implementasi ragam hias nusantara pada desain interior hotel

advertisement
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain
IMPLEMENTASI RAGAM HIAS NUSANTARA PADA DESAIN INTERIOR
HOTEL TRANSIT BANDARA SOEKARNO-HATTA
Ilhamia Nuantika
Pembimbing: Dr. Pribadi Widodo, M.Sn.
Program Studi Sarjana Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB
Email: [email protected]
Kata Kunci : hotel transit, interior, budaya nusantara
Abstrak
Kehadiran transportasi udara adalah suatu sarana untuk menunjang efisiensi dan efektifitas kegiatan padat manusia yang bergerak dari satu tempat ke
tempat lainnya. Di Indonesia terdapat Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta, yang mengakomodasi para penumpang dengan sarana
transportasi udara. Salah satu kegiatan di bandara tersebut adalah transit pesawat. Diperlukan waktu untuk istirahat selama 1-4 jam bagi penumpang
oleh maskapai untuk pergantian rute atau pengisian bahan bakar pesawat dan penundaan keberangkatan sampai 2 hari apabila terjadi kerusakan pada
pesawat. Hotel transit merupakan suatu fasilitas yang diberikan oleh bandara untuk memfasilitasi para penumpang selama waktu transit. Melalui
pendekatan desain, dirancang sebuah hotel dan interiornya dengan elemen estetis budaya nusantara, sehingga hotel tersebut dapat mendukung
identitas Indonesia.
Abstract
Air transportation is a kind of transportation to ease human’s mobility from one place to another efficiently and effectively. There is Soekarno-Hatta
Airport which is located in Jakarta, Indonesia. It accommodates the passenger in dealing with air transportation activities for instance, plane trancit.
There is a need of passenger that airport should provide a hotel to rest about 1-4 hours while the airline do a plane maintainance, refuel gas, or to
change the flight route. Somehow, it will take 2 days of delay if there is a technical problem. Trancit hotel is one of facility that is provided by the
airport for the passenger while they do the trancit. Through the design approachment, the hotel will be designed with interior that may represent
Indonesia’s identity by applying aesthetic element of Indonesia’s culture.
1. Pendahuluan
Terminal udara atau yang lebih dikenal dengan sebutan bandara memiliki peran pokok dalam menunjang transportasi udara
seperti halnya Bandara Soekarno-Hatta yang berada di Indonesia. Tingginya frekuensi penerbangan yang diselenggarakan
oleh maskapai penerbangan yang ada di Bandara Soekarno Hatta menyebabkan tingginya aktivitas antara lain keberangkatan
dan kedatangan pesawat, pergantian rute pesawat dari internasional ke domestik maupun sebaliknya, dan juga transit pesawat.
Khusus untuk transit, aktivitas yang dilakukan penumpang umumnya menunggu selama 1 – 4 jam untuk pergantian rute
penerbangan ataupun pengisian bahan bakar. Bahkan dapat tertunda 2 hari apabila pesawat mengalami kerusakan, maka
bandarapun harus meningkatkan fasilitasnya yaitu dengan pengadaan hotel transit. Hotel transit adalah sebuah bentuk
penginapan berjangka waktu pendek.
Hal yang mendasari didirikannya hotel transit diantaranya adalah karena adanya kebutuhan yang terjadi akibat pengaruh
perkembangan arus dan volume wisatawan, Perkembangan sarana transportasi, perkembangan pelayanan perjalanan atau
perkembangan dunia usaha (The Architect’s Journal, 1974: 9). Berdasarkan hal tersebut, maka perencanaan hotel transit
diharapkan mampu mewadahi para penumpang pesawat terbang yang melakukan transit.
Hotel Transit ini terletak di Bandara Soekarno Hatta, bandara menjadi titik mula dalam penjelajahan menuju bagian lain
daerah-daerah di Indonesia, juga menjadi tempat pertama yang menyambut kedatangan para tamu dari berbagai penjuru dunia.
