Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Dalam Mendukung Usahaternak Unggas Berdayasaing PENGGUNAAN RAMUAN HERBAL SEBAGAI FEED ADDITIVE UNTUK MENINGKATKAN PERFORMANS BROILER LAILY AGUSTINA Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Kampus Tamalanrea Km 10 Makassar ABSTRAK Penelitin ramuan herbal pada broiler untuk mengetahui efek penggunaannya sebagai feed additive terhadap performans dan menguji kemampuan daya hambat antibakteri yang dikandung dalam ramuan herbal tersebut. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap 3 (tiga) dosis ramuan herbal P0 (0 ml per liter air minum); P1 (2.5 ml per liter air minum) dan P2 (5 ml per liter air minum) dengan 5 (lima) ulangan dan setiap unit perlakuan terdiri dari 5 (lima) ekor DOC. yang dipelihara sampai umur 35 hari. Parameter performans yang diukur meliputi: konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan, rasio efisiensi protein, persentase karkas dan persentase lemak abdominal. Disamping itu dilakukan uji daya hambat antibakteri terhadap 3 (tiga) jenis bakteri yaitu Staphylococus aureus, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa serta analisis kolesterol yang terkandung dalam darah ayam. Berdasarkan hasil dan pembahasan, disimpulkan bahwa ramuan herbal mengandung antibakteri, mampu menurunkan kadar kolesterol darah dan bobot badan tertinggi diperoleh pada pemberian 2.5 ml ramuan herbal per liter air minum. Kata kunci: Ramuan herbal, Additive, performans broiler PENDAHULUAN Ramuan herbal telah sejak dahulu dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai obat maupun untuk memperbaiki metabolisme. Laporan ilmiah popular menunjukkan bahwa penggunaan berbagai bahan ramuan herbal untuk manusia juga ampuh menekan berbagai penyakit pada ternak, namun fakta ilmiah belum banyak mengungkapkannya. Perbaikan metabolisme melalui pemberian ramuan herbal secara tidak langsung akan meningkatkan performans ternak melalui zat bioaktif yang dikandungnya. Dengan demikian ternak akan lebih sehat karena memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik, dan menurut pengamatan peternak aroma daging dan telur ayam yang diberi jamu tidak amis dibandingkan dengan ayam yang tidak diberi jamu (ZAINUDDIN dan WAKRADIHARDJA, 2001). Kunyit mengandung minyak atsiri yang dapat memberi efek anti mikroba dan kurkumin sebagai anti inflamasi, meningkatkan kerja organ pencernaan (HADI dan SIDIK, 1992; HADI, 1996 serta WINARTO, 2003). ROSTIANA et al. (1989) menyatakan bahwa kunyit mengandung kurkuminoid dan minyak atsiri, sedangkan menurut SIDIK (1988), aktifitas biologis kunyit berspektrum luas diantaranya antioksidan, antibakteri dan hipokolesteremik, mempunyai sifat kolagogum (peluruh empedu), sehingga dapat meningkat-kan penyerapan vitamin A, D, E dan K (SANGAT dan RUMANTYO, 1989). Kandungan minyak atsiri dalam kencur telah digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas atas (HEYNE, 1991) dan berperan sebagai penambah nafsu makan (AFRIASTINI, 2004 dan HERDJOKO, 2005), belimbing wuluh dapat memperbanyak pengeluaran cairan empedu (WIJAYAKUSUMA dan DALIMARTHA, 2001). Sirih berfungsi sebagai antiseptik, antioksidan dan fungisida, sedangkan minyak atsiri yang terkandung mampu melawan beberapa bakteri gram positif dan gram negatif (MOELJANTO dan MULYONO, 2003 serta MARWATI et al., 1995). Demikian pula dengan temulawak (HADI dan SIDIK, 1992 serta HADI, 1996), bawang putih mengandung alisin berfungsi sebagai antibiotik alami yang sanggup membasmi berbagai mikroba (SYAMSIAH dan TAJUDDIN, 2005), minyak atsirinya mengan-dung daya antiseptika (SUNDARI et al., 1992) serta menyembuhkan berbagai jenis penyakit (HERNANI dan 47 Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Dalam Mendukung Usahaternak Unggas Berdayasaing temu kunci, YULIANI, 1992), kemangi, lengkuas, temu hitam bawang merah, bengkuang, sereh dan jahe merupakan ramuan herbal yang dapat dijadikan sebagai obat tradisional karena