BAB VI SIMULASI PERANCANGAN

advertisement
Bab VI
Simulasi Rancangan Kawasan TOD Dukuh Atas
VI.1
Simulasi Rancangan
Rancangan kawasan TOD Dukuh Atas merupakan hasil akhir dari penulisan tesis
ini. Hasil rancangan memperlihatkan bahwa kawasan ini lebih didominasi oleh
fungsi-fungsi komersial. Hubungan interlock antara transit dan land use
memungkinkan keduanya untuk bekerja sinergis dan mendukung satu sama lain
dalam sebuah integrasi. Dengan demikian, konfigurasi land use dapat
dimaksimalkan fungsi komersial dapat menjangkau level-level bangunan yang
lebih banyak, intensitas bangunan pun dapat meningkat lebih tinggi. Akses
pergerakan transit pun menjadi lebih mudah, singkat dan efisien. Dengan
hubungan ini pun terbentuk lebih banyak aktifitas-aktifitas publik.
VI.1.1 Tata Guna Lahan (Land use) dan Fungsi
Sebagian besar dari lahan terbangun kawasan Dukuh Atas diperuntukkan bagi
empat jenis tata guna lahan (land use) yakni komersial (karya bangunan umum
dan fasilitasnya), fungsi hunian (wisma dengan fasilitasnya), fasilitas umum
(wisma bangunan umum dan fasilitasnya), dan ruang terbuka hijau (wisma taman
dan fasilitasnya). Fungsi-fungsi yang akan dikembangkan pada kawasan ini
didominasi oleh fungsi-fungsi komersial. Terlihat pada usulan rencana tata guna
lahan kawasan perancangan secara umum (lihat gambar VI.2) dan persentase luas
pengembangan (lihat tabel VI.1).
128
Keterangan:
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
A
L
F
I
C
H
G
A
E
P
Q
L
F
F
Fasilitas Transit
Plaza Transit
Transit mall
Hotel Transit
Pusat Konvensi Dan Ekshibisi
Kantor Sewa
Pusat Kecantikan-Kebugaran
Apartemen
Soho
Ruko
Apartemen kelas menengah
Mall
Pusat ikan hias
Pasar Budaya
Culinary and Recreational
Riverfront Strip
Amphitheater
River Front Stage
J
M
K
C
J
B
E
I
D
J
D
A
A
N
O
A
P
Q
Gambar VI.1. Site Plan Kawasan TOD Dukuh Atas.
Tabel VI.1. Persentase luas lantai total bangunan
pada kawasan TOD Dukuh Atas
Komersial
Persentase luas lantai
total bangunan
66 %
Residensial
16 %
Fasilitas umum dan sosial
10 %
RTH
7%
Tata Guna Lahan
Sumber: hasil perhitungan rancangan
129
Gambar VI.2. Tata Guna Lahan Kawasan Dukuh Atas
Pada site plan dapat dilihat adanya empat bangunan dan area berwarna keemasan
yang menandakan empat magnet aktifitas, yakni transit, bisnis, budaya dan
ekologi. Pada magnet aktifitas Transit, fungsi yang dikembangkan adalah hotel
transit, transit mall, swalayan, dan pusat konvensi dan exhibisi. Pada magnet
bisnis fungsi yang dikembangkan adalah kantor sewa, dan Electronic City. Pada
magnet budaya, fungsi yang dikembangkan adalah pasar budaya betawi.
Sedangkan pada magnet ekologi, yang dikembangkan adalah pusat ikan hias.
Magnet-magnet ini kemudian dihubungkan dengan jaringan sirkulasi dan massa.
Massa yang terurai di antaranya pun diisi dengan jenis fungsi yang berhubungan
dengan magnet-magnet aktifitas tersebut. Antara magnet bisnis dan magnet transit
fungsi yang dikembangkan adalah kantor sewa, dan mall elektronik. Antara
magnet transit dan budaya, fungsi-fungsi yang dikembangkan adalah hotel transit,
pusat kebudayaan, butik, dan galeri. Sedangkan antara magnet bisnis, ekologi dan
130
budaya, fungsi yang dikembangkan adalah penjualan ikan hias, dan tanaman hias.
Disamping fungsi tersebut, blok tengah kawasan diisi dengan fungsi-fungsi yang
mengikat keempat magnet aktifitas seperti soho, apartemen, pusat kecantikan dan
kebugaran, serta ruko yang menampung baik kegiatan bisnis (misalnya konsultan,
servis elektronik, toko buku, kuliner, dll), budaya (misalnya butik, kursus tari,
kuliner, dll), transit (misalnya biro perjalanan, penitipan anak, dll), maupun
ekologi (misalnya toko bunga dll). Konfigurasi fungsi-fungsi ini dapat dilihat
pada gambar VI.1 dan VI.3.
Gambar IV.3. Fungsi-fungsi yang Dikembangkan pada Kawasan, kiri: fungsi pada
menara, kanan: fungsi pada podium
Tabel VI.2 besar pengembangan
Sumber: hasil analisa
131
6.1.2
Tata Massa
Perancangan tata massa pada kasus ini lebih ditekankan pada pengaturan
ketinggian bangunan. Ketinggian bangunan didasari oleh pertimbangan kenaikan
intensitas, dan skyline terhadap kawasan Menteng dan Kali Malang dan Krukut.
Intensitas Kawasan dapat meningkat dengan adanya perpindahan moda
transportasi. Namun, ketinggian yang akan bertambah akibat penambahan
intensitas tersebut harus tetap memiliki harmoni dengan kawasan sekitarnya.
Sehingga semakin mendekati kawasan Menteng, ketinggian bangunan pada
kawasan akan berkurang. Begitupula ketinggian bangunan saat mendekati Kali
Malang. Hal ini terkecuali bagi bangunan yang terdekat dengan fasilitas transit
intermoda. Hal ini dimaksudkan agar bangunan tersebut membentuk gerbang
dengan bersanding di seberang gedung Landmark. Bentuk skyline dan komposisi
massa ini dapat dicermati pada gambar VI.4, gambar VI.5, gambar VI.6, dan
gambar VI.7. Jumlah lantai bangunan pada masing-masing kelompok massa dapat
dilihat pada tabel VI.2
Membentuk Gerbang
Skyline
Kali Malang
Gambar VI.4 Skyline ke Arah Kali Malang
Perumahan
Menteng
Gambar VI.5 Tampak dari Arah Selatan: Skyline ke Arah Kawasan Menteng
132
Gambar VI.6 Tampak dari Arah Barat
Gambar VI.7 Tampak dari Arah Timur
Gambar VI.8 Tampak dari Arah Utara
Perancangan tata massa juga didasari oleh pertimbangan pembentukan kualitas
urban yang baik dalam pembentukan citