BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II.1.1

advertisement
BAB II
TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
II.1 Tinjauan Umum
II.1.1
Definisi Hotel
Secara harfiah, kata Hotel dulunya berasal dari kata HOSPITIUM
(bahasa Latin), artinya ruang tamu. Dalam jangka waktu lama kata
hospitium
mengalami
proses
perubahan
pengertian
dan
untuk
membedakan antara Guest House dengan Mansion House (rumah besar)
yang berkembang pada saat itu, maka rumah-rumah besar disebut dengan
HOSTEL.
Rumah-rumah besar atau hostel ini disewakan kepada masyarakat
umum untuk menginap dan beristirahat sementara waktu, yang selama
menginap para penginap dikoordinir oleh seorang host, dan semua tamutamu yang (selama) menginap harus tunduk kepada peraturan yang
dibuat atau ditentukan oleh host(HOST HOTEL).
Sesuai dengan perkembangan dan tuntutan orang-orang yang ingin
mendapatkan kepuasan, tidak suka dengan aturan atau peraturan yang
terlalu banyak sebagaimana dalam hostel, dan kata hostel lambat laun
mengalami perubahan. Huruf “s” pada kata hostel tersebut menghilang
atau dihilangkan orang, sehingga kemudian kata hostel berubah menjadi
Hotel seperti apa yang kita kenal sekarang. Menurut beberapa pengertian,
Hotel didefinisikan sebagai berikut :
• Menurut Dirjen Pariwisata – Depparpostel
Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau
seluruh bangunan, untuk menyediakan jasa penginapan, makan dan
minum, serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial.
• Menurut Surat Keputusan Menteri Perhubungan R.I No. PM 10/PW –
301/Phb. 77, tanggal 12 Desember 1977
Hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial,
disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan penginapan,
berikut makan dan minum.
8
• Menurut Webster
Hotel adalah suatu bangunan atau suatu lembaga yang menyediakan
kamar untuk menginap, makan dan minum serta pelayanan lainnya untuk
umum.
II.1.2
Definisi Transit
Definisi transit adalahmembuat sebuah bagian atau perjalanan dari
satu tempat ke tempat lain. (Sumber: artikata.com)
II.1.3
Definisi Hotel Transit
Pengertian Hotel Transit menurut Pengantar Ilmu Perhotelan dan
Restoran, Abd. Rachman Arief, 2005, yaitu hotel yang mayoritas tamu
tinggal hanya singgah (transit) yaitu kurang dari 24 jam sampai 3 malam
dan apabila tamu kurang dari 24 jam (not over night) maka tariff hanya
diberikan day rate (50% dari full rate) serta pemakaiannya disebut day
use. Hotel transit pada umumnya berlokasi dekat bandara (airport) atau
pelabuhan laut (harbour), biasanya diperutukkan bagi masyarakat yang
bermaksud untuk tinggal sementara (dalam jangka waktu pendek).
II.1.4
Klasifikasi Hotel
A. Hotel Berdasarkan Kelas
Tingkatan atau kelas hotel dibedakan atas tanda bintang (*).
Semakin banyak jumlah bintang, maka persyaratan fasilitas,dan
pelayanan yang dituntut semakin banyak dan baik.
Tabel II.1. Fasilitas dan Jumlah Kamar Hotel
KLASIFIK
JENIS FASILITAS POKOK
ASI
Kamar
BINTANG
Standart r
HOTEL
Kama Luas
Kamar
Suite
Ruan
Cafe
Functi
g
&
on
Maka
Bar
Room
Wajib
-
n
✰
Min. 15
-
1820m
9
Min.
2
1
✰✰
Min. 20
✰✰✰
1 kmr
Min. 30
✰✰✰✰
✰✰✰✰✰
2 kmr
Min.50
3 kmr
Min.100
4 kmr
22-44
Min.
Min.
m2
2
1
24-48
Min.
Min.
m2
2
1
24-48
Min.
Min.
m2
2
1
26-52
Min.
Min.
2
1
m
2
-
Min. 1
Min. 1
Min. 1
Sumber: Keputusan Direktorat Jendral Pariwisata (1988)
Tabel II.2. Klasifikasi Hotel Berdasarkan Kelas Bintang
Klasifikasi
Persyaratan
Bintang
✰
✰✰
✰✰✰
✰✰✰✰
✰✰✰✰✰
-
Jumlah kamar standar, minimum 15 kamar
-
Kamar mandi di dalam
-
Luas kamar standar, minimum 20 m2
-
Jumlah kamar standar, minimum 20 kamar
-
Kamar suite minimum 1 kamar
-
Kamar mandi di dalam
-
Luas kamar standar, minimum 22 m2
-
Luas kamar suite, minimum 44 m2
-
Jumlah kamar standar, minimum 30 kamar
-
Kamar suite minimum 2 kamar
-
Kamar mandi di dalam
-
Luas kamar standar, minimum 24 m2
-
Luas kamar suite, minimum 48 m2
-
Jumlah kamar standar, minimum 50 kamar
-
Kamar suite minimum 3 kamar
-
Kamar mandi di dalam
-
Luas kamar standar, minimum 24 m2
-
Luas kamar suite, minimum 48 m2
-
Jumlah kamar standar, minimum 100
10
kamar
-
Kamar suite minimum 4 kamar
-
Kamar mandi di dalam
-
Luas kamar standar, minimum 26 m2
-
Luas kamar suite, minimum 52 m2
Sumber : Suwithi, Ni Wayan & Cecil Erwin Jr. Boham. 2008. Akomodasi
Perhotelan
Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan
Tabel II.3. Jenis Tempat Tidur Hotel
No
Tempat
Ukuran
Tidur
Keterangan
1.
Rollaway
39 x 75 inci
Tempat tidur untuk satu orang
2.
Twin
2 x (39 x Dua tempat tidur single
76) inci
atau 2 x (46 x 76) inci
3.
Three-quarter
48 x 76 inci
-
4.
Double
54 x 76 inci
Tempat tidur untuk dua orang
5.
Queen
60 x 80 inci
Tempat tidur untuk dua orang
6.
King
70 x 80 inci
Tempat tidur untuk dua orang
Tabel II.4. Jenis Kamar Hotel
No
1.
Jenis Kamar
Single Room
Keterangan
Tempat tidur single ukuran single bed, jenis
ruang ini sudah jarang dalam hotel berbintang.
2.
Double Room
Untuk 2 orang penghuni, 1 double bed
3.
Twin Room
2 penghuni, 2 twin bed terpisah
4.
Standart Room
2 penghuni, 2 double bed
5.
Superior Room Melebihi ukuran standart room
6.
Deluxe Room
Melebihi ukuran standart room dan superior
7.
Suite Room
2-3 kamar , double bed, twin bed bahkan single
bed
11
B. Kriteria Hotel Bintang Tiga
a.
Umum
Unsur dekorasi Indonesia tercermin pada lobby, restoran, kamar tidur dan
fuctional room.
b.
Bedroom
-
terdapat minimum 20 kamar standart dengan luas 22 m2 / kamar
-
terdapat minimum 2 kamar suite dengan luas 44 m2/ kamar
-
tinggi minimum 2.6 meter tiap lantai
c.
Dining room
Bila tidak berdampingan dengan lobby, maka harus dilengkapi dengan
kamar mandi/ WC sendiri.
d.
Bar
-
apabila berupa ruang tertutup maka harus dilengkapi AC dengan
suhu 24oC
-
lebar ruang kerja bartender setidaknya 1 meter
e.
Functional room
-
minimum terdapat 1 buah pintu masuk yang terpisah dari lobby
dengan kapasitas minimum 2.5 kali jumlah kamar.
-
dilengkapi dengan toiket apabila tidak satu lantai dnegan lobby.
-
terdapat pre function room.
f.
Lobby
-
mempunyai luasan minimum 30 m2.
-
dilengkapi dengan lounge.
-
toilet umum minimal 1 buah dengan perlengkapan.
-
lebah koridor minimum 1.6 meter.
g.
Drug store
-
minimum terdapat drug store, bank, money changer, biro erjalanan,
airline agent, souvenir shop perkantoran, butik dan salon.
-
tersedia poliklinik.
-
tersedia paramedis.
h.
Sarana rekreasi dan olahraga
-
minimum 1 buah dengan pilihan tennis, bowling, golf, fitness,
12
sauna, billiard, jogging, diskotoik atau taman bermain anak.
-
terdapat kolam renang dewasa yang terpisah dengan kolam renang
anak.
i.
Utilitas
-
terdapat transportasi vertikal mekanis.
-
ketersediaan air bersih minimum 500 liter/ orang/ hari.
-
dilengkapi dengan instalasi air panas dan dingin.
-
dilengkapi dengan telepon lokal dan interloal.
-
tersedia PABX.
-
Dilengkapi sentral video/ TV, radio< peging, carcall.