mengandung berbagai zat bioaktif (SASTROAMIDJOJO, 2001). Pada era globalisasi produk pangan yang mengandung antibiotik akan ditolak, karena adanya persyaratan harus bebas residu antibiotik dan pestisida. Disamping itu konsumen menginginkan produk ayam dengan kandungan lemak sedikit, karena adanya kecenderungan penduduk dunia semakin mengurangi konsumsi lemak untuk menghindari penyakit degeneratif seperti penyakit darah tinggi dan jantung koroner. Telah diteliti bahwa kurkumin dapat meningkatkan ekskresi asam empedu dan kolesterol (HADI dan SIDIK, 1992 serta HADI, 1996). Hasil penelitian SAENAB et al. (2006) menunjukkan pemberian jamu cenderung meningkatkan persentase karkas akibat pembentukan daging dada pada ayam yang diberi jamu lebih tinggi dari pada perlakuan kontrol. Penelitian ini dilakukan untuk menguji daya hambat antimikroba yang terkandung dalam ramuan herbal terhadap 3 (tiga) mikroorganisme yang mewakili (sebagai penelitian pendahuluan) dan mengukur jumlah kolesterol dalam darah broiler serta mengukur performans broiler yang mendapat berbagai level penggunaan ramuan herbal. Target yang ingin dicapai adalah mengetahui kemampuan daya hambat antibakteri yang terkandung dalam ramuan herbal terhadap mikroorganisme dan level optimal penggunaan ramuan herbal untuk menekan kematian tanpa memakai obat antibiotik serta menghasilkan performans yang terbaik termasuk penurunan kadar kolesterol darah. MATERI DAN METODE Materi dan metode penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Peternakan Universitas Hasanudin selama 2 (dua) bulan dari Desember 2005 sampai Februari 2006. Materi menggunakan DOC broiler sebanyak 75 ekor, terdiri dari 3 (tiga) perlakuan yaitu PO (tanpa ramuan herbal dalam air minum), P1 (2.5 ml ramuan herbal per liter air minum), P2 (5 ml ramuan herbal per liter air minum) dengan 5 (lima) ulangan dan setiap unit perlakuan terdiri dari 5 (lima) ekor. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam, selanjutnya perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji BNT (GASPERSZ, 1991). 0.25 kg tiap bahan dicuci sampai bersih diiris tips kemudian dihaluskan (blender) Masukkan dalam jerigen 20 liter sampai penuh 1 liter molases + 1 liter EM 4 + air sumur untuk mengencerkan molases Campur homogen dan tutup rapat Fermentasi selama 2 minggu sampai tidak terbentuk gas. Gas yang terbentuk selama proses dikeluarkan dengan membuka tutup jerigen, setelah itu ditutup rapat kembali Ramuan herbal disaring Simpan dalam keadaan anaerob ditempat sejuk dan siap untuk digunakan Gambar 1. Prosedur pembuatan ramuan herbal 48 Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Dalam Mendukung Usahaternak Unggas Berdayasaing Parameter yang diukur adalah: kemampuan daya hambat antibakteri yang terkandung dalam ramuan herbal terhadap mikroorganisme yang diuji, konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan, rasio efisiensi protein persentase karkas, kadar lemak abdominal dan kadar kolesterol darah serta mortalitas. Komposisi pakan terdiri dari jagung kuning, bungkil kedele, tepung ikan, tepung tulang, minyak kelapa, CaCO3, mineral BR dan garam, dengan kadar protein 22.54% dan energi metabolis 3002 Kkal per kg pakan. Bahan ramuan herbal yang digunakan terdiri dari: kencur, temu kunci, lengkuas, jahe, kunyit, bawang merah, bawang putih, bengkuang, daun sirih, sereh, belimbing wuluh, kemangi, temulawak dan temu hitam, masing –masing terdiri dari 0.25 kg, molasses 1 liter, EM-4 1 liter dan air sumur sampai seluruhnya berjumlah 1 (satu) jerigen berkapasitas 20 liter. Semua bahan difermentasi secara anaerob sampai tidak terbentuk lagi gas dan kemudian disaring, selanjutnya disimpan dalam keadaan anaerob (Gambar 1). HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh penggunaan ramuan herbal terhadap 3 (tiga) strain bakteri yaitu Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa menunjukkan bahwa ketiga bakteri dapat dihambat oleh antibakteri yang