Untuk itu hotel transit ini akan mempresentasikan citra dan budaya bangsa dengan menonjolkan karya budaya nusantara.
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 1
Hotel Transit Bandara Soekarno-Hatta, Indonesia
2. Proses Studi Kreatif
Perancangan ini bertujuan agar penulis dapat memperlajari dan lebih memahami permasalahan interior sebuah hotel transit
yang terletak di bandara, memahami bentuk ragam hias nusantara. Pemahaman tersebut akan dipadukan dengan konsep
modern elegan yang diterapkan pada rancangan interior hotel transit Bandara Soekarno-Hatta. Dengan demikian tujuan
penelitian dan perancangan untuk menciptakan interior hotel transit dengan sistem keamanan baik, nyaman, dan juga sebagai
tempat pengenalan kebudayaan suatu daerah untuk pertama kalinya.
Untuk mengimplementasikan desain interior hotel transit terhadap budaya nuasantara menjadi rancangan visual desain
interior,melalui pendekatan
–Program Ruang (oganisasi ruang)
–Tema ruang fungsional
–Kriteria kriteria tentang penggunaan material,warna,furniture,cahaya, suara, keamanan.
Sehingga layak (possible) untuk dapat andaikata dilakukan pembangunan fisik.
Hasil studi lapangan dan literatur yang telah dilakukan terdapat kebutuhan untuk menghadirkan hotel transit pada Bandara
Soekarno-Hatta. Adapun faktor-faktor yang melatar belakangi dibutuhkananya penyediaan fasilitas Hotel Transit di Bandara
Soekarno-Hatta tersebut adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
Jadwal Penerbangan yang berubah-ubah (Connecting Flight)
Penerbangan diluar jadwal ( Flight Irregularity)
Traffic jam ( Kepadatan kota Jakarta yang membuat penumpang pesawat untuk datang lebih awal)
Permasalahan-permasalahan di atas dapat diselesaikan dengan menghadirkan suatu hotel transit. Selain sebagai tempat untuk
beristirahat sejenak para penumpang pesawat, kehadiran hotel transit juga sebagai bentuk dedikasi pelayanan jasa bagi
konsumen sebagai prioritas utama yang juga memberikan dampak positif bagi Indonesia pada umumya, baik secara budaya,
citra, dan pariwisata.
3. Hasil Studi dan Pembahasan
Konsep hotel Transit di Bandara Soekarno-Hatta ini didasarkan pada hasil studi lapangan yang memiliki fakta bahwa
Bandara Soekarno-Hatta adalah pintu gerbang memasuki Indonesia. Dengan demikian pengunjung yang datang akan merasa
disambut dan diberikan informasi tentang kekayaan budaya yang terdapat di Negara Indonesia. Oleh karena itu, perancangan
hotel transit ini didasarkan pada konsep Indonesia’s ambience. Konsep Indonesia’s Ambience adalah konsep suasana ruang
dengan ciri khas tradisional Indonesia di dalamnya. Konsep ini menyajikan alur dari tiga bagian waktu yang berada di
Indonesia yaitu WIB (Waktu Indonesia Bagian Barat), WITA (Waktu Indonesia Bagian Tengah), dan WIT (Waktu Indonesia
Bagian Timur) yang mempermudah proses pengenalan kebudayaan di Indonesia. Kemudian, konsep ini dikombinasikan
dengan konsep modern. Konsep ini memiliki sub konsep yaitu (1)konsep bentuk, (2) konsep warna, (3) konsep material, (4)konsep
furnitur, (5)konsep pencahayaan, (6) konsep penghawaan, dan (7) konsep keamanan.
Tradisional
Indonesia
Elegan
Suasana
Gambar 1. Perpaduan citra elegan dan tradisional Indonesia pada konsep “Indonesia’s ambience”
(1) Konsep bentuk yang digunakan mengambil bentuk motif pada kain tekstil khas Indonesia yang memiliki karakter yang
berbeda antara daerah satu dengan lainnya. Hasil studi menunjukan bentuk motif kain tekstil Indonesia bersifat repetitif. Maka
bentuk yang diambil:
Dinamis
Gambar 2. Implementasi bentuk dari sifat kain yang dinamis terhadap ruang interior
2 | Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1
ilhamia nuantika
Bentuk/Pola
Repetitif
/Pengulangan
Gambar 3. Implementasi bentuk motif tekstil dengan bentuk repetitive terhadap ruang interior
(2) Konsep warna. Warna material yang digunakan dalam perancangan desain interior hotel transit bandara diharapkan dapat
mendukung konsep ruang secara keseluruhan, yakni warna-warna elegan berpadu dengan warna-warna khas etnik di
Indonesia sebagai warna aksen. Warna warna modern yang cenderung monokrom akan dipadukan dengan warna warna khas
etnis Indonesia secara harmonis.
Elegan
Adapun konsep warna yang dipelajari secara khusus ( Dharsono, 2007 dan Kartiwa, 2007) adalah sebagai berikut
Lobby ( Indonesia’s ambience : Lampung)
Bar Lounge ( Indonesia’s ambience : Sumatera Utara)
Standard Room (twin) ( Indonesia’s ambience : Nusa Tenggara Timur)
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 3
Hotel Transit Bandara Soekarno-Hatta, Indonesia
Standard Room (double) ( Indonesia’s ambience : Kalimantan Timur)
Deluxe Room ( Indonesia’s ambience : Jawa)
Gambar 4. Implementasi konsep warna terhadap ruang interior
(3) Konsep Material yang digunakan terdiri dari empat unsur yaitu
(1)
Emosional; material yang digunakan merangsang terciptanya perasan (mood) positif sehingga dapat memberikan
kenyamanan maksimal,(2) Effectiveness; material yang digunakan bersifat awet dan tahan lama untuk memudahkan perawatan
dan biaya perawatan yang rendah (low maintainance), (3) Konseptual; material yang digunakan menyesuaikan dengan konsep
yang digunakan; Indonesian’s ambience,
Gambar 5 . Jenis material untuk unsur konseptual (Indonesian’s ambience)
(4)
Safety; material yang digunakan memiliki sifat yang tidak membahayakan bagi pengguna (smooth surface)
(4) Konsep furnitur pada hotel transit ini sebanyak 70% menggunakan rancangan costumized dengan sentuhan motif-motif
tradisional khas Indonesia,
Gambar 6. Jenis konsep furniture dengan motif nusantara pada ruang bar
(5) Konsep pencahayaan yang digunakan di hotel transit ini adalah memberikan sambutan kepada para pengunjung sesuai
dengan konsep general “Indonesia’s ambience”. Untuk siang hari memanfaatkan pemanfaatan alami sedangkan pada malam
hari menggunakan pencahayaan buatan. Secara keseluruhan konsep pencahayaan memberikan suasana hangat dan elegan.
4 | Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1
ilhamia nuantika
.
Gambar 7. Jenis konsep pencahayaan dengan aksen hangat dan elegan pada lobby (atas) dan lounge (bawah)
(6) Konsep penghawaan. Penghawaan yang digunakan pada hotel transit ini ada dua yaitu penghawaan alami dan
penghawaan buatan. Untuk penghawaan alami digunakan jendela hidup dan untuk penghawaan buatan akan menggunakan air
conditioner untuk memberi kesan sejuk, bertolak belakang dengan suhu kota Jakarta yang termasuk dalam kategori suhu
panas.
(7) Konsep keamanan hotel transit memiliki konsep tersendiri untuk memisahkan 2 tipe pengunjung (transit dan non-transit)
yaitu dengan membuat dua pintu masuk dan pemisah dinding masif, agar kedua tipe pengunjung tersebut tidak saling bertemu.
Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan.
Adapun sistem keamanan pada hotel transit ini terbagi menjadi tiga :
(a) Sistem imigrasi
Untuk pengunjung bertipe transit akan melalui proses pengecekan identitas diri dan syarat syarat imigrasi ( finger print dan id
card).
Gambar 8. Contoh kelengkapan pada syarat pengecekan sistem imigrasi
(Sumber: http://foto.detik.com,17juni2012)
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 5
Hotel Transit Bandara Soekarno-Hatta, Indonesia
Gambar 9. Skema alur pengunjung transit dan non-transit
(Sumber: analisis penulis,februari 2012)
(b) Accident
Untuk keamanan bila terjadi suatu kebakaraan akan disediakan pintu darurat Smoke and fire detector,fire
hydrant,extinguisher,break glass unit,heat detector,sprinkler and heat detector.
Gambar 10. Jenis peralatan keamanan pada situasi kebakaran
(Sumber: www.secursys.in,17 juni 2012)
(c) Aksi kriminalitas
Untuk mengantisipasi penumpang transit mancannegara yang melakukan tindakan kriminalitas, disediakan pos keamanan
untuk memeriksa kelengkapan identitas,selain itu dipasang sistem CCTV, dan juga pada pintu masuk diletakan mesin sinar X.
Gambar 11. Jenis alat pencegahan tindak kriminalitas
(Sumber: www.wartakota.co.id, 17 juni 2012)
6 | Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1
ilhamia nuantika
4. Kesimpulan.
Hotel Transit merupakan sebuah hotel yang terletak di bandara. Kehadirannya adalah untuk memfasilitasi para penumpang
pesawat dari berbagai penjuru dunia pada masa transit. Hal tersebut menjadikannya pula sebagai pintu gerbang untuk
memasuki suatu negara. Oleh karena itu, desain suatu hotel transit harus dapat merepresentasikan kekayaan budaya yang
terdapat di Indonesia. Salah satu caranya adalah dengan mengaplikasikan ragam hias tradisional setiap budaya yang berada di
Indonesia pada interior ruangan hotel transit. Pengaplikasian ragam hias tradisional bukan bertujuan untuk menghasilkan citra
kekunoan tetapi, pengaplikasikan ini agar memiliki identitas ke-Indonesiaan dan bercitra modern.
Ucapan Terima Kasih
Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya/perancangan dalam MK Tugas Akhir Program Studi Sarjana
Desain Interior FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh pembimbing Dr. Pribadi Widodo,
M.Sn.
Daftar Pustaka
1. De Chiara, J. dan Hancock, J. 1973. Time Saver Standard for Building Types. New York: Mc Graw-Hill Book Company
2. Dewi, Ferima Puspita (2011): Laporan Tugas Akhir : Hotel Transit Bintang Tiga. Bandung: Program Studi Arsitektur,
Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung
3. Herz, Rudolf, Friba, Dr Ing. Berlin. 1970. Neufert Architects’ Data. London : Crosby Lockwood Staples
4. Kartiwa, Sutiwa. 2007. Ragam Kain Tradisional Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
5. Kartuka, Sony, Dharsono. 2007. Kajian Konsep dan Triloka terhadap Pohon Hayat pada Batik Klasik. Rekayasa Sains
6. Lawson,Fred. 1995. Hotel & Resort: Planning,Design, and Refurbishment, London:Buttenworth – Architecture
6. Menteri Pariwisata.1986. Pengaturan Usaha dan Penggolongan Hotel. Jakarta : Kementerian Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata. 31-05-2012.
http://www.menbudpar.go.id
7. Neufert, Ernst, Peter Neufert. 2003. Architectect’s Data Third Edition.Oxford : Blackwell Science
8. Rute, Walter A; Penner (2001) : Hotel Design, Planning and Development Norton Company, New York
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 7
Download