BAB V PENGEMBANGAN RANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Rancangan kawasan merupakan olahan dari masterplan dari pengembang kawasan yaitu Angkasa Pura II. Berdasarkan dari masterplan yang ada, diajukan pembangunan pusat transit pada titik temu sumbu Terminal 1 dan Terminal 2. Skyline dirancang agar berpuncak pada pusat transit untuk memperkuat fungsi bangunan tersebut sebagai landmark dan pemersatu Terminal 1, Terminal 2, dan Terminal 3 secara sirkulasi dan bentuk. Gambar 5.1: Rencana kawasan Sumber: Data pribadi 5.1.1. Rancangan Tapak Rencana tapak pusat transit di bandara Soekarno-Hatta mengacu pada poros Terminal 1 dan Terminal 2, serta titik temu dari sirkulasi tiga moda transportasi yang akan dihubungkan oleh pusat transit, yaitu kereta api, APMS, dan mobil. Orientasi bangunan mengacu pada rel kereta api di sisi selatan dan jalan umum di sisi utara. 101 Perancangan Pusat Transit Dengan Pendekatan Integrasi Fungsi Di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng_ Amalda Alisia, 2016. Gambar 5.2: Rencana tapak Sumber: Data pribadi 5.1.2. Rancangan Arsitektur Fungsi pusat transit yang menghubungkan ketiga terminal di bandara Soekarno-Hatta, adanya berbagai moda transportasi yang diwadahi pada pusat transit, dan lokasi bangunan pada pusat poros Terminal 1 dan Terminal 2 menjadikan integrasi sebagai fokus dalam perancangan pusat transit. Penerapan konsep integrasi fungsi memperkuat keterkaitan antara bangunan pusat transit dengan sekitarnya secara performa dan visual. Gambar 5.3: Site plan Sumber: Gambar perancangan no. 3 102 Perancangan Pusat Transit Dengan Pendekatan Integrasi Fungsi Di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng_ Amalda Alisia, 2016. Rancangan massa bangunan pusat transit berupa satu massa bangunan tinggi adalah bentuk respon dari fungsi-fungsi yang diwadahi oleh pusat transit (transit kereta api dan APMS, retail, kantor sewa dan hotel). Peletakan fungsi-fungsi bangunan yang dipisahkan sesuai hirarki (privat, semi-privat, publik) ditujukan agar menciptakan sirkulasi yang efisien, terpisah, dan mudah dimengerti, baik antara pengguna bangunan, pekerja, dan moda transportasi. Visual dari pusat transit dipengaruhi oleh sifat bangunan yang akan menjadi landmark dan harus terintegrasi dengan unsur-unsur visual disekitarnya dan terminalterminal yang dihubungkan dengan pusat transit. Oleh karena itu, keseimbangan antara kontras dan keseragaman dengan lingkungan sekitar menjadi kata kunci dari desain pusat transit. Bangunan dirancang agar menjadi landmark kawasan bandara SoekarnoHatta. Hal ini dicapai dengan massa bangunan yang masif dan asimetris, tetapi seimbang antara sisi kanan dan kirinya. Keseimbangan merupakan bentuk respon dari poros bangunan dan batas-batas bangunan, yaitu Terminal 1 dan Terminal 2. Bentuk keseluruhan bangunan yang berdasar dari bentuk persegi dan trapesium menjadi kontras dari bentuk Terminal 1 dan Terminal 2 yang berupa setengah lingkaran. Gambar 5.4: Tampak pusat transit Sumber: Gambar perancangan no. 26 103 Perancangan Pusat Transit Dengan Pendekatan Integrasi Fungsi Di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng_ Amalda Alisia, 2016. 