terkandung dalam ramuan herbal yang diuji. Hasil uji daya hambat antibakteri dalam ramuan herbal terhadap bakteri Staphylococus aureus, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Uji daya hambat antibakteri dalam ramuan herbal terhadap bakteri Staphylococus aureus, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa (mm)* Strain bakteri Staphylococcus aureus Escherichia coli Pseudomonas aeruginosa Volume bahan (ul) 20 10 20 10 20 10 Daya hambat (mm) I 12 7 11 8 8 - II 12 7 11 8 8 - *BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROPINSI SULAWESI SELATAN (2006) Volume bahan ramuan herbal yang lebih banyak (20 ul) memiliki daya hambat lebih kuat dari pada volume yang lebih rendah (10 ul), akan tetapi untuk Pseudomonas aeruginosa dengan volume 10 ul bahan, antibakteri yang terkandung dalam ramuan herbal tidak mampu menghambat pertumbuhannya. Daya hambat antibakteri pada volume bahan 20 ul dari yang terkuat berturut-turut adalah Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa. Ketiga strain bakteri ini dapat menyebabkan penyakit pada ternak unggas, seperti tertera pada A handbook of DIAGNOSIS and THERAPY for the VETERINARIAN (1979), bahwa Staphylococcus dan Escherichia coli dapat menyebabkan infeksi pada kantong telur dan Escherichia coli juga menyebabkan pericarditis, infeksi saluran pernafasan, peritonitis dan salpingitis. Pseudomonas aeruginosa dapat menyebabkan penyakit sekunder pada hewan yang sakit dan menimbulkan penyakit pada hewan yang mengalami stress. Semakin banyak volume bahan yang digunakan dalam pengujian, maka antibakteri yang terkandung juga semakin tinggi. Adanya zat kurkumin bersifat antibakteri dalam temulawak menyebabkan adanya daya hambat antibakteri yang cukup kuat dalam ramuan herbal (WINARTO, 2003 dan MAHENDRA, 2005); dan dapat digunakan sebagai obat antibakteri pada saluran pencernaan, sedangkan minyak atsiri bersifat antibakteri (HADI, 1996), demkian pula adanya berbagai kombinasi ramuan herbal seperti sirih (MOELJANTO dan MULYONO, 2003); bawang 49 Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Dalam Mendukung Usahaternak Unggas Berdayasaing putih (SYAMSIAH dan TAJUDIN, 2005); bawang merah (RAHAYU dan BERLIAN, 2004); sereh (SARWONO, 2002); kunyit berfungsi mematikan kuman mengandung komponen kurkuminoid yang mempunyai efek antibakteri cukup kuat terhadap bakteri gram positif dan gram negatif serta kencur mengandung antibakteri (ANONIM, 2005 dan MAHENDRA, 2005). Jadi berdasarkan hasil pengujian daya hambat antimikroba dalam ramuan herbal yang diteliti dapat direkomendasikan sebagai feed additive untuk ternak broiler. Perlakuan pemberian ramuan herbal tidak memberi pengaruh yang nyata pada konsumsi pakan, konversi pakan, rasio efisiensi protein, persentase karkas dan persentase lemak abdominal (Tabel 2). Namun ditinjau dari aspek biologis konsumsi pakan dan rasio efisiensi protein serta konversi pakan terbaik pada perlakuan 2.5 ml per liter air minum. Diduga zat bioaktif dalam ramuan herbal yang sangat tepat dosisnya dalam kombinasi ramuan dan adanya efek dari kombinasi bahan yang bersifat saling melengkapi (sparing effect), berefek positif terhadap beberapa parameter performans. Tabel 2. Rataan konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan, rasio efisiensi protein, persentase bobot karkas dan persentase lemak abdominal broiler dengan pemberian ramuan herbal perekor selama penelitian Parameter P0 419,0 256,0a 1,63 2,71 69,1 2,1 140 Konsumsi paka (gram/ekor/minggu) Pertambahan bobot badan (gram/ekor/minggu) Konversi pakan Rasio efisiensi protein Persentase karkas (%) Lemak abdominal (%) Total kolesterol (mg per dl)* Perlakuan P1 415,5 278,8b 1,49 2,93 67,1 2,6 125 P2 404,5 254,2a 1,59 2,78 68,3 2,6 111 Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P <0,05) Sumber: *BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROPINSI SULAWESI SELATAN (2006) Pertambahan bobot badan tertinggi diperoleh pada perlakuan P1 (P <0,05), hal ini dapat disebabkan karena selain mengandung antibiotik, ramuan herbal juga mengandung minyak atsiri dan kurkumin yang berperan meningkatkan kerja organ pencernaan, merangsang dinding empedu mengeluarkan cairan empedu dan merangsang keluarnya getah pankreas yang mengandung enzim amilase, lipase dan protease untuk meningkatkan pencernaan bahan pakan karbohidrat, lemak dan protein (WINARTO, 2003 dan SASTROAMIDJOJO, 2001). Antibakteri akan dapat melisiskan racun yang menempel pada dinding usus, sehingga penyerapan zat nutrisi menjadi lebih baik, sebagaimana mekanisme kerja antibiotik sebagai growth promotant. Total kolesterol darah menurun seiring dengan meningkatnya pemberian dosis ramuan herbal dalam air minum P0 (140 mg per dl), P1 50 (125 mg per dl) dan P2 (111 mg per dl). Kunyit dan temulawak mempunyai aktivitas kolagoga (AFIFAH, 2003). Meningkatnya produksi dan sekresi empedu, bila masuk kedalam duodenum dan banyak ekskresi asam empedu, maka kolesterol keluar bersama feses, menyebabkan kolesterol darah dan tubuh menurun karena kolesterol merupakan salah satu bahan baku empedu. WIDODO (2002) menyatakan bahwa dalam ramuan herbal khususnya temulawak dapat memetabolisir lemak tubuh, demikian pula HADI dan SIDIK (1992) serta SANGAT dan RUMANTYO (1989) menyatakan bahwa temulawak dan kunyit dapat menurunkan kadar kolesterol, juga bersifat hipokolesteremik (ROSTIANA et al., 1989), hal ini diperkuat oleh ATMOMARSONO dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, bahwa terjadi penurunan lemak karkas dan lemak abdominal, kolesterol darah, kolesterol daging Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Dalam Mendukung Usahaternak Unggas Berdayasaing dada dan kolesterol daging paha dibanding dengan ayam yang tanpa menggunakan ransum tepung kunyit (ANONIM, 2004). Jumlah kematian pada perlakuan PO sebanyak 2 ekor dan pada perlakuan P1 dan P2 tidak terdapat kematian. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan ramuan herbal akan meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung zat bioaktif, dan salah satu bahan (temulawak dan temu ireng) dalam ramuan herbal yang digunakan, diduga mengandung zat yang dapat memperbaiki kerja system hormonal khususnya metabolisme karbohidrat dan memetabolisir lemak dalam tubuh (WIDODO, 2002), disamping itu kandungan antibiotik yang dikandung oleh ramuan herbal meningkatkan daya tahan tubuh, mencegah pertumbuhan parasit seperti cacing gelang dan kremi. Hasil uji serologi BALAI SEROLOGI WATES YOKYAKARTA pada awal Agustus 2005 menunjukkan bahwa jamu mengandung senyawa yang dapat melemahkan virus flu burung sehingga terbentuk antibody (SINAR HARAPAN, 29 Agustus 2005). Demikian pula data emperis pada peternakan kemitraan di Maros yang dilakukan pada tahun 2005, menunjukkan bahwa ayam yang diberi ramuan herbal dari penelitian, ini dapat ditekan jumlah kematiannya dibanding dengan yang tidak diberi ramuan herbal. Disamping itu penggunaan obat antibiotik tidak lagi diberikan kecuali vitamin (DATA PRIBADI PS MARANNU, 2005) KESIMPULAN Dari hasil dan pembahasan disimpulkan bahwa: Ramuan herbal mengandung antibakteri yang dapat menghambat bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa dan menekan jumlah kematian broiler. Penggunaan ramuan herbal pada level 2.5 ml per liter air minum dapat memberi pengaruh terbaik terhadap pertambahan bobot badan. Ditinjau dari aspek biologis, level ramuan herbal sebanyak 2.5 ml per liter air minum cenderung memperbaiki konsumsi pakan, konversi pakan maupun rasio efisiensi protein. SARAN Perlu penelitian lebih mendalam mengenai kemampuan daya hambat ramuan herbal terhadap jenis mikroba penyebab penyakit pada unggas terutama dalam menanggulangi penyebaran penyakit flu burung. DAFTAR PUSTAKA AFIFAH, E. dan T. LENTERA. 2003. Khasiat dan Manfaat Temulawak. Rimpang Penyembuh Aneka Penyakit. Cetakan l. Agromedia Pustaka, Jakarta. AFRIASTINI, J. J. 2004. Bertanam Kencur. Penebar Swadaya, Jakarta. ANONIM. 2004. Kunyit Turunkan Kadar Lemak Broiler. SUARA MERDEKA, Kamis 7 Oktober 2004. http://www–Suara Merdeka.Com/ harian/04 10/ 07/kol. 20 hlm, Semarang. ANONIM. 2004. Kunyit dan Jahe, Natural Antibiotic untuk Broiler. http www. Poultry Ina. com modules.php name =News& fik = arbec & sid = 879. ANONIM. 2005. Terapi Herba, Buah, Sayuran Flu Burung dan Demam Berdarah. Cetakan Pertama. Majalah Flona PT Samindra Utama, Jakarta. ANONYMOUS. 1979. The Merck Veterinary Manual A Handbook of Diagnosis and Theraphy for the Veterinarian. Fifth Edition. Merck and Co. Inc., U.S.A. GASPERSZ, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. CV. Armico, Bandung. HADI. S. dan SIDIK. 1992. Pengobatan Hepatitis dengan Fitofarmaka. Simposium Nasional Hepatitis, Yokyakarta. HADI. S. 1996. Khasat Fitofarmaka pada Hepatitis. Simposium Hepatitis dalam Rangka HUT ke 50 Fakultas Kedokteran UGM, Yokyakarta. HERDJOKO, S. U. 2003. Ditemukan Jamu Penangkal Flu Burung. Copyright@Sinar Harapan. http// www sinarharapan co.id/berita/0508/29/sh05. Hml. HERNANI dan S. YULIANI. 1992. Peranan Sirih sebagai Obat Tradisional. Warta Tumbuhan Obat Indonesia. Prosiding Seminar Sirih 1991. Kelompok KERJA Nasional Tumbuhan Obat Indonesia. Vol 1 no 1 :13. 51 Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Dalam Mendukung Usahaternak Unggas Berdayasaing HEYNE, K. 1991. Tumbuhan Berguna. Jilid 1. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. MAHENDRA, B. 2005. 13 Jenis Tanaman Obat Ampuh. Cetakan 1. Penebar Swadaya, Jakarta. MARWATI, T., S. YULIANI dan C. WINARTI. 1995. Manfaat makan sirih bagi kesehatan gigi dan mulut. Prosiding Simposium Penelitian Bahan Obat Alami Vlll. Perhimpunan Peneliti Bahan Obat Alami (Perhipba) kerjasama dengan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro). Bogor. Hal 263 – 268. MOELYANTO, R. D. dan MULYONO. 2003. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih, Obat Mujarab dari Masa Kemasa. Agromedia Pustaka, Jakarta. RAHAYU, E. dan N. BERLIAN. 2004. Bawang Merah. Penebar Swadaya, Jakarta. ROSTIANA, O., E. A. HADAT dan TARYONO. 1989. Evaluasi dan pemanfaatan plasma nuftah kunyit. Simposium Tanaman Industri Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Bogor. SAENAB, A. B. BAKRIE, T. RAMADHAN dan NASRULLAH. 2006. Pengaruh pemberian jamu terhadap kualitas karkas ayam buras. Buletin Ilmu Peternakan dan Perikanan. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Vol X(2) :133 – 143. SANGAT, H. dan RUMANTYO. 1989. Etnobotani Kunyit (Curcuma domestica Val). Kongres Nasional Biologi lX. Universitas Andalas, Padang. SARWONO. 2002. Jamu untuk Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta. 52 SASTROAMIDJOJO, S. 2001. Obat Asli Indonesia. Cetakan keenam. Dian Rakyat, Jakarta. SIDIK. 1988. Tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat sebagai hepatoprotektor. Makalah Simposium dan Diskusi Panel Hepatitis, Penanggulangan serta Pemanfaatan Tumbuhan Obat sebagai Hepatoprotektor. Universitas Padjadjaran, Bandung. SYAMSIAH, I. S. dan S. TAJUDIN. 2005. Khasiat dan Manfaat Bawang Putih Raja Antibiotik Alami. Cetakan lV. Agromedia Pustaka, Jakarta. SUNDARI, S. KOENSOEMARDIJAH dan NUSRATINI. 1992. Minyak atsiri daun sirih dalam pasta gigi stabilitas fisik dan daya antibakteri. Warta Tumbuhan Obat Indonesia. Vol 1 no 1. WIDODO, W. 2002. Nutrisi dan Pakan Unggas Kontekstual. Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. WIJAYAKUSUMA, H. M. H. dan S. DALIMARTHA. 2001. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Darah Tinggi. Penebar Swadaya, Jakarta. WINARTO, W. P. 2003. Khasiat dan Manfaat Kunyit. Agromedia Pustaka, Jakarta. ZAINUDDIN, D dan E. WAKRADIHARDJA. 2001. Racikan ramuan tanaman obat dalam bentuk larutan jamu dapat meningkatkan kesehatan hewan serta produktifitas ternak ayam buras. Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XIX. April 2001. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.