BAB II KAJIAN TEORI PROSES PEMBELAJARAN MODEL PAKE

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORI PROSES PEMBELAJARAN MODEL PAKE MD
DALAM IMPLEMENTASI KTSP DI KELAS X SMAN 20 BANDUNG
A. Konsep Belajar dan Mengajar
1. Konsep Belajar
Shambaugh & Magliaro (2006: 5) mengemukakan Over the past century,
three theotretical approaches have provided the primary guidance for
instructional practice: Behaviorism, Cognitive psychology, and constructivism.
Dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar dapat dipandang
dari tiga teori, teori behaviorisme, teori kognitivisme, dan teori konstruktivisme.
Mayer (Shambaugh & Magliaro, 2006: 5) menyatakan
three metaphors that parallel each of these approaches and provide ways of
thinking about the theories. These metaphors are learning as response
acquisition, learning as knowledge acquisition, and learning as knowledge
construction.
Berkaitan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Shambaugh & Magliaro,
Mayer mendefinisikan ketiga pandangan tentang belajar tadi merupakan suatu
metamorfosis dari perubahan makna belajar. Perubahan ini berasal dari paradigma
belajar sebagai proses pengaruh lingkungan terhadap pembentukan diri. Lalu
berubah menjadi belajar sebagai proses perolehan informasi, dan terakhir belajar
sebagai proses pembangunan pengetahuan melalui pengalaman langsung.
Sagala (2006: 37) mengemukakan belajar merupakan suatu proses perubahan
perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu.
Hal-hal pokok dalam pengertian belajar adalah belajar itu membawa perubahan
14
15
tingkah laku karena pengalaman dan latihan, perubahan itu pada pokoknya
didapatkannya kecakapan baru, dan perubahan itu terjadi karena usaha yang
disengaja. Saat ini belajar lebih lebih mengarah kepada teori konstruktivisme,
yaitu pengetahuan akan lebih baik jika dibentuk dengan pengalaman langsung
oleh manusia.
2. Konsep Mengajar
Sering dikatakan mengajar adalah mengorganisasikan aktivitas siswa
dalam arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi,
melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar (directing and
facilitating the learning) agar proses belajar lebih memadai. William H. Burton
(Sagala, 2006: 61) mengemukakan bahwa mengajar adalah upaya memberikan
stimulus, bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses
belajar.
3. Konsep Pembelajaran
Secara umum pembelajaran dapat diartikan sebagai proses atau aktivitas
belajar mengajar, sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi
tertentu, sebagai hasil dengan interaksi dengan lingkungan. Mulyasa (2006: 255)
mengemukakan pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara
peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah
yang lebih baik.
Corey (Sagala, 2006: 61) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu
proses
dimana
lingkungan
seseorang
secara
disengaja
dikelola
untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus
16
atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan
subset khusus dari pendidikan. Pemahaman yang dikemukakan oleh Corey
memandang pembelajaran sebagai pengelolaan lingkungan yang dilakukan untuk
menghasilkan respon dalam situasi tertentu.
UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 (Sagala, 2006: 62) memberikan konsep
yang lebih mendalam, UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 mendefinisikan
pembelajaran sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional,
untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan
sumber belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun guru untuk
mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan
berfikir
siswa,
serta
dapat
meningkatkan
kemampuan
mengkonstruksi
pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap
materi pelajaran.
Seperti yang dijelaskan di atas, pembelajaran mempunyai dua kegiatan,
belajar dan mengajar. Kegiatan pembelajaran biasanya dilakukan oleh dua pelaku
utama, guru dan siswa. perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah
belajar. Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan
pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai
kesusilaan, seni, agama, sikap, dan keterampilan. Hubungan guru, siswa , dan
bahan ajar bersifat dinamis dan kompleks.
4.
Pendekatan Dalam Pembelajaran
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan
17
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Roy Kellen
(Rusman, 2009: 193) mencatat bahwa terdapat dua pedekatan dalam
pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered
approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centered
approaches).
Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi langsung (direct
instruction), pembelajaran deduktif atau ekspositori. Sementara itu, pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran inquiry
dan discovery serta pembelajaran induktif.
a. Proses Pengajaran Berorientasi pada Guru (Teacher Centered)
Proses pembelajaran berpusat pada guru memposisikan guru sebagai
subjek belajar dan siswa sebagai objek belajar. Sanjaya (2008: 96)
menjelaskan dalam kegiatan belajar mengajar, guru memegang peran yang
sangat penting. Guru menentukan segalanya. Mau diapakan siswa? Apa yang
harus dilakukan siswa? Bagaimana cara melihat keberhasilan belajar?
Semuanya tergantung guru.
Oleh karena begitu pentingnya peran guru, maka biasanya proses
pengajaran hanya akan berlangsung manakala ada guru, dan tak mungkin ada
proses pembelajaran tanpa guru. konsep Teacher Centered sangat identik
dengan konsep mengajar sebagai proses menyampaikan informasi atau materi
pelajaran. Siswa sebagai objek belajar, dianggap sebagai individu yang pasif,
yang tugasnya hanya sebagai penerima informasi atau
materi. Segala
sesuatunya diatur oleh guru, sehingga pemilihan materi terkadang tidak
18
berpijak pada kebutuhan siswa, akan tetapi berangkat dari pandangan apa
yang menurut guru dianggap baik dan bermanfaat.
b. Proses Pengajaran Berorientasi pada Siswa (Student Centered)
Proses pembelajaran yang berpusat pada siswa menekankan siswa
sebagai individu yang aktif atau sebagai subjek belajar. Karena setiap
individu pasti sudah memiliki pengetahuan dasar. Menurut Jhon Locke
(Yamin, 2007: 15) murid harus membangun sendiri pengetahuan mereka,
seorang guru harus melihat mereka bukan sebagai lembaran kertas putih
kosong, bahkan anak kelas I SD pun telah hidup beberapa tahun dan
menemukan suatu cara yang berlaku dalam berhadapan dengan lingkungan
hidup mereka. Mereka sudah membawa “Pengetahuan Awal”. Pengetahuan
yang mereka punyai adalah dasar untuk membangun pengetahuan
selanjutnya.
Pembelajaran berpusat pada siswa sangat erat dengan pandangan belajar
sebagai proses mengatur lingkungan. Sanjaya (2008: 99) menyatakan dalam
student centered siswa tidak dianggap sebagai organisasi yang pasif yang
hanya menerima informasi, akan tetapi dipandang sebagai organisme yang
aktif, yang memiliki potensi untuk berkembang. Mereka adalah individu yang
memiliki kemampuan dan potensi.
5. Metode Pembelajaran
Yamin (2006: 153) berpendapat bahwa metode pembelajaran merupakan
cara melakukan atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi
latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertetu. Metode yang
19
digunakan oleh guru tentunya didasarkan
pada materi dan karakteristik dan
materi pelajaran, sehinga mencapai pembelajaran yang efektif dan efisien.
Berikut akan digambarkan sinkronisasi antara metode dengan kemampuan
yang akan dicapai berdasarkan indikator yang telah dirancang atau disepakati
oleh guru bersama-sama siswa.
TABEL 2.1
JENIS-JENIS METODE PEMBELAJARAN
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
KEMAMPUAN YANG AKAN
METODE
DICAPAI BERDASARKAN
INDIKATOR
Ceramah
Menjelaskan konsep/ prinsip/ prosedur
Demonstrasi
Menjelaskan
suatu
keterampilan
berdasarkan standar prosedur tertentu
Tanya jawab
Mendapatkan umpan balik/ partisipasi/
menganalisis
Penampilan
Melakukan suatu keterampilan
Diskusi
Menganalaisis/ memecahkan masalah
Studi mandiri
Menjelaskan/ menerapkan/ menganalisis/
mensintesis/ mengevaluasi/ melakukan
sesuatu hal yang bersifat kognitif
maupun psikomotor
Kegiatan pembelajaran Menjelaskan konsep/ prinsip/ prosedur
terproram
Latihan brsama teman
Melakukan sesuatu keterampilan
Simulasi
Menjelaskan/ menerapkan/ menganalisis
suatu konsep dan prinsip
Pemecahan masalah
Menjelaskan/ menerapkan/ menganalisis
konsep/ prosedur/ prinsip tertentu
Studi kasus
Menganalisis dan memecah masalah
Insiden
Menganalisis dan memecah masalah
Praktikum
Melakukan suatu keterampilan
Poyek
Melakukan sesuatu/ menyusun laporan
suatu kegiatan
Bermain peran
Menerapkan suatu konsep/ prisip
/prosedur
Seminar
Menganalisis/ memecahkan masalah
Simposium
Menganalisis masalah
Tutorial
Menjelaskan/ menerapkan/ menganalisis
20
6.
19
Deduksi
20
Induksi
21
Computer Assisted
Learning
konsep/ prosedur/ prinsip
Menjelaskan/ menerapkan/ menganalisis
konsep/ prosedur/ prinsip
Mensintesis suatu konsep, prinsip atau
perilaku
Menjelaskan/ menerapkan/ menganalisis/
mensintesis/ mengevaluasi sesuatu
(Yamin, 2006: 154)
Media Pembelajaran
Lesle J. Briggs (Rusman, 2009: 151) menyatakan bahwa media pembelajaran
sebagai “the physical means of conveying instructional content....book, films,
videotapes, ect”. Lebih jauh Briggs menyatakan media adalah alat untuk memberi
perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar.
Media sangat berperan dalam proses penyampaian pembelajaran, karena
hakikat media yang sebagai alat penyampai informasi dan perannya sebagai media
komunikasi. Rusman (2009: 152) mengemukakan proses belajar pada hakikatnya
adalah proses komunikasi, di mana guru berperan sebagai pengantar pesan dan
siswa sebagai penerima pesan.
Peranan media dalam proses pembelajaran dapat ditempatkan sebagai berikut.
(1) Alat untuk memperjelas bahan pembelajaran pada saat guru menyampaikan
plajaran. Dalam hal ini media digunaan guru sebagai variasi penjelasan verbal
mengenai bahan pembelajaran. (2) Alat untuk mengangkat atau menimbulkan
persoalan untuk dikaji lebih lanjut oleh para siswa dalam proses belajarnya. Paling
tidak guru dapat menempatkan media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi
belajar siswa. (3) Sumber belajar bagi siswa, artinya media tersebut berisikan
bahan-bahan yang harus dipelajari para siswa baik secara individual maupun
21
keloompok. Dengan demikian, akan banyak membantu tugas guru dalam kegiatan
mengajarnya.
B. Model Pembelajaran
Model pembelajaran juga mempunyai peran penting dalam pelaksanaan
pembelajaran. Prinsip yang digunakan dalam pemilihan dan pelaksanaan model
pembelajaran adalah prinsip tujuan pendidikan. Model pembelajaran haruslah
merupakan jalan yang tepat mencapai tujuan pendidikan, dalam hal ini tujuan
institusional, secara efektif dan efisien. Karena secara prinsipil model
pembelajaran mempunyai hubungan yang kuat dengan tujuan atau misi sistem
pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
Joyce & Weil (Rusman, 2009: 223) mendefinisikan model pembelajaran
sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran merupakan kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi model pembelajaran
cenderung preskriptif, yang relatif sulit dibedakan dengan strategi pembelajaran.
Rusman (2009: 223) mengemukakan bahwa model pembelajaran memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu;
b. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu;
c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di
kelas;
d. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (a) Urutan langkahlangkah pembelajaran (syntax); (b) Adanya prinsip-prinsip reaksi; (c)
Sistem sosial; (d) Sistem pendukung. Keempat bagian tersebut
22
merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model
pembelajaran;
e. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran;
f. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman
model pembelajaran yang dipilihnya.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi
Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat)
kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model
pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi
tingkah
laku
(http://www.psb-psma.org/content/blog/pengertian-pendekatan-
strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran).
C. Model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Demokratis
(PAKE MD)
Pembelajaran merupakan implementasi kurikulum di sekolah dari kurikulum
yang sudah dirancang dan menuntut aktivitas dan kreativitas guru dan siswa
sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan secara efektif dan menyenangkan.
Ini sesuai dengan yang dinyatakan Brooks bahwa “pembaharuan dalam
pendidikan harus dimulai dari ‘bagaimana anak belajar’ dan ‘ bagaimana guru
mengajar’, bukan dari ketentuan-ketentuan hasil.” (Rusman, 2009: 307).
Salah satu model pembelajaran yang mendukung keterlaksanaan KTSP
adalah model pembelajaran PAKEM (Partisipatif, Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan). Karena Model PAKEM ini berasal dari konsep pembelajaran
harus berpusat pada anak (student-centered learning).