C. Hotel berdasarkan Ukuran
Klasifikasi hotel berdasarkan ukurannya dapat ditentukan berdasarkan
jumlah kamar yang ada. Ukuran hotel diklasifikasikan menjadi 3 bagian,
yaitu:
a. Small hotel
Small hotel adalah hotel kecil dengan jumlah kamar di bawah 150 kamar
b. Medium hotel
Adalah hotel dengan ukuran sedang, dimana dalam medium hotel ini
dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu:
• Average hotel : jumlah kamar antara 150 sd. 299 kamar.
• Above average hotel : jumlah kamar antara 300 sd. 600 kamar.
c. Large Hotel
Large hotel adalah hotel dengan klasifikasi sebagai hotel besar dengan
jumlah kamar diatas 600 (enam ratus) kamar .
D. Berdasarkan Lokasi
Klasifikasi hotel berdasarkan faktor lokasi dapat dibagi menjadi:
a. City hotel
Hotel yang terletak di dalam kota, dimana sebagaian besar tamunya yang
menginap adalah memiliki kegiatan berbisnis.
13
b. Resort Hotel
Adalah hotel yang terletak di kawasan wisata, dimana sebagian besar
tamunya tidak melakukan kegiatan bisnis, tetapi lebih banyak rekreasi.
Macam-macam resort berdasarkan lokasi:
- Mountain Hotel (hotel yang berada di pegunungan)
- Beach Hotel (hotel yang berada di daerah pantai)
- Lake Hotel (hotel yang berada dipinggir danau)
- Hill Hotel (hotel yang berada di puncak bukit)
- Forest Hotel (hotel yang berada di kawasan hutan lindung)
E . Hotel Berdasarkan Area
a. Suburb Hotel
Hotel yang berlokasi di pinggiran kota, yang merupakan kota satelit yaitu
pertemuan antara dua kota madya.
b. Airport Hotel
Adalah hotel yang berada dalam satu kompleks bangunan atau area
pelabuhan udara atau sekitar Bandar udara.
c. Urban Hotel
Adalah hotel yang berlokasi di pedesaan dan jauh dari kota besar atau
hotel yang terletak di daerah perkotaan yang baru, yang tadinya masih
berupa desa.
F. Berdasarkan Maksud Kunjungan
Klasifikasi hotel berdasarkan maksud kunjungan selama menginap
adalah sebagai berikut:
• Business hotel
Hotel yang tamunya sebagian besar berbisnis, disini biasanya
menyediakan ruang-ruang meeting dan convensi.
• Resort/Tourism Hotel
Hotel yang kebanyakan tamunya adalah para wisatawan, baik domestik
maupun manca negara.
14
• Casino hotel
Adalah hotel yang sebagain tempatnya berfungsi sebagai tempat untuk
kegiatan berjudi.
• Pilgrim hotel
Hotel yang sebagain tempatnya berfungsi sebagai fasilitas beribadah.
Seperti hotel-hotel di arab (pada saat musim haji) dan Lourdes di
perancis.
• Cure Hotel
Adalah hotel yang tamu-tamunya adalah tamu yang sedang dalam proses
pengobatan atau penyembuhan dari suatu penyakit.
G. Jenis hotel menurut lamanya tamu menginap
a. Transit Hotel
Hotel dengan waktu inap tidak lama (harian). Fasilitas yang dapat
mendukung hotel seperti ini adalah layanan pada tamu dalam waktu
singkat seperti laundry, restoran dan agen perjalanan.
b. Semiresidential Hotel
Hotel dengan rata-rata waktu inap tamu cukup lama (mingguan). Fasilitas
hotel seperti ini perlu dilengkapi dengan fasilitas yang lebih bervariasi,
tidak membosankan dan untuk waktu yang relatif lebih lama, seperti
fasilitas kebugaran (spa, jogging track, tennis, kolam renang dan lainlain) dan fasilitas rekreasi (restoran, cafe, taman bermain dan lain-lain).
c. Residential Hotel
Hotel dengan waktu kunjungan tamu yang tergolong lama (bulanan).
Hotel seperti ini mengedepankan rasa nyaman dan keamanan pada tamu
hotel. Fasilitas yang disediakan biasanya fasilitas yang dibutuhkan
sehari-hari seperti supermarket atau perbelanjaan, fasilitas kebugaran
(spa, jogging track, tennis, kolam renang, dan lain-lain), fasilitas rekreasi
(taman bermain, restoran, cafe, dan lain-lain). Maka dari itu perletakan
hotel yang seperti ini biasanya digabungkan atau join dengan tempat
15
perbelanjaan
atau
supermarket
agar
saling
dapat
memberikan
keuntungan, layanan dan sebagai daya tarik pengunjung.
H. Klasifikasi berdasarkan Wujud Fisik
a. Produk nyata (tangible)
1. Lokasi
Lokasi yang yang dibutuhkan oleh wisatawan adalah lokasi yang
strategis dan memiliki nilai-nilai ekonomis yang tinggi , seperti lokasi
yang dekat dengan bandar udara, stasiun kereta api, pelabuhan, pusat
bisnis, atraksi wisata sehingga memberikan kemudahan tamu untuk
mengakses aktivitas lain diluar hotel.
2. Fasilitas
Fasilitas adalah penyediaan perlengkapan phisik yang dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan tamu serta dapat mempermudah tamu
melaksanakan aktivitas selama tinggal di hotel. Fasilitas itu dapat berupa:
• Kamar dengan perlengkapannya seperti air conditioning, Colour TV
within house movie and international chanel, Safe Deposit Box, Hot
and Cold water, Minibar, International Direct Dialing telephone,
Private bathroom with bathtub and shower, Tea & Coffee making
facility, Hair dryer.
• Kamar untuk orang cacat/disable room
• Kamar bebas asap rokok dengan kelengkapannya
• Restoran dan bar dengan berbagai jenis produk makanan dan
minuman
• Pelayanan makan dan minuman di dalam kamar
• Pusat bisnis dan sekretaris
• Pusat kebugaran
• Kolam renang
• Ballroom/aula
• Safe Deposit Box/brankas
• Laundry dan dry cleaning/binatu
• Fasilitas hiburan , seperti musik, karaoke
16
• Fasilitas taman bermain untuk anak-anak/Children play ground
• Baby sitting/layanan pengasuhan anak
• Hotel transportation/kendaraan antar jemput
• Valet parking service/pelayanan memarkirkan kendaraan
• Area parkir yang luas
• Foreign exchange facilities/fasilitas penukaran mata uang asing
• Beauty salon/ salon
• Drug store/toko yang menjual kebutuan sehari-hari
• House klinik/klinik kesehatan.
b. Produk tidak nyata(intangible)
Produk tidak nyata adalah segala sesuatu yang berkaitan pelayanan
dan pembentukan citra suatu produk dan hotel. Di dalam bisnis
perhotelan intangible diberikan bersamaan dengan penjualan produk
tangible.
Rasa bersahabat, sopan santun, keramahtamahan dan rasa hormat
dari seluruh karyawan merupakan salah satu contoh produk intangible
yang sederhana tetapi sangat berdampak pada pembentukan citra hotel.
Agar fasilitas yang disediakan oleh hotel dapat berfungsi, mak
adisertai dengan pelayanan, adapun pelayanan tersebut dapat berupa:
corak/gaya pelayanan yang diberikan oleh para karyawan, pelayanan
dapat juga berupa waktu buka restoran, pelayanan kebersihan
kamar,pelayanan dan penyajian makanan dan minuman di restoran. Pada
era ini persaingan bisnis perhotelan yang paling ketat adalah kemampuan
hotel untuk memberikan pelayanan yang terbaik.
Berdasarkan jenis-jenis klasifikasi diatas, maka Hotel Transit
Cengkareng Jakarta Barat ini termasuk dalam jenis klasifikasi seperti
yang tertera dalam table berikut:
Tabel II.5. Klasifikasi Proyek Hotel Transit Cengkareng Jakarta
Barat
DAFTAR KLASIFIKASI
17
PENJELASAN
Berdasarkan Kelas
Hotel bintang tiga (***)
Berdasarkan Ukuran
Hotel sedang/Medium hotel
Berdasarkan Lokasi
City Hotel
Berdasarkan Area
Suburban Hotel
Berdasarkan maksud kunjungan tamu
Business Hotel
Lamanya tamu menginap
Transit Hotel
Sumber. Analisa data
I. Struktur Organisasi Usaha Hotel Menengah
Gambar II.1. Struktur Organisasi Usaha Hotel Menengah
Sumber : Suwithi, Ni Wayan & Cecil Erwin Jr. Boham. 2008. Akomodasi
Perhotelan
Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan
Karyawan hotel merupakan tulang organisasi sistem hotel,
berdasarkan pembagian wilayah kebutuhan ruang fasilitas hotel maka
karyawan hotel di masing-masing divisi memiliki peranan penting dalam
lingkup wilayah pekerjaannya.
II.2 Tinjauan Khusus
II.2.1
Arsitektur Hijau
18
Arsitektur hijau adalah suatu pendekatan perencanaan bangunan yang
berusaha untuk meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada
kesehatan manusia dan lingkungan. Untuk pemahaman dasar arsitektur hijau yang
berkelanjutan, meliputi di antaranya lansekap, interior, dan segi arsitekturnya
menjadi satu kesatuan.
Menurut Tri Harso Karyono (2010), arsitektur hijau merupakan suatu
rancangan lingkungan binaan, kawasan, dan bangunan yang komprehensif.
Rancangan harus memenuhi kriteria hemat dalam menggunakan energi dan
sumber daya alam, minim menimbulkan dampak negatif, serta mampu
meningkatkan kualitas hidup manusia.
Prinsip-prinsip green architecture menurut Brenda dan Robert Vale, dalam
buku Green Architecture Design for A Sustainable Future :
1. Hemat energi/ conserving energy :
Pengoperasian bangunan meminimalkan penggunaan bahan bakar dan energi
listrik (sebisa mungkin memaksimalkan energi alam sekitar lokasi bangunan).
2. Memperhatikan kondisi iklim/ working with climate :
Mendisain bangunan harus sesuai dengan kondisi iklim setempat.
3. Meminimalkan pemakaian sumber daya baru/ minimizing new resources:
Mendesain dengan mengoptimalkan kebutuhan sumber daya alam yang baru, agar
sumber daya tersebut tidak habis dan dapat digunakan di masa mendatang/
penggunaan material bangunan yang tidak berbahaya bagi ekosistem dan sumber
daya alam.
4. Tidak berdampak negatif bagi kesehatan dan kenyamanan penghuni
bangunan tersebut/ respect for user :
Dalam merancang bangunan harus memperhatikan semua pengguna bangunan
dan memenuhi semua kebutuhannya.
5. Merespon keadaan tapak dari bangunan/ respect for site :
Bangunan yang akan dibuat nantinya jangan sampai merusak kondisi tapak
aslinya, sehingga jika nanti bangunan itu sudah tidak terpakai, tapak aslinya masih
ada dan tidak berubah.
6. Menetapkan seluruh prinsip-prinsip arsitektur hijau secara keseluruhan,
ketentuan di atas tidak baku dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
19
II.2.2
Definisi Hemat Energi
Hemat energi berlandaskan pada pemikiran meminimalkan penggunaan
energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan maupun
produktivitas penghuninya. Arsitektur hemat energi berdasarkan pada prinsip
konservasi energi (sumber yang tidak terbarukan) yang menciptakan istilah forms
follows
energy
(Sumber:
Energy-efficient
Architecture,
Paradigma
dan
Manifestasi Arsitektur Hijau, Jimmy Priatman, 2002).
Penghematan energi atau konservasi energi adalah tindakan mengurangi
jumlah penggunaan energi. Penghematan energi dapat dicapai dengan penggunaan
energi secara efisien dimana manfaat yang sama diperoleh dengan menggunakan
energi lebih sedikit, ataupun dengan mengurangi konsumsi dan kegiatan yang
menggunakan energi. Penghematan energi dapat menyebabkan berkurangnya
biaya, serta meningkatnya nilai lingkungan, keamanan negara, keamanan pribadi
serta kenyamanan. Organisasi serta perorangan dapat menghemat biaya dengan
melakukan penghematan energi, sedangkan pengguna komersial dan industri
dapat meningkatkan efisiensi dan keuntungan dengan melakukan penghematan
energi.
Penghematan energi melalui perancangan bangunan mengarah pada
penghematan listrik baik dari segi pendinginan udara, penerangan buatan, maupun
peralatan listrik rumah tangga. Pada bangunan hunian, termasuk hotel sebagai
akomodasi hunian sementara porsi terbesar dari penggunaan energi adalah pada
pengendalian faktor iklim sehingga kualitas termal, visual serta fluktuasi iklim
menjadi pertimbangan utama.
Arsitektur yang berlandaskan pada pemikiran “meminimalkan penggunaan
energi” tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan maupun
produktivitas penghuninya dengan memanfaatkan sains dan teknologi muktahir
secara aktif. Mengoptimasikan sistem tata udara dan tata cahaya, integrasi antara
sistem tata udara buatan alamiah serta sinergi antara metode pasif dan aktif
dengan material dan instrumen hemat energi.
II.2.3
Definisi Fasade Bangunan
20
Akar kata “fasade” (facade) diambil dari kata latin “facies” yang
merupakan sinonim dari “face” dan “appearance” (penampilan). Oleh karena itu,
membicarakan wajah sebuah bangunan, fasade yang dimaksudkan adalah bagian
depan yang menghadap jalan. Fasade adalah representasi atau ekspresi dari
berbagai aspek yang muncul dan dapat diamati secara visual.
Komposisi pada Fasade Bangunan:
Untuk melakukan studi pada arsitektur fasade menurut DK Ching (1979):
“Komponen visual yang menjadi objek transformasi dan modifikasi dari fasade
bangunan dapat diamati dengan membuat klasifikasi melalui prinsip-prinsip
gagasan formatif yang menekankan pada geometri, simetri, kontras, ritme,
proporsi, dan skala.”
- Geometri pada fasade yaitu gagasan formatif dalam arsitektur yang
mewujudkan prinsip-prinsip geometri pada bidang maupun benda suatu
lingkungan binaan, segitiga, lingkaran, segi empat, beserta varian-variannya.
- Simetri yaitu gagasan formatif yang mengarahkan desain bangunan melalui
keseimbangan yang terjadi pada bentuk-bentuk lingkungan binaan. Dibagi
menjadi; simetri dengan keseimbangan mutlak, simetri dengan keseimbangan
geometri, simetri dengan keseimbangan diagonal.
Untuk membangun suatu keseimbangan komposisi, simtri harus jauh lebih
dominan dari asimetri. Fasade harus memiliki “wajah-wajah” yang
mencerminkan solusi terencananya yang berbeda tetapi tetap simetris didalam
diri mereka sendiri (analog terhadap tubuh manusia). Tampak samping, seperti
yang terlihat, dapat memainkan peran minor dalam menyeimbangkan tampak
depan dan belakang.
- KontrasKedalaman yaitu gagasan formatif yang mempertimbangkan warna
dan pencahayaan kedalaman menjadi perbedaan gelap terang yang terjadi pada
elemen fasade. Tingkat perbedaan dikategorikan menjadi 3; sangat gelap,
gelap, terang.
- Ritme yaitu tipologi gambaran yang menunjukkan komponen bangunan dalam
bentuk repetisi baik dalam skala besar maupun skala kecil. Komponen yang di
maksud dapat berupa kolom, pintu, jendela atau ornamen. Semakin sedikit
21
ukuran skala yang berulang, dikategorikan ritme monoton, semakin
banyak dikategorikan dinamis.
- Proporsi yaitu perbandingan antara satu bagian dengan bagian lainnya
pada salah satu elemen fasade. Dalam menentukan proporsi bangunan biasanya
mempertimbangkan batasan-batasan yang diterapkan pada bentuk, sifat alami
bahan, fungsi struktur atau oleh proses produksi. Penentuan proporsi
bentuk dan ruang untuk mengolah bentuk-bentuk arsitektur, mengembangkan
bentuk-bentuk geometri dasar dan sebagainya, yang tentunya keputusan dalam
penetuan proporsi tersebut ada dasarnya.
- Skala dalam arsitektur menunjukkan perbandingan antara elemen bangunan
atau ruang dengan elemen tertentu dengan ukurannya bagi manusia. Pada
konteks fasade bangunan, skala merupakan proporsi yang dipakai untuk
menetapkan ukuran dan dimensi-dimensi dari elemen fasade.
Desain Fasade terhadap Hemat Energi:
Pemilihan Bahan Bangunan yang Ramah Lingkungan
Beberapa faktor dan strategi yang harus dipertimbangkan dalam memilih
material bangunan:
-
Bangunan yang dirancang dapat dipakai kembali dan memperhatikan
sampah/buangan bangunan pada saat pemakaian.
-
Bahan bangunan tersebut dapat dipakai kembali.
-
Keaslian material, sumber dan produksi asalnya.
-
Energi yang diwujudkan.
Berikut ini adalah beberapa kalsifikasi dan macam-macam material bangunan
yang hemat energi dan ramah lingkungan berdasarkan mulai dari energi
produksi awal sampai ke pemasangan ke bangunan.yang dihasilkannya.
Bahan-bahan yang dipakai sebaiknya mempunyai MJ kecil (ringan), time lag
rendah, kapasitas panas kecil, dimensi kecil, berat sendiri kecil, dapat
mengikuti kadar kelembaban udara sekitar dan konduktivitas panas rendah.
Tabel tentang beberapa energi yang diwujudkan
dibawah ini;
22
material seperti contoh
Gambar II.2. Embodied Energy, diadaptasi dari Sam Mukhtar, Building
Today,
Green Living
Sumber: Shita Siagian,Indira. 2005. Bahan Bangunan yang Ramah Lingkungan.
Universitas Sumatera Utara.
-
Produksi material.
-
Efek racun dari material.
-
Memprioritaskan material alami.
-
Mempertimbangkan durabilitas dan umur dari produk.
Prinsip utama dalam memnurunkan suhu (panas) di dalam ruangan
adalah mengurangi perolehan panas (heat gain) radiasi matahari yang jauh
mengenai bangunan. Jika perolehan panas matahari dapat diminimalkan, maka
suhu udara di dalam ruangan akan rendah. Meskipun ini bersifat relatif, artinya
jika kondisi suhu udara luar di sekitar rumah sudah tinggi, maka suhu udara di
dalam ruangan juga cenderung akan tinggi.
Penggunaan bahan bangunan sebagai dinding luar bangunan dengan
pemilihan material yang memiliki ketebalan tertentu sangat berpengaruh terhadap
panas yang ditransimikan kedalam ruang dalam bangunan. Untuk membatasi
perolehan kalor akibat radiasi matahari, maka ditentukan kriteria perancangan
yang dinyatakan dalam angka alih termal menyeluruh (Overall Thermal Transfer
Value – OTTV) untuk selubung fasade bangunan.
23
Jika dikaitkan antara fasade dengan arsitektur hijau dan hemat energi,
maka dapat dijelaskan melalui skema dibawah ini;
Gambar II.3 Skema fasade berdasarkan arsitektur hijau
Sumber. Analisa data
Dari hasil penelitian Tri Harso Karyono, suhu nyaman di Jakarta dicapai
antara 24,5 hingga 28,5 °C, dengan kelembaban di bawah 70% dan aliran udara di
atas 0,2 m/detik. Namun seandainya pengondisian udara mekanis (AC) tetap harus
digunakan, maka dengan memperhatikan hal-hal berikut diharapkan beban
pendinginan AC menjadi lebih rendah, artinya kapasitas daya yang digunakan
berkurang dan konsekuensinya menghemat pemakaian energi listrik.
Gambar II.4 Pengaruh Radiasi matahari terhadap bahan bangunan
Sumber, Puslitbangkim, 2005
Desain Fasade terhadap Kenyamanan Termal:
Kenyamanan thermal adalah suatu kondisi termal yang dirasakan oleh
manusia bukan oleh benda, binatang, dan arsitektur, tetapi dikondisikan oleh
lingkungan dan benda-benda di sekitar arsitekturnya.
24
Sejalan dengan teori Humphreys dan Nicol, Lipsmeier (1994)
menunjukkan beberapa penelitian yang membuktikan batas kenyamanan (dalam
Temperatur Efektif/TE) berbeda-beda tergantung kepada lokasi geografis dan
subyek manusia (suku bangsa) yang diteliti seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel II.6 Perbandingan Batas Kenyamanan di Berbagai Negara
Pengarang Tempat
ASHRAE
Batas
Manusia
Kenyamanan
USA Selatan (30o Peneliti
20,5 oC – 24,5 oC
LU)
TE
Calcutta (22o LU)
Rao
Kelompok
India
20 oC
– 24,5 oC
TE
Webb
Singapura
Malaysia
25 oC
– 27 oC
TE
Mom
Khatulistiwa
Cina
Jakarta (6o LS)
Indonesia
20 oC
– 26oC
TE
Elis
Singapura
Eropa
22 oC
– 26oC
TE
Khatulistiwa
Sumber. Bangunan Tropis, Georg. Lippsmeier
Standar kenyamanan termis dari Internasional Standard, ISO 7730:1994
menyatakan bahwa sensasi manusia terhadap suhu merupakan fungsi dari empat
faktor iklim yaitu, suhu udara, suhu radiasi, kelembaban udara, dan kecepatan
angin, serta dua faktor individu yakni, tingkat kegiatan yang berkaitan dengan
tingkat metabolisme tubuh, serta jenis pakaian yang dikenakan.
Tabel II.7Pembandingan Faktor Penentu Suhu Nyaman
Szokolay
o
- Iklim:
• matahari (besarnya
Fanger, Standar
Amerika
(ANSI/ASHRAE 551992), Standar
Internasional (ISO
7730:1994)
- Iklim:
• matahari (besarnya
25
Humphreys dan Nicol
1.
- Iklim:
• matahari (besarnya
radiasi),
• suhu udara,
• angin (kecepatan
udara),
• kelembaban udara
luar
- Faktor Individu:
• Pakaian
• Aklimatisasi
• Usia dan jenis
kelamin
• Tingkat kegemukan
• Tingkat kesehatan
• Jenis makanan dan
minuman yang
dikonsumsi
• Warna kulit (suku
bangsa)
radiasi),
• suhu udara,
• angin (kecepatan
udara),
• kelembaban udara luar
- Faktor Individu:
• Aktifitas
• Pakaian
radiasi),
• suhu udara,
• angin (kecepatan
udara),
• kelembaban udara
luar
- Faktor Individu:
• Aktifitas
• Pakaian
• adaptasi individu
- Lokasi geografis
Sumber. Pemaknaan Istilah-Istilah Kualitas Kenyamanan Thermal Ruang
dalam Kaitan dengan Variabel Iklim Ruang- Sugini
Menurut penelitian Lippsmeier, batas-batas kenyamanan manusia untuk
daerah khatulistiwa adalah 19°C TE (batas bawah) – 26°C TE (batas atas). Pada
temperatur 26°C TE umumnya manusia sudah mulai berkeringat. Daya tahan dan
kemampuan kerja manusia mulai menurun pada temperatur 26°C TE – 30°C TE.
Kondisi lingkungan yang sukar mulai dirasakan pada suhu 33,5°C TE– 35,5 °C
TE, dan pada suhu 35°C TE – 36°C TE kondisi lingkungan tidak dapat ditolerir
lagi. Produktifitas manusia cenderung menurun atau rendah pada kondisi udara
yang tidak nyaman seperti, terlalu dingin atau terlalu panas. Produktifitas kerja
manusia meningkat pada kondisi suhu (termis) yang nyaman (Idealistina, 1991).
Gambar II.5 Diagram Kenyamanan sebagai Fungsi dari Temperatur,
Kelembaban dan Kecepatan Angin
26
Sumber. Bangunan Tropis, Georg. Lippsmeier
Berbagai penelitian kenyamanan suhu yang dilakukan di daerah iklim
tropis basah, seperti halnya Mom dan Wiesebron di Bandung, Ellis, de Dear di
Singapore, Busch di Bangkok, Ballabtyne di Port Moresby, kemudian Karyono di
Jakarta, memperlihatkan rentang suhu antara 24oC hingga 30oC yang dianggap
nyaman bagi manusia yang berdiam pada daerah iklim tersebut.
Standar Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi pada
Bangunan Gedung yang diterbitkan oleh Yayasan LPMB-PU membagi suhu
nyaman untuk orang Indonesia atas tiga bagian sebagai berikut:
Tabel II.8 Suhu Nyaman menrut Standar Tata Cara Perencanaan
Teknis Konservasi Energi pada Bangunan Gedung
Temperatur
Efektif Kelembaban (RH)
(TE)
Sejuk Nyaman
20,5 oC
24 oC
Ambang atas
Nyaman Optimal
22,8 oC
– 25,8 oC
50%
80%
70%
28 oC
Ambang atas
Hangat Nyaman
– 22,8 oC
25,8 oC
– 27,1 oC
60%
o
Ambang atas
31 C
Sumber. Yayasan LPMB-PU
Mengaitkan penelitian Lippsmeier (menyatakan pada temperatur 26°C
TE umumnya manusia sudah mulai berkeringat serta daya tahan dan kemampuan
kerja manusia mulai menurun) dengan pembagian suhu nyaman orang Indonesia
menurut Yayasan LPMB PU, maka suhu yang kita butuhkan agar dapat
beraktifitas dengan baik adalah suhu nyaman optimal (22,8°C – 25,8°C dengan
27
kelembaban 70%). Angka ini berada di bawah kondisi suhu udara di Indonesia
yang dapat mencapai angka 35°C dengan kelembaban 80%.
Guna mengendalikan faktor-faktor iklim diatas untuk memperoleh
kenyamanan termal di dalam bangunan, cara yang paling mudah dengan
pendekatan mekanis yaitu menggunakan AC tetapi membutuhkan biaya
operasional yang tidak sedikit. Pendekatan kedua adalah mengkondisikan
lingkungan di dalam bangunan secara alami dengan pendekatan arsitektural.
Pengkondisian lingkungan di dalam bangunan secara arsitektural dapat
dilakukan dengan mempertimbangkan perletakan bangunan (orientasi bangunan
terhadap matahari dan angin), pemanfaatan elemen-elemen arsitektur dan
lansekap serta pemakaian material/bahan bangunan yang sesuai dengan karakter
iklim tropis panas lembab. Melalui ke-empat hal di atas, temperatur di dalam
ruangan dapat diturunkan beberapa derajat tanpa bantuan peralatan mekanis.
Panas masuk ke dalam bangunan melalui proses konduksi (lewat dinding,
atap, jendela kaca) dan radiasi matahari yang ditransmisikan melalui jendela/kaca.
Gambar II.6 Radiasi cahaya dan panas matahari ke dinding kaca bangunan
Sumber. Talarosha, Basaria. Menciptakan Kenyamanan Termal Dalam Bangunan. Jurnal Sistem
Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005
Radiasi matahari memancarkan sinar ultra violet (6%), cahaya tampak
(48%) dan sinar infra merah yang memberikan efek panas sangat besar (46%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa radiasi matahari adalah penyumbang jumlah
panas terbesar yang masuk ke dalam bangunan. Besar radiasi matahari yang
ditransmisikan melalui selubung bangunan dipengaruhi oleh fasade bangunan
yaitu perbandingan luas kaca dan luas dinding bangunan keseluruhan (wall to wall
ratio), serta jenis dan tebal kaca yang digunakan.
28
Radiasi matahari yang masuk secara langsung ke dalam bangunan sebagian besar
melalui kaca pada jendela. Cara menghindarinya yaitu meletakan bidang kaca
pada daerah yang memiliki penghalang sinar matahari. Dengan adanya pelindung
atau shading device tersebut maka dengan menggunakan Diagram Matahari dan
sudut pembayangan, terdapat perbandingan berikut:
Gambar II.7 Skema radiasi matahari melalui kaca jendala
Gambar II.8 Skema penerapan shading device (diluar dan didalam bangunan) terhadap
radiasi matahari
Sumber. Sukawi. 2010. Kaitan Desain Selubung Bangunan terhadap Pemakaian
Energi dalam Bangunan (Studi Kasus Perumahan Graha Padma Semarang)
Untuk mengurai radiasi panas dan kesilauan dari sinar matahari, dapat
dilakukan dengan salah satunya yatu penyaringan (filtering) untuk memperlembut
sinar matahari, terutama pada siang hari agar radiasi panas matahari tidak mudah
diminimalisir sehingga kenyamanan di dalam ruangan terkait dengan suhu ruang
dalam menjadi lebih seimbang dan tidak terlalu menyilaukan.
Sistem termal (thermal system) dalam bangunan dapat dijelaskan bahwa
selalu terjadi keseimbangan termal antara dalam bangunan dan luar bangunan.
Untuk mencapai kondisi nyaman, maka kondisi termal dalam bangunan harus
seimbang (Szokolay, 1980).
29
Rumus:
Qi + Qs ± Qv ± Qc ± Qm – Qe = 0
Keterangan:
Qi : Internal Heat Gain Panas yang timbul dari dalam ruangan (dari tubuh
manusia , artificial lighting, alat-alat elektronik)
Qs : Solar Heat Gain Panas yang masuk akibat radiasi matahari
Qc : Conduction Heat Panas akibat konveksi dan konduksi/transmisi
Qv :Ventilation Heat Panas akibat aliran udara ventilasi
Qe : Evaporation Cooling Pendinginan evaporatif
Qm : Mechanical Heating Untuk active control
II.2.4
Definisi Fasade Shading Device
Fasade shading device adalah perangkat shading atau penghalang
eksternal yang tergabung dalam fasade bangunan untuk membatasi keuntungan
panas internal yang dihasilkan dari radiasi matahari.
Sistem yang diterapkan menggunakan material pilihan yang disesuaikan
dengan topik tema proyek yaitu mengusung arsitektur hijau, sistem yang terdiri
dari dua kulit fasade utama dan fasade shading device ditempatkan sedemikian
rupa sehingga udara mengalir di rongga antara. Terlepas dari jenis ventilasi di
dalam rongga asal dan tujuan dari udara dapat berbeda tergantung sebagian besar
pada kondisi iklim, penggunaan dan lokasi.
30
Aplikasi Fasade Shading Device :
Di Indonesia yang beriklim tropis basah, memiliki spesifikasi dan kriteria
khusus dalam mengaplikasikan sistem shading device fasade bangunan.
Aplikasi shading device di Indonesia harus memperhatikan karakteristik
iklim setempat, yaitu;
-
Temperatur suhu udara siang hari 27°C – 32°C dan malam hari 21°C - 27°C
-
Kelembaban 75% dengan kestabilan tekanan uap air 2500 – 3000 N/m2
-
Curah hujan tinggi sekitar 1800 m/tahun
-
Cahaya langit berawan sepanjang tahun sekitar 60-90%. Terang langit
dengan kuat pencahayaan 7000 cd/ m2
-
Radiasi panas matahari tinggi sepanjang tahun 18-24 MJ/ m2 /hari
-
Kecepatan angin rendah, 10 -15 km/jam
Teknologi bangunan berkembang sangat pesat dengan perubahan yang
sangat penting termasuk peningkatan pemakaian bahan bangunan seperti baja,
beton dan kayu. Namun semakin bermunculan pula peningkatan produk-produk
baru serta pengembangan teknologi material banguan saat ini. Tujuan
pengembangan bahan bangunan tersebut adalah mencari bahan bangunan baru
yang lebih murah, baik dalam hal pemasangan, pemeliharaan dan pengaruhnya
pada manusia dan lingkungan nanti.
Material Komposit Sebagai Fasade Shading Device
Bambu Komposit
Gambar II.9 Bambu Komposit
Sumber: http://indonesian-furnitures.com/tag/ramah-lingkungan/
Bambu komposit bisa diperhitungkan untuk menjadi bahan baku
pengganti kayu yang ramah lingkungan. Kayu hutan semakin mahal dan langka,
maka semakin maraknya bahan baku alternatif. Sementara itu, kebutuhan akan
31
material yang raman lingkungan akan selalu meningkat. Tanpa ada bahan baku
alternatif dari kayu hutan untuk material bangunan dan furniture, kebutuhan
kurang terpenuhi, harga emakin mahal fan bukan mustahil penggundulan hutan
liar semakin banyak.Alam akan semakin terancam.
Temuan dari Prof. Dr. Bambang Subianto, M.Sc, Kepala Pusat Inovasi LIPI,
Serpong, Tangerang, Provinsi Banten, perlu diperhitungkan. Temuan material
komposit ini telah dipatenkan, bambu komposit ini sekuat kayu jati atau baja dan
mampu bertahan sampai 25 tahun.
Hasil penelitian Balai Bahan Bangunan- Puslitbang Permukiman pada tahun
2007 menunjukkan bahwa, dengan menggunakan perekat resi (cara pres panas
atau dingin) atau semen, dapat dihasilkan suatu bahan bangunan komposit yang
mempunyai kekuatan tinggisehingga dapat menandingi kekuatan kayu. Produk
dari hasil penelitian ini berupa panel eksterior dan interior dengan berbagai bentuk
untuk konstruksi bangunan seperti dinding, langit-langit serta penutup atap atau
yang digunakan sebagai bahan furniture.
Manfaat
1.
Menyediakan bahan bangunan laternatif dan memberdayakan masyarakat
melalui pengembangan UKM.
2.
Menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat dan mendukung
program pembangunan yang berkelanjutan.
Keunggulan
1.
Dimensi dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
2.
Memungkinkan dibuat tanpa sambungan.
3.
Sifat mekanika tinggi.
4.
Pengerjaan setara dengan bahan kayu.
Jenis Bambu Olahan
Parallam ; papan bambu lapis semi serat dibuat dengan cara memipihkan bambu
engan mesin pemipih sampai bentuk bambu berupa semi serat yang panjang.
Kemudian arah serat disusun saling menyilang.
32
Bambu Lapis : menyusun bersilangan tegak lurus lembaran venir yang diikat
dengan perekat, minimal tiga lapis (SNI,2000). Pemaangan venir dengan arah
saling tegak lurus dimaksudkan untuk mendapatkan kekuatan mekanis yang lebih
tinggi. Penyusutan lebih kecil sehingga menjadikan produk tersebut memiliki
stabilitas dimensi yang tinggi.
Wood Plastic Composite (WPC)
Gambar II.10 Aplikasi WPC di indoor dan outdoor bangunan
Sumber: http://www.grahacipta-trijaya.com/image/grmblad.JPG
WPC adalah campuran serat plastik dengan kayu ditambah bahan
pedukung lain, kemudian diolah menjadi rangkaian panel untuk aplikasi lantai,
dinding, plafon dan lain-lain. WPC dibuat dari PVC (polyvinyl chloride), serbuk
kayu, bambu hasil daur ulang dan bahan-bahan organik sebagai pengikat. Dengan
bahan-bahan tersebut, WPC merupakan produk ramah lingkungan dengan
durabilitas tinggi, tahan cuaca, api, air, serangga dan tidak mengandung racun.
Produk yang bisa didaur ulang untuk diproduksi kembali ini memiliki
ukuran panel berbeda dan bisa digunakan untuk ruang luar dan dalam. Dengan
mengabdopsi teknologi dari Jerman produk diklaim lebih tahan api dibanding
produk serupa lainnya. Ketika terjadi kebakaran pada panel, api hanya menyala di
satu titik dan tidak menyebar. Penampilan WPC menyerupai kayu asli sehingga
sangat cocok diterapkan pada bangunan yang mengedepankan dekorasi interior
dan ekterior alami. Tebal dan panjang masing-masing panel: dinding 3 - 28 mm
33
dan 50 -340 mm, lantai 12 mm dan 113 - 200 mm, plafon 8 - 45 mm dan 65 - 270
mm.
II.3 Studi Banding dan Studi Kasus
II.3.1 Studi Banding
Aston Cengkareng City Hotel, Cengkareng-Jakarta Barat
(Sumber: www.aston-internasional.com)
Lokasi
Terletak di kawasan Cengkareng Jakarta Barat, Aston
Cengkareng City Hotel hanya berjarak 20 menit berkendara
mobil dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan
dengan dengan kawasan bisnis niaga pusat kota. Letak
lokasi yang strategis menawarkan akses yang mudah ke berbagai penjuru tempat-tempat
yang menarik untuk dikunjungi di Jakarta (Bandara, RS, Mall, Golf Club, Waterboom).
Aston Cengkareng City Hotel merupakan gambaran hotel berbintang tiga dengan
mengusung konsep “a cool city” yang setara dengan penghargaan yang diberikan
berdasarkan Standar Pelayanan Terbaik. Hotel ini juga disebut “transit hotel” karena
diperutukan untuk kegiatan bisnis.
Akomodasi
Klasifikasi Kamar Hotel
Aston Cengkareng City Hotel, Cengkareng-Jakarta Barat
Junior Suite
Deluxe Room
Executive Suite
Superior
Fasilitas
Lobby
Indigo Cafe & Bar
34
Indigo Restaurant
Ballroom
Meeting Room
swimming pool
Laporan Survei Lapangan Proyek Sejenis
Aston Cengkareng City Hotel, Cengkareng-Jakarta Barat
Hotel ini disebut city hotel karena letaknya di pusat kota Jakarta, yaitu di
kawasan Cengkareng, Jakarta Barat. Hotel ini juga termasuk jenis hotel transit, dilihat
dari klasifikasi berdasarkan lama waktu menginap. Lokasi hotel sangat strategis dan
mengambil lokasi tapak di dalam kawasan sentra bisnis Mutiara Taman Palem,
Cengkareng Jakarta Barat serta berbatasan dengan Perumahan City Resort. Letak tapak
berada di Hoek. Alamat: Jl. Outer Ring Road, Mutiara Taman Palem Blok C 1,
Cengkareng 11730 Jakarta Barat Indonesia.
Foto. Alur menuju hotel, memasuki gerbang masuk Perumahan City
Resort.
35
Foto. Skema batas-batas lingkungan hotel
Keadaan sekitar Tapak
Foto. Jalan utama di sisi Barat
hotel
Foto. Jalan samping di sisi
Selatan hotel
Foto. Main entrance dan dropoff
Foto. jalur keluar kendaraan
36
Foto. Pintu masuk utama,
menuju lobby hotel
Foto. shuttle bus yang
disediakan hotel
Keadaan di dalam gedung Hotel
Lobby (D floor)
lobby lift lantai dasar
resepsionis & ruang
tunggu
indigo restauran
toilet lantai dasar
Pos jaga di pintu utama
indigo cafe & bar
Keadaan di dalam gedung Hotel
Rooms (1-5th floor)
lobby lift lt kamar hotel
lorong kamar hotel
taman interior ruangan
pintu tangga darurat
kamar hotel
jendela lorong
Keadaan di dalam gedung Hotel
Diamond Ballroom (6th floor)
lobby lift lt 6 (ballroom)
pintu meeting room lt 6
37
toilet lt 6
Amaris Hotel Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng-Jakarta Barat
(Sumber: www.amarishotel.com)
Lokasi
Berlokasi 5 menit menuju Bandara Internasional SoekarnoHatta. Hotel ini merupakan pilihan tepat untuk para
pelancong (travelers) yang dinamis dengan akses dari dan
menuju akomodasi transportasi udara (Bandara).
Desain konsep hotel mengusung tema modern, minimalis namun menghadirkan energi
yang kuat dari warna yang di aplikasi pada desain hotel.
Akomodasi
Memiliki 118 Kamar (Smart Room).
Kamar Hotel
Amaris Hotel Bandara Soekarno-Hatta,
Cengkareng-Jakarta Barat
Fasilitas
118 Smart rooms,LCD TV, Wi-Fi internet access, Safe Deposit Box in every room,
Next to Roda Padati Restaurant, Parking area
Hotel Transit, Mumbai India
(Sumber: www.hoteltransit.in)
Lokasi
38
Hanya 500 m (3menit) dari Mumbai’s Domestic Airport, Hotel Transit berlokasi
strategis untuk bisnis, wisatawan dan tempat transit para pelancong.
Dapat menuju jalan raya kota yang hanya 100 meter, Hotel Transit sangat strategis
untuk para tamu dengan tujuan bisnis di pinggiran kota dan kota Mumbai Utara.
Akomodasi Transportasi Terdekat
Transit Hotel, Mumbai-India
Jalur Darat (Road)
Jalur Kereta (Rail)
Jalur Udara (Air)
Dekat dgn 2 kota terbesar;
Stasiun Andheri hanya 2,5 Bandar udara domestik
km dari lokasi Hotel
sangat dekat dengan
- Bandra-Kurla Complex
Transit. Stasiun ini
lokasi Hotel Transit yang
(BKC) berjarak 6 km ke
Selatan (15 menit
merupakan tempat
hanya berjarak 500
pemberhentian semua jalur meter. Bandar udara
berkendara dengan mobil).
internasional berjarak
- Goregaon’s NSE berjarak kereta (terminal). Stasiun
Vile Parle berjarak 1 km.
4,5 km (15 menit
6 km ke Utara (15 menit
berkendara dengan
berkendara dengan mobil).
mobil).
Akomodasi
Hotel Transit memiliki 54 kamar di 6 lantai yang telah dirancang ulang dengan fungsi
modern dan estetika sebagai nilai inti.
Klasifikasi Kamar Hotel
Transit Hotel, Mumbai-India
Club Suite
Family Room
Club Room
Deluxe Room
Fasilitas
Lobby
Restaurant
Praktek Ekologis Pada Transit Hotel Mumbai India
39
Meeting Room
Eko-Praktek
Penerapan
Kendali Konversi
Hemat energi CFL (Compact Florescent Lighting) telah
untuk CFL
menggantikan energi tungsten dan lampu halogen di seluruh
area hotel, termasuk ruang operasional dan staf. CFL
menyediakan energi 5 kali (menggunakan 1/3 energi) lebih
terang dibanding bohlam konvensional.
Pendekatan
Area publik (toilet, lobi, lift, koridor dll) dilengkapi dengan
Pencahayaan Pada
sensor infra-merah. Penurunan signifikan dalam konsumsi
Area Publik
energi telah dicapai oleh sensor yang meningkatkan
pencahayaaan dari stand by mode hanya ketika area tersebut
digunakan.
Kunci Tag
Teknologi tag kunci telah di tingkatkan di semua kamar
dimana daya alih penguncian instan aka di hapus.
Menggunakan sistem saveable dengan waktu penundaan 10
detik.
Heat Repellent
Penghematan energi di wujudkan dalam penggunaan AC
Gorden, Windows
dalam setiap kamar hotel, dengan menggunakan tirai gorden
dengan bahan yang lebih tebal. Mencegah panas dari luar
memasuki ruangan sehingga membutuhkan sedikit energi
AC untuk pendingin ruangan.
Hemat Penggunaan
Mengurangi konsumsi kertas dengan tidak menggunakan
Kertas
banyak brosur, flyer untuk promosi hotel, melainkan
menggunakan teknologi email, WC band dll.
Daur Ulang Sampah
Sampah basah biodegradable dikompos secara langsung di
Basah
taman-taman di dalam dan sekitar Hotel Transit, untuk
meminimalkan penggunaan pupuk kimia.
Drainase Melindungi
Saluran pembuangan drainase dirombak dan di pasang ulang
Air Tanah
dengan lapisan pelindung untuk mencegah kontaminasi
dengan air tanah.
Mengurangi
Sumur resapan yang disediakan di kota digunakan sebaik-
Penggunaan Air
baiknya untuk melestarikan sumber daya alam yang
Kota
berharga, yaitu air.
40
Inisiatif Hijau
1. Tanman yang indah dan merambat tumbuh di kedua sisi
bangunan.
2. Permukaan eksteriot dilapisi oleh isolasi termal untuk
mengurangi
penyerapan
pemborosan
listrik
panas
(pemakaian
ke
bangunan
AC
dan
dan
lampu).
DIharapkan penghematan energi sebesar 20% untuk
sistem kompresor.
3. Panen air hujan di berbagai titik lokasi sekitar Hotel
Transit. Semua tujuannya penampungan air hujan untuk
keperluan umun sehingga mengurangi pemborosan
penggunaan air kota.
4. Seluruh fasade hotel di desain ulang dengan gaya
arsitektur art deco, menggunakan warna-warna yang
selaras dengan alam (warna tanah, natural).
II.3.2
Studi
Banding
Kesimpulan Studi Banding
Aston Hotel
(Cengkareng,
Jakbar)
Amaris Hotel
(Cengkareng,
Jakbar)
Transit Hotel
(Mumbai,India)
Lokasi
Jl. Outer Ring Road,
Mutiara Taman
Palem Blok C 1,
Cengkareng 11730
Jakarta Barat
Indonesia
Jl. Husein
Sastranegara No.1
Benda, Tangerang, 15
125 Indonesia
Fasade
Modern
Kontemporer
offers a cool city
ambience with our
award winning
service standards.
Modern Minimalis
Nehru Road Ext.,
Vile Parle (East),
Near Domestic
Airport, Bandara
Domestik Santa
Cruz, Mumbai, India
400099
Art Deco
Tampak
Konsep
modern, minimalist
but with an energy
that comes from a
vibrant color scheme.
41
The orange colour is
the Symbol of our
Hotel which
symbolizes Energy,
Zest, Entthusiasm
Status Hotel
Bintang
Luas Area
Pengelola
Fasiltas
Letak lokasi
Parkir
Kondisi
lingkungan
Jumlah lapis
Jumlah
Kamar
Tipe kamar
Harga
Sirkulasi
vertikal
Pengudaraan
Pencahayaan
Business & leisure
***
(data kurang
lengkap)
Aston International
Hotel
- Lobby
- Cafe & bar
- Restaurant
- Meeting room
(7 rooms)
- Grand ballroom
- outdoor
swimming pool
Kawasan sentra
bisnis Mutiara
Taman Palem,
Cengkareng Jakbar
Outdoor parking &
Basement
Nyaman, aman
Business & leisure
**
2022 m2
Santika Indonesia
hotel and Resort
118 Smart rooms
LCD TV
Wi-Fi internet
access
Safe Deposit Box
in every room
Next to Roda
Padati
Restaurant
Parking area
Major credit
cards
Kawasan Bandara
Internasional
Soekarno-Hatta
and Creativity.
Business & leisure
***
(data kurang
lengkap)
Swasta
-
-
Lobby
Restaurant
Meeting room.
Kawasan Bandara
Domestik Santa
Cruz, India
Outdoor parking 50
car unit
Nyaman, aman, sangat
strategis
5 lapis
118 kamar
Outdoor parking
Junior Suite(12)
Deluxe Room(6)
Executive Suite(4)
Superior(131)
handicapped
guests(3)
Mulai dari
Rp422.000 untuk
kamar superior
Smart room (118)
Club Suite
Club Room
Deluxe Room
Family Room
Mulai dari Rp.
360.000 / malam
Rs. 5,000/- sampai
dengan Rs. 9,000/-
Lift, tangga, ramp
Lift & tangga
Lift, tangga, ramp
AC
Jendela mati lorong
kamar hotel, jendela
tiap kamar, skylight,
lampu fleuresent
AC
(tidak survei
lapangan)
AC
(tidak survei
lapangan)
7 lapis
156 kamar
42
Nyaman, aman,
sangat strategis
6 lapis
54 kamar
Material
Fasilitas
transportasi
khusus
Bangunan:batu bata,
beton cor. finishing
cat.
Atap: dak beton,
rangka baja lapis
fiberglass (skylight).
Shuttle bus menuju
Bandara
International
Soekarno-Hatta.
Bangunan:batu bata,
beton cor. finishing
cat.
Atap: dak beton.
Bangunan:batu bata,
beton cor. finishing
cat.
Atap: dak beton.
Shuttle mini-van
menuju Bandara
International
Soekarno-Hatta.
Shuttle mini-van
menuju Bandara
Kesimpulan
Sebuah hotel transit memiliki batasan fasilitas dan jumlah kamar hotel yang terkait
dengan jumlah lapis bangunan hotel tersebut. Fasilitas sebuah hotel transit khusus
untuk kebutuhan seperti fasilitas untuk kegiatan bisnis seperti meeting room serta
ballroom untuk menggelar suatu pertemuan yang dapat menampung banyak
pengunjung.
Jenis pengunjung hotel transit yaitu para pebisnis yang biasanya dalam kelompok
kecil maupun individu dengan waktu menginap yang singkat.
Pada dasarnya Hotel Transit dapat digabungkan dengan jenis hotel lain tergantung
dengan lokasi dan jenis kegiatan pengunjung, menjadi kriteria city hotel maupun
business hotel. Dengan penggabungan jenis hotel tansit dengan jenis hotel lain,
maka dari segi fasilitas juga mengalami beberapa penambahan; seperti adanya
kolam renang dan fasilitas-fasilitas bersifat rekreasi lainnya.
III.2.3
Studi Kasus
Graha Wonokoyo
Informasi Data:
Lokasi : Jl. Taman Bungkul 1-3-5-7, Surabaya
Fungsi : Kantor
Luas Lahan/ Bangunan: 1.854 m2 / 7.121 m2
Ketinggian : 10 lapis
Arsitek : Ir. Jimmy Priatman, M.Arch
Sebuah bangunana kantor dengan menggunakan pendekatan arsitektur
kolonial karena situs konservasinya. Bangunan dirancang vertikal secara bertahap
43
dengan 2 lantai depan dialokasikan sebagai gedung resepsi khas arsitektural kolonial di
kawasan tersebut.
Bangunan terdiri dari 3 massa:
Gambar II.11 Zoning Ruang dan Massa Bangunan
Sumber. Majalah I-Arch, edisi 3, 2006
Tata letak Graha Wonokoyo erat mengikuti konsep yang diuraikan diatas dan
dibagi menjadi 3 zona. Pada sisi Barat sebagai penghalang termal, digunakan sebagai
ruang tunggu, ruang pertemuan dan pelayanan publik. Sisi Utara digunakan sebagai
ruang outdoor untuk unit AC, pantry dan ruang pengisian zona utama terletak di sisi
Selatan dan Timur.
Kriteria Bangunan Green Architecture:
Hemat Energi: Dicapai dengan penggunaan material hemat energi dan manajemen
energi didalam bangunan.
Bekerja dengan Iklim: Site menghadap dan memanjang dari barat-timur akan
mempengaruhi fasade dan selubung bangunan.
Respek terhadap calon pengguna: Layout ruang menyesuaikan dengan fungsi
sebagai kantor sewa yang mencerminkan efisiensi ruang.
Bekerja dengan tapak terpilih: Bangunan ini berusaha untuk menyelaraskan diri
dengan lingkungannya yang berupa bangunan konservasi arsitektur kolonial.
Prinsip Green Architecture:
Building Envelope
Menggunakan perhitungan OOTV (Overall Thermal Transfer Value) untuk
membatasi radiasi panas pada selubung bangunan.
44
Selubung bangunan merespon arah matahari. Pada bagian utara full dengan
material kaca, sedangkan fasad selatan berupa kisi-kisi material cladding.
Green Structure
Struktur utama konstruksi beton bertulang, dan struktur atap konstruksi baja. Pemilihan
struktur tersebut didasarkan untuk menghindari kerusakan pada bangunan perumahan
yang padat di sekitar bangunan.
Green Material
Untuk mewujudkan perpaduan yang sinergis antara citra monumental dengan kriteria
hemat energi, material dinding dipilih dari bahan metal cladding exindal, high
performance glass exstoposal dilapisi kaca film pada sisi barat, dan pada bangunan
penerima dipilih granit dan panel alumunium.
Gambar II.12 Green Material Graha Wonokoyo
Sumber. Majalah I-Arch, edisi 3, 2006
Tingginya tingkat radiasi dari Utara dan Barat dibandingkan arah lainnya (Utara:
40-100 kWh/m2, Barat: 80-120 kWh/m2, Selatan: 30-40 kWh/m2, Timur 40-50
kWh/m2), kinerja kaca berkualitas dengan tingkat koefisien shading rendah dipilih
untuk mengurangi beban pendngin dari sistem AC. Pencahayaan alami ruang terbuka
dengan rata-rata 10.000 lux untuk wilayah Indonesia. Sistem AC menggunakan
Variable Refrigerant Volume (VRV) yang memberikan pendinginan ruangan di setiap
lantai dengan pengurangan biaya operasional.
Bahan untuk fasad yang dipilih secara cermat untuk menurunkan panas didalam
ruangan, yaitu kombinasi dari metal cladding dan kaca V-cool berkualitas tinggi di sisi
Gambar II.13Metal Cladding
Gambar II.12High Perform Vcool Glass
45
Sumber. Google Search Image
Sumber. Google Search Image
Shatin Government Office, Hongkong
Informasi Data:
Lokasi : 1 Sheung Wo Che Road, Sha Tin, Hongkong
Fungsi : Gedung Pemerintahan dan kantor
Tahun dibangun : July 1999 – November 2001
Luas Bangunan: 33.800 m2
Ketinggian : 16 lapis
Arsitek : Hong Kong Construction Holding Ltd
Sumber: www.beamsociety.org.hk
Menerapkan DSF dengan sistem “internal air curtain”
Menerapkan dan menggunakan arsitektur lingkungan berkelanjutan pada
bangunan yang mendapatkan peringkat menurut para ahli di Hongkong, yaitu
mendapatkan penghargaan HK-BEAM berdasarkan bangunan yang berkelanjutan.
Salah satu pertimbangan utama adalah desain fasade yang digambarkan dibawah ini.
Pada selubung bangunan dengan tujuan perancangan untuk mengurangi panas
matahari dan memaksimalkan pencahayaan penetrasi pada ruangan. Pada sisi Utara
dimana pencahayaan matahari yarus diredam, fasade sistem dinding tirai kaca tunggal
diterapkan. Gambar dibawah ini menunjukkan desain sirip vertikal pada pada dua tepi
bangunan. Sirip beton sengaja dirancang untuk memblokir langsung sinar matahari yang
memasuki gedung. Instalasi tersebut juga didirikan pad fasade sisi Selatan.
Gambar II.13 Skema pancaran sinar matahari ke dalam bangunan
46
Pada sisi Timur dan Barat, dinding tirai kaca ganda diterapkan dengan penetrasi
siar ke dalam bangunan kurang dari 50%. Panas matahari dibangun di atas jendela.
Desain meminimalkan beban pendinginan kebutuhan dimana mendapatkan panas
matahari menjadi berkurang, akibatnya tercipta kenyamanan di dalam bangunan
tersebut.
Gambar II.14 Skema penggunaan double glass pada kac jendela
Pada sisi Selatan, disamping sirip beton vertikal, perangkat shading horizontal
juga diterapkan. Menerapkan sistem kaca ganda dengan OTTV secara keseluruhan serta
sebagai konsumsi energi dengan sistem AC yang relatif lebih rendah daripada
rancangan bangunan lain.
47
Gambar II.15 Skema penggunaan shading device pada bangunan
Office Building in Istambul
Informasi Data:
Arsitek: Tago Architects
Lokasi: Istambul, Turkey
QuickTime™ and a
decompressor
are needed to see this picture.
Fungsi bangunan: Kantor
Luas Lahan/ Luas Bangunan:
1.139 m2/ 2.182 m2
Konstruksi Tahun: 2010
Sumber: www.archdaily.com
Ruang diantara panel kayu dengan fasade kaca, berubah menjadi teras yang
menyediakan kondisi udara alami. Sisi utara fasade yang merupakan sisi yang
menghadap ke kompleks perumahan, dirancang lebih transparan untuk melihat dengan
mudah konstruksi situs untuk pengunjung. Dengan kombinasi geometris tajam dari
bahan batu alam, kaca dan kayu, menciptakan karakter umum dari bangunan dan ini
cirri karakteristik yang tercermin pada desain lansekap.
48
QuickTime™ and a
decompressor
are needed to see this picture.
QuickTime™ and a
decompressor
are needed to see this picture.
II.2.4
QuickTime™ and a
decompressor
are needed to see this picture.
Kesimpulan Studi Kasus
Berbagai macam sistem dan pengaplikasian pada fasade bangunan terdapat
sebagai salah satu cara untuk mewujudkan pemahaman bahwa arsitektur harus dapat
mewujudkan kebutuhan manusia. Tujuan pengaplikasiannya pun dapat memenuhi
berbagai macam aspek, yaitu;
- sebagai penghalang radiasi panas matahari namun memaksimalkan cahaya matahari
sebagai penerangan alami ke dalam bangunan,
- menurunkan beban energi yang dapat ditekan dari konsumsi energi yang dipakai
dalam bangunan;
- sebagai bangunan komersial memberikan desain fasade yang menarik dari segi
estetika.
Penerapan sistem Fasade shading device maupun pengolahan fasade (seperti;
pemakaian material dan pengolahan bentuk fasade) sangat dipengaruhi oleh kondisi
iklim setempat. Maka untuk menerapkan sistem yang cocok pada fasade, terlebih
dahulu harus disesuaikan dengan iklim setempat serta kondisi lingkungan tapak itu
sendiri.
II.2.5
Tinjauan Terhadap Tapak
A.
Peraturan dan Data Tapak
Gambar II.16 RUTRK Tapak
49
Sumber. Tatakota Jakarta
Lokasi Tapak
: Jalan Jalan Tol Lingkar Luar,
Cengkareng Barat- Jakarta Barat
Letak Geografis
: 6o08’25.15”S(LS), 106o43’50.48”E(BT)
Luas Lahan
: 8.570 m2
KDB
: 55% x 8.570 m2= 4.713,5 m2
KLB
: 3 x4.713,5 m2 = 14.140,5 m2
Ketinggian Lantai maksimal : 8 lapis
Peruntukan Lahan
: Kkt (Karya kantor) / Kpd (Karya perdagangan)
GSB
: Utara (10 m), Timur (8 m), Barat (10 m)
Lebar Jalan
: Barat (12 m)
Iklim Lokasi :
Kecepatan Angin per tahun : 10-15 km/jam pada sisi Barat Daya.
Gambar II.17 Diagram Kecaptan dan frekuensi angin per tahum
50
Sumber. sistem pengukuran wind-rose
Batas-batas Tapak :
Utara : Mall Taman Palem
Selatan : Lahan Kosong
Timur : Kompleks Ruko Mutiara Taman Palem
Barat : Perumahan Taman Palem Lestari
Gambar II.17. Batas-batas Tapak
Sumber. Google Earth
Status Kepemilikan Tapak :
51
Tapak merupakan lahan kosong yang berupa kebun kosong yang dimiliki oleh
individu.
B.
Fungsi Sekitar Tapak
Gambar II.18. Fungsi Sekitar Tapak
Tapak berbatasan langsung dengan pusat rekreasi keluarga dan
perbelanjaan yaitu Mall Taman Palem, serta fungsi-fungsi sekelilingnya yang
merupakan pusat perniagaan menengah berupa ruko. Ruko tersebar di sebelah
Timur dan Utara tapak. Tapak berada di sebelah Timur dari ruas tol yang
menghubungkan Cengkareng Bandara sampai ke Kembangan. Tapak juga dekat
dengan pusat permukiman masyarakat berupa perumahan menengah ke atas.
C.
Kondisi Sosial
Kecamatan Cengkareng terletak di kotamadya Jakarta Barat. Secara
administratif daerah seluas 27,93 km2 ini dibagi menjadi 6 kelurahan dan dihuni
oleh 85.399 kepala keluarga. Khususnya di lokasi tapak yaitu Kelurahan
Cengkareng Barat memiliki luas 4,26 km2 dan dihuni oleh 12.960 kepala
keluarga. Keadaan di kawasan ini sebagian mesar masyarakatnya adalah pedagang
(wirausaha) terlihat dari sepanjang pinggiran jalan yang terdapat pertokoan usaha
masyarakat. Masyarakatnya beragam, mulai dari yang perekonomian rendah yang
berada dalam kawasan kumuh Cengkareng sampai masyarakat menengah atas
yang bertempat tinggal di sejumlah perumahan yang berkembang di Cengkareng
Barat. Kawasan ini terus bertumbuh kembang menjadi kawasan niaga dan
permukiman yang semakin maju karena penawaran lokasi yang strategis dengan
52
adanya akses ruas jalan Tol yang dapat menghubungkan kawasan ini dengan
batasan kawasan lainnya, terutama dekat dengan Bandara Internasional SoekarnoHatta. Juga terdapat alat transportasi lintas antar kota yaitu Stasiun Rawa Buaya.
D.
Potensi dan Kendala Tapak
Potensi
Kendala
- dekat dengan pusat bisnis dan
perbelanjaan
- orientasi tapak ke arah panas matahari
sore (sisi Barat)
- berbatasan langsung dengan ruas
jalan TOL
- bising
karena
berbatasan
langsung
dengan jalan utama dan ruas jalan TOL
- akses cepat ke Bandara
- kondisi lingkungan yang padat mobilitas
- akses pencapaian ke tapak mudah
- akses pencapaian ke tapak hanya satu
arah, tidak ada alternatif jalur lain
53
Download