BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II.1.1 Definisi Hotel Secara harfiah, kata Hotel dulunya berasal dari kata HOSPITIUM (bahasa Latin), artinya ruang tamu. Dalam jangka waktu lama kata hospitium mengalami proses perubahan pengertian dan untuk membedakan antara Guest House dengan Mansion House (rumah besar) yang berkembang pada saat itu, maka rumah-rumah besar disebut dengan HOSTEL. Rumah-rumah besar atau hostel ini disewakan kepada masyarakat umum untuk menginap dan beristirahat sementara waktu, yang selama menginap para penginap dikoordinir oleh seorang host, dan semua tamutamu yang (selama) menginap harus tunduk kepada peraturan yang dibuat atau ditentukan oleh host(HOST HOTEL). Sesuai dengan perkembangan dan tuntutan orang-orang yang ingin mendapatkan kepuasan, tidak suka dengan aturan atau peraturan yang terlalu banyak sebagaimana dalam hostel, dan kata hostel lambat laun mengalami perubahan. Huruf “s” pada kata hostel tersebut menghilang atau dihilangkan orang, sehingga kemudian kata hostel berubah menjadi Hotel seperti apa yang kita kenal sekarang. Menurut beberapa pengertian, Hotel didefinisikan sebagai berikut : • Menurut Dirjen Pariwisata – Depparpostel Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan, untuk menyediakan jasa penginapan, makan dan minum, serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial. • Menurut Surat Keputusan Menteri Perhubungan R.I No. PM 10/PW – 301/Phb. 77, tanggal 12 Desember 1977 Hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan penginapan, berikut makan dan minum. 8 • Menurut Webster Hotel adalah suatu bangunan atau suatu lembaga yang menyediakan kamar untuk menginap, makan dan minum serta pelayanan lainnya untuk umum. II.1.2 Definisi Transit Definisi transit adalahmembuat sebuah bagian atau perjalanan dari satu tempat ke tempat lain. (Sumber: artikata.com) II.1.3 Definisi Hotel Transit Pengertian Hotel Transit menurut Pengantar Ilmu Perhotelan dan Restoran, Abd. Rachman Arief, 2005, yaitu hotel yang mayoritas tamu tinggal hanya singgah (transit) yaitu kurang dari 24 jam sampai 3 malam dan apabila tamu kurang dari 24 jam (not over night) maka tariff hanya diberikan day rate (50% dari full rate) serta pemakaiannya disebut day use. Hotel transit pada umumnya berlokasi dekat bandara (airport) atau pelabuhan laut (harbour), biasanya diperutukkan bagi masyarakat yang bermaksud untuk tinggal sementara (dalam jangka waktu pendek). II.1.4 Klasifikasi Hotel A. Hotel Berdasarkan Kelas Tingkatan atau kelas hotel dibedakan atas tanda bintang (*). Semakin banyak jumlah bintang, maka persyaratan fasilitas,dan pelayanan yang dituntut semakin banyak dan baik. Tabel II.1. Fasilitas dan Jumlah Kamar Hotel KLASIFIK JENIS FASILITAS POKOK ASI Kamar BINTANG Standart r HOTEL Kama Luas Kamar Suite Ruan Cafe Functi g & on Maka Bar Room Wajib - n ✰ Min. 15 - 1820m 9 Min. 2 1 ✰✰ Min. 20 ✰✰✰ 1 kmr Min. 30 ✰✰✰✰ ✰✰✰✰✰ 2 kmr Min.50 3 kmr Min.100 4 kmr 22-44 Min. Min. m2 2 1 24-48 Min. Min. m2 2 1 24-48 Min. Min. m2 2 1 26-52 Min. Min. 2 1 m 2 - Min. 1 Min. 1 Min. 1 Sumber: Keputusan Direktorat Jendral Pariwisata (1988) Tabel II.2. Klasifikasi Hotel Berdasarkan Kelas Bintang Klasifikasi Persyaratan Bintang ✰ ✰✰ ✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰✰ - Jumlah kamar standar, minimum 15 kamar - Kamar mandi di dalam - Luas kamar standar, minimum 20 m2 - Jumlah kamar standar, minimum 20 kamar - Kamar suite minimum 1 kamar - Kamar mandi di dalam - Luas kamar standar, minimum 22 m2 - Luas kamar suite, minimum 44 m2 - Jumlah kamar standar, minimum 30 kamar - Kamar suite minimum 2 kamar - Kamar mandi di dalam - Luas kamar standar, minimum 24 m2 - Luas kamar suite, minimum 48 m2 - Jumlah kamar standar, minimum 50 kamar - Kamar suite minimum 3 kamar - Kamar mandi di dalam - Luas kamar standar, minimum 24 m2 - Luas kamar suite, minimum 48 m2 - Jumlah kamar standar, minimum 100 10 kamar - Kamar suite minimum 4 kamar - Kamar mandi di dalam - Luas kamar standar, minimum 26 m2 - Luas kamar suite, minimum 52 m2 Sumber : Suwithi, Ni Wayan & Cecil Erwin Jr. Boham. 2008. Akomodasi Perhotelan Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Tabel II.3. Jenis Tempat Tidur Hotel No Tempat Ukuran Tidur Keterangan 1. Rollaway 39 x 75 inci Tempat tidur untuk satu orang 2. Twin 2 x (39 x Dua tempat tidur single 76) inci atau 2 x (46 x 76) inci 3. Three-quarter 48 x 76 inci - 4. Double 54 x 76 inci Tempat tidur untuk dua orang 5. Queen 60 x 80 inci Tempat tidur untuk dua orang 6. King 70 x 80 inci Tempat tidur untuk dua orang Tabel II.4. Jenis Kamar Hotel No 1. Jenis Kamar Single Room Keterangan Tempat tidur single ukuran single bed, jenis ruang ini sudah jarang dalam hotel berbintang. 2. Double Room Untuk 2 orang penghuni, 1 double bed 3. Twin Room 2 penghuni, 2 twin bed terpisah 4. Standart Room 2 penghuni, 2 double bed 5. Superior Room Melebihi ukuran standart room 6. Deluxe Room Melebihi ukuran standart room dan superior 7. Suite Room 2-3 kamar , double bed, twin bed bahkan single bed 11 B. Kriteria Hotel Bintang Tiga a. Umum Unsur dekorasi Indonesia tercermin pada lobby, restoran, kamar tidur dan fuctional room. b. Bedroom - terdapat minimum 20 kamar standart dengan luas 22 m2 / kamar - terdapat minimum 2 kamar suite dengan luas 44 m2/ kamar - tinggi minimum 2.6 meter tiap lantai c. Dining room Bila tidak berdampingan dengan lobby, maka harus dilengkapi dengan kamar mandi/ WC sendiri. d. Bar - apabila berupa ruang tertutup maka harus dilengkapi AC dengan suhu 24oC - lebar ruang kerja bartender setidaknya 1 meter e. Functional room - minimum terdapat 1 buah pintu masuk yang terpisah dari lobby dengan kapasitas minimum 2.5 kali jumlah kamar. - dilengkapi dengan toiket apabila tidak satu lantai dnegan lobby. - terdapat pre function room. f. Lobby - mempunyai luasan minimum 30 m2. - dilengkapi dengan lounge. - toilet umum minimal 1 buah dengan perlengkapan. - lebah koridor minimum 1.6 meter. g. Drug store - minimum terdapat drug store, bank, money changer, biro erjalanan, airline agent, souvenir shop perkantoran, butik dan salon. - tersedia poliklinik. - tersedia paramedis. h. Sarana rekreasi dan olahraga - minimum 1 buah dengan pilihan tennis, bowling, golf, fitness, 12 sauna, billiard, jogging, diskotoik atau taman bermain anak. - terdapat kolam renang dewasa yang terpisah dengan kolam renang anak. i. Utilitas - terdapat transportasi vertikal mekanis. - ketersediaan air bersih minimum 500 liter/ orang/ hari. - dilengkapi dengan instalasi air panas dan dingin. - dilengkapi dengan telepon lokal dan interloal. - tersedia PABX. - Dilengkapi sentral video/ TV, radio< peging, carcall. C. Hotel berdasarkan Ukuran Klasifikasi hotel berdasarkan ukurannya dapat ditentukan berdasarkan jumlah kamar yang ada. Ukuran hotel diklasifikasikan menjadi 3 bagian, yaitu: a. Small hotel Small hotel adalah hotel kecil dengan jumlah kamar di bawah 150 kamar b. Medium hotel Adalah hotel dengan ukuran sedang, dimana dalam medium hotel ini dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu: • Average hotel : jumlah kamar antara 150 sd. 299 kamar. • Above average hotel : jumlah kamar antara 300 sd. 600 kamar. c. Large Hotel Large hotel adalah hotel dengan klasifikasi sebagai hotel besar dengan jumlah kamar diatas 600 (enam ratus) kamar . D. Berdasarkan Lokasi Klasifikasi hotel berdasarkan faktor lokasi dapat dibagi menjadi: a. City hotel Hotel yang terletak di dalam kota, dimana sebagaian besar tamunya yang menginap adalah memiliki kegiatan berbisnis. 13 b. Resort Hotel Adalah hotel yang terletak di kawasan wisata, dimana sebagian besar tamunya tidak melakukan kegiatan bisnis, tetapi lebih banyak rekreasi. Macam-macam resort berdasarkan lokasi: - Mountain Hotel (hotel yang berada di pegunungan) - Beach Hotel (hotel yang berada di daerah pantai) - Lake Hotel (hotel yang berada dipinggir danau) - Hill Hotel (hotel yang berada di puncak bukit) - Forest Hotel (hotel yang berada di kawasan hutan lindung) E . Hotel Berdasarkan Area a. Suburb Hotel Hotel yang berlokasi di pinggiran kota, yang merupakan kota satelit yaitu pertemuan antara dua kota madya. b. Airport Hotel Adalah hotel yang berada dalam satu kompleks bangunan atau area pelabuhan udara atau sekitar Bandar udara. c. Urban Hotel Adalah hotel yang berlokasi di pedesaan dan jauh dari kota besar atau hotel yang terletak di daerah perkotaan yang baru, yang tadinya masih berupa desa. F. Berdasarkan Maksud Kunjungan Klasifikasi hotel berdasarkan maksud kunjungan selama menginap adalah sebagai berikut: • Business hotel Hotel yang tamunya sebagian besar berbisnis, disini biasanya menyediakan ruang-ruang meeting dan convensi. • Resort/Tourism Hotel Hotel yang kebanyakan tamunya adalah para wisatawan, baik domestik maupun manca negara. 14 • Casino hotel Adalah hotel yang sebagain tempatnya berfungsi sebagai tempat untuk kegiatan berjudi. • Pilgrim hotel Hotel yang sebagain tempatnya berfungsi sebagai fasilitas beribadah. Seperti hotel-hotel di arab (pada saat musim haji) dan Lourdes di perancis. • Cure Hotel Adalah hotel yang tamu-tamunya adalah tamu yang sedang dalam proses pengobatan atau penyembuhan dari suatu penyakit. G. Jenis hotel menurut lamanya tamu menginap a. Transit Hotel Hotel dengan waktu inap tidak lama (harian). Fasilitas yang dapat mendukung hotel seperti ini adalah layanan pada tamu dalam waktu singkat seperti laundry, restoran dan agen perjalanan. b. Semiresidential Hotel Hotel dengan rata-rata waktu inap tamu cukup lama (mingguan). Fasilitas hotel seperti ini perlu dilengkapi dengan fasilitas yang lebih bervariasi, tidak membosankan dan untuk waktu yang relatif lebih lama, seperti fasilitas kebugaran (spa, jogging track, tennis, kolam renang dan lainlain) dan fasilitas rekreasi (restoran, cafe, taman bermain dan lain-lain). c. Residential Hotel Hotel dengan waktu kunjungan tamu yang tergolong lama (bulanan). Hotel seperti ini mengedepankan rasa nyaman dan keamanan pada tamu hotel. Fasilitas yang disediakan biasanya fasilitas yang dibutuhkan sehari-hari seperti supermarket atau perbelanjaan, fasilitas kebugaran (spa, jogging track, tennis, kolam renang, dan lain-lain), fasilitas rekreasi (taman bermain, restoran, cafe, dan lain-lain). Maka dari itu perletakan hotel yang seperti ini biasanya digabungkan atau join dengan tempat 15 perbelanjaan atau supermarket agar saling dapat memberikan keuntungan, layanan dan sebagai daya tarik pengunjung. H. Klasifikasi berdasarkan Wujud Fisik a. Produk nyata (tangible) 1. Lokasi Lokasi yang yang dibutuhkan oleh wisatawan adalah lokasi yang strategis dan memiliki nilai-nilai ekonomis yang tinggi , seperti lokasi yang dekat dengan bandar udara, stasiun kereta api, pelabuhan, pusat bisnis, atraksi wisata sehingga memberikan kemudahan tamu untuk mengakses aktivitas lain diluar hotel. 2. Fasilitas Fasilitas adalah penyediaan perlengkapan phisik yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan tamu serta dapat mempermudah tamu melaksanakan aktivitas selama tinggal di hotel. Fasilitas itu dapat berupa: • Kamar dengan perlengkapannya seperti air conditioning, Colour TV within house movie and international chanel, Safe Deposit Box, Hot and Cold water, Minibar, International Direct Dialing telephone, Private bathroom with bathtub and shower, Tea & Coffee making facility, Hair dryer. • Kamar untuk orang cacat/disable room • Kamar bebas asap rokok dengan kelengkapannya • Restoran dan bar dengan berbagai jenis produk makanan dan minuman • Pelayanan makan dan minuman di dalam kamar • Pusat bisnis dan sekretaris • Pusat kebugaran • Kolam renang • Ballroom/aula • Safe Deposit Box/brankas • Laundry dan dry cleaning/binatu • Fasilitas hiburan , seperti musik, karaoke 16 • Fasilitas taman bermain untuk anak-anak/Children play ground • Baby sitting/layanan pengasuhan anak • Hotel transportation/kendaraan antar jemput • Valet parking service/pelayanan memarkirkan kendaraan • Area parkir yang luas • Foreign exchange facilities/fasilitas penukaran mata uang asing • Beauty salon/ salon • Drug store/toko yang menjual kebutuan sehari-hari • House klinik/klinik kesehatan. b. Produk tidak nyata(intangible) Produk tidak nyata adalah segala sesuatu yang berkaitan pelayanan dan pembentukan citra suatu produk dan hotel. Di dalam bisnis perhotelan intangible diberikan bersamaan dengan penjualan produk tangible. Rasa bersahabat, sopan santun, keramahtamahan dan rasa hormat dari seluruh karyawan merupakan salah satu contoh produk intangible yang sederhana tetapi sangat berdampak pada pembentukan citra hotel. Agar fasilitas yang disediakan oleh hotel dapat berfungsi, mak adisertai dengan pelayanan, adapun pelayanan tersebut dapat berupa: corak/gaya pelayanan yang diberikan oleh para karyawan, pelayanan dapat juga berupa waktu buka restoran, pelayanan kebersihan kamar,pelayanan dan penyajian makanan dan minuman di restoran. Pada era ini persaingan bisnis perhotelan yang paling ketat adalah kemampuan hotel untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Berdasarkan jenis-jenis klasifikasi diatas, maka Hotel Transit Cengkareng Jakarta Barat ini termasuk dalam jenis klasifikasi seperti yang tertera dalam table berikut: Tabel II.5. Klasifikasi Proyek Hotel Transit Cengkareng Jakarta Barat DAFTAR KLASIFIKASI 17 PENJELASAN Berdasarkan Kelas Hotel bintang tiga (***) Berdasarkan Ukuran Hotel sedang/Medium hotel Berdasarkan Lokasi City Hotel Berdasarkan Area Suburban Hotel Berdasarkan maksud kunjungan tamu Business Hotel Lamanya tamu menginap Transit Hotel Sumber. Analisa data I. Struktur Organisasi Usaha Hotel Menengah Gambar II.1. Struktur Organisasi Usaha Hotel Menengah Sumber : Suwithi, Ni Wayan & Cecil Erwin Jr. Boham. 2008. Akomodasi Perhotelan Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Karyawan hotel merupakan tulang organisasi sistem hotel, berdasarkan pembagian wilayah kebutuhan ruang fasilitas hotel maka karyawan hotel di masing-masing divisi memiliki peranan penting dalam lingkup wilayah pekerjaannya. II.2 Tinjauan Khusus II.2.1 Arsitektur Hijau 18 Arsitektur hijau adalah suatu pendekatan perencanaan bangunan yang berusaha untuk meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan. Untuk pemahaman dasar arsitektur hijau yang berkelanjutan, meliputi di antaranya lansekap, interior, dan segi arsitekturnya menjadi satu kesatuan. Menurut Tri Harso Karyono (2010), arsitektur hijau merupakan suatu rancangan lingkungan binaan, kawasan, dan bangunan yang komprehensif. Rancangan harus memenuhi kriteria hemat dalam menggunakan energi dan sumber daya alam, minim menimbulkan dampak negatif, serta mampu meningkatkan kualitas hidup manusia. Prinsip-prinsip green architecture menurut Brenda dan Robert Vale, dalam buku Green Architecture Design for A Sustainable Future : 1. Hemat energi/ conserving energy : Pengoperasian bangunan meminimalkan penggunaan bahan bakar dan energi listrik (sebisa mungkin memaksimalkan energi alam sekitar lokasi bangunan). 2. Memperhatikan kondisi iklim/ working with climate : Mendisain bangunan harus sesuai dengan kondisi iklim setempat. 3. Meminimalkan pemakaian sumber daya baru/ minimizing new resources: Mendesain dengan mengoptimalkan kebutuhan sumber daya alam yang baru, agar sumber daya tersebut tidak habis dan dapat digunakan di masa mendatang/ penggunaan material bangunan yang tidak berbahaya bagi ekosistem dan sumber daya alam. 4. Tidak berdampak negatif bagi kesehatan dan kenyamanan penghuni bangunan tersebut/ respect for user : Dalam merancang bangunan harus memperhatikan semua pengguna bangunan dan memenuhi semua kebutuhannya. 5. Merespon keadaan tapak dari bangunan/ respect for site : Bangunan yang akan dibuat nantinya jangan sampai merusak kondisi tapak aslinya, sehingga jika nanti bangunan itu sudah tidak terpakai, tapak aslinya masih ada dan tidak berubah. 6. Menetapkan seluruh prinsip-prinsip arsitektur hijau secara keseluruhan, ketentuan di atas tidak baku dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan. 19 II.2.2 Definisi Hemat Energi Hemat energi berlandaskan pada pemikiran meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan maupun produktivitas penghuninya. Arsitektur hemat energi berdasarkan pada prinsip konservasi energi (sumber yang tidak terbarukan) yang menciptakan istilah forms follows energy (Sumber: Energy-efficient Architecture, Paradigma dan Manifestasi Arsitektur Hijau, Jimmy Priatman, 2002). Penghematan energi atau konservasi energi adalah tindakan mengurangi jumlah penggunaan energi. Penghematan energi dapat dicapai dengan penggunaan energi secara efisien dimana manfaat yang sama diperoleh dengan menggunakan energi lebih sedikit, ataupun dengan mengurangi konsumsi dan kegiatan yang menggunakan energi. Penghematan energi dapat menyebabkan berkurangnya biaya, serta meningkatnya nilai lingkungan, keamanan negara, keamanan pribadi serta kenyamanan. Organisasi serta perorangan dapat menghemat biaya dengan melakukan penghematan energi, sedangkan pengguna komersial dan industri dapat meningkatkan efisiensi dan keuntungan dengan melakukan penghematan energi. Penghematan energi melalui perancangan bangunan mengarah pada penghematan listrik baik dari segi pendinginan udara, penerangan buatan, maupun peralatan listrik rumah tangga. Pada bangunan hunian, termasuk hotel sebagai akomodasi hunian sementara porsi terbesar dari penggunaan energi adalah pada pengendalian faktor iklim sehingga kualitas termal, visual serta fluktuasi iklim menjadi pertimbangan utama. Arsitektur yang berlandaskan pada pemikiran “meminimalkan penggunaan energi” tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan maupun produktivitas penghuninya dengan memanfaatkan sains dan teknologi muktahir secara aktif. Mengoptimasikan sistem tata udara dan tata cahaya, integrasi antara sistem tata udara buatan alamiah serta sinergi antara metode pasif dan aktif dengan material dan instrumen hemat energi. II.2.3 Definisi Fasade Bangunan 20 Akar kata “fasade” (facade) diambil dari kata latin “facies” yang merupakan sinonim dari “face” dan “appearance” (penampilan). Oleh karena itu, membicarakan wajah sebuah bangunan, fasade yang dimaksudkan adalah bagian depan yang menghadap jalan. Fasade adalah representasi atau ekspresi dari berbagai aspek yang muncul dan dapat diamati secara visual. Komposisi pada Fasade Bangunan: Untuk melakukan studi pada arsitektur fasade menurut DK Ching (1979): “Komponen visual yang menjadi objek transformasi dan modifikasi dari fasade bangunan dapat diamati dengan membuat klasifikasi melalui prinsip-prinsip gagasan formatif yang menekankan pada geometri, simetri, kontras, ritme, proporsi, dan skala.” - Geometri pada fasade yaitu gagasan formatif dalam arsitektur yang mewujudkan prinsip-prinsip geometri pada bidang maupun benda suatu lingkungan binaan, segitiga, lingkaran, segi empat, beserta varian-variannya. - Simetri yaitu gagasan formatif yang mengarahkan desain bangunan melalui keseimbangan yang terjadi pada bentuk-bentuk lingkungan binaan. Dibagi menjadi; simetri dengan keseimbangan mutlak, simetri dengan keseimbangan geometri, simetri dengan keseimbangan diagonal. Untuk membangun suatu keseimbangan komposisi, simtri harus jauh lebih dominan dari asimetri. Fasade harus memiliki “wajah-wajah” yang mencerminkan solusi terencananya yang berbeda tetapi tetap simetris didalam diri mereka sendiri (analog terhadap tubuh manusia). Tampak samping, seperti yang terlihat, dapat memainkan peran minor dalam menyeimbangkan tampak depan dan belakang. - KontrasKedalaman yaitu gagasan formatif yang mempertimbangkan warna dan pencahayaan kedalaman menjadi perbedaan gelap terang yang terjadi pada elemen fasade. Tingkat perbedaan dikategorikan menjadi 3; sangat gelap, gelap, terang. - Ritme yaitu tipologi gambaran yang menunjukkan komponen bangunan dalam bentuk repetisi baik dalam skala besar maupun skala kecil. Komponen yang di maksud dapat berupa kolom, pintu, jendela atau ornamen. Semakin sedikit 21 ukuran skala yang berulang, dikategorikan ritme monoton, semakin banyak dikategorikan dinamis. - Proporsi yaitu perbandingan antara satu bagian dengan bagian lainnya pada salah satu elemen fasade. Dalam menentukan proporsi bangunan biasanya mempertimbangkan batasan-batasan yang diterapkan pada bentuk, sifat alami bahan, fungsi struktur atau oleh proses produksi. Penentuan proporsi bentuk dan ruang untuk mengolah bentuk-bentuk arsitektur, mengembangkan bentuk-bentuk geometri dasar dan sebagainya, yang tentunya keputusan dalam penetuan proporsi tersebut ada dasarnya. - Skala dalam arsitektur menunjukkan perbandingan antara elemen bangunan atau ruang dengan elemen tertentu dengan ukurannya bagi manusia. Pada konteks fasade bangunan, skala merupakan proporsi yang dipakai untuk menetapkan ukuran dan dimensi-dimensi dari elemen fasade. Desain Fasade terhadap Hemat Energi: Pemilihan Bahan Bangunan yang Ramah Lingkungan Beberapa faktor dan strategi yang harus dipertimbangkan dalam memilih material bangunan: - Bangunan yang dirancang dapat dipakai kembali dan memperhatikan sampah/buangan bangunan pada saat pemakaian. - Bahan bangunan tersebut dapat dipakai kembali. - Keaslian material, sumber dan produksi asalnya. - Energi yang diwujudkan. Berikut ini adalah beberapa kalsifikasi dan macam-macam material bangunan yang hemat energi dan ramah lingkungan berdasarkan mulai dari energi produksi awal sampai ke pemasangan ke bangunan.yang dihasilkannya. Bahan-bahan yang dipakai sebaiknya mempunyai MJ kecil (ringan), time lag rendah, kapasitas panas kecil, dimensi kecil, berat sendiri kecil, dapat mengikuti kadar kelembaban udara sekitar dan konduktivitas panas rendah. Tabel tentang beberapa energi yang diwujudkan dibawah ini; 22 material seperti contoh Gambar II.2. Embodied Energy, diadaptasi dari Sam Mukhtar, Building Today, Green Living Sumber: Shita Siagian,Indira. 2005. Bahan Bangunan yang Ramah Lingkungan. Universitas Sumatera Utara. - Produksi material. - Efek racun dari material. - Memprioritaskan material alami. - Mempertimbangkan durabilitas dan umur dari produk. Prinsip utama dalam memnurunkan suhu (panas) di dalam ruangan adalah mengurangi perolehan panas (heat gain) radiasi matahari yang jauh mengenai bangunan. Jika perolehan panas matahari dapat diminimalkan, maka suhu udara di dalam ruangan akan rendah. Meskipun ini bersifat relatif, artinya jika kondisi suhu udara luar di sekitar rumah sudah tinggi, maka suhu udara di dalam ruangan juga cenderung akan tinggi. Penggunaan bahan bangunan sebagai dinding luar bangunan dengan pemilihan material yang memiliki ketebalan tertentu sangat berpengaruh terhadap panas yang ditransimikan kedalam ruang dalam bangunan. Untuk membatasi perolehan kalor akibat radiasi matahari, maka ditentukan kriteria perancangan yang dinyatakan dalam angka alih termal menyeluruh (Overall Thermal Transfer Value – OTTV) untuk selubung fasade bangunan. 23 Jika dikaitkan antara fasade dengan arsitektur hijau dan hemat energi, maka dapat dijelaskan melalui skema dibawah ini; Gambar II.3 Skema fasade berdasarkan arsitektur hijau Sumber. Analisa data Dari hasil penelitian Tri Harso Karyono, suhu nyaman di Jakarta dicapai antara 24,5 hingga 28,5 °C, dengan kelembaban di bawah 70% dan aliran udara di atas 0,2 m/detik. Namun seandainya pengondisian udara mekanis (AC) tetap harus digunakan, maka dengan memperhatikan hal-hal berikut diharapkan beban pendinginan AC menjadi lebih rendah, artinya kapasitas daya yang digunakan berkurang dan konsekuensinya menghemat pemakaian energi listrik. Gambar II.4 Pengaruh Radiasi matahari terhadap bahan bangunan Sumber, Puslitbangkim, 2005 Desain Fasade terhadap Kenyamanan Termal: Kenyamanan thermal adalah suatu kondisi termal yang dirasakan oleh manusia bukan oleh benda, binatang, dan arsitektur, tetapi dikondisikan oleh lingkungan dan benda-benda di sekitar arsitekturnya. 24 Sejalan dengan teori Humphreys dan Nicol, Lipsmeier (1994) menunjukkan beberapa penelitian yang membuktikan batas kenyamanan (dalam Temperatur Efektif/TE) berbeda-beda tergantung kepada lokasi geografis dan subyek manusia (suku bangsa) yang diteliti seperti pada tabel di bawah ini: Tabel II.6 Perbandingan Batas Kenyamanan di Berbagai Negara Pengarang Tempat ASHRAE Batas Manusia Kenyamanan USA Selatan (30o Peneliti 20,5 oC – 24,5 oC LU) TE Calcutta (22o LU) Rao Kelompok India 20 oC – 24,5 oC TE Webb Singapura Malaysia 25 oC – 27 oC TE Mom Khatulistiwa Cina Jakarta (6o LS) Indonesia 20 oC – 26oC TE Elis Singapura Eropa 22 oC – 26oC TE Khatulistiwa Sumber. Bangunan Tropis, Georg. Lippsmeier Standar kenyamanan termis dari Internasional Standard, ISO 7730:1994 menyatakan bahwa sensasi manusia terhadap suhu merupakan fungsi dari empat faktor iklim yaitu, suhu udara, suhu radiasi, kelembaban udara, dan kecepatan angin, serta dua faktor individu yakni, tingkat kegiatan yang berkaitan dengan tingkat metabolisme tubuh, serta jenis pakaian yang dikenakan. Tabel II.7Pembandingan Faktor Penentu Suhu Nyaman Szokolay o - Iklim: • matahari (besarnya Fanger, Standar Amerika (ANSI/ASHRAE 551992), Standar Internasional (ISO 7730:1994) - Iklim: • matahari (besarnya 25 Humphreys dan Nicol 1. - Iklim: • matahari (besarnya radiasi), • suhu udara, • angin (kecepatan udara), • kelembaban udara luar - Faktor Individu: • Pakaian • Aklimatisasi • Usia dan jenis kelamin • Tingkat kegemukan • Tingkat kesehatan • Jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi • Warna kulit (suku bangsa) radiasi), • suhu udara, • angin (kecepatan udara), • kelembaban udara luar - Faktor Individu: • Aktifitas • Pakaian radiasi), • suhu udara, • angin (kecepatan udara), • kelembaban udara luar - Faktor Individu: • Aktifitas • Pakaian • adaptasi individu - Lokasi geografis Sumber. Pemaknaan Istilah-Istilah Kualitas Kenyamanan Thermal Ruang dalam Kaitan dengan Variabel Iklim Ruang- Sugini Menurut penelitian Lippsmeier, batas-batas kenyamanan manusia untuk daerah khatulistiwa adalah 19°C TE (batas bawah) – 26°C TE (batas atas). Pada temperatur 26°C TE umumnya manusia sudah mulai berkeringat. Daya tahan dan kemampuan kerja manusia mulai menurun pada temperatur 26°C TE – 30°C TE. Kondisi lingkungan yang sukar mulai dirasakan pada suhu 33,5°C TE– 35,5 °C TE, dan pada suhu 35°C TE – 36°C TE kondisi lingkungan tidak dapat ditolerir lagi. Produktifitas manusia cenderung menurun atau rendah pada kondisi udara yang tidak nyaman seperti, terlalu dingin atau terlalu panas. Produktifitas kerja manusia meningkat pada kondisi suhu (termis) yang nyaman (Idealistina, 1991). Gambar II.5 Diagram Kenyamanan sebagai Fungsi dari Temperatur, Kelembaban dan Kecepatan Angin 26 Sumber. Bangunan Tropis, Georg. Lippsmeier Berbagai penelitian kenyamanan suhu yang dilakukan di daerah iklim tropis basah, seperti halnya Mom dan Wiesebron di Bandung, Ellis, de Dear di Singapore, Busch di Bangkok, Ballabtyne di Port Moresby, kemudian Karyono di Jakarta, memperlihatkan rentang suhu antara 24oC hingga 30oC yang dianggap nyaman bagi manusia yang berdiam pada daerah iklim tersebut. Standar Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi pada Bangunan Gedung yang diterbitkan oleh Yayasan LPMB-PU membagi suhu nyaman untuk orang Indonesia atas tiga bagian sebagai berikut: Tabel II.8 Suhu Nyaman menrut Standar Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi pada Bangunan Gedung Temperatur Efektif Kelembaban (RH) (TE) Sejuk Nyaman 20,5 oC 24 oC Ambang atas Nyaman Optimal 22,8 oC – 25,8 oC 50% 80% 70% 28 oC Ambang atas Hangat Nyaman – 22,8 oC 25,8 oC – 27,1 oC 60% o Ambang atas 31 C Sumber. Yayasan LPMB-PU Mengaitkan penelitian Lippsmeier (menyatakan pada temperatur 26°C TE umumnya manusia sudah mulai berkeringat serta daya tahan dan kemampuan kerja manusia mulai menurun) dengan pembagian suhu nyaman orang Indonesia menurut Yayasan LPMB PU, maka suhu yang kita butuhkan agar dapat beraktifitas dengan baik adalah suhu nyaman optimal (22,8°C – 25,8°C dengan 27 kelembaban 70%). Angka ini berada di bawah kondisi suhu udara di Indonesia yang dapat mencapai angka 35°C dengan kelembaban 80%. Guna mengendalikan faktor-faktor iklim diatas untuk memperoleh kenyamanan termal di dalam bangunan, cara yang paling mudah dengan pendekatan mekanis yaitu menggunakan AC tetapi membutuhkan biaya operasional yang tidak sedikit. Pendekatan kedua adalah mengkondisikan lingkungan di dalam bangunan secara alami dengan pendekatan arsitektural. Pengkondisian lingkungan di dalam bangunan secara arsitektural dapat dilakukan dengan mempertimbangkan perletakan bangunan (orientasi bangunan terhadap matahari dan angin), pemanfaatan elemen-elemen arsitektur dan lansekap serta pemakaian material/bahan bangunan yang sesuai dengan karakter iklim tropis panas lembab. Melalui ke-empat hal di atas, temperatur di dalam ruangan dapat diturunkan beberapa derajat tanpa bantuan peralatan mekanis. Panas masuk ke dalam bangunan melalui proses konduksi (lewat dinding, atap, jendela kaca) dan radiasi matahari yang ditransmisikan melalui jendela/kaca. Gambar II.6 Radiasi cahaya dan panas matahari ke dinding kaca bangunan Sumber. Talarosha, Basaria. Menciptakan Kenyamanan Termal Dalam Bangunan. Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005 Radiasi matahari memancarkan sinar ultra violet (6%), cahaya tampak (48%) dan sinar infra merah yang memberikan efek panas sangat besar (46%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa radiasi matahari adalah penyumbang jumlah panas terbesar yang masuk ke dalam bangunan. Besar radiasi matahari yang ditransmisikan melalui selubung bangunan dipengaruhi oleh fasade bangunan yaitu perbandingan luas kaca dan luas dinding bangunan keseluruhan (wall to wall ratio), serta jenis dan tebal kaca yang digunakan. 28 Radiasi matahari yang masuk secara langsung ke dalam bangunan sebagian besar melalui kaca pada jendela. Cara menghindarinya yaitu meletakan bidang kaca pada daerah yang memiliki penghalang sinar matahari. Dengan adanya pelindung atau shading device tersebut maka dengan menggunakan Diagram Matahari dan sudut pembayangan, terdapat perbandingan berikut: Gambar II.7 Skema radiasi matahari melalui kaca jendala Gambar II.8 Skema penerapan shading device (diluar dan didalam bangunan) terhadap radiasi matahari Sumber. Sukawi. 2010. Kaitan Desain Selubung Bangunan terhadap Pemakaian Energi dalam Bangunan (Studi Kasus Perumahan Graha Padma Semarang) Untuk mengurai radiasi panas dan kesilauan dari sinar matahari, dapat dilakukan dengan salah satunya yatu penyaringan (filtering) untuk memperlembut sinar matahari, terutama pada siang hari agar radiasi panas matahari tidak mudah diminimalisir sehingga kenyamanan di dalam ruangan terkait dengan suhu ruang dalam menjadi lebih seimbang dan tidak terlalu menyilaukan. Sistem termal (thermal system) dalam bangunan dapat dijelaskan bahwa selalu terjadi keseimbangan termal antara dalam bangunan dan luar bangunan. Untuk mencapai kondisi nyaman, maka kondisi termal dalam bangunan harus seimbang (Szokolay, 1980). 29 Rumus: Qi + Qs ± Qv ± Qc ± Qm – Qe = 0 Keterangan: Qi : Internal Heat Gain Panas yang timbul dari dalam ruangan (dari tubuh manusia , artificial lighting, alat-alat elektronik) Qs : Solar Heat Gain Panas yang masuk akibat radiasi matahari Qc : Conduction Heat Panas akibat konveksi dan konduksi/transmisi Qv :Ventilation Heat Panas akibat aliran udara ventilasi Qe : Evaporation Cooling Pendinginan evaporatif Qm : Mechanical Heating Untuk active control II.2.4 Definisi Fasade Shading Device Fasade shading device adalah perangkat shading atau penghalang eksternal yang tergabung dalam fasade bangunan untuk membatasi keuntungan panas internal yang dihasilkan dari radiasi matahari. Sistem yang diterapkan menggunakan material pilihan yang disesuaikan dengan topik tema proyek yaitu mengusung arsitektur hijau, sistem yang terdiri dari dua kulit fasade utama dan fasade shading device ditempatkan sedemikian rupa sehingga udara mengalir di rongga antara. Terlepas dari jenis ventilasi di dalam rongga asal dan tujuan dari udara dapat berbeda tergantung sebagian besar pada kondisi iklim, penggunaan dan lokasi. 30 Aplikasi Fasade Shading Device : Di Indonesia yang beriklim tropis basah, memiliki spesifikasi dan kriteria khusus dalam mengaplikasikan sistem shading device fasade bangunan. Aplikasi shading device di Indonesia harus memperhatikan karakteristik iklim setempat, yaitu; - Temperatur suhu udara siang hari 27°C – 32°C dan malam hari 21°C - 27°C - Kelembaban 75% dengan kestabilan tekanan uap air 2500 – 3000 N/m2 - Curah hujan tinggi sekitar 1800 m/tahun - Cahaya langit berawan sepanjang tahun sekitar 60-90%. Terang langit dengan kuat pencahayaan 7000 cd/ m2 - Radiasi panas matahari tinggi sepanjang tahun 18-24 MJ/ m2 /hari - Kecepatan angin rendah, 10 -15 km/jam Teknologi bangunan berkembang sangat pesat dengan perubahan yang sangat penting termasuk peningkatan pemakaian bahan bangunan seperti baja, beton dan kayu. Namun semakin bermunculan pula peningkatan produk-produk baru serta pengembangan teknologi material banguan saat ini. Tujuan pengembangan bahan bangunan tersebut adalah mencari bahan bangunan baru yang lebih murah, baik dalam hal pemasangan, pemeliharaan dan pengaruhnya pada manusia dan lingkungan nanti. Material Komposit Sebagai Fasade Shading Device Bambu Komposit Gambar II.9 Bambu Komposit Sumber: http://indonesian-furnitures.com/tag/ramah-lingkungan/ Bambu komposit bisa diperhitungkan untuk menjadi bahan baku pengganti kayu yang ramah lingkungan. Kayu hutan semakin mahal dan langka, maka semakin maraknya bahan baku alternatif. Sementara itu, kebutuhan akan 31 material yang raman lingkungan akan selalu meningkat. Tanpa ada bahan baku alternatif dari kayu hutan untuk material bangunan dan furniture, kebutuhan kurang terpenuhi, harga emakin mahal fan bukan mustahil penggundulan hutan liar semakin banyak.Alam akan semakin terancam. Temuan dari Prof. Dr. Bambang Subianto, M.Sc, Kepala Pusat Inovasi LIPI, Serpong, Tangerang, Provinsi Banten, perlu diperhitungkan. Temuan material komposit ini telah dipatenkan, bambu komposit ini sekuat kayu jati atau baja dan mampu bertahan sampai 25 tahun. Hasil penelitian Balai Bahan Bangunan- Puslitbang Permukiman pada tahun 2007 menunjukkan bahwa, dengan menggunakan perekat resi (cara pres panas atau dingin) atau semen, dapat dihasilkan suatu bahan bangunan komposit yang mempunyai kekuatan tinggisehingga dapat menandingi kekuatan kayu. Produk dari hasil penelitian ini berupa panel eksterior dan interior dengan berbagai bentuk untuk konstruksi bangunan seperti dinding, langit-langit serta penutup atap atau yang digunakan sebagai bahan furniture. Manfaat 1. Menyediakan bahan bangunan laternatif dan memberdayakan masyarakat melalui pengembangan UKM. 2. Menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat dan mendukung program pembangunan yang berkelanjutan. Keunggulan 1. Dimensi dapat disesuaikan dengan kebutuhan. 2. Memungkinkan dibuat tanpa sambungan. 3. Sifat mekanika tinggi. 4. Pengerjaan setara dengan bahan kayu. Jenis Bambu Olahan Parallam ; papan bambu lapis semi serat dibuat dengan cara memipihkan bambu engan mesin pemipih sampai bentuk bambu berupa semi serat yang panjang. Kemudian arah serat disusun saling menyilang. 32 Bambu Lapis : menyusun bersilangan tegak lurus lembaran venir yang diikat dengan perekat, minimal tiga lapis (SNI,2000). Pemaangan venir dengan arah saling tegak lurus dimaksudkan untuk mendapatkan kekuatan mekanis yang lebih tinggi. Penyusutan lebih kecil sehingga menjadikan produk tersebut memiliki stabilitas dimensi yang tinggi. Wood Plastic Composite (WPC) Gambar II.10 Aplikasi WPC di indoor dan outdoor bangunan Sumber: http://www.grahacipta-trijaya.com/image/grmblad.JPG WPC adalah campuran serat plastik dengan kayu ditambah bahan pedukung lain, kemudian diolah menjadi rangkaian panel untuk aplikasi lantai, dinding, plafon dan lain-lain. WPC dibuat dari PVC (polyvinyl chloride), serbuk kayu, bambu hasil daur ulang dan bahan-bahan organik sebagai pengikat. Dengan bahan-bahan tersebut, WPC merupakan produk ramah lingkungan dengan durabilitas tinggi, tahan cuaca, api, air, serangga dan tidak mengandung racun. Produk yang bisa didaur ulang untuk diproduksi kembali ini memiliki ukuran panel berbeda dan bisa digunakan untuk ruang luar dan dalam. Dengan mengabdopsi teknologi dari Jerman produk diklaim lebih tahan api dibanding produk serupa lainnya. Ketika terjadi kebakaran pada panel, api hanya menyala di satu titik dan tidak menyebar. Penampilan WPC menyerupai kayu asli sehingga sangat cocok diterapkan pada bangunan yang mengedepankan dekorasi interior dan ekterior alami. Tebal dan panjang masing-masing panel: dinding 3 - 28 mm 33 dan 50 -340 mm, lantai 12 mm dan 113 - 200 mm, plafon 8 - 45 mm dan 65 - 270 mm. II.3 Studi Banding dan Studi Kasus II.3.1 Studi Banding Aston Cengkareng City Hotel, Cengkareng-Jakarta Barat (Sumber: www.aston-internasional.com) Lokasi Terletak di kawasan Cengkareng Jakarta Barat, Aston Cengkareng City Hotel hanya berjarak 20 menit berkendara mobil dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan dengan dengan kawasan bisnis niaga pusat kota. Letak lokasi yang strategis menawarkan akses yang mudah ke berbagai penjuru tempat-tempat yang menarik untuk dikunjungi di Jakarta (Bandara, RS, Mall, Golf Club, Waterboom). Aston Cengkareng City Hotel merupakan gambaran hotel berbintang tiga dengan mengusung konsep “a cool city” yang setara dengan penghargaan yang diberikan berdasarkan Standar Pelayanan Terbaik. Hotel ini juga disebut “transit hotel” karena diperutukan untuk kegiatan bisnis. Akomodasi Klasifikasi Kamar Hotel Aston Cengkareng City Hotel, Cengkareng-Jakarta Barat Junior Suite Deluxe Room Executive Suite Superior Fasilitas Lobby Indigo Cafe & Bar 34 Indigo Restaurant Ballroom Meeting Room swimming pool Laporan Survei Lapangan Proyek Sejenis Aston Cengkareng City Hotel, Cengkareng-Jakarta Barat Hotel ini disebut city hotel karena letaknya di pusat kota Jakarta, yaitu di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat. Hotel ini juga termasuk jenis hotel transit, dilihat dari klasifikasi berdasarkan lama waktu menginap. Lokasi hotel sangat strategis dan mengambil lokasi tapak di dalam kawasan sentra bisnis Mutiara Taman Palem, Cengkareng Jakarta Barat serta berbatasan dengan Perumahan City Resort. Letak tapak berada di Hoek. Alamat: Jl. Outer Ring Road, Mutiara Taman Palem Blok C 1, Cengkareng 11730 Jakarta Barat Indonesia. Foto. Alur menuju hotel, memasuki gerbang masuk Perumahan City Resort. 35 Foto. Skema batas-batas lingkungan hotel Keadaan sekitar Tapak Foto. Jalan utama di sisi Barat hotel Foto. Jalan samping di sisi Selatan hotel Foto. Main entrance dan dropoff Foto. jalur keluar kendaraan 36 Foto. Pintu masuk utama, menuju lobby hotel Foto. shuttle bus yang disediakan hotel Keadaan di dalam gedung Hotel Lobby (D floor) lobby lift lantai dasar resepsionis & ruang tunggu indigo restauran toilet lantai dasar Pos jaga di pintu utama indigo cafe & bar Keadaan di dalam gedung Hotel Rooms (1-5th floor) lobby lift lt kamar hotel lorong kamar hotel taman interior ruangan pintu tangga darurat kamar hotel jendela lorong Keadaan di dalam gedung Hotel Diamond Ballroom (6th floor) lobby lift lt 6 (ballroom) pintu meeting room lt 6 37 toilet lt 6 Amaris Hotel Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng-Jakarta Barat (Sumber: www.amarishotel.com) Lokasi Berlokasi 5 menit menuju Bandara Internasional SoekarnoHatta. Hotel ini merupakan pilihan tepat untuk para pelancong (travelers) yang dinamis dengan akses dari dan menuju akomodasi transportasi udara (Bandara). Desain konsep hotel mengusung tema modern, minimalis namun menghadirkan energi yang kuat dari warna yang di aplikasi pada desain hotel. Akomodasi Memiliki 118 Kamar (Smart Room). Kamar Hotel Amaris Hotel Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng-Jakarta Barat Fasilitas 118 Smart rooms,LCD TV, Wi-Fi internet access, Safe Deposit Box in every room, Next to Roda Padati Restaurant, Parking area Hotel Transit, Mumbai India (Sumber: www.hoteltransit.in) Lokasi 38 Hanya 500 m (3menit) dari Mumbai’s Domestic Airport, Hotel Transit berlokasi strategis untuk bisnis, wisatawan dan tempat transit para pelancong. Dapat menuju jalan raya kota yang hanya 100 meter, Hotel Transit sangat strategis untuk para tamu dengan tujuan bisnis di pinggiran kota dan kota Mumbai Utara. Akomodasi Transportasi Terdekat Transit Hotel, Mumbai-India Jalur Darat (Road) Jalur Kereta (Rail) Jalur Udara (Air) Dekat dgn 2 kota terbesar; Stasiun Andheri hanya 2,5 Bandar udara domestik km dari lokasi Hotel sangat dekat dengan - Bandra-Kurla Complex Transit. Stasiun ini lokasi Hotel Transit yang (BKC) berjarak 6 km ke Selatan (15 menit merupakan tempat hanya berjarak 500 pemberhentian semua jalur meter. Bandar udara berkendara dengan mobil). internasional berjarak - Goregaon’s NSE berjarak kereta (terminal). Stasiun Vile Parle berjarak 1 km. 4,5 km (15 menit 6 km ke Utara (15 menit berkendara dengan berkendara dengan mobil). mobil). Akomodasi Hotel Transit memiliki 54 kamar di 6 lantai yang telah dirancang ulang dengan fungsi modern dan estetika sebagai nilai inti. Klasifikasi Kamar Hotel Transit Hotel, Mumbai-India Club Suite Family Room Club Room Deluxe Room Fasilitas Lobby Restaurant Praktek Ekologis Pada Transit Hotel Mumbai India 39 Meeting Room Eko-Praktek Penerapan Kendali Konversi Hemat energi CFL (Compact Florescent Lighting) telah untuk CFL menggantikan energi tungsten dan lampu halogen di seluruh area hotel, termasuk ruang operasional dan staf. CFL menyediakan energi 5 kali (menggunakan 1/3 energi) lebih terang dibanding bohlam konvensional. Pendekatan Area publik (toilet, lobi, lift, koridor dll) dilengkapi dengan Pencahayaan Pada sensor infra-merah. Penurunan signifikan dalam konsumsi Area Publik energi telah dicapai oleh sensor yang meningkatkan pencahayaaan dari stand by mode hanya ketika area tersebut digunakan. Kunci Tag Teknologi tag kunci telah di tingkatkan di semua kamar dimana daya alih penguncian instan aka di hapus. Menggunakan sistem saveable dengan waktu penundaan 10 detik. Heat Repellent Penghematan energi di wujudkan dalam penggunaan AC Gorden, Windows dalam setiap kamar hotel, dengan menggunakan tirai gorden dengan bahan yang lebih tebal. Mencegah panas dari luar memasuki ruangan sehingga membutuhkan sedikit energi AC untuk pendingin ruangan. Hemat Penggunaan Mengurangi konsumsi kertas dengan tidak menggunakan Kertas banyak brosur, flyer untuk promosi hotel, melainkan menggunakan teknologi email, WC band dll. Daur Ulang Sampah Sampah basah biodegradable dikompos secara langsung di Basah taman-taman di dalam dan sekitar Hotel Transit, untuk meminimalkan penggunaan pupuk kimia. Drainase Melindungi Saluran pembuangan drainase dirombak dan di pasang ulang Air Tanah dengan lapisan pelindung untuk mencegah kontaminasi dengan air tanah. Mengurangi Sumur resapan yang disediakan di kota digunakan sebaik- Penggunaan Air baiknya untuk melestarikan sumber daya alam yang Kota berharga, yaitu air. 40 Inisiatif Hijau 1. Tanman yang indah dan merambat tumbuh di kedua sisi bangunan. 2. Permukaan eksteriot dilapisi oleh isolasi termal untuk mengurangi penyerapan pemborosan listrik panas (pemakaian ke bangunan AC dan dan lampu). DIharapkan penghematan energi sebesar 20% untuk sistem kompresor. 3. Panen air hujan di berbagai titik lokasi sekitar Hotel Transit. Semua tujuannya penampungan air hujan untuk keperluan umun sehingga mengurangi pemborosan penggunaan air kota. 4. Seluruh fasade hotel di desain ulang dengan gaya arsitektur art deco, menggunakan warna-warna yang selaras dengan alam (warna tanah, natural). II.3.2 Studi Banding Kesimpulan Studi Banding Aston Hotel (Cengkareng, Jakbar) Amaris Hotel (Cengkareng, Jakbar) Transit Hotel (Mumbai,India) Lokasi Jl. Outer Ring Road, Mutiara Taman Palem Blok C 1, Cengkareng 11730 Jakarta Barat Indonesia Jl. Husein Sastranegara No.1 Benda, Tangerang, 15 125 Indonesia Fasade Modern Kontemporer offers a cool city ambience with our award winning service standards. Modern Minimalis Nehru Road Ext., Vile Parle (East), Near Domestic Airport, Bandara Domestik Santa Cruz, Mumbai, India 400099 Art Deco Tampak Konsep modern, minimalist but with an energy that comes from a vibrant color scheme. 41 The orange colour is the Symbol of our Hotel which symbolizes Energy, Zest, Entthusiasm Status Hotel Bintang Luas Area Pengelola Fasiltas Letak lokasi Parkir Kondisi lingkungan Jumlah lapis Jumlah Kamar Tipe kamar Harga Sirkulasi vertikal Pengudaraan Pencahayaan Business & leisure *** (data kurang lengkap) Aston International Hotel - Lobby - Cafe & bar - Restaurant - Meeting room (7 rooms) - Grand ballroom - outdoor swimming pool Kawasan sentra bisnis Mutiara Taman Palem, Cengkareng Jakbar Outdoor parking & Basement Nyaman, aman Business & leisure ** 2022 m2 Santika Indonesia hotel and Resort 118 Smart rooms LCD TV Wi-Fi internet access Safe Deposit Box in every room Next to Roda Padati Restaurant Parking area Major credit cards Kawasan Bandara Internasional Soekarno-Hatta and Creativity. Business & leisure *** (data kurang lengkap) Swasta - - Lobby Restaurant Meeting room. Kawasan Bandara Domestik Santa Cruz, India Outdoor parking 50 car unit Nyaman, aman, sangat strategis 5 lapis 118 kamar Outdoor parking Junior Suite(12) Deluxe Room(6) Executive Suite(4) Superior(131) handicapped guests(3) Mulai dari Rp422.000 untuk kamar superior Smart room (118) Club Suite Club Room Deluxe Room Family Room Mulai dari Rp. 360.000 / malam Rs. 5,000/- sampai dengan Rs. 9,000/- Lift, tangga, ramp Lift & tangga Lift, tangga, ramp AC Jendela mati lorong kamar hotel, jendela tiap kamar, skylight, lampu fleuresent AC (tidak survei lapangan) AC (tidak survei lapangan) 7 lapis 156 kamar 42 Nyaman, aman, sangat strategis 6 lapis 54 kamar Material Fasilitas transportasi khusus Bangunan:batu bata, beton cor. finishing cat. Atap: dak beton, rangka baja lapis fiberglass (skylight). Shuttle bus menuju Bandara International Soekarno-Hatta. Bangunan:batu bata, beton cor. finishing cat. Atap: dak beton. Bangunan:batu bata, beton cor. finishing cat. Atap: dak beton. Shuttle mini-van menuju Bandara International Soekarno-Hatta. Shuttle mini-van menuju Bandara Kesimpulan Sebuah hotel transit memiliki batasan fasilitas dan jumlah kamar hotel yang terkait dengan jumlah lapis bangunan hotel tersebut. Fasilitas sebuah hotel transit khusus untuk kebutuhan seperti fasilitas untuk kegiatan bisnis seperti meeting room serta ballroom untuk menggelar suatu pertemuan yang dapat menampung banyak pengunjung. Jenis pengunjung hotel transit yaitu para pebisnis yang biasanya dalam kelompok kecil maupun individu dengan waktu menginap yang singkat. Pada dasarnya Hotel Transit dapat digabungkan dengan jenis hotel lain tergantung dengan lokasi dan jenis kegiatan pengunjung, menjadi kriteria city hotel maupun business hotel. Dengan penggabungan jenis hotel tansit dengan jenis hotel lain, maka dari segi fasilitas juga mengalami beberapa penambahan; seperti adanya kolam renang dan fasilitas-fasilitas bersifat rekreasi lainnya. III.2.3 Studi Kasus Graha Wonokoyo Informasi Data: Lokasi : Jl. Taman Bungkul 1-3-5-7, Surabaya Fungsi : Kantor Luas Lahan/ Bangunan: 1.854 m2 / 7.121 m2 Ketinggian : 10 lapis Arsitek : Ir. Jimmy Priatman, M.Arch Sebuah bangunana kantor dengan menggunakan pendekatan arsitektur kolonial karena situs konservasinya. Bangunan dirancang vertikal secara bertahap 43 dengan 2 lantai depan dialokasikan sebagai gedung resepsi khas arsitektural kolonial di kawasan tersebut. Bangunan terdiri dari 3 massa: Gambar II.11 Zoning Ruang dan Massa Bangunan Sumber. Majalah I-Arch, edisi 3, 2006 Tata letak Graha Wonokoyo erat mengikuti konsep yang diuraikan diatas dan dibagi menjadi 3 zona. Pada sisi Barat sebagai penghalang termal, digunakan sebagai ruang tunggu, ruang pertemuan dan pelayanan publik. Sisi Utara digunakan sebagai ruang outdoor untuk unit AC, pantry dan ruang pengisian zona utama terletak di sisi Selatan dan Timur. Kriteria Bangunan Green Architecture: Hemat Energi: Dicapai dengan penggunaan material hemat energi dan manajemen energi didalam bangunan. Bekerja dengan Iklim: Site menghadap dan memanjang dari barat-timur akan mempengaruhi fasade dan selubung bangunan. Respek terhadap calon pengguna: Layout ruang menyesuaikan dengan fungsi sebagai kantor sewa yang mencerminkan efisiensi ruang. Bekerja dengan tapak terpilih: Bangunan ini berusaha untuk menyelaraskan diri dengan lingkungannya yang berupa bangunan konservasi arsitektur kolonial. Prinsip Green Architecture: Building Envelope Menggunakan perhitungan OOTV (Overall Thermal Transfer Value) untuk membatasi radiasi panas pada selubung bangunan. 44 Selubung bangunan merespon arah matahari. Pada bagian utara full dengan material kaca, sedangkan fasad selatan berupa kisi-kisi material cladding. Green Structure Struktur utama konstruksi beton bertulang, dan struktur atap konstruksi baja. Pemilihan struktur tersebut didasarkan untuk menghindari kerusakan pada bangunan perumahan yang padat di sekitar bangunan. Green Material Untuk mewujudkan perpaduan yang sinergis antara citra monumental dengan kriteria hemat energi, material dinding dipilih dari bahan metal cladding exindal, high performance glass exstoposal dilapisi kaca film pada sisi barat, dan pada bangunan penerima dipilih granit dan panel alumunium. Gambar II.12 Green Material Graha Wonokoyo Sumber. Majalah I-Arch, edisi 3, 2006 Tingginya tingkat radiasi dari Utara dan Barat dibandingkan arah lainnya (Utara: 40-100 kWh/m2, Barat: 80-120 kWh/m2, Selatan: 30-40 kWh/m2, Timur 40-50 kWh/m2), kinerja kaca berkualitas dengan tingkat koefisien shading rendah dipilih untuk mengurangi beban pendngin dari sistem AC. Pencahayaan alami ruang terbuka dengan rata-rata 10.000 lux untuk wilayah Indonesia. Sistem AC menggunakan Variable Refrigerant Volume (VRV) yang memberikan pendinginan ruangan di setiap lantai dengan pengurangan biaya operasional. Bahan untuk fasad yang dipilih secara cermat untuk menurunkan panas didalam ruangan, yaitu kombinasi dari metal cladding dan kaca V-cool berkualitas tinggi di sisi Gambar II.13Metal Cladding Gambar II.12High Perform Vcool Glass 45 Sumber. Google Search Image Sumber. Google Search Image Shatin Government Office, Hongkong Informasi Data: Lokasi : 1 Sheung Wo Che Road, Sha Tin, Hongkong Fungsi : Gedung Pemerintahan dan kantor Tahun dibangun : July 1999 – November 2001 Luas Bangunan: 33.800 m2 Ketinggian : 16 lapis Arsitek : Hong Kong Construction Holding Ltd Sumber: www.beamsociety.org.hk Menerapkan DSF dengan sistem “internal air curtain” Menerapkan dan menggunakan arsitektur lingkungan berkelanjutan pada bangunan yang mendapatkan peringkat menurut para ahli di Hongkong, yaitu mendapatkan penghargaan HK-BEAM berdasarkan bangunan yang berkelanjutan. Salah satu pertimbangan utama adalah desain fasade yang digambarkan dibawah ini. Pada selubung bangunan dengan tujuan perancangan untuk mengurangi panas matahari dan memaksimalkan pencahayaan penetrasi pada ruangan. Pada sisi Utara dimana pencahayaan matahari yarus diredam, fasade sistem dinding tirai kaca tunggal diterapkan. Gambar dibawah ini menunjukkan desain sirip vertikal pada pada dua tepi bangunan. Sirip beton sengaja dirancang untuk memblokir langsung sinar matahari yang memasuki gedung. Instalasi tersebut juga didirikan pad fasade sisi Selatan. Gambar II.13 Skema pancaran sinar matahari ke dalam bangunan 46 Pada sisi Timur dan Barat, dinding tirai kaca ganda diterapkan dengan penetrasi siar ke dalam bangunan kurang dari 50%. Panas matahari dibangun di atas jendela. Desain meminimalkan beban pendinginan kebutuhan dimana mendapatkan panas matahari menjadi berkurang, akibatnya tercipta kenyamanan di dalam bangunan tersebut. Gambar II.14 Skema penggunaan double glass pada kac jendela Pada sisi Selatan, disamping sirip beton vertikal, perangkat shading horizontal juga diterapkan. Menerapkan sistem kaca ganda dengan OTTV secara keseluruhan serta sebagai konsumsi energi dengan sistem AC yang relatif lebih rendah daripada rancangan bangunan lain. 47 Gambar II.15 Skema penggunaan shading device pada bangunan Office Building in Istambul Informasi Data: Arsitek: Tago Architects Lokasi: Istambul, Turkey QuickTime™ and a decompressor are needed to see this picture. Fungsi bangunan: Kantor Luas Lahan/ Luas Bangunan: 1.139 m2/ 2.182 m2 Konstruksi Tahun: 2010 Sumber: www.archdaily.com Ruang diantara panel kayu dengan fasade kaca, berubah menjadi teras yang menyediakan kondisi udara alami. Sisi utara fasade yang merupakan sisi yang menghadap ke kompleks perumahan, dirancang lebih transparan untuk melihat dengan mudah konstruksi situs untuk pengunjung. Dengan kombinasi geometris tajam dari bahan batu alam, kaca dan kayu, menciptakan karakter umum dari bangunan dan ini cirri karakteristik yang tercermin pada desain lansekap. 48 QuickTime™ and a decompressor are needed to see this picture. QuickTime™ and a decompressor are needed to see this picture. II.2.4 QuickTime™ and a decompressor are needed to see this picture. Kesimpulan Studi Kasus Berbagai macam sistem dan pengaplikasian pada fasade bangunan terdapat sebagai salah satu cara untuk mewujudkan pemahaman bahwa arsitektur harus dapat mewujudkan kebutuhan manusia. Tujuan pengaplikasiannya pun dapat memenuhi berbagai macam aspek, yaitu; - sebagai penghalang radiasi panas matahari namun memaksimalkan cahaya matahari sebagai penerangan alami ke dalam bangunan, - menurunkan beban energi yang dapat ditekan dari konsumsi energi yang dipakai dalam bangunan; - sebagai bangunan komersial memberikan desain fasade yang menarik dari segi estetika. Penerapan sistem Fasade shading device maupun pengolahan fasade (seperti; pemakaian material dan pengolahan bentuk fasade) sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim setempat. Maka untuk menerapkan sistem yang cocok pada fasade, terlebih dahulu harus disesuaikan dengan iklim setempat serta kondisi lingkungan tapak itu sendiri. II.2.5 Tinjauan Terhadap Tapak A. Peraturan dan Data Tapak Gambar II.16 RUTRK Tapak 49 Sumber. Tatakota Jakarta Lokasi Tapak : Jalan Jalan Tol Lingkar Luar, Cengkareng Barat- Jakarta Barat Letak Geografis : 6o08’25.15”S(LS), 106o43’50.48”E(BT) Luas Lahan : 8.570 m2 KDB : 55% x 8.570 m2= 4.713,5 m2 KLB : 3 x4.713,5 m2 = 14.140,5 m2 Ketinggian Lantai maksimal : 8 lapis Peruntukan Lahan : Kkt (Karya kantor) / Kpd (Karya perdagangan) GSB : Utara (10 m), Timur (8 m), Barat (10 m) Lebar Jalan : Barat (12 m) Iklim Lokasi : Kecepatan Angin per tahun : 10-15 km/jam pada sisi Barat Daya. Gambar II.17 Diagram Kecaptan dan frekuensi angin per tahum 50 Sumber. sistem pengukuran wind-rose Batas-batas Tapak : Utara : Mall Taman Palem Selatan : Lahan Kosong Timur : Kompleks Ruko Mutiara Taman Palem Barat : Perumahan Taman Palem Lestari Gambar II.17. Batas-batas Tapak Sumber. Google Earth Status Kepemilikan Tapak : 51 Tapak merupakan lahan kosong yang berupa kebun kosong yang dimiliki oleh individu. B. Fungsi Sekitar Tapak Gambar II.18. Fungsi Sekitar Tapak Tapak berbatasan langsung dengan pusat rekreasi keluarga dan perbelanjaan yaitu Mall Taman Palem, serta fungsi-fungsi sekelilingnya yang merupakan pusat perniagaan menengah berupa ruko. Ruko tersebar di sebelah Timur dan Utara tapak. Tapak berada di sebelah Timur dari ruas tol yang menghubungkan Cengkareng Bandara sampai ke Kembangan. Tapak juga dekat dengan pusat permukiman masyarakat berupa perumahan menengah ke atas. C. Kondisi Sosial Kecamatan Cengkareng terletak di kotamadya Jakarta Barat. Secara administratif daerah seluas 27,93 km2 ini dibagi menjadi 6 kelurahan dan dihuni oleh 85.399 kepala keluarga. Khususnya di lokasi tapak yaitu Kelurahan Cengkareng Barat memiliki luas 4,26 km2 dan dihuni oleh 12.960 kepala keluarga. Keadaan di kawasan ini sebagian mesar masyarakatnya adalah pedagang (wirausaha) terlihat dari sepanjang pinggiran jalan yang terdapat pertokoan usaha masyarakat. Masyarakatnya beragam, mulai dari yang perekonomian rendah yang berada dalam kawasan kumuh Cengkareng sampai masyarakat menengah atas yang bertempat tinggal di sejumlah perumahan yang berkembang di Cengkareng Barat. Kawasan ini terus bertumbuh kembang menjadi kawasan niaga dan permukiman yang semakin maju karena penawaran lokasi yang strategis dengan 52 adanya akses ruas jalan Tol yang dapat menghubungkan kawasan ini dengan batasan kawasan lainnya, terutama dekat dengan Bandara Internasional SoekarnoHatta. Juga terdapat alat transportasi lintas antar kota yaitu Stasiun Rawa Buaya. D. Potensi dan Kendala Tapak Potensi Kendala - dekat dengan pusat bisnis dan perbelanjaan - orientasi tapak ke arah panas matahari sore (sisi Barat) - berbatasan langsung dengan ruas jalan TOL - bising karena berbatasan langsung dengan jalan utama dan ruas jalan TOL - akses cepat ke Bandara - kondisi lingkungan yang padat mobilitas - akses pencapaian ke tapak mudah - akses pencapaian ke tapak hanya satu arah, tidak ada alternatif jalur lain 53