
Adanya pemindahan atau transfer beban pajak dari subjek pajak kepada pihak
lain.
b. Kapitalisasi
Penambahan harga obyek pajak sebesar jumlah pajak yang akan dibayar oleh
pihak pembeli, sehingga pajaknya menjadi beban penjual.
c. Transformasi
Pengelakan pajak yang dilakukan dengan cara menanggung beban pajak atas
obyek pajak yang dijual tanpa mengurangi keuntungan yang diperolehnya.
d. Penyelundupan ( Evasion)
Cara pengelakan pajak dengan melanggar ketentuan perpajakan yang berlaku,
cara ini mengarah pada tindak pidana pajak.
52
e. Penghindaran ( Avoidance)
Pengelakan pajak dengan cara melakukan penghindaran pajak dengan tidak
melanggar peraturan perpajakan yang berlaku.
f. Pengecualian pajak (Tax Planning )
Adanya pengecualian pembebanan pajak perorangan atau badan berdasarkan
keputusan dan peraturan yang berlaku.
Dari keenam cara penerapan perencanaan pajak (Tax Planning ) diatas, CV. Dwi
Artha Berjaya selaku wajib pajak menerapkan perencanaan pajaknya yang tidak
menyimpang dan tidak melanggar peraturan perpajakan yang berlaku. Oleh
karena itu,
perusahaan
dalam
menerapkan
perencanaan
pajaknya bersifat
Konservatif. Berdasarkan hasil penelitian dari informan (Karyawan Departemen
Keuangan) dan laporan perhitungan pajak penghasilan tahun 20011 dan 2012,
maka peneliti dapat menjelaskan mengenai penerapan Tax Planning pada
perusahaan yang telah diterapkan guna megefisienkan pajak penghasilannya.
Secara teoritis upaya meminimalisasi pembayaran pajak yang dilakukan dalam
suatu perencanaan pajak yang disebut juga sebagai perbuatan penghindaran pajak
atau yang
dikenal
dengan
Tax
Advoidance.
Tax
Advoidance
adalah
proses pengendalian tindakan agar terhindar dari konsekuensi pengenaan pajak ya
ng tidak dikehendaki. Penghindaran pajak berkenaan dengan pengaturan sesuatu
peristiwa sedemikian rupauntuk meminimkan atau menghilangkan beban pajak
dengan
memperhatikan
ada
atau
tidaknya
akibat-akibat
pajak
yang
tidak ditimbulkannya.Pada dasarnya penghindaran pajak (Tax Advoidance) tidak
53
melanggar hukum akan tetapi penghindaran pajak itu dapat melanggar
hukum, jika kita tidak memperhatikan ada atau tidaknya akibat-akibat pajak yang
akan ditimbulkannya seperti adanya denda dan atau sanksi maupun pidana serta
pemeriksaan yang dilakukan fiskus sehingga dapat merugikan perusahaan. Oleh
karena itu perusahaan lebih suka menyebutkan penerapan Tax Planning-nya untuk
meminimalisasi
pembayaran
pajak
bukan
untuk menghindari
pajak.
Disini penerapan Tax Planning tersebut digunakan untuk meminimalisasi
pembayaran pajak yang artinya pembayaran pajak tetap dilakukan dalam
memenuhi kewajiban perpajakan tetapi pembayaran pajak tersebut harus efisien.
Dan penerapan Tax Planning secara konservatif sangat diperlukan.
PenerapanTax Planning yang bersifat Konservatif adalah suatu cara yang dituntut
untuk berhati-hati
dalam menghadapi
suatu transaksi
yang
mempunyai
pengaruh tehadap pajak.
Cara tersebut berupa menganalisis apakah transaksi tersebut mempunyai pengaruh
pajak atau tidak, bagaimana ketentuan perundang-undangannya, dan tentunya juga
mengenai tentang suatu perencanaan perpajakan seperti apa dan yang
bagaimana yang bisa diterapkan tanpa adanya pelanggaran terhadap ketentuan per
pajakan. Jadi penerapanTax Planning yang bersifat konservatif ini dilakukan pada
tiap transaksi yang terjadi di perusahaan agar pembayaran pajak dapat dilakukan
seefisien mungkin dan tidak melanggar ketentuan perpajakan yang justru nantinya
berakibat merugikan perusahaan. Tax Planning yang bersifat konservatif ini
dilakukan untuk menghindari pemborosan pajak yang dikarenakan penerapan Tax
Planning yang tidak tepat. Dengan demikian Tax Planning yang bersifat
54
konservatif mengarah kepada meminimalisasikan pembayaran pajak tiap transaksi
dari pada menghindari pajak yang mengarah pada menghilangkan kewajiban
perpajakan dengan memanfaatkan kelemahanUndang-Undang Perpajakan.
4.2.1. Implementasi Perencanaan Pajak Dalam Perusahaan
4.2.1.1. Kebijakan-Kebijakan Akuntansi Yang Di Terapkan Perusahaan
Kebijakan akuntansi perusahaan dalam menjalankan usahanya antara lain :
1. Dasar pembukuan yang dilakukan oleh perusahaan adalah accrual basis.
2. Sistem penilaian persediaan dengan menggunakan metode average.
3. Sistem pencatatan persediaan dilakukan dengan pencatatan perpetual.
4. Penyusutan aktiva tetap menggunakan metode garis lurus.
4.2.1.2. Memaksimalkan Penghasilan Yang Dikecualikan
Dari data yang diperoleh dari perusahaan, sumber penghasilan perusahaan ini
dalah penjualan arang tempurung kelapa. Dalam pelaksanaan tax planning,
perusahaan dapat memaksimalkan penghasilan yang dikecualikan dan dikenakan
PPh final. Berdasarkan sumber penghasilan yang ada dalam perusahaan, tidak
terdapat penghasilan yang dikecualikan. Salah satu penghasilan yang dapat
dijadikan alternatif bagi perusahaan untuk memperkecil PKP (Penghasilan Kena
Pajak) adalah penghasilan bunga/jasa giro, karena penghasilan bunga dikenakan
pajak final.
55
4.2.1.3. Memaksimalkan Biaya Fiskal Dan Meminimalkan Biaya Yang Tidak
Di Perkenankan Sebagai Pengurang
1. Biaya Makan/Minum
Perusahaan bisa saja memberikan uang atau tunjangan sembako kepada
karyawan yang kurang mampu diwaktu tertentu atau diwaktu lebaran , tetapi
perusahaan memberikan makan dan minum untuk karyawan pada waktu
tertentu dan secara bersama itu lebih baik.
2. Transportasi Karyawan
Untuk transportasi karyawan, perusahaan tidak menyediakan bus/mobil
penjemput, tetapi ada beberapa pegawai yang diberikan uang transportasi yang
dimasukkan langsung ke dalam gaji karyawan.
3. Tunjangan Asuransi
Keputusan perusahaan untuk membayar premi asuransi karyawan sesuai
dengan aturan pemerintah mengenai premi asuransi jamsostek yang
mewajibkan pemberi kerja menanggung premi asuransi karyawan.
4.2.2. Strategi Perencanaan Pajak (Tax Planning) Untuk Penghematan
Jumlah Pajak Penghasilan Yang Dilakukan Perusahaan Dengan
Undang-Undang Yang Berlaku
4.2.2.1. Memaksimalkan Biaya Fiskal Dan Meminimalkan Biaya Yang Tidak
Diperkenankan Sebagai Pengurang
Adapun biaya – biaya fiskal yang bisa diminimalkan pada perusahaan antara lain:
56
1.
Biaya Makan/ Minum
Perusahaan tidak memberikan uang makan makan siang ataupun tunjangan
sembako kepada karyawan, tetapi perusahaan bisa juga memberikan makan
dan minum kepada karyawan pada saat tertentu, pemberian makan bersama
bagi karyawan bukan merupakan objek pajak PPh pasal 21 karena makan
bersama merupakan pemberian dalam bentuk natura.
Dengan demikian dari sisi karyawan pemberian makan ini tidak akan
menambah PPh pasal 21 terhutang. Disisi perusahaan, berdasarkan pasal 9
ayat (1) huruf e Undang-undang PPh No. 36 Tahun 2008, penggantian atau
imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk
natura atau kenikmatan tidak dapat dibebankan sebagai biaya, kecuali
penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai dalam arti
pemberian makan dan minum bersama walaupun bentuknya natura, dapat di
biayakan oleh perusahaan (deductible expenses). Dengan demikian disisi
perusahaan akan mengurangi PPh Badan yang terhutang.
Apabila dibandingkan perlakuan pajak dalam hal pembiayaan pemberian
makan bersama dengan pemberian tunjangan berupa uang kehadiran, maka
akan lebih menguntungkan karyawan dan perusahaan apabila
perusahaan
memilih kebijakan pemberian makan bersama karena dengan memberikan
makan bersama bukan merupakan penghasilan bagi karyawan sedangkan
apabila diberikan berupa tunjangan makan, maka tunjangan makan tersebut
menjadi penghasilan kena pajak bagi karyawan, oleh karena itu jika keputusan
57
perusahaan dalam memilih memberikan makan bersama seluruh karyawan itu
sangat baik.
2. Transportasi Karyawan
Untuk transportasi karyawan, perusahaan tidak menyediakan bus/mobil
penjemput, ada beberapa pegawai yang diberikan tunjangan transportasi ,
yang langsung dimasukkan kedalam gaji karyawan. Pemberian tunjangan
transportasi menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP57/PJ/2009 tentang objek pajak PPh pasal 21 hal ini merupakan penghasilan
yang dikenakan pajak bagi karyawan, sedangkan menurut UU PPh No. 36
Tahun 2008 pasal 4 ayat (1) huruf a, dapat dikurangkan dalam Penghasilan
kena pajak bagi perusahaan.
Dengan demikian perusahaan dapat mempertimbangkan kembali untuk selisih
biaya yang harus perusahaan keluarkan jika memberikan tunjangan
transportasi yang langsung dimasukkan kedalam gaji karyawan. Jika dari hasil
yang didapat dari perhitungan tersebut yang kemudian di dapatkan hasil akhir
bahwa biaya yang dikeluarkan untuk pemberian tunjangan transportasi
langsung kepada karyawan lebih besar dari pada menyediakan mobil antar
jemput, maka ada baiknya perusahaan memilih untuk menyediakan mobil
antar jemput.
Dengan demikian perusahaan bisa melakukan penghematan pajak karena
pemberian tunjangan transportasi merupakan biaya yang dapat dikurangkan
dalam penghasilan kena pajak bagi perusahaan sehingga bisa menghemat PPh
terhutang pada perusahaan.
58
3. Tunjangan Kesehatan
Untuk premi yang di tanggung perusahaan, menurut UU PPh No. 36 tahun 2008
pasal 6 ayat (1) huruf a, pembayaran tersebut boleh dibebankan dalam
penghasilan kena pajak perusahaan dan bagi karyawan yang bersangkutan,
menurut keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-57/PJ/2009 tentang
objek pajak PPh pasal 21, adalah penghasilan yang merupakan objek pajak.
Premi yang dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi, bisa dihitung sebagai
pengurang penghasilan kena pajak bagi wajib pajak yang bersangkutan.
4. Metode Penyusutan
Ada dua jenis metode penyusutan yang diberlakukan dalam undang-undang
perpajakan, yaitu metode garis lurus (straight line) dan metode saldo menurun
(double declining). Dan perusahaan pada saat ini menggunakan metode
penyusutan yang diperbolehkan menurut peraturan perpajakan. Hal ini membantu
dalam penyusunan laporan laba rugi fiskal karena tidak perlu melakukan koreksi
terhadap biaya penyusutan. Akan tetapi kedua metode tersebut memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing, tentunya pilihan wajib pajak dapat
berbeda mengingat adanya kepentingan yang berbeda pada setiap perusahaan.
5. Metode Persediaan
Pemilihan metode penilaian persediaan ada dua yang di ijinkan oleh peraturan
perpajakan, yaitu metode rata-rata (average) dan metode masuk pertama keluar
pertama (first in first out). Dalam kondisi perekonomian yang cenderung
mengalami inflasi, metode rata-rata akan menghasilkan harga pokok yang lebih
tinggi dibandingkan dengan metode masuk pertama keluar pertama dan dengan
59
tingginya harga pokok penjualan (HPP) yang lebih tinggi maka akan
mengakibatkan laba kotor menjadi lebih kecil, sehingga berakibat ke pajak
terhutang yang semakin kecil pula.
4.3. Interprestasi Data
4.3.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi Perusahaan
Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban
antara laporan keuangan komersial dengan peraturan perpajakan. Hal ini sering
menjadi masalah karena penyusunan laporan keuangan fiskal yang tidak sesuai
dengan peraturan perpajakan. Dalam perpajakan tidak semua beban dalam suatu
transaksi dapat dijadikan biaya yang artinya tidak semua beban dalam laporan
keuangan komersial dapat dijadikan pengurang penghasilan. Oleh karena itu
untuk mengatasi masalah tersebut harus dilakukan koreksi fiskal baik yang
bersifat positif maupun negatif. Koreksi fiskal positif merupakan koreksi fiskal
yang dilakukan mengakibatkan pengurangan biaya yang telah diakui dalam
laporan keuangan komersial sehingga menyebabkan penambahan penghasilan.
Sedangkan koreksi fiskal negatif merupakan koreksi fiskal yang dilakukan yang
mengakibatkan penambahan biaya yang telah diakui dalam laporan keuangan
komersial menjadi semakin besar yang secara otomatis mengakibatkan
pengurangan penghasilan.
Dalam rangka evaluasi perencanaan pajak untuk mengefisienkan biaya
pajak badan pada perusahaan maka langkah yang harus dilakukan terlebih dahulu
60
adalah menganalisa setiap objek pajak penghasilan dan biaya-biaya yang telah
dikeluarkan oleh perusahaan. Beberapa biaya yang telah dikeluarkan oleh
perusahan adalah sebagai berikut:
1. Biaya gaji karyawan, biaya gaji biasanya diberikan kepada karyawan sesuai
dengan golongan atau jabatan masing-masing karyawan.
2. Biaya jamsostek, biaya jamsostek meliputi biaya jaminan hari tua, jaminan
kecelakaan kerja dan jaminan kematian yang di berikan kepada karyawan
yang telah bekerja selama satu tahun keatas sejak tanggal mulai bekerjanya
karyawan.
3. Biaya perijinan adalah biaya untuk mengurus semua hal yang berkaitan
dengan perijinan usaha perusahaan dan biasanya diurus oleh pihak ketiga,
seperti Notaris dan sebagainya.
4. Biaya perlengkapan kantor dan ATK dikeluarkan perusahaan untuk membeli
perlengkapan kantor dan alat tulis untuk keperluan kantor.
5. Biaya listrik dan air dikeluarkan untuk membiayai keperluan listrik dan air
kantor.
6. Biaya parkir, tol, bahan bakar minyak, dikeluarkan perusahaan untuk
keperluan sehubungan dengan kegiatan produksi / operasional perusahaan.
7. Biaya telp dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka kegiatan opersional
termasuk internet dan faksimili.
8. Biaya entertain berupa jamuan terhadap buyer atau kolega-kolega bisnis
perusahaan.
61
9. Biaya perjalanan dinas dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka mendukung
kegiatan pemasaran.
10. Biaya perawatan terdiri dari biaya perawatan mobil, kendaraan, gedung, dan
peralatan kantor yang dikeluarkan perusahaan atas perbaikan dan perawatan
kendaraan, gedung dan peralatan kantor yang rusak.
11. Biaya pengobatan karyawan dikeluarkan perusahaan atas pengobatan
karyawannya yang sakit.
Perusahaan telah melakukan perencanaan pajak tetapi penulis
menyimpulkan bahwa perencanaan pajak yang telah dilakukan perusahaan
belum maksimal. Perusahaan masih belum melaksanakan secara maksimal
melakukan perencanaan pajak dalam hal laporan rekonsiliasi laba rugi
komersial dan fiskal. Perbedaan perlakuan akuntansi dan pajak dalam
pengakuan penghasilan dan biaya akan mengakibatkan perbedaan laba
komersial dan fiskal. Dalam laporan keuangan komersial semua pengeluaran
perusahaan dalam opersional perusahaan dapat dijadikan biaya, namun dalam
peraturan perundangan perpajakan tidak semua biaya komersial dapat
dijadikan biaya fiskal, dari evaluasi tersebut terdapat beberapa koreksi positif
dan koreksi negatif dalam rekonsiliasi fiskal dapat diketahui dari tabel antara
lain adalah sebagai berikut :
62
Tabel 4.1
Laporan Laba Rugi Komersial Dan Fiskal
CV. DWI ARTHA BERJAYA
Per 31 Desember 2011
(dalam rupiah)
SEBELUM PERENCANAAN PAJAK
KETERANGAN
Pendapatan
penjualan bersih
HPP
Laba kotor
LAPORAN
KOMERSIAL
SETELAH PERENCANAAN PAJAK
KOREKSI PERUSAHAAN
POSITIF
NEGATIF
LAPORAN FISKAL KOREKSI PENULIS
LAPORAN
FISKAL
8,418,274,949
(6,360,655,413)
2,057,619,536
8,418,274,949
(6,360,655,413)
2,057,619,536
8,418,274,949
(6,360,655,413)
2,057,619,536
biaya umum dan administrasi
gaji
parkir, tol dan solar
biaya perawatan
biaya perlengkapan kantor
biaya penyusutan peralatan kantor
biaya perjalanan dinas
biaya pengobatan karyawan
biaya jamsostek
biaya telp
biaya listrik
biaya entertain
biaya admin bank
biaya bunga pinjaman bank
perijinan
konsultan
biaya lain-lain
(995,150,559)
(113,532,075)
(68,258,824)
(78,750,082)
(21,335,663)
(15,230,692)
(5,500,000)
(73,301,262)
(96,508,733)
(93,507,803)
(17,500,000)
(18,862,350)
(105,309,482)
(45,824,500)
(23,634,230)
(5,250,000)
(995,150,559)
(113,532,075)
(68,258,824)
(78,750,082)
(21,335,663)
(15,230,692)
(96,508,733)
(93,507,803)
(18,862,350)
(105,309,482)
(45,824,500)
(23,634,230)
(5,250,000)
(995,150,559)
(113,532,075)
(64,170,074)
(78,750,082)
(21,335,663)
(15,230,692)
(94,458,733)
(93,507,803)
(16,300,000)
(18,862,350)
(105,309,482)
(61,649,000)
(33,092,210)
(5,250,000)
total biaya umum dan administrasi
(1,777,456,255)
(1,681,154,993)
(1,716,598,723)
280,163,281
376,464,543
341,020,813
laba operasional
5,500,000
73,301,262
17,500,000
4,088,750
2,050,000
1,200,000
15,824,500
9,457,980
-
pendapatan lain-lain
jasa giro
laba selisih kurs
pendapatan lain-lain
590,000
9,698,000
12,798,000
total pendapatan lain-lain
23,086,000
12,798,000
laba bersih sebelum pajak
303,249,281
389,262,543
341,020,813
54,198,680
69,571,528
60,949,453
4,516,557
5,797,627
5,079,121
PPh tahun 2011
laba bersih setelah pajak
Sumber : Data diolah penulis
590,000
9,698,000
12,798,000
12,798,000
-
63
Tabel 4.2
Penghitungan Pajak Terhutang Tahun 2011
(dalam rupiah)
keterangan
laba sebelum pajak
dibulatkan
PPh Badan
PPh 2011 fiskal
PKP Fasilitas
4,800,000,000
8,418,274,949
x
PKP Non Fasilitas
389,262,543 (-)
sebelum tax planning
389,262,543
389,263,000
389,262,543
221,952,861
setelah tax planning
341,020,813
341,021,000
PPh 2011 fiskal
PKP Fasilitas
4,800,000,000 x
221,952,861 8,418,274,949
341,020,813
194,446,001
PKP Non Fasilitas
167,309,682 341,020,813 (-) 194,446,001
146,574,812
Pajak Terhutang
PPh terhutang dengan fasilitas
25% x 50%
x 221,952,861
PPh terhutang non fasilitas
25%
x 167,309,682
Pajak Terhutang
PPh terhutang dengan fasilitas
27,744,108 25% x 50%
x 194,446,001
PPh terhutang non fasilitas
41,827,421
25% x 146,574,812
total pajak terhutang
69,571,528 total pajak terhutang
60,949,453
Angsuran PPh
5,797,627 Angsuran PPh
5,079,121
Sumber : Data diolah penulis
penghematan
48,241,730
48,242,000
prosentase
12.39%
8,622,075
12.39%
24,305,750.17
36,643,702.90
64
Tabel 4.3
Laporan Laba Rugi Komersial Dan Fiskal
CV. DWI ARTHA BERJAYA
Per 31 Desember 2012
(dalam rupiah)
SEBELUM PERENCANAAN PAJAK
KETERANGAN
LAPORAN
KOMERSIAL
SETELAH PERENCANAAN PAJAK
KOREKSI PERUSAHAAN
POSITIF
NEGATIF
LAPORAN FISKAL
KOREKSI PENULIS
LAPORAN
FISKAL
Pendapatan
penjualan bersih
HPP
Laba kotor
10,500,239,500
(8,357,623,900)
2,142,615,600
10,500,239,500
(8,357,623,900)
2,142,615,600
10,500,239,500
(8,357,623,900)
2,142,615,600
biaya umum dan administrasi
gaji
parkir, tol dan solar
biaya perawatan
biaya perlengkapan kantor
biaya penyusutan peralatan kantor
biaya perjalanan dinas
biaya pengobatan karyawan
biaya jamsostek
biaya telp
biaya listrik
biaya entertain
biaya admin bank
biaya bunga pinjaman bank
biaya Asuransi pabrik dan kendaraan
PBB
biaya lain-lain
(1,055,150,559)
(113,535,670)
(88,257,760)
(68,750,560)
(22,356,400)
(12,263,972)
(4,550,000)
(70,389,065)
(77,709,099)
(91,803,560)
(12,800,050)
(17,862,700)
(98,890,940)
(29,600,500)
(15,870,996)
(3,674,340)
(1,055,150,559)
(113,535,670)
(88,257,760)
(68,750,560)
(22,356,400)
(12,263,972)
(77,709,099)
(91,803,560)
(17,862,700)
(98,890,940)
(29,600,500)
(15,870,996)
(3,674,340)
(1,055,150,559)
(113,535,670)
(111,727,760)
(68,750,560)
(22,356,400)
(12,263,972)
(76,209,099)
(91,803,560)
(12,120,050)
(17,862,700)
(98,890,940)
(29,600,500)
(15,870,996)
(3,674,340)
total biaya umum dan administrasi
(1,783,466,171)
(1,695,727,056)
(1,729,817,106)
359,149,429
446,888,544
412,798,494
laba operasional
4,550,000
70,389,065
12,800,050
23,470,000
1,500,000
680,000
pendapatan lain-lain
jasa giro
laba selisih kurs
pendapatan lain-lain
786,000
10,697,006
27,756,000
total pendapatan lain-lain
39,239,006
27,756,000
laba bersih sebelum pajak
398,388,435
474,644,544
412,798,494
76,832,575
91,539,209
79,611,676
6,402,715
7,628,267
6,634,306
PPh tahun 2011
laba bersih setelah pajak
Sumber: data diolah penulis
786,000
10,697,006
27,756,000
27,756,000
-
65
Tabel 4.4
Penghitungan Pajak Terhutang Tahun 2012
(dalam rupiah)
keterangan
laba sebelum pajak
dibulatkan
PPh Badan
PPh 2012 fiskal
PKP Fasilitas
4,800,000,000
10,500,239,500
x
PKP Non Fasilitas
474,644,544 (-)
sebelum tax planning
474,644,544
474,645,000
474,644,544
setelah tax planning
412,798,494
412,798,500
PPh 2011 fiskal
PKP Fasilitas
216,975,414 4,800,000,000 x
10,500,239,500
412,798,494
penghematan
61,846,050
61,846,500
prosentase
13.03%
11,927,533
13.03%
188,703,579
216,975,414
PKP Non Fasilitas
257,669,130 412,798,494 (-) 188,703,579
Pajak Terhutang
PPh terhutang dengan fasilitas
25% x 50%
x 216,975,414
PPh terhutang non fasilitas
25%
x 257,669,130
Pajak Terhutang
PPh terhutang dengan fasilitas
27,121,927 25% x 50%
x 188,703,579
PPh terhutang non fasilitas
64,417,283
25% x 224,094,915
23,587,947
total pajak terhutang
91,539,209 total pajak terhutang
79,611,676
Angsuran PPh
7,628,267 Angsuran PPh
6,634,306
224,094,915
56,023,729
Sumber: data diolah penulis
Dari laporan rekonsiliasi diatas, besarnya koreksi fiskal terhadap biaya-biaya
komersial antara lain sebagai berikut:
1. Biaya perawatan
Pada biaya perawatan terdapat biaya perawatan gedung, seperti memperbaiki
keramik kamar mandi dan pengecatan ulang juga pemeliharaan kendaraan dan
66
mesin. Biaya pemeliharaan kendaraan ini dilakukan dalam rangka memperbaiki
kendaraan dan mesin-mesin milik perusahaan
seperti membeli sparepart,
pelumas dan sebagainya, untuk biaya pemeliharaan ini terdapat biaya
pemeliharaan untuk mobil direktur, dimana kendaraan tersebut tidak sepenuhnya
digunakan untuk keperluan perusahaan, berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak
Nomor KEP-202/PJ/2002 pada tanggal 18 April 2002, kendaraan sedan atau
sejenisnya yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu
karena jabatan atau pekerjaannya dilakukan koreksi sebesar 50%, karena hanya
50% tersebut yang diakui sebagai beban fiskal. Perusahaan tidak melakukan
koreksi atas biaya tersebut, tetapi penulis menyimpulkan bahwa perusahaan
seharusnya melakukan koreksi positif sebesar 50% dari total biaya yang
dikeluarkan untuk perawatan kendaraan, besarnya koreksi yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
Tahun 2011:
perawatan mesin
: Rp 40,000,000
Perawatan kendaraan
: Rp 28,258,824
Total
Rp 68,258,824
Perincian yang sebenarnya
perawatan mesin
: Rp 40,000,000
Perawatan kendaraan kantor
: Rp 20,081,324
Perawatan kendaraan direktur
: Rp 8,177,500
Total
Rp 68,258,824
67
Koreksi
Perawatan Mesin
: Rp 40,000,000
Perawatan kendaraan kantor
: Rp 20,081,324
Perawatan kendaraan direktur
: Rp 4,088,750 (Rp 8,177,500 x 50% )
Total
Rp 64,170,074
Jadi seharusnya ada koreksi positif sebesar Rp 4,088,750 pada tahun 2011.
Tahun 2012 :
Pada tahun 2012, untuk biaya perawatan perusahaan tidak melakukan koreksi,
menurut penulis seharusnya ada koreksi negatif sebesar Rp 23,470,000 dimana
hal itu seharusnya dilakukan
oleh perusahaan karena pada tahun 2012
perusahaan menggunakan jasa pihak ke tiga untuk perawatan kendaraan yang
seharusnya perusahaan melakukan pemotongan PPh pasal 23
2. Biaya telp
Biaya telp ini dikeluarkan oleh kantor untuk keperluan perusahaan termasuk
didalamnya ada biaya telp, internernet, faksimili dan biaya komunikasi pihakpihak yang mempunyai jabatan khusus. Pegawai dengan jabatan khusus akan
memperoleh fasilitas pembelian voucher pulsa dan pembelian handphone. Atas
biaya pembelian telp selular yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk
pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya dapat di bebankan sebagai
biaya perusahaan sebesar 50% dari jumlah biaya perolehan sebagai mana telah
68
dimaksud dalam Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-202/PJ/2002 pada tanggal
18 April 2002, adapun koreksi fiskal positif pada biaya telp ini antara lain :
Tahun 2011 : Rp 2,050,000
Tahun 2012 : Rp 1,500,000
3. Biaya Entertain
Perusahaan melakukan koreksi fiskal positif pada biaya entertain. Atas biaya
entertain, perusahaan memiliki bukti-bukti terkait mengenai biaya tersebut,
namun perusahaan tidak membuat daftar nominatif secara keseluruhan terhadap
biaya entertain, sehingga dalam aturan perpajakan, biaya tersebut dianggap fiktif.
Hal ini sesuai dengan SE-27/PJ.22/1986 tertanggal 14 Juni 1986 yang berbunyi
bahwa biaya entertain, representasi, jamuan tamu dan sejenisnya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek PPh
dan tidak terkena PPh final dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, dengan
syarat dibuatkan daftar nominatif, karena perusahaan tidak membuat daftar
nominatif secara keseluruhan, koreksi positif dilakukan perusahaan karena hanya
membuat beberapa daftar nominatif dan hal ini dianggap perusahaan tidak dapat
membuktikan bahwa biaya tersebut formal. Oleh karena perusahaan hanya dapat
melampirkan daftar nominatif sebesar Rp 17,500,000 pada tahun 2011 dan
sebesar Rp 12,800,050 pada tahun 2012 maka perusahaan melakukan koreksi
fiskal atas selisih biaya entertain sebesar Rp 1,200,000 pada tahun 2011 dan Rp
680,000 pada tahun 2012.
69
4. Biaya Pengobatan Karyawan
Biaya pengobatan karyawan ini ditanggung oleh perusahaan untuk karyawan
yang baru masuk ( belum genap satu tahun dan tidak memiliki jamsostek) baik
yang sakit ringan maupun yang dirawat dirumah sakit. Perusahaan menetapkan
biaya pengobatan dengan sistem reimbursement. Dari sudut pandang perpajakan
biaya ini harus dikoreksi karena merupakan pemberian dalam bentuk natura
kepada karyawan sesuai dengan pasal 9 ayat (1) huruf e UU PPh. Besarnya
biaya pengobatan karyawan yang harus dikoreksi pada tahun 2011 sebesar Rp
5,500,000 dan pada tahun 2012 sebesar Rp 4,550,000.
5. Biaya Jamsostek
Berdasarkan Undang Undang PPh Tahun 1984 beserta perubahannya terakhir
yaitu No. 36 Tahun 2008, Pemberian kenikmatan kepada pegawai berupa biaya
pengobatan pegawai yang dibayar langsung ke rumah sakit, dokter atau apotik,
tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (non-deductible) dan bukan
objek PPh Pasal 21 (non-taxable), akan tetapi apabila diberikan dalam bentuk
tunjangan atau penggantian pengobatan merupakan biaya yang dapat
dikurangkan dan merupakan objek PPh Pasal 21. Tunjangan kesehatan atau
biaya pengobatan ini perlu diperhatikan cara
pembayarannya, yaitu :
i. Biaya pengobatan karyawan yang dibayar perusahaan langsung ke rumah sakit
atau dokter dan apotek, pembayaran tersebut sebagai pemberian kenikmatan
70
sehingga tidak boleh dibayarkan dan bukan objek PPh Pasal 21 bagi
penerimanya. Sebagai contoh apabila perusahaan mempunyai rumah sakit atau
poliklinik sendiri.
ii. Biaya penggantian pengobatan, pemberian tunjangan pengobatan, uang
pengobatan, sebagai biaya yang dapat dikurangkan terhadap penghasilan bruto
(deductible expense) dan objek PPh Pasal 21 merupakan salah satu bentuk
kenikmatan/natura bagi karyawan yang tentu saja tidak dapat dibiayakan.
Pemberian
tunjangan
oleh
pemberi
kerja
merupakan
biaya
untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan, hal ini dapat kita lihat di
pasal 6 ayat 1 Undang Undang Pajak Penghasilan 1984 sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang – Undang Nomor 36 tahun
2008,dinyatakan bahwa :
“Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan
usaha diantaranya adalah biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa
termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang
diberikan dalam bentuk uang”
“Iuran atau premi Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Kecelakaan Kerja
(JKK) ke PT. Jamsostek merupakan biaya yang dapat dikurangkan dan
merupakan objek PPh 21”
“Iuran Jaminan Hari Tua (JHT) ke PT. Jamsostek atau iuran pensiun ke
Dana Pensiun yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan, dapat
dikurangkan dan bukan objek PPh Pasal 21”
Dari peraturan-peraturan pajak tersebut di atas kita dapat menyimpulkan
bahwa segala macam tunjangan merupakan penghasilan bagi pegawai tetap
dan sifatnya taxable atau terutang serta wajib dipotong pajak penghasilan.
Tunjangan yang diberikan oleh pemberi kerja adalah biaya
yang
diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan bruto karena merupakan biaya
71
untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. Pada perusahaan
ini biaya jamsostek yang harus dikoreksi adalah sebesar Rp 73,301,262 pada
tahun 2011 dan Rp 70,389,065 pada tahun 2012.
6. Biaya Konsultan
Perusahaan menggunakan jasa pihak ke tiga atas konsultan pajak, atas
penggunaan jasa tersebut perusahaan harus melakukan pemotongan PPh pasal
23 sebesar Rp 9,457,980 pada tahun 2011.
7. Biaya Perijinan
Perusahaan menggunakan jasa pihak ke tiga atas konsultan hukum, atas
penggunaan jasa tersebut perusahaan harus melakukan pemotongan PPh pasal
23 sebesar Rp 15,824,500 pada tahun 2011.
8. Pendapatan Bunga (Jasa Giro)
Pendapatan bungan atau jasa giro harus dikoreksi karena pendapatan bunga
(Jasa Giro) merupakan pendapatan yang bersifat final dalam pasal 4 ayat (2)
UU PPh. Penghasilan pendapatan final tidak perlu diperhitungkan kembali
pada akhir tahun pajak dan tidak boleh ditambahkan dalam laporan Laba Rugi
fiskal perusahaan jadi harus dikoreksi negatif. Koreksi negatif untuk tahun
2011 sebesar Rp 590,000 dan Rp 786,000 pada tahun 2012.
9. Pendapatan Lain-Lain
Perusahaan mengakui adanya pendapatan lain-lain dalam laporan laba rugi
tetapi perusahaan tidak dapat merinci asal dari pendapatan lain-lain tersebut,
oleh karena itu pendapatan lain-lain harus dikoreksi negatif, jumlah
72
pendapatan lain-lain yang harus dikoreksi adalah Rp 12,798,000 untuk tahun
2011 dan Rp 27,756,000 untuk tahun 2012.
10. Laba Selisih Kurs
Dalam penghitungan pajak bagi wajib pajak yang menggunakan mata uang
asing harus menggunakan kurs Keputusan Menteri Keuangan (KMK)
berdasarkan tanggal faktur dan pada saat pencatatan dalam akun pembelian
saat dibukukan (saat pemesanan) menggunakan Kurs Tengah BI dan hal yang
sama digunakan Kurs BI pada saat tanggal realisasi (Pelunasan). Atas kondisi
ini (tanggal yang berbeda antara pencatatan saat pemesanan/invoice dan
tanggal pelunasan) menyebabkan adanya laba atau kerugian akibat selisih kurs
tersebut sepanjang penggunaan Kurs dilakukan secara taat asas dan konsisten.
Dan tentunya akan terlihat laba atau rugi atas selisih kurs tersebut pada
laporan keuangan yang dilaporkan pada akhir tahun. Dalam penghitungan
PPN wajib pajak menggunakan kurs Keputusan Menteri Keuangan (KMK)
berdasarkan tanggal faktur dan kurs yang sama (Kurs KMK) pada saat
pencatatan
dalam
akun
pembelian saat
dilakukan pencatatan (saat
pemesanan/invoice). Dan wajib pajak menggunakan Kurs Tengah BI pada saat
tanggal realisasi (Pelunasan). Atas kondisi ini (tanggal yang berbeda antara
pencatatan saat pemesanan dan tanggal pelunasan) menyebabkan mengalami
laba atau kerugian atas selisih kurs tersebut sepanjang penggunaan Kurs
dilakukan secara taat asas dan konsisten, dan tentunya akan tetap terlihat laba
atau rugi atas selisih kurs tersebut pada laporan keuangan yang dilaporkan
pada akhir tahun. Kurs yang digunakan pada umumnya oleh perusahaan
73
adalah pada saat terjadinya transaksi adalah kurs pada tanggal transaksi
tersebut dilakukan (Kurs Tetap), sedangkan pada saat pembuatan pelaporan
kurs yang digunakan adalah kurs yang telah dipilih dan ditetapkan oleh
perusahaan. Apabila terjadi perbedaan kurs antara tanggal transaksi dengan
tanggal neraca maka perusahaan memasukkan selisih tersebut pada akun
keuntungan atau rugi akibat selisih kurs. Laba selisih kurs yang disebabkan
oleh fluktuasi kurs pada tahun 2011 sebesar Rp 9,698,000 dan pada tahun
2012 sebesar Rp 10,697,006.
4.3.2. Rekonsiliasi Fiskal Sebelum Dan Sesudah Perencanaan Pajak
Rekonsiliasi timbul karena adanya perbedaan penghasilan dan biaya antara
laporan laba rugi komersial dan laporan laba rugi fiskal sehingga menimbulkan
perbedaan dalam menghitung besarnya penghasilan kena pajak. Dalam
penyusunan laporan keuangan fiskal, wajib pajak harus mengacu pada peraturan
perpajakan dimana tidak semua biaya komersial dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto sedangkan laporan keuangan komersial mengacu pada PSAK
dimana semua biaya komersial dapat mengurangi penghasilan bruto perusahaan.
Perencanaan pajak yang dapat dilakukan perusahaan dengan meminimalkan beban
pajak adalah dengan melakukan koreksi positif atas biaya-biaya komersial dan
memaksimalkan koreksi fiskal negatif.
Untuk lebih memahami, berikut tabel perincian selisih penghematan pada laporan
keuangan fiskal perusahaan:
74
Tabel 4.5
Perincian Penghematan Pajak
Laporan keuangan Fiskal Sebelum dan sesudah perencanaan pajak
Tahun 2011
KETERANGAN
2011
gaji
parkir, tol dan solar
biaya perawatan
biaya perlengkapan kantor
biaya penyusutan peralatan kantor
biaya perjalanan dinas
biaya pengobatan karyawan
biaya jamsostek
biaya telp
biaya listrik
biaya entertain
biaya admin bank
biaya bunga pinjaman bank
perijinan
konsultan
biaya lain-lain
total
jasa giro
laba selisih kurs
pendapatan lain-lain
total
selisih penghematan
Sumber: Data diolah penulis
KOREKSI FISKAL
SEBELUM
PERENCANAAN
PAJAK
(995,150,559)
(113,532,075)
(68,258,824)
(78,750,082)
(21,335,663)
(15,230,692)
(96,508,733)
(93,507,803)
(18,862,350)
(105,309,482)
(45,824,500)
(23,634,230)
(5,250,000)
(1,681,154,993)
12,798,000
12,798,000
389,262,543
KOREKSI FISKAL
SETELAH
PERENCANAAN
PAJAK
(995,150,559)
(113,532,075)
(64,170,074)
(78,750,082)
(21,335,663)
(15,230,692)
(94,458,733)
(93,507,803)
(16,300,000)
(18,862,350)
(105,309,482)
(61,649,000)
(33,092,210)
(5,250,000)
(1,716,598,723)
341,020,813
48,241,730
75
Berikut perincian untuk perincian penghematan tahun 2012
Tabel 4.6
Perincian Penghematan Pajak
Laporan keuangan Fiskal Sebelum dan sesudah perencanaan pajak
Tahun 2012
KETERANGAN
2012
gaji
parkir, tol dan solar
biaya perawatan
biaya perlengkapan kantor
biaya penyusutan peralatan kantor
biaya perjalanan dinas
biaya pengobatan karyawan
biaya jamsostek
biaya telp
biaya listrik
biaya entertain
biaya admin bank
biaya bunga pinjaman bank
biaya Asuransi pabrik dan kendaraan
PBB
biaya lain-lain
total
jasa giro
laba selisih kurs
pendapatan lain-lain
total
selisih penghematan
Sumber: Data diolah penulis
KOREKSI FISKAL
SEBELUM
PERENCANAAN
PAJAK
(1,055,150,559)
(113,535,670)
(88,257,760)
(68,750,560)
(22,356,400)
(12,263,972)
(77,709,099)
(91,803,560)
(17,862,700)
(98,890,940)
(29,600,500)
(15,870,996)
(3,674,340)
(1,695,727,056)
27,756,000
27,756,000
474,644,544
KOREKSI FISKAL
SETELAH
PERENCANAAN
PAJAK
(1,055,150,559)
(113,535,670)
(111,727,760)
(68,750,560)
(22,356,400)
(12,263,972)
(76,209,099)
(91,803,560)
(12,120,050)
(17,862,700)
(98,890,940)
(29,600,500)
(15,870,996)
(3,674,340)
(1,729,817,106)
412,798,494
61,846,050
76
Dari tabel rekonsiliasi fiskal sebelum dan sesudah perencanaan pajak diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa perusahaan dengan melakukan perencanaan pajak atas
biaya-biaya komersial maka perusahaan memperoleh penghematan PPh Badan
pada tahun 2011 sebesar 12.39 % dan tahun 2012 sebesar 13.03 %.
Berikut ini beberapa penjelasan atas usulan perencanaan pajak adalah sebagai
berikut :
1. Biaya penjamuan dikeluarkan perusahaan untuk tamu atau customer ,maka
perencanaan pajak yang dapat dilakukan adalah dengan membuat daftar
nominatif atas pengeluaran biaya penjamuan tersebut. Dengan adanya daftar
nominatif tersebut maka biaya penjamuan atau entertain dapat diakui sebagai
biaya dan dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto. Daftar nominative
harus dibuat jelas dengan melampirkan : nomor urut, tanggal diberikan, nama
tempat, alamat dan jenis entertain yang diberikan ,nama posisi perusahaan dan
jenis usaha. Hal ini sesuai dengan surat edaran Dirjen Pajak nomor SE27/PJ.22/1986 tertanggal pada 14 Juni 1986 tentang biaya penjamuan dan
sejenisnya.
2. Biaya telp dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto, tetapi dalam biaya
telp terdapat pulsa yang dikeluarkan perusahaan untuk karyawan dan juga
handphone sehingga dapat dibebankan sebagai biaya hanya 50%(lima puluh
persen) berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-
77
220/PJ./2002 tentang perlakuan pajak penghasilan atas biaya pemakaian telp
selular dan sebagainya.
3. Pendapatan bunga atas jasa giro yang diperoleh perusahaan harus dikoreksi
negatif karena atas penghasilan tersebut sudah dikenakan pajak yang bersifat
final sebesar 20%. Untuk menghindari pajak ganda yaitu pasal 4 ayat (2) atas
pendapatan bunga dan PPh pasal 17 ayat (1) atas wajib pajak badan maka
perusahaan harus melakukan koreksi negatif.
4. Pendapatan lain-lain yang diperoleh perusahaan harus dikoreksi negatif
karena atas pendapatan tersebut perusahaan tidak dapat merincikan sumbernya
berasal dari mana sehingga tidak dapat diakui sebagai pendapatan dalam
penghasilan lainnya agar dapat diakui sebagai tambahan penghasilan maka
perusahaan perlu memperinci asal dari pendapatan tersebut.
Download