5.1.3. Rancangan Interior Integrasi visual dilakukan dengan mengambil unsur-unsur material atau struktur pada ketiga terminal dan mengadaptasikannya kepada pusat transit. Fasad pusat transit menggunakan beton pracetak putih dengan aksen bata cladding, mengikuti elemen dominan pada bangunan di sekitar tapak dan terminal-terminal. Selain itu, sisi terminal APMS dibangun menggunakan struktur folded plate mengikuti struktur pada fasad Terminal 1 dan Terminal 2. Ruang terbuka publik dalam bentuk viewing dock dan rooftop bar dibangun menghadap ketiga terminal dan arah kota Jakarta untuk menghubungkan ruang luar dan ruang dalam pusat transit. Gambar 5.5: Interior stasiun APMS, stasiun kereta api, dan hotel Sumber: Gambar perancangan no. 28 5.1.4. Rancangan Sistem Struktur 1. Sistem Struktur Sistem struktur pusat transit terdiri dari struktur folded plate pada stasiun APMS dan kereta api serta struktur rangka beton dengan pondasi bore pile pada bagian bangunan lainnya. Penerapan sistem folded plate pada stasiun dikarenakan interior stasiun yang membutuhkan ruang bebas kolom untuk mempermudah sirkulasi pengguna dan agar rel APMS yang menembus bangunan tidak mengganggu struktur bangunan. Selain itu, folded plate adalah agar adanya integrasi secara visual dengan struktur terminal Soekarno-Hatta. 104 Perancangan Pusat Transit Dengan Pendekatan Integrasi Fungsi Di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng_ Amalda Alisia, 2016. Folded plate pada stasiun Gambar 5.7: Potongan pusat transit Sumber: Gambar perancangan no. 18 Gambar 5.8: Detail struktur folded plate pada stasiun Sumber: Gambar perancangan no. 20 2. Sistem Utilitas Pasokan listrik didapatkan dari power plant Soekarno-Hatta yang diarahkan ke trafo sebelum disebar ke seluruh bangunan. Trafo beserta genset yang digunakan pada saat listrik padam diletakkan di sisi kanan tapak bangunan, sejajar dengan sirkulasi kendaraan servis. Pasokan air bersih didapat dari PDAM. Greywater dialirkan ke drainase lalu ke riol yang mengarah langsung ke Kali Dadap. Blackwater dialirkan ke STP (sewage treatment plant) Soekarno-Hatta yang terdapat di area servis kawasan bandara. 105 Perancangan Pusat Transit Dengan Pendekatan Integrasi Fungsi Di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng_ Amalda Alisia, 2016. 3. Sistem Sirkulasi Bangunan Sirkulasi pengguna pusat transit dirancang agar sirkulasi setiap pengguna fungsi yang berbeda tidak terjadi crossing yang menimbulkan kepadatan di dalam bangunan dan mempermudah transit pengguna. Fungsi hotel, retail, kantor, dan stasiun dipisahkan secara vertikal agar sirkulasi pengguna masing-masing fungsi tidak perlu melalui area fungsi lain. Lantai dua berguna sebagai titik temu antar semua pengguna pusat transit, dan merupakan lokasi dari ruang pembelian tiket, fasilitas self check-in, fasilitas baggage drop counter, retail, dan stasiun APMS. Gambar 5.9: Sirkulasi pengguna pada pusat transit Sumber: Gambar perancangan no. 25 Sirkulasi kendaraan, seperti halnya dengan sirkulasi pengguna, juga dipisahkan secara vertikal. Akses kereta api dan APMS berada pada sisi barat tapak, tetapi dengan rel kereta api terletak pada level tanah dan rel APMS memiliki elevasi 7 meter diatas permukaan tanah. Akses kendaraan pribadi dan umum lainnya pada sisi timur tapak, dengan drop-off kantor pada lantai dasar dan drop-off umum pada lantai 2. Pemisahan ini bertujuan untuk mengarahkan pengunjung menuju area yang dituju (stasiun, hotel, kantor, dll.) tanpa harus melewati area fasilitas lain selain dari lobby utama pada lantai 106 Perancangan Pusat Transit Dengan Pendekatan Integrasi Fungsi Di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng_ Amalda Alisia, 2016. Gambar 5.10: Sirkulasi kendaraan pada pusat transit Sumber: Gambar perancangan no. 25 Konsep dari sirkulasi servis adalah untuk menyatukan area servis dari empat fungsi yang berbeda (hotel, retail, stasiun, dan kantor) untuk efisiensi sirkulasi. Area servis pada bangunan diletakkan sejajar secara vertical untuk setiap fungsi agar dapat mencapai tujuan ini. Sirkulasi barang baggage drop berjalan secara vertical dari lantai 2 melalui conveyor belt ke gudang di lantai dasar untuk disortir sebelum dibawa dengan mobil bagasi ke terminal tujuan masing-masing Gambar 5.11: Sirkulasi servis pada pusat transit Sumber: Gambar perancangan no. 25 107 Perancangan Pusat Transit Dengan Pendekatan Integrasi Fungsi Di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng_ Amalda Alisia, 2016. 5.2. Gambar Rancangan Terlampir (Lampiran 1) 5.3. Foto Maket Terlampir (Lampiran 2) 108 Perancangan Pusat Transit Dengan Pendekatan Integrasi Fungsi Di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng_ Amalda Alisia, 2016. LAMPIRAN 2: Foto Maket 136 Perancangan Pusat Transit Dengan Pendekatan Integrasi Fungsi Di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng_ Amalda Alisia, 2016. DAFTAR PUSTAKA Buku 1. Ching, D.K. (2008). Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Tatanan. Jakarta: Erlangga. 2. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. 3. Griffin, Kenneth W. (2004). Building Type Basics for Transit Facilities. Kanada: Wiley. 4. Hershberger, Robert G. (1999). Architectural Programming and Predesign Manager, McGraw-Hill, New York. 5. Juwana, Jimmy S. (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi Untuk Arsitek dan Praktisi Bangunan. Jakarta: Erlangga. 6. Neufert, Ernst. (1980). Architects Data. New York: Granada, Halsted Press. 7. Bachman, Leonard R. (2003). Integrated Buildings: The Systems Basis for Architecture. John Wiley & Sons Inc., Hoboken. Undang-undang 1. Perpres No. 83 Tahun 2011 2. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri 3. Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja 4. UU No. 23 Pasal 35 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian 5. UU No. 23 Pasal 54 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian 6. SK Menteri Perhubungan RI No, PM10/PW - 301/Phb.77, tanggal 12 Desember 1977 7. Standar Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi pada Bangunan Gedung, Yayasan LPMB-PU 137 Perancangan Pusat Transit Dengan Pendekatan Integrasi Fungsi Di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng_ Amalda Alisia, 2016. 8. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 14 Pasal 11 Tahun 2010 tentang KKOP Bandara Soekarno-Hatta 9. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 29 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api Tautan 1. International Committee of Shopping Centers. First Steps Toward a Shopping Center Typology for Southeast Asia, Asia-Pacific and Beyond. diakses dari http://www.icsc.org/uploads/research/general/Asia-Pacific-Shopping-CenterDefinition-Standard-Proposal.pdf, pada tanggal 1 November 2015 2. PT Angkasa Pura II. Rencana Pengadaan Kereta Api Di Bandara Seluruh Indonesia 2015-2019. diakses dari https://bandarasoekarnohatta.com/rencana-pengadaan-kereta-api-dibandara-seluruh-indonesia-2015-2019.info, pada tanggal 10 November 2015 3. PT Railink. KA Bandara Kualanamu. diakses dari http://www.railink.co.id/kabandara-kualanamu pada tanggal 3 Januari 2016 4. University of Minnesota. Lighting: Its Effects on People and Spaces. diakses dari http://www.informedesign.org/_news/feb_v02-p.pdf, pada tanggal 8 desember 2015 5. École Polytechnique. Effects Of Prior Light Exposure On Early Evening Performance, Subjective Sleepiness, And Hormonal Secretion. diakses dari http://infoscience.epfl.ch/record/174780?ln=en, pada tanggal 8 Desember 2015 138 Perancangan Pusat Transit Dengan Pendekatan Integrasi Fungsi Di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng_ Amalda Alisia, 2016.