23
Model PAKEM ini diharapkan dapat menghasilkan pembelajaran yang
berkualitas/bermutu dan menghasilkan perubahan yang signifikan, seperti dalam
peran guru di kelas, perlakuan terhadap siswa, pertanyaan, latihan, interaksi, dan
pengelolaan kelas. Wahyudin (Rusman, 2009: 312) menjelaskan tentang
perubahan yang diharapkan dalam PAKEM sebagai berikut.
TABEL 2.2
PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG DIHARAPKAN DARI PAKEM
ASPEK
Peran Guru
DARI…
Guru mendominasi kelas.
Semua dari guru:
• Informasi
• Pertanyaan
• Inisiatif
• Penugasan
• Umpan Balik
• Penilaian
Perlakuan terhadap siswa
Semua siswa
diperlakukan sama
• Melakukan kegiatan
yang sama
• Maju bersama
• Tingkat kesukaran
sama untuk semua
siswa
• PR yang sama
• Penilaian yang sama
Pertanyaan
95% dari guru:
• Pertanyaan tertutup
• Dakta, hafalan,
KE…
Menjadi manajer/
fasilitator pembelajaran:
• Inisiatif berasal dari
siswa / guru
• Sumber informasi
beragam
• Siswa banyak
bertanya
• Siswa kadang
memilih tugas sendiri
• Umpan balik dari
teman sebaya
Melayani adanya
perbedaan individual
• Maju sesuai dengan
kecepatan masingmasing
• Bisa melakukan
kegiatan yang
berbeda
• Tingkat kesukaran
sesuai
kemampuan/minat
masing-masing siswa
• PR tidak harus sama
• Macam-macam
penilaian
Pertanyaan dari
siswa/guru, jenis
pertanyaan bervariasi:
24
•
ingatan
Satu jawaban yang
benar
Dijawab dengan
benar
Jawaban: 1 kata/
ringkas
Yang tersurat saja
Latihan
terbatas/kurang
Jumlah latihan sedikit
Pelaksanaan tugas
“sekali jadi”
Anak menunggu
giliran
Kurang menantang
Interaksi
•
•
•
•
Satu arah
Guru ke siswa
Intensitas interaksi
Mutu interaksi
Pengelolaan Kelas
•
•
•
Klasikal
Individual
Di dalam kelas
Variasi Pembelajaran
Tes formal
•
•
•
Latihan
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Siswa berpikir
Pertanyaan terbuka
Pertanyaan produktif
Pertanyaan penelitian
Problem Solving
Jawaban terurai, bisa
berbeda
Latihan lebih intensif
Jumlah soal memadai
Selesai tugas: review,
revisi review, revisirevisi
• Setiap anak mendapat
kesempatan yang
sama
• Lebih menantang:
tuntutan tinggi dan
anak lebih produktif
• Hasil karya anak
dipajangkan
Banyak arah:
• Guru ke siswa
• Siswa ke guru
• Siswa ke siswa
• Siswa ke sumber
belajar
• Siswa ke orang
dewasa
Variasi:
• Individual
• Berpasangan
• Kelompok kecil
• Kelompok besar
• Klasikal
• Di luar kelas
• Tes formal
• Pembelajaran dan
perbaikan
berkelanjutan
• Portofolio
• Umpan balik
• Penilaian diri/sesama
siswa
25
Model PAKE MD merupakan inovasi dari model PAKEM, ketika KTSP
benar-benar memberikan kesempatan untuk berkembangnya sekolah khususnya
guru yang secara langsung terjun dalam proses pembelajaran. Model PAKE MD
merupakan singkatan dari Model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif,
Menyenangkan, dan Demokratis.
1.
Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif sangat mendukung terhadap pendekatan pembelajaran
berpusat pada siswa. Rusman (2009: 308) mengemukakan bahwa pembelajaran
aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas
siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan
dikaji dalam proses pembelajaran di kelas.
Illich (Brandes & Ginnis, 1987: 13) menjelaskan
“In fact, learning is the human activity which least needs manipulation by
others. Most learning is not the result of instruction. It is rather the result of
unhampered participation in a meaningful setting. Most people learn best by
being ‘with it’, yet school makes them identify their personal cognitive growth
with elaborate planning and manipulation.”
