BAB II KAJIAN TEORI PROSES PEMBELAJARAN MODEL PAKE MD DALAM IMPLEMENTASI KTSP DI KELAS X SMAN 20 BANDUNG A. Konsep Belajar dan Mengajar 1. Konsep Belajar Shambaugh & Magliaro (2006: 5) mengemukakan Over the past century, three theotretical approaches have provided the primary guidance for instructional practice: Behaviorism, Cognitive psychology, and constructivism. Dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar dapat dipandang dari tiga teori, teori behaviorisme, teori kognitivisme, dan teori konstruktivisme. Mayer (Shambaugh & Magliaro, 2006: 5) menyatakan three metaphors that parallel each of these approaches and provide ways of thinking about the theories. These metaphors are learning as response acquisition, learning as knowledge acquisition, and learning as knowledge construction. Berkaitan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Shambaugh & Magliaro, Mayer mendefinisikan ketiga pandangan tentang belajar tadi merupakan suatu metamorfosis dari perubahan makna belajar. Perubahan ini berasal dari paradigma belajar sebagai proses pengaruh lingkungan terhadap pembentukan diri. Lalu berubah menjadi belajar sebagai proses perolehan informasi, dan terakhir belajar sebagai proses pembangunan pengetahuan melalui pengalaman langsung. Sagala (2006: 37) mengemukakan belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu. Hal-hal pokok dalam pengertian belajar adalah belajar itu membawa perubahan 14 15 tingkah laku karena pengalaman dan latihan, perubahan itu pada pokoknya didapatkannya kecakapan baru, dan perubahan itu terjadi karena usaha yang disengaja. Saat ini belajar lebih lebih mengarah kepada teori konstruktivisme, yaitu pengetahuan akan lebih baik jika dibentuk dengan pengalaman langsung oleh manusia. 2. Konsep Mengajar Sering dikatakan mengajar adalah mengorganisasikan aktivitas siswa dalam arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar (directing and facilitating the learning) agar proses belajar lebih memadai. William H. Burton (Sagala, 2006: 61) mengemukakan bahwa mengajar adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. 3. Konsep Pembelajaran Secara umum pembelajaran dapat diartikan sebagai proses atau aktivitas belajar mengajar, sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu, sebagai hasil dengan interaksi dengan lingkungan. Mulyasa (2006: 255) mengemukakan pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Corey (Sagala, 2006: 61) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus 16 atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Pemahaman yang dikemukakan oleh Corey memandang pembelajaran sebagai pengelolaan lingkungan yang dilakukan untuk menghasilkan respon dalam situasi tertentu. UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 (Sagala, 2006: 62) memberikan konsep yang lebih mendalam, UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 mendefinisikan pembelajaran sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Seperti yang dijelaskan di atas, pembelajaran mempunyai dua kegiatan, belajar dan mengajar. Kegiatan pembelajaran biasanya dilakukan oleh dua pelaku utama, guru dan siswa. perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap, dan keterampilan. Hubungan guru, siswa , dan bahan ajar bersifat dinamis dan kompleks. 4. Pendekatan Dalam Pembelajaran Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan 17 tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Roy Kellen (Rusman, 2009: 193) mencatat bahwa terdapat dua pedekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centered approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau ekspositori. Sementara itu, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran inquiry dan discovery serta pembelajaran induktif. a. Proses Pengajaran Berorientasi pada Guru (Teacher Centered) Proses pembelajaran berpusat pada guru memposisikan guru sebagai subjek belajar dan siswa sebagai objek belajar. Sanjaya (2008: 96) menjelaskan dalam kegiatan belajar mengajar, guru memegang peran yang sangat penting. Guru menentukan segalanya. Mau diapakan siswa? Apa yang harus dilakukan siswa? Bagaimana cara melihat keberhasilan belajar? Semuanya tergantung guru. Oleh karena begitu pentingnya peran guru, maka biasanya proses pengajaran hanya akan berlangsung manakala ada guru, dan tak mungkin ada proses pembelajaran tanpa guru. konsep Teacher Centered sangat identik dengan konsep mengajar sebagai proses menyampaikan informasi atau materi pelajaran. Siswa sebagai objek belajar, dianggap sebagai individu yang pasif, yang tugasnya hanya sebagai penerima informasi atau materi. Segala sesuatunya diatur oleh guru, sehingga pemilihan materi terkadang tidak 18 berpijak pada kebutuhan siswa, akan tetapi berangkat dari pandangan apa yang menurut guru dianggap baik dan bermanfaat. b. Proses Pengajaran Berorientasi pada Siswa (Student Centered) Proses pembelajaran yang berpusat pada siswa menekankan siswa sebagai individu yang aktif atau sebagai subjek belajar. Karena setiap individu pasti sudah memiliki pengetahuan dasar. Menurut Jhon Locke (Yamin, 2007: 15) murid harus membangun sendiri pengetahuan mereka, seorang guru harus melihat mereka bukan sebagai lembaran kertas putih kosong, bahkan anak kelas I SD pun telah hidup beberapa tahun dan menemukan suatu cara yang berlaku dalam berhadapan dengan lingkungan hidup mereka. Mereka sudah membawa “Pengetahuan Awal”. Pengetahuan yang mereka punyai adalah dasar untuk membangun pengetahuan selanjutnya. Pembelajaran berpusat pada siswa sangat erat dengan pandangan belajar sebagai proses mengatur lingkungan. Sanjaya (2008: 99) menyatakan dalam student centered siswa tidak dianggap sebagai organisasi yang pasif yang hanya menerima informasi, akan tetapi dipandang sebagai organisme yang aktif, yang memiliki potensi untuk berkembang. Mereka adalah individu yang memiliki kemampuan dan potensi. 5. Metode Pembelajaran Yamin (2006: 153) berpendapat bahwa metode pembelajaran merupakan cara melakukan atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertetu. Metode yang 19 digunakan oleh guru tentunya didasarkan pada materi dan karakteristik dan materi pelajaran, sehinga mencapai pembelajaran yang efektif dan efisien. Berikut akan digambarkan sinkronisasi antara metode dengan kemampuan yang akan dicapai berdasarkan indikator yang telah dirancang atau disepakati oleh guru bersama-sama siswa. TABEL 2.1 JENIS-JENIS METODE PEMBELAJARAN NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 KEMAMPUAN YANG AKAN METODE DICAPAI BERDASARKAN INDIKATOR Ceramah Menjelaskan konsep/ prinsip/ prosedur Demonstrasi Menjelaskan suatu keterampilan berdasarkan standar prosedur tertentu Tanya jawab Mendapatkan umpan balik/ partisipasi/ menganalisis Penampilan Melakukan suatu keterampilan Diskusi Menganalaisis/ memecahkan masalah Studi mandiri Menjelaskan/ menerapkan/ menganalisis/ mensintesis/ mengevaluasi/ melakukan sesuatu hal yang bersifat kognitif maupun psikomotor Kegiatan pembelajaran Menjelaskan konsep/ prinsip/ prosedur terproram Latihan brsama teman Melakukan sesuatu keterampilan Simulasi Menjelaskan/ menerapkan/ menganalisis suatu konsep dan prinsip Pemecahan masalah Menjelaskan/ menerapkan/ menganalisis konsep/ prosedur/ prinsip tertentu Studi kasus Menganalisis dan memecah masalah Insiden Menganalisis dan memecah masalah Praktikum Melakukan suatu keterampilan Poyek Melakukan sesuatu/ menyusun laporan suatu kegiatan Bermain peran Menerapkan suatu konsep/ prisip /prosedur Seminar Menganalisis/ memecahkan masalah Simposium Menganalisis masalah Tutorial Menjelaskan/ menerapkan/ menganalisis 20 6. 19 Deduksi 20 Induksi 21 Computer Assisted Learning konsep/ prosedur/ prinsip Menjelaskan/ menerapkan/ menganalisis konsep/ prosedur/ prinsip Mensintesis suatu konsep, prinsip atau perilaku Menjelaskan/ menerapkan/ menganalisis/ mensintesis/ mengevaluasi sesuatu (Yamin, 2006: 154) Media Pembelajaran Lesle J. Briggs (Rusman, 2009: 151) menyatakan bahwa media pembelajaran sebagai “the physical means of conveying instructional content....book, films, videotapes, ect”. Lebih jauh Briggs menyatakan media adalah alat untuk memberi perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar. Media sangat berperan dalam proses penyampaian pembelajaran, karena hakikat media yang sebagai alat penyampai informasi dan perannya sebagai media komunikasi. Rusman (2009: 152) mengemukakan proses belajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, di mana guru berperan sebagai pengantar pesan dan siswa sebagai penerima pesan. Peranan media dalam proses pembelajaran dapat ditempatkan sebagai berikut. (1) Alat untuk memperjelas bahan pembelajaran pada saat guru menyampaikan plajaran. Dalam hal ini media digunaan guru sebagai variasi penjelasan verbal mengenai bahan pembelajaran. (2) Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut oleh para siswa dalam proses belajarnya. Paling tidak guru dapat menempatkan media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar siswa. (3) Sumber belajar bagi siswa, artinya media tersebut berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari para siswa baik secara individual maupun 21 keloompok. Dengan demikian, akan banyak membantu tugas guru dalam kegiatan mengajarnya. B. Model Pembelajaran Model pembelajaran juga mempunyai peran penting dalam pelaksanaan pembelajaran. Prinsip yang digunakan dalam pemilihan dan pelaksanaan model pembelajaran adalah prinsip tujuan pendidikan. Model pembelajaran haruslah merupakan jalan yang tepat mencapai tujuan pendidikan, dalam hal ini tujuan institusional, secara efektif dan efisien. Karena secara prinsipil model pembelajaran mempunyai hubungan yang kuat dengan tujuan atau misi sistem pendidikan pada tingkat satuan pendidikan. Joyce & Weil (Rusman, 2009: 223) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi model pembelajaran cenderung preskriptif, yang relatif sulit dibedakan dengan strategi pembelajaran. Rusman (2009: 223) mengemukakan bahwa model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu; b. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu; c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas; d. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (a) Urutan langkahlangkah pembelajaran (syntax); (b) Adanya prinsip-prinsip reaksi; (c) Sistem sosial; (d) Sistem pendukung. Keempat bagian tersebut 22 merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran; e. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran; f. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya. Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku (http://www.psb-psma.org/content/blog/pengertian-pendekatan- strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran). C. Model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Demokratis (PAKE MD) Pembelajaran merupakan implementasi kurikulum di sekolah dari kurikulum yang sudah dirancang dan menuntut aktivitas dan kreativitas guru dan siswa sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan secara efektif dan menyenangkan. Ini sesuai dengan yang dinyatakan Brooks bahwa “pembaharuan dalam pendidikan harus dimulai dari ‘bagaimana anak belajar’ dan ‘ bagaimana guru mengajar’, bukan dari ketentuan-ketentuan hasil.” (Rusman, 2009: 307). Salah satu model pembelajaran yang mendukung keterlaksanaan KTSP adalah model pembelajaran PAKEM (Partisipatif, Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Karena Model PAKEM ini berasal dari konsep pembelajaran harus berpusat pada anak (student-centered learning). 23 Model PAKEM ini diharapkan dapat menghasilkan pembelajaran yang berkualitas/bermutu dan menghasilkan perubahan yang signifikan, seperti dalam peran guru di kelas, perlakuan terhadap siswa, pertanyaan, latihan, interaksi, dan pengelolaan kelas. Wahyudin (Rusman, 2009: 312) menjelaskan tentang perubahan yang diharapkan dalam PAKEM sebagai berikut. TABEL 2.2 PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG DIHARAPKAN DARI PAKEM ASPEK Peran Guru DARI… Guru mendominasi kelas. Semua dari guru: • Informasi • Pertanyaan • Inisiatif • Penugasan • Umpan Balik • Penilaian Perlakuan terhadap siswa Semua siswa diperlakukan sama • Melakukan kegiatan yang sama • Maju bersama • Tingkat kesukaran sama untuk semua siswa • PR yang sama • Penilaian yang sama Pertanyaan 95% dari guru: • Pertanyaan tertutup • Dakta, hafalan, KE… Menjadi manajer/ fasilitator pembelajaran: • Inisiatif berasal dari siswa / guru • Sumber informasi beragam • Siswa banyak bertanya • Siswa kadang memilih tugas sendiri • Umpan balik dari teman sebaya Melayani adanya perbedaan individual • Maju sesuai dengan kecepatan masingmasing • Bisa melakukan kegiatan yang berbeda • Tingkat kesukaran sesuai kemampuan/minat masing-masing siswa • PR tidak harus sama • Macam-macam penilaian Pertanyaan dari siswa/guru, jenis pertanyaan bervariasi: 24 • ingatan Satu jawaban yang benar Dijawab dengan benar Jawaban: 1 kata/ ringkas Yang tersurat saja Latihan terbatas/kurang Jumlah latihan sedikit Pelaksanaan tugas “sekali jadi” Anak menunggu giliran Kurang menantang Interaksi • • • • Satu arah Guru ke siswa Intensitas interaksi Mutu interaksi Pengelolaan Kelas • • • Klasikal Individual Di dalam kelas Variasi Pembelajaran Tes formal • • • Latihan • • • • • • • • • • • • • • Siswa berpikir Pertanyaan terbuka Pertanyaan produktif Pertanyaan penelitian Problem Solving Jawaban terurai, bisa berbeda Latihan lebih intensif Jumlah soal memadai Selesai tugas: review, revisi review, revisirevisi • Setiap anak mendapat kesempatan yang sama • Lebih menantang: tuntutan tinggi dan anak lebih produktif • Hasil karya anak dipajangkan Banyak arah: • Guru ke siswa • Siswa ke guru • Siswa ke siswa • Siswa ke sumber belajar • Siswa ke orang dewasa Variasi: • Individual • Berpasangan • Kelompok kecil • Kelompok besar • Klasikal • Di luar kelas • Tes formal • Pembelajaran dan perbaikan berkelanjutan • Portofolio • Umpan balik • Penilaian diri/sesama siswa 25 Model PAKE MD merupakan inovasi dari model PAKEM, ketika KTSP benar-benar memberikan kesempatan untuk berkembangnya sekolah khususnya guru yang secara langsung terjun dalam proses pembelajaran. Model PAKE MD merupakan singkatan dari Model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, dan Demokratis. 1. Pembelajaran Aktif Pembelajaran aktif sangat mendukung terhadap pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa. Rusman (2009: 308) mengemukakan bahwa pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas. Illich (Brandes & Ginnis, 1987: 13) menjelaskan “In fact, learning is the human activity which least needs manipulation by others. Most learning is not the result of instruction. It is rather the result of unhampered participation in a meaningful setting. Most people learn best by being ‘with it’, yet school makes them identify their personal cognitive growth with elaborate planning and manipulation.” Menurut Illich, sebenarnya belajar adalah aktivitas manusia yang membutuhkan rekayasa dari luar dirinya atau lingkungannya. Belajar lebih banyak bukanlah hasil dari proses pengajaran, melainkan belajar akan lebih jika seseorang berpartisipasi secara bebas dalam lingkungan yang penuh makna. Siswa tidak dibatasi dalam melakukan aktivitas yang berhubungan dengan konteks pembelajaran, karena hasil dari discovery dan exploration akan mengubah kapasitas pengetahuan siswa sendiri. Karena itulah keaktifan siswa sangat berpengaruh pada perkembangan siswa sendiri. 26 Keaktifan siswa juga dapat dibangun melalui penguatan-penguatan yang diberikan guru, terutama jika guru membentuk emosi positif dalam diri siswa lewat pemberian motivasi atau pujian. Rusman (2009: 369) menyatakan pemberian penguatan (pujian atau sanksi) ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan keaktifan belajar siswa dan mencegah berulangnya kesalahan yang dibuat siswa. 2. Pembelajaran Kreatif Guru dituntut untuk memotivasi dan memunculkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran. Karena dengan kreatifitas, siswa akan belajar lebih luas, tidak hanya mempelajari apa yang ada didalam kelas. Rusman (2009: 309) menyatakan bahwa siswa dikatakan kreatif apabila mampu melakukan sesuatu yang menghasilkan sebuah kegiatan baru yang diperoleh dari hasil berpikir kreatif dengan mewujudkannya dalam bentuk sebuah karya baru. Pembelajaran kreatif memang selalu diawali dengan pemikiran yang kritis, jika guru dapat memancing sikap kritis siswa maka guru tinggal menunggu bagaimana kreatifitas siswa muncul. Dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain peran, dan pemecahan masalah. 3. Pembelajaran Efektif Pembelajaran yang efektif dari segi proses maupun hasil sangat bergantung pada keaktifan siswa. Karena itu pembelajaran efektif pasti ditandai dengan keaktifan siswa dari segi mental, fisik, maupun sosialnya. Rusman (2009: 309) 27 pembelajaran efektif menuntut keterlibatan siswa secara aktif karena mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Proses pelaksanaan pembelaajran efektif dilakukan melalui prosedur sebagai berikut: (1) melakukan apersepsi; (2) melakukan eksplorasi, yaitu memperkenalkan materi pokok dan kompetensi dasar yang akan dicapai, serta menggunakan variasi metode; (3) melakukan konsolidasi pembelajaran, yaitu mengaktifkan siswa dalam membentuk kompetensi dan mengaitkannya dengan kehidupan siswa; (4) melakukan penilaian, yaitu mengumpulkan fakta-fakta dan data/ dokumen belajar siswa yang valid untuk melakukan perbaikan program pembelajaran (Rusman, 2009: 310). 4. Pembelajaran Menyenangkan Mulyasa (Rusman, 2009: 310) mengemukakan bahwa pembelajaran menyenangkan (joyful instruction) merupakan proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat antara guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (not under pressure). Dave Meier (2004: 60) menyatakan bahwa jika jiwamu bahagia, maka pembelajaranmu akan melesat, sebab rasa gembira itu adalah inti seluruh pembelajaran yang luar biasa. 5. Pembelajaran Demokratis Pembelajaran demokratis merupakan suasana pembelajaran yang sangat mendukung untuk terlaksananya pembelajaran menyenangkan. Dalam pembelajaran demokratis ini, guru memosisikan diri sebagai mitra belajarsiswa, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari siswa. 28 Tidak ada beban yang ditanggung oleh guru maupun siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran. D. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 1. Konsep Dasar KTSP Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi, dan peserta didik. SNP Pasal 1 ayat 15 (Mulyasa, 2006: 17) menjelaskan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Rusman (2009: 419) mengemukakan bahwa kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. 2. Pembelajaran Berbasis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standar Nasional Pendidikan Pasal 19 Ayat 1 (Mulyasa, 2006: 245) menerangkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. 29 Mulyasa (2006: 246) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis KTSP dapat didefinisikan sebagai suatu proses penerapan ide, konsep, dan kebijakan KTSP dalam suatu aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Mulayasa (2006: 246) kembali mengungkapkan bahwa pembelajaran berbasis KTSP sedikitnya dipengaruhi oleh tiga faktor berikut: a. Karakteristik KTSP, yang mencakup ruang lingkup KTSP dan kejelasannya bagi pengguna di lapangan. b. Strategi Pembelajaran; yaitu strategi yang digunakan dalam pembelajaran, seperi diskusi, pengamatan dan tanya jawab, serta kegaitan lain yang dapat mendorong pembentukan kompetensi peserta didik. c. Karakteristik pengguna kurikulum, yang meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap guru terhadap KTSP, serta kemampuannya untuk merealisasikan kurikulum (curriculum planning) dalam pembelajaran. E. Abilitas Guru dalam Pembelajaran Rusman (2009: 344) berpendapat bahwa abilitas dapat dipandang sebagai suatu karakteristik umum dari seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diwujudkan melalui tindakan. Abilitas seorang guru secara aplikatif indikatornya dapat digambarkan melalui delapan keterampilan mengajar (teaching skill). 1. Keterampilan Bertanya Dalam proses pembelajaran, bertanya memainan peranan penting. Hal ini disebabkan pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik melontarkan pertanyan yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap siswa. Format penilaian untuk melihat keterampilan bertanya guru adalah sebagai berikut: 30 TABEL 2.3 FORMAT PENILAIAN PELAKSANAAN KETERAMPILAN BERTANYA No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 2. Aktivitas Guru Nilai Keterampilan Bertanya Kejelasan pertanyaan yang disampaikan guru 1 2 3 4 Kejelasan hubungan antara pertanyaan guru dengan 1 2 3 4 masalah yang dibicarakan Pertanyaan ditujukan ke seluruh kelas lebih dahulu, 1 2 3 4 baru menunjuk salah satu siswa Pemberian waktu berpikir untuk bertanya dan 1 2 3 4 menjawab Pendistribusian pertanyaan secara merata di antara para 1 2 3 4 siswa Pemberian tuntunan: *) 1 2 3 4 a. Pengungkapan pertanyaaan dengan cara lain. b. Mengajukan pertanyaan lain yang lebih sederhana. c. Mengulangi penjelasan-penjelasan sebelumnya. *) Amati salah satu cara yang muncul Komentar / saran ………………………………………………………….. ………………………………………………………….. Total Nilai (Rusman, 2009: 360) Ketrampilan Memberi Penguatan (Reinforcement Skills) Penguatan adalah segala bentuk respons apakah bersifat verbal (diungkapkan dengan kata-kata langsung seperti: bagus, pintar, ya, betul, tepat sekali, dan sebagainya), maupun non verbal (biasanya dilakukan dengan gerak, isyarat, pendekatan, dan sebagainya), yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi siswa atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan atau koreksi. Format penilaian untuk melihat keterampilan memberi penguatan oleh guru adalah sebagai berikut: 31 TABEL 2.4 FORMAT PENILAIAN MEMBERIKAN PENGUATAN N o 1. 2. 1. 2. 3. 4. 3. Aktivitas Guru Nilai A. Penguatan Verbal Mengucapkan kata-kata benar, bagus, tepat, dan bagus 1 2 3 4 sekali bila murid menjawab / mengajukan petanyaan Mengucapkan kalimat pekerjaanmu baik sekali, saya 1 2 3 4 senang dengan pekerjaanmu, pekerjaanmu semakin lama semakin baik, pikir dulu, dan lihat lagi, untuk membesarkan hati dan memberikan dorongan. B. Penguatan Nonverbal Penguatan berupa senyuman, anggukan, pandangan 1 2 3 4 yang ramah, atau gerakan badan Penguatan dengan cara mendekati 1 2 3 4 Penguatan dengan sentuhan 1 2 3 4 Penguatan dengan memberikan hadiah yang relevan 1 2 3 4 dan rasional Komentar / saran ………………………………………………………… .. ………………………………………………………… .. Total Nilai (Rusman, 2009: 361) Keterampilan Mengadakan Variasi Variasi stimulus adalah suatu kegitan guru dalam konteks proses intraksi pembelajaran yang ditujukan untuk mengatasi kejenuhan siswa. Dengan demikian, dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi. Format penilaian untuk melihat pelaksanaan variasi stimulus pembelajaran oleh guru adalah sebagai berikut: 32 TABEL 2.5 FORMAT PENILAIAN PELAKSANAAN VARIASI STIMULUS PEMBELAJARAN N Aktivitas Guru Nilai o Kegiatan Variasi pembelajaran 1. Gerak bebas guru 1 2 3 4 2. Isyarat guru (tangan, badan, wajah) 1 2 3 4 3. Suara guru (variasi kecepatan/besar kecil/intonasi) 1 2 3 4 4. Pemusatan perhatian pada murid (penekanan pada hal 1 2 3 4 yang penting-penting dengan verbal/gestural) 5. Pola interaksi (guru-kelompok/guru-murid/murid1 2 3 4 murid) 6. Pause/diam sejenak (untuk memberi kesempatan pada 1 2 3 4 murid untuk berpikir, memberi penekanan, memberi perhatian) 7. Penggantian panca indera penglihat/pendengar (dalam 1 2 3 4 menggunakan media pembelajaran) Komentar / saran ………………………………………………………… .. ………………………………………………………… .. Total Nilai (Rusman, 2009: 359) 4. Keterampilan Menjelaskan Keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya, misalya sebab dan akibat. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan rutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. 5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Membuka peljaran (set induction) adalah usaha atau kgiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan pra-kondisi bagi siswa 33 agar mental maupun perhatiannya terpusat pada apa yang positif terhadap hasil belajar. Menutup pelajaran (closure) adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri kegitan pembelajaran. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa, dan tingkat keberhasilan guru dalam proses pembelajaran. TABEL 2.6 FORMAT PENILAIAN PELAKSANAAN MEMBUKA DAN MENUTUP PEMBELAJARAN N o 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. Aktivitas Guru Nilai Kegiatan Membuka Pembelajaran Memerhatikan sikap dan tempat duduk siswa 1 2 3 4 Memulai pembelajaran setelah siswa siap untuk 1 2 3 4 belajar Menjelaskan pentingnya materi pelajaran yang akan 1 2 3 4 dipelajari Melakukan apersepsi (mengaitkan materi yang 1 2 3 4 disajikan dengan materi yang telah dipelajari sehingga terjadi kesinambungan) Kejelasan hubungan antara pendahuluan dengan inti 1 2 3 4 pelajaran dilakukan semenarik mungkin Kegiatan Membuka Pembelajaran Kemampuan menyimpulkan KBM dengan tepat 1 2 3 4 Kemampuan menggunakan kata-kata yang 1 2 3 4 membesarkan hati siswa Kemampuan memberikan evaluasi lisan maupun 1 2 3 4 tulisan Kemampuan memberikan tugas yang sifatnya 1 2 3 4 memberikan pengayaan dan pendalaman Komentar / saran ………………………………………………………… .. ………………………………………………………… .. Total Nilai (Rusman, 2009: 358) 34 6. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur dan melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi tatap muka informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, dan pemecahan masalah. Siswa berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil di bawah bimbingan guru atau temannya untuk berbagi informasi, memecahkan masalah, atau mengambil keputusan. 7. Keterampilan Mengelola Kelas Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses pembelajaran, seperti penghentian perilaku siswa yang memindahkan perhatian kelas, pemberi ganjaran bagi siswa yang tepat waktu menyelesaikan tugas, atau penetapan norma kelompok yang produktif. 8. Keterampilan Pembelajaran Perseorangan Pembelajaran ini terjadi bila jumlah siswa yang dihadapi oleh guru terbatas, yaitu antara 38 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan.