PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA ANAK TK DI KECAMATAN KADUR KABUPATEN PAMEKASAN Ahmad Hasin Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Dalam proses pemerolehan bahasa kedua terdapat teori environmentalist yang menjelaskan bahwa di dalam pemerolehan bahasa itu tidak ada potensi bawaan pada manusia dan bahwa belajar bahasa semata-mata merupakan konsekuensi pengalaman dirinya. Hal ini akan diteliti pada sisw TK di Kecamatan kadur Kabupaten Pamekasan. Rumusan masalah penelitian adalah bagaimanakah pemerolehan kata dan kalimat anak TK di Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan berdasarkan teori Environmentalist, dan apasajakah faktor yang mempengaruhi pemerolehan kata dan kalimat pada anak TK di Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan berdasarkan teori Environmentalist?Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa sebagai sumber primer dan guru sebagai sumber sekunder. Teknik yang digunakan adalah wawancara, observasi, dokumentasi, dan studi pustaka. Dalam melakukan analisis data peneliti menggunakan analisis model Miles dan Huberman yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Setelah dilakukan pembahasan, diperoleh simpulan bahwa siswa TK di Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan hanya mampu memperoleh 5 jenis kata yaitu kata kerja, kata benda, kata ganti, kata tanya dan kata seru. Dibidang kalimat terdiri dari 5 jenis, yaitu kalimat berita, kalimat perintah, kalimat larangan, kalimat tanya, dan kalimat seru sedangkan proses pemerolehan kalimat juga melewati 3 proses yaitu, peniruan, frekuensi stimulus, dan Reinforsment (penguatan). Faktor- faktor yang mempengaruhi pemerolehan kata dan kalimat adalah jarak sosial dari jarak psikologis. Kata kunci: pemerolehan bahasa, bahasa kedua PENDAHULUAN Kedudukan Bahasa Indonesia terkadang sebagai B1 dan kadang pula sebagai B2. Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua artinya setelah seorang anak memperoleh bahasa pertamanya (B1), maka anak itu akan mengalami proses pemerolehan Bahasa kedua (B2). Digunakannya istilah pemerolehan Bahasa kedua dikarenakan ada sebagian para pakar beranggapan bahwa bahasa kedua merupakan sesuatu yang dapat diperoleh baik secara formal dalam pendidikan maupun informal di luar pendidikan. Dalam kaitannya dengan proses pemerolehan bahasa kedua itu banyak teori bermunculan guna menjelaskan dan memberi pemahaman. Salah satu teori itu adalah teori Environmentalist. Teori ini berpendapat bahwa di dalam pemerolehan bahasa itu tidak ada potensi bawaan pada manusia dan bahwa belajar bahasa semata-mata merupakan konsekuensi pengalaman dirinya (Ghazali,2000:79). Teori yang NOSI Volume 2, Nomor 8, Februari 2015___________________________________Halaman | 13 dikembangkan oleh Schumann meyakini bahwa keberhasilan belajar bahasa banyak dipengaruhi pengalaman yang diperolehnya. Di wilayah Pamekasan mayoritas penduduknya berbahasa ibu Bahasa Madura. Ketika sang anak mulai diperkenalkan dengan Bahasa Indonesia sebagai bahasa barunya cenderung setiap anak itu berbeda dalam kemampuan memperoleh bahasa barunya tersebut. Salah satunya adalah dijelaskan oleh teori Environmentalist bahwa anak mempunyai sikap positif terhadap bahasa Indonesia tentu akan semakin cepat ia dalam proses pemerolehan bahasanya. Sikap positif misalnya datang dari diri siswa sendiri yang merasa senang menggunakan bahasa Indonesia. Sebaliknya anak akan semakin lambat dalam pemerolehan bahasanya jika mereka tidak mempunyai sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Misalnya mereka sering kali mengalihkan bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang lain ketika berbicara. Fakta memperlihatkan bahwa anak TK Miftahul Ulum Desa Kertagena Tengah, TK Addurriyah III Desa Bangkes, TK Al-Warokot Desan Pamaroh, TK Tunas Harapan Desa Kertagena Laok, dan TK Panca Karsa Desa Sukalelah yang kesemuanya berkedudukan di Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan kebanyakan tidak biasa berbahasa Indonesia dengan lancar meskipun selama ini telah dilakukan suatu usaha agar anak-anak disekolah ini menggunakan bahasa Indonesia , namun mereka enggan menggunakannya. Misalnya pada saat guru bertanya dalam bahasa Indonesia , maka jawaban mereka tetap saja dalam bahasa madura. Meskipun mereka sudah naik kelas mereka enggan menggunakan B2 mereka. Peneliti berfikir banyak faktor yang mempengaruhi di dasarkan pada teori Environmentalist. Dengan dasar ini peneliti akan melihat bagaimana sikap dan motivasi mereka dalam menerima bahasa Indonesia. Tentunya jika sikap dan motivasinya buruk, sulit untuk diri anak bisa membawa dirinya pada tingkat pemerolehan yang lebih baik. Sikap baik atau tidaknya seorang anak terhadap B2nya misalnya terlihat dari bagaimana anak atau pembelajar dalam menanggapi orang lain yang sedang berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan latar belakang ini peneliti mengangkat judul “Pemerolehan Bahasa Kedua Anak TK di Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan”. Berdasarkan latar belakang masalah maka Permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini bagaimanakah pemerolehan kata anak TK di Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan berdasarkan teori Environmen-talist?, Bagaimanakah pemerolehan kalimat anak TK di Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan berdasarkan teori Environmen-talist? Apasajakah faktor yang mempengaruhi pemerolehan kata dan kalimat pada anak TK di Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan berdasarkan teori Environmentalist? Berdasarkan rumusan masalah maka penelitan ini bertujuan Mendeskripsikan pemerolehan kata anak TK di Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan berdasarkan teori NOSI Volume 2, Nomor 8, Februari 2015___________________________________Halaman | 14 Environmentalist. Mendeskripsikan pemerolehan kalimat anak TK di Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan berdasarkan teori Environmentalist. mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi pemerolehan kata dan kalimat anak TK di Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan berdasarkan teori Environmentalist. METODE Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, sedangkat jenis penelitian adalah deskriptif. Metode deskriptif adalah metode yang menggunakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang diamati (Moleong, 2007:3).Studi deskriptif berusaha mendeskripsikan dan mengiterpretasi apa yang ada, yaitu dengan membuat deskripsi tentang pemerolehan, bentuk kata, dan bentuk kalimat bahasa Indonesia. Sejalan dengan pendapat itu maka Faisal mengatakan bahwa studi deskriptif, mempunyai tujuan membuat pemberian secara faktual, akurat dan dan sistematis tentang fakta-fata dan sifat-sifat objektif yang diteliti (Faisal, 1982:119). Dengan metode deskriptif kualitatif ini peneliti akan mendapatkan gambaran secara kualitatif tentang pemerolehan bahasa kedua anak TK yang masing-masing telah terdapat dalam klasifikasi berdasarkan hasil analisis. Secara terperinci teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dokumentasi, dan dokumentasi. Wawancara adalah pembicaraan dua orang atau lebih dengan melibatkan penanya yang ditanya, seperti yang ditegaskan oleh Moleong mengatakan bahwa wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (2008:186). Dalam hal ini peneliti mengadakan tanya jawab secara langsung dengan informan yaitu guru sekolah. Dengan tujuan mendapatkan informasi yang jelas mengenai jarak social dan jarak psikologis , maka dalam hal ini peneliti menggunakan bahasa Indonesia kepada guru, namun menggunakan bahasa madura kepada siswa, mengingat siswa TK di Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan belum bias berbahasa Indonesia yang lancar. Observasi (pengamatan) adalah melihat dan mengamati, sendiri, kemudian mencatat bahasa anak yang sebagaimana ditemui dalam keadaan sebenarnya. Dalam kegiatan observasi ini peneliti berbaur secara langsung dalam kegiatan pembelajaran. Pada saat itu juga peneliti mengamati kata dan kalimat yang muncul dari diri anak. Dokumentasi, mencari dokumen-dokumen yang sesuai dengan tujuan penelitian seperti buku absen siswa, dan sebagainya. Studi pustaka yaitu melalui studi kepustakaan. Suatu permasalahan akan dapat diidentifikasi dengan pendekatan teori, pendapat ahli dan beberapa tokoh. NOSI Volume 2, Nomor 8, Februari 2015___________________________________Halaman | 15 Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik nonstatistik. Teknik nonstatistik dgunakan untuk memperoleh hasil analisis secara kualitatif yang berupa komunikasi lisan anak TK yang nantinya akan diamati kata dan kalimat yang dikeluarkan anak. Metode analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode analisis kualitatif, seperti yang dikembangkan oleh Miller dan Hoberman (1992 yakni menggunakan analisis model interaktif dengan tiga prosedur yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (dalam Moleong, 2005:249). HASIL DAN PEMBAHASAN Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan yang telah ditetapkan, maka hasil penelitian ini disajikan secara berurutan. Hasil penelitian yang akan diuraikan berupa pemerolehan kata dan kalimat di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan, antara lain yaitu TK Miftahul Ulum Desa Kertagena Tengah, TK Addurriyah III Desa Bangkes, TK Al-Warokot Desa Pamaroh, TK Tunas Harapan Desa Kertagena Laok, dan TK Panca Karsa Desa Sukalelah. Mengenai pemerolehan kata akan disajikan hasil (1) jenis kata dan tahap pemerolehan kata yang diperoleh anak, (2) jenis dan tahapan memerolehan kalimat yang diperoleh anak. Pemerolehan B2 dalam penelitian ini didasarkan pada teori enviromentalist. Teori tersebut melihat bagaimana hasil pemerolehan B2 anak yang ditentukan oleh jarak sosial dan jarak psikologis anak. Untuk itu perlu disini ditentukan tentang jarak sosial dan jarak psikologis tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain ialah pertalian sosial antara kelompok B2 dan kelompok sasaran. Jenis Kata yang Diperoleh Dalam pemerolehan kata Taman Kanak-Kanak berkisar pada kata tunggal. Kata tunggal tersebut tentunya beragam jenisnya berdasarkan fungsi dari kata tunggal itu sendiri. Berikut. adalah hasil dari pemerolehan kata anak di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan macam kata yang diperoleh anak terdiri dari 5 jenis, yaitu; kata Kerja, kata benda, kata ganti, kata tanya, dan kata seru. Dalam proses pemerolehan kata yakni melewati tiga proses yaitu, peniruan, frekuensi stimulus, dan Reinforsment (penguatan).Berdasarkan hasil analisis data, yang melalui proses peniruan yang didapatkan peneliti adalah sebagai berikut; Paham (P1), Hai! (P4), apa? (P5), Mobil (P6), Perahu (P7), Aduh! (P8), Sama (P9), Diam (P14), Siapa? (P16), Mana? (P18), Dia (P23).Kata yang melalui proses stimulus yang didapat adalah sebagai berikut; Puasa (S1), Duduk (S2), Jangan (S10), Maju (S12), Masuk (S15), Bakar (S17), Cukup (S19), Hentikan (S20), Bangun (S24), Cepat (S25). Kata yang melalui proses penguatan (reinforcment) adalah sebagai berikut: Keluar (R11), Istirahat (R11), Kapal-kapalan (R21), Ngantuk (R22) Jenis Kalimat yang Diperoleh Jenis kalimat yang diperoleh anak Taman Kanak-Kanak berkisar pada kalimat tunggal. Kalimat tunggal NOSI Volume 2, Nomor 8, Februari 2015___________________________________Halaman | 16 tersebut tentunya beragam jenisnya berdasarkan fungsi dari kalimat tunggal itu sendiri. Hasil dari pemerolehan kalimat anak di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan, antara lain yaitu TK Miftahul Ulum Desa Kertagena Tengah, TK Addurriyah Desa Bangkes, TK AlWarokot Desa Pamaroh, TK Tunas Harapan Desa Kertagena Laok, dan TK Panca Karsa Desa Sukalelah terdiri atas lims jenis kalimat, yaitu kalimat berita, kalimat perintah, kalimat larangan, kalimat tanya, dan kalimat seru. Kalimat anak TK di Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan yang melalui proses peniruan yang didapatkan peneliti adalah sebagai berikut; kalo puasa ga’ boleh makan (P1), ibu amarah itu apa? (P2), kata bu Fatma kalo puasa ngga’ boleh makan (P3), kata bu Indah kalo mukul orang itu dzalim ya bu? (P5), ayo teman-teman ada yang mau beli? (P13), ini bukan ngaji, ini buku tulis (P22), kata bu Was kamu yang mau ngaji (P23), apa kamu, aku akan menembakmu (P26), ini bu duduk dikursiku (P31), mana aku pinjem lemnya (P49), tangannya ngacung! Ayo ngacung (P52), aku gaul. Aku bisa gaul (P62), iya aku punya adik kecil disana (P66), bukan bu, aku besar adik ku kecil (P67), anak-anak berdo’a ayo! Cepat! (P71). aku ga’ suka pisang (P27), kalau sudah jatuh ke tanah nggak boleh diambil ya? (P29), kalau udah masuk makan kita katanya (P35), anak-anak cepetan masuk kata ibu kalau enggak, nanti pintunya mau ditutup! (P39), emang ali nggak hati-hati bu (P73), ibu, itu disana air kotor banyak nyamuk kata kakakku kalau air kotor (P75), aku lewat sana itu, di jalan (P77). Kalimat yang melalui proses stimulus yang didapat adalah sebagai berikut; ini balok, buat nanti main sama teman-teman (S4), ini mobil bu (S6), kalau ini perahu, yang ini pohon, eh ada restoran juga nih (S7), eh jangan dicopot itunya (S10), bu aden jahat, balokku dicopot itu (S11), sakit tahu kamu mukul-mukul (S24), ini bu, erik mukul aku (S25), aku didorong sama abas bu (S28), aku yang mau nulis dipapan (S30), ngga’ boleh duduk dibangku itu kamu (S32), aku nggak ngaji dulu bu, mau pipis (S33), mana pensilku? Kamu ga’ pinjem pensilku? (S45), eh jangan main balok itu dilihatin ibu (S46), jangan lempar-lempar abu, debunya sampai ke aku neah (S48), bu abas menggangguku, aku menggambar (S50), nanti aku bilangin kamu mencubit aku (S51), aku mau gambar masjid kaya itu, aku tahu (S53), ini rasanya pahit, aku tahu rasanya (S55), ini sayurnya digoreng (S56), aku bawa ini buat oleholeh (S57), ada cecak bu diatas (S58), sampe’ kaget aku (S50), bu tulisin Capek aku tulisin! (S60), jagain bukuku ya, aku mau keluar! (S61), ayo lawan, pukul bu (S63), gambarnya kayak donat (S64), aduh, punggungku gatal ini, garukin ! (s65), aku gambar lingkaran (S68), ayo kabur eka (S69), kabur eka ada hantu (S70), liatin nih aku mau ngangkat jualanku (S14), ini uangnya, aku mau beli eskrim (S15), kamu buat tempat duduk ya? (S16), ini buat bakar ikan, ini ikannya sama koreknya (S17), apa kamu da.. kok marah-marah? (S18), da… kamu yang sabar ngga’ boleh ngambekan (S19), ini palu bu, bapak NOSI Volume 2, Nomor 8, Februari 2015___________________________________Halaman | 17 pakek ini kalau dirumah (S20), itu pisang ya.. aku ga’ suka pisang (S27), pensilku tadi dilempar-lempar sama irma (S37), aku sakit perut (S38), ini bunga-bungaan (S40), kalau punyaku kapal-kapalan (S41), jangan minum terus nanti airku habis, tu khan habis (S43), wah, aden hebat, yeach (S49), ali lempar itu kena pipiku, luka khan perih tau (S72), tenang, tenang, Cuma sedikit kok (S74), minggir aku mau lewat (S76), ebok mana? Ko’ ga’ dateng? (S78), ebokku itu baru dateng (S79). Sebagaimana dalam proses pemer-olehan kata, maka proses pemerolehan kalimat juga melewati tiga proses yaitu, peniruan, frekuensi stimulus, dan reinforsment (penguatan). Kalimat yang melalui proses penguatan (reinforcment) adalah sebagai berikut (R8), itu khan… bagus khan kata ibu (R9), eh… balokmu sedikit, lihat nih balokku banyak (R12), dah bel bu… aku nulisnya udah, aku istirahat ya bu (R34), ini sepatu baru bu, kemarin aku dibeliin bapak (R47), hey, aku pinter kata ibu tuch (R54), aku mau dikasih bintang bu (R21), kamu punya pensil warna kuning? Aku punya (R36), harum ya bunga-bungaanku? (R42). Faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan B2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan Bahasa kedua siswa TK di Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan adalah jarak sosial dan jarak psikologis. Identifikasi ini sebagai landasan terhadap hasil pemerolehan B2 anak di Taman KanakKanak Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan, antara lain yaitu: TK Miftahul Ulum Desa Kertagena Tengah, TK Addurriyah III Desa Bangkes, TK Al-Warokot Desa Pamaroh, TK Tunas Harapan Desa Kertagena Laok, dan TK Panca Karsa Desa Sukalelah. Sesuai dengan teori yang dipaparkan Schumann bahwa jika jarak sosial dan jarak psikologis tinggi pemerolehan B2 akan jelek, tetapi jika jarak sosial dan jarak psikologis rendah pemerolehan akan baik. Berdasarkan landasan teori, maka pemerolehan bahasa kedua dipengaruhi oleh jarak sosial dan jarak psikologis. Jarak sosial dan jarak psikologis yang tinggi akan menjadikan pemerolehan kalimat tidak optimal. Sebaliknya, jarak sosial dan jarak psikologis yang tidak terlalu tinggi akan menjadikan pemerolehan kalimat lebih maksimal. Jarak sosial yang tinggi menggambarkan situasi belajar yang kurang baik. Sesuai dengan batasan masalah situasi belajar itu digambarkan oleh hal-hal berikut. ini, yaitu a) ada tidaknya dominasi sosial, keterlibatan dalam kelompok, kepaduan, besarnya kelompok dan sikap, sedang jarak psikologis ditentukan oleh goncangan bahasa, budaya, motivasi, dan batasbatas kelakuan. Ketika pelajaran membaca satu persatu anak dipanggil untuk membaca buku bacaan. Siswa yang tidak kebagian waktu membaca buku bermain-main dengan balok yang ada dilemari tempat balok diletakkan. Sati kali guru menegur siswa yang bermain balok “mas mukti nanti aja mainnya”, “banni guleh bu”, merasa kaget dan tersentak langsung membela diri. “mainnya nanti aja ya!”, nasehat guru sambil mengambil balok NOSI Volume 2, Nomor 8, Februari 2015___________________________________Halaman | 18 dari tangan alan. : bu, benar ya nanti boleh main balok? “tanya alan pada guru“ “iya” jawab guru, pelajaran membaca dilanjutkan, satu persatu siswa TK dipanggil, mukti kembali lagi mengambil balok dan dimainkan. Alan menegurnya “jangan main balok, dilihatin ibu tu…”, “enten esabeeh bu” kata mukti menaruh balok ketempat semula. Adapun yang telah dilakukan guru diatas adalah sebagai bentuk menghilangkan dominasi sosial dari mereka kepada siswanya. Guru tidak selalu berbahasa indonesia ketika butuh bagi dirinya untuk menggunakan bahasa madura. Namun tidak demikian dengan siswa, siswa mendominasikan dirinya hanya pada bahasa madura saja dan jarang menggunakan bahasa indonesia ketika berkomunikasi dengan guru. Ciri gambaran proses belajar yang menjadi gambaran bahwa jarak sosial di TK di Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan masih tinggi adalah:kepaduan dan sikap. Hal tersebut dibuktikan dari situasi berikut.; Situasi agak kacau semua siswa berlomba-lomba menciptakan kreasi balok-balok yang disusun dari berbagai bentuk. siswa yang sedang menyusun balok-balok kecil keatas. Peneliti menghampiri anak-anak yang sedang asyik tersebut “aduh lagi buat apa ini? bagus ya!” sentak siswa menjawab “ ini mobilku, kalo ini perahu. ‘oh ini mobil?” tanya peneliti lagi” iya bu, ini mobil”. Menunjukkan bentuk mobilmobilan yang berada dibawah susunan balok. Peneliti hanya memperhatikan mereka bermain, dalam percakapan mereka menggunakan bahasa madura untuk saling bercanda, sebentar marah, dan memerintah”. Peneliti menyambung lagi pertanyaan”kalau yang ini apa? siswa yang lain yang sedang memegangi susunan balok melepas satu tangannya untuk menunjukkan pada peneliti apa yang ada diatas balok. ” Kalau ini perahu bu, eh ada restoran juga”. Anak tersebut dengan bersemangat menunjuk benda yang dimaksud. Sebentar kemudian peneliti menyapa siswa yang ada di dekat siswa yang lain ‘ hai adek, lagi main juga? Asyik kayaknya”. Tidak seperti siswa yang lain hanya tersenyum-senyum. “adek, ini apa namanya?” tambah peneliti. “”tak oneng ghuleh” jawab siswa. ‘kalau ini?” Tanya peneliti lagi. sambil tersenyum siswa menjawab “ka bhungkaan nekah paleng” jawab ia sambil tersipu malu. Situasi diatas menunjukkan kalau siswa TK di Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan cukup padu. Sebab, selama peneliti menemani siswa bermain tak sedikitpun mereka menggunakan bahasa Indonesia dalam interaksinya dengan sesama teman. Keadaan itu juga sebagai gambaran bahwa mereka jarang ada keterlibatan dengan kelompok sasaran yang tentunya penggunaan bahasa Indonesia. Sebab, meskipun dalam pembelajaran siswa jarang menggunakan bahasa Indonesia. Sedang mengenai sikap, sebagian sudah bisa bersikap positif seperti yang dilakukan alan dan wilda. Namun sebagian lagi masih ada yang sikapnya kurang menyambut terhadap bahasa Indonesia, seperti yang terlihat pada diri siswa. Apabila berbicara masalah besarnya kelompok tentunya NOSI Volume 2, Nomor 8, Februari 2015___________________________________Halaman | 19 kelompok bahasa madura lebih besar dari pada kelompok bahasa indonesia, sebab jumlah siswa lebih banyak dari pada kelompok guru. Sedangkan mengenai motivasi dapat dikatakan bahwa ada sebagian siswa yang telah memiliki motivasi untuk menggunakan bahasa Indonesia, namun masih ada sebagian dari siswa yang motivasinya masih kurang. Guru menggunakan bahasa indonesia sebagai bahasa pengantar bagi siswa dalam menyampaikan materi agar disambut baik oleh siswa TK di TK Di Kecamatan Kadur, hasilnya ada yang menyambut dan ada yang tidak Pagi itu siswa sudah merapikan diri dikursi dan melipat tangan diatas meja. Guru mulai menyampaikan materi hari itu. Kebetulan tema hari itu adalah bulan puasa. “Anak-anak kalau kita lagi puasa kita tidak boleh makan dan minum serta tidak boleh punya sifat amarah; ayo siapa yang belum puasa? Mbak diana sudah pernah puasa belum? “diana dengan malu-malu menjawab” belum bu”. “kalau puasa gak boleh punya sifat amarah dek adek”. Dari belakang Zaid bertanya kepada guru” bu, amarah itu apa?”. “amarah itu maksudnya sifat marah-marah dan suka ngamuk-nagamuk itu lho mas Zaid. ” Kemudian mukti menjawa “tak oneng reh bu” disambung lagi oleh zaid dengan mengejek “huuh sapah tak taoh”. Dialog tersebut terlihat bahwa antara guru dan sebagian siswa samasama mempunyai sikap saling terbuka satu sama lain. Guru senantiasa selalu mengajak siswa-siswanya berkomunikasi dalam bahasa indonesia dan siswa- siswanya ada menyambut baik, seperti Zaid dan ada yang tidak, seperti Mukti. Mengenai penggambaran jarak psikologis siswa TK di Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan bisa tergambar dari konteks-konteks diatas. Dan konteks berikut. Ini. Situasi yang agak kacau pada waktu istirahat sudah mulai terlihat. Anak-anak berlari-lari dan ada pula yang hanya melongoh melihat teman-temannya bermain. Disitu ada mukti yang peneliti perhatikan merupakan salah satu siswa yang tidak mau menggunakan bahasa Indonesia. “mukti, sini ibu pengen ngomong sama mukti” mukti melihat pada peneliti, namun tetap berlarian. Beberapa kemudian mukti mendekat dan berkata “apah bu?” mukti pakai bahasa kalau ngomong ya” suruh peneliti kepada mukti. “siyah, abahasa, njek rah bu”. Kemudian mukti berlarian lagi ke halaman sekolah. Dengan situasi diatas dapat dikatakan bahwa dalam diri siswa masih terlihat adanya goncangan bahasa, batasbatas keakuan. Dalam jangka waktu penelitian satu bulan peneliti mendapat 82 kalimat. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan rumusan masalah, kajian pustaka, dan hasil analisis data tentang penelitian pemerolehan bahasa kedua anak Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan,jenis kata yang diperoleh anak terdiri dari lima jenis, yaitu; kata kerja, kata benda, kata ganti, kata tanya dan kata seru . Jenis kalimat yang diperoleh anak terdiri dari lima jenis, yaitu; kalimat berita, kalimat perintah, NOSI Volume 2, Nomor 8, Februari 2015___________________________________Halaman | 20 kalimat larangan, kalimat tanya, dan kalimat seru sedangkan proses pemerolehan kalimat juga melewati tiga proses yaitu, peniruan, frekuensi stimulus, dan Reinforsment (penguatan). Faktor- faktor yang mempengaruhi hasil identifikasi jarak sosial dari jarak psikologis anak Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan diperoleh kesimpulan berada jarak sosial dan jarak psikologis yang cukup tinggi. Hal tersebut yang membuat siswa-siswanya berada pada tahap pemerolehan yang jelek. Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan hanya mampu memproduksi beberapa kata dan kalimat baik itu di dalam kelas maupun di luar kelas. Siswa Taman KanakKanak di Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan memiliki jarak sosial dan jarak psikologis yang tinggi, maka siswa lebih banyak memproduksi kalimat berita dari pada kalimat perintah,larangan, tanya, maupun seruan. Hal itu sebagai bukti bahwa mereka belum ada motivasi yang tinggi untuk menggunakan bahasa indonesia. Selain itu masih ada strategi melalui tiga proses peniruan yaitupeniruan, frekuensi stimulus, dan reinforsment (penguatan),maka berdasarkan hasil penelitian proses peniruan paling sering digunakan anak, kedua proses stimulus, dan yang ketiga adalah proses penguatan (reinforsmen). Dengan ini dapat disimpulkan bahwa Taman KanakKanak di Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan belum mampu menghasilkan kalimat dan masih pada tahap peniruan. Artinya mereka belum bagus dalam pemerolehan bahasa indonesianya. Berdasarkan hasil penelitian diatas penulis dapat memberi saran sebagai berikut. Karena jarak sosial dan jarak psikologis sangat berpengaruh terhadap hasil pemerolehan bahasa kedua anak maka, bagi para pendidik hendaklah selalu berusaha agar anak didik mereka tidak berada pada jarak sosial dan jarak psikologis yang terlalu tinggi. Bagi seorang guru maupun orangtua hendaknya selalu mengajarkan bahasa Indonesia kepada anak agar dapat menambah wawasan berbahasa bagi anak khususnya dibidang kata dan kalimat. Gunakan teknologi yang ada untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia anak, meskipun pada dasarnya anak berbahasa ibu bahasa daerah tetapi, siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan tak kalah dengan yang berbahsa ibu bahasa Indonesia. DAFTAR RUJUKAN Anwar, Desi. 2002. KBI. Surabaya: Amelia Arikunto. Seharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Renika Cipta Chaer, Abdul.2000. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul.2003. LinguistikUmum. Jakarta: PT. Rineka Cipta Dardjowidjojo,Soenjono.2005. Psikolinguis-tik, Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan 0601 Indonesia Faisal, Sanafiah. 1982. Metodplogi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional Ghazali, Syukur.2000. Pemerolehan Dan Pengajaran Bahasa Kedua. NOSI Volume 2, Nomor 8, Februari 2015___________________________________Halaman | 21 Jakarta: Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah. IBRD Loan No.3979. Direkturat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Iskan dan Wassid, dkk 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Rosda Karya. Krisanjaya, dkk. 1998. Materi Pokok Teori Belajar Bahasa. Jakarta: Depdikbod Keraf, gorys. 2005. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Keraf, gorys. 2004. Komposisi. Jakarta: PT. Nusa Indah Mahsun, Dr.M.S. 2006. Metode Penelitian Bahasa; Tahapan Metode dan Strategi. Jakarta. PT. Raja Gratindo Persada Moleong, lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya Moleong, lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya. Tangan, Henry Guntur.1990. Pengajaran PemerolehanBahasa. Bandung: Angkasa NOSI Volume 2, Nomor 8, Februari 2015___________________________________Halaman | 22