Menurut
Illich,
sebenarnya belajar
adalah
aktivitas
manusia
yang
membutuhkan rekayasa dari luar dirinya atau lingkungannya. Belajar lebih banyak
bukanlah hasil dari proses pengajaran, melainkan belajar akan lebih jika seseorang
berpartisipasi secara bebas dalam lingkungan yang penuh makna. Siswa tidak
dibatasi dalam melakukan aktivitas yang berhubungan dengan konteks
pembelajaran, karena hasil dari discovery dan exploration akan mengubah
kapasitas pengetahuan siswa sendiri. Karena itulah keaktifan siswa sangat
berpengaruh pada perkembangan siswa sendiri.
26
Keaktifan siswa juga dapat dibangun melalui penguatan-penguatan yang
diberikan guru, terutama jika guru membentuk emosi positif dalam diri siswa
lewat pemberian motivasi atau pujian. Rusman (2009: 369) menyatakan
pemberian penguatan (pujian atau sanksi) ini dimaksudkan untuk lebih
meningkatkan keaktifan belajar siswa dan mencegah berulangnya kesalahan yang
dibuat siswa.
2.
Pembelajaran Kreatif
Guru dituntut untuk memotivasi dan memunculkan kreativitas siswa dalam
proses pembelajaran. Karena dengan kreatifitas, siswa akan belajar lebih luas,
tidak hanya mempelajari apa yang ada didalam kelas.
Rusman (2009: 309)
menyatakan bahwa siswa dikatakan kreatif apabila mampu melakukan sesuatu
yang menghasilkan sebuah kegiatan baru yang diperoleh dari hasil berpikir kreatif
dengan mewujudkannya dalam bentuk sebuah karya baru.
Pembelajaran kreatif memang selalu diawali dengan pemikiran yang kritis,
jika guru dapat memancing sikap kritis siswa maka guru tinggal menunggu
bagaimana kreatifitas siswa muncul. Dengan menggunakan beberapa metode dan
strategi yang bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain peran, dan pemecahan
masalah.
3.
Pembelajaran Efektif
Pembelajaran yang efektif dari segi proses maupun hasil sangat bergantung
pada keaktifan siswa. Karena itu pembelajaran efektif pasti ditandai dengan
keaktifan siswa dari segi mental, fisik, maupun sosialnya. Rusman (2009: 309)
27
pembelajaran efektif menuntut keterlibatan siswa secara aktif karena mereka
merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi.
Proses pelaksanaan pembelaajran efektif dilakukan melalui prosedur sebagai
berikut:
(1)
melakukan
apersepsi;
(2)
melakukan
eksplorasi,
yaitu
memperkenalkan materi pokok dan kompetensi dasar yang akan dicapai, serta
menggunakan variasi metode; (3) melakukan konsolidasi pembelajaran, yaitu
mengaktifkan siswa dalam membentuk kompetensi dan mengaitkannya dengan
kehidupan siswa; (4) melakukan penilaian, yaitu mengumpulkan fakta-fakta dan
data/ dokumen belajar siswa yang valid untuk melakukan perbaikan program
pembelajaran (Rusman, 2009: 310).
4.
Pembelajaran Menyenangkan
Mulyasa (Rusman, 2009: 310) mengemukakan bahwa pembelajaran
menyenangkan (joyful instruction) merupakan proses pembelajaran yang di
dalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat antara guru dan siswa, tanpa ada
perasaan terpaksa atau tertekan (not under pressure). Dave Meier (2004: 60)
menyatakan bahwa jika jiwamu bahagia, maka pembelajaranmu akan melesat,
sebab rasa gembira itu adalah inti seluruh pembelajaran yang luar biasa.
5.
Pembelajaran Demokratis
Pembelajaran demokratis merupakan suasana pembelajaran yang sangat
mendukung
untuk
terlaksananya
pembelajaran
menyenangkan.
Dalam
pembelajaran demokratis ini, guru memosisikan diri sebagai mitra belajarsiswa,
bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari siswa.
28
Tidak ada beban yang ditanggung oleh guru maupun siswa dalam melaksanakan
proses pembelajaran.
D. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
1.
Konsep Dasar KTSP
Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan
prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi, dan peserta didik.
SNP Pasal 1 ayat 15 (Mulyasa, 2006: 17) menjelaskan bahwa Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.
Rusman (2009: 419) mengemukakan bahwa kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan
pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat
satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
2. Pembelajaran Berbasis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Standar Nasional Pendidikan Pasal 19 Ayat 1 (Mulyasa, 2006: 245)
menerangkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.
29
Mulyasa (2006: 246) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis KTSP
dapat didefinisikan sebagai suatu proses penerapan ide, konsep, dan kebijakan
KTSP dalam suatu aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai
seperangkat kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.
Mulayasa (2006: 246) kembali mengungkapkan bahwa pembelajaran berbasis
KTSP sedikitnya dipengaruhi oleh tiga faktor berikut:
a. Karakteristik KTSP, yang mencakup ruang lingkup KTSP dan
kejelasannya bagi pengguna di lapangan.
b. Strategi Pembelajaran; yaitu strategi yang digunakan dalam pembelajaran,
seperi diskusi, pengamatan dan tanya jawab, serta kegaitan lain yang dapat
mendorong pembentukan kompetensi peserta didik.
c. Karakteristik pengguna kurikulum, yang meliputi pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap guru terhadap KTSP, serta kemampuannya
untuk merealisasikan kurikulum (curriculum planning) dalam
pembelajaran.
E. Abilitas Guru dalam Pembelajaran
Rusman (2009: 344) berpendapat bahwa abilitas dapat dipandang sebagai
suatu karakteristik umum dari seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan
dan keterampilan yang diwujudkan melalui tindakan. Abilitas seorang guru secara
aplikatif indikatornya dapat digambarkan melalui delapan keterampilan mengajar
(teaching skill).
1. Keterampilan Bertanya
Dalam proses pembelajaran, bertanya memainan peranan penting. Hal ini
disebabkan pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik melontarkan
pertanyan yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap siswa. Format
penilaian untuk melihat keterampilan bertanya guru adalah sebagai berikut:
30
TABEL 2.3
FORMAT PENILAIAN PELAKSANAAN KETERAMPILAN BERTANYA
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
2.
Aktivitas Guru
Nilai
Keterampilan Bertanya
Kejelasan pertanyaan yang disampaikan guru
1 2 3 4
Kejelasan hubungan antara pertanyaan guru dengan 1 2 3 4
masalah yang dibicarakan
Pertanyaan ditujukan ke seluruh kelas lebih dahulu, 1 2 3 4
baru menunjuk salah satu siswa
Pemberian waktu berpikir untuk bertanya dan 1 2 3 4
menjawab
Pendistribusian pertanyaan secara merata di antara para 1 2 3 4
siswa
Pemberian tuntunan: *)
1 2 3 4
a. Pengungkapan pertanyaaan dengan cara lain.
b. Mengajukan pertanyaan lain yang lebih
sederhana.
c. Mengulangi penjelasan-penjelasan sebelumnya.
*) Amati salah satu cara yang muncul
Komentar / saran
…………………………………………………………..
…………………………………………………………..
Total Nilai
(Rusman, 2009: 360)
Ketrampilan Memberi Penguatan (Reinforcement Skills)
Penguatan adalah segala bentuk respons apakah bersifat verbal (diungkapkan
dengan kata-kata langsung seperti: bagus, pintar, ya, betul, tepat sekali, dan
sebagainya), maupun non verbal (biasanya dilakukan dengan gerak, isyarat,
pendekatan, dan sebagainya), yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah
laku guru terhadap tingkah laku siswa yang bertujuan untuk memberikan
informasi atau umpan balik (feedback) bagi siswa atas perbuatannya sebagai suatu
tindak dorongan atau koreksi. Format penilaian untuk melihat keterampilan
memberi penguatan oleh guru adalah sebagai berikut:
31
TABEL 2.4
FORMAT PENILAIAN MEMBERIKAN PENGUATAN
N
o
1.
2.
1.
2.
3.
4.
3.
Aktivitas Guru
Nilai
A. Penguatan Verbal
Mengucapkan kata-kata benar, bagus, tepat, dan bagus 1 2 3 4
sekali bila murid menjawab / mengajukan petanyaan
Mengucapkan kalimat pekerjaanmu baik sekali, saya
1 2 3 4
senang dengan pekerjaanmu, pekerjaanmu semakin
lama semakin baik, pikir dulu, dan lihat lagi, untuk
membesarkan hati dan memberikan dorongan.
B. Penguatan Nonverbal
Penguatan berupa senyuman, anggukan, pandangan
1 2 3 4
yang ramah, atau gerakan badan
Penguatan dengan cara mendekati
1 2 3 4
Penguatan dengan sentuhan
1 2 3 4
Penguatan dengan memberikan hadiah yang relevan
1 2 3 4
dan rasional
Komentar / saran
…………………………………………………………
..
…………………………………………………………
..
Total Nilai
(Rusman, 2009: 361)
Keterampilan Mengadakan Variasi
Variasi stimulus adalah suatu kegitan guru dalam konteks proses intraksi
pembelajaran yang ditujukan untuk mengatasi kejenuhan siswa. Dengan
demikian, dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan
ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi. Format penilaian untuk melihat
pelaksanaan variasi stimulus pembelajaran oleh guru adalah sebagai berikut:
32
TABEL 2.5
FORMAT PENILAIAN PELAKSANAAN VARIASI STIMULUS
PEMBELAJARAN
N
Aktivitas Guru
Nilai
o
Kegiatan Variasi pembelajaran
1. Gerak bebas guru
1 2 3 4
2. Isyarat guru (tangan, badan, wajah)
1 2 3 4
3. Suara guru (variasi kecepatan/besar kecil/intonasi)
1 2 3 4
4. Pemusatan perhatian pada murid (penekanan pada hal 1 2 3 4
yang penting-penting dengan verbal/gestural)
5. Pola interaksi (guru-kelompok/guru-murid/murid1 2 3 4
murid)
6. Pause/diam sejenak (untuk memberi kesempatan pada 1 2 3 4
murid untuk berpikir, memberi penekanan, memberi
perhatian)
7. Penggantian panca indera penglihat/pendengar (dalam 1 2 3 4
menggunakan media pembelajaran)
Komentar / saran
…………………………………………………………
..
…………………………………………………………
..
Total Nilai
(Rusman, 2009: 359)
4.
Keterampilan Menjelaskan
Keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran adalah penyajian informasi
secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya
hubungan yang satu dengan yang lainnya, misalya sebab dan akibat. Penyampaian
informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan rutan yang cocok
merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan.
5.
Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Membuka peljaran (set induction) adalah usaha atau kgiatan yang dilakukan
oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan pra-kondisi bagi siswa
33
agar mental maupun perhatiannya terpusat pada apa yang positif terhadap hasil
belajar.
Menutup pelajaran (closure) adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk
mengakhiri kegitan pembelajaran. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan
gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui
tingkat pencapaian siswa, dan tingkat keberhasilan guru dalam proses
pembelajaran.
TABEL 2.6
FORMAT PENILAIAN PELAKSANAAN MEMBUKA DAN MENUTUP
PEMBELAJARAN
N
o
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
Aktivitas Guru
Nilai
Kegiatan Membuka Pembelajaran
Memerhatikan sikap dan tempat duduk siswa
1 2 3 4
Memulai pembelajaran setelah siswa siap untuk
1 2 3 4
belajar
Menjelaskan pentingnya materi pelajaran yang akan
1 2 3 4
dipelajari
Melakukan apersepsi (mengaitkan materi yang
1 2 3 4
disajikan dengan materi yang telah dipelajari sehingga
terjadi kesinambungan)
Kejelasan hubungan antara pendahuluan dengan inti
1 2 3 4
pelajaran dilakukan semenarik mungkin
Kegiatan Membuka Pembelajaran
Kemampuan menyimpulkan KBM dengan tepat
1 2 3 4
Kemampuan menggunakan kata-kata yang
1 2 3 4
membesarkan hati siswa
Kemampuan memberikan evaluasi lisan maupun
1 2 3 4
tulisan
Kemampuan memberikan tugas yang sifatnya
1 2 3 4
memberikan pengayaan dan pendalaman
Komentar / saran
…………………………………………………………
..
…………………………………………………………
..
Total Nilai
(Rusman, 2009: 358)
34
6.
Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur dan melibatkan
sekelompok siswa dalam interaksi tatap muka informal dengan berbagai
pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, dan pemecahan masalah.
Siswa berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil di bawah bimbingan guru atau
temannya untuk berbagi informasi, memecahkan masalah, atau mengambil
keputusan.
7.
Keterampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi
gangguan dalam proses pembelajaran, seperti penghentian perilaku siswa yang
memindahkan perhatian kelas, pemberi ganjaran bagi siswa yang tepat waktu
menyelesaikan tugas, atau penetapan norma kelompok yang produktif.
8.
Keterampilan Pembelajaran Perseorangan
Pembelajaran ini terjadi bila jumlah siswa yang dihadapi oleh guru terbatas,
yaitu antara 38 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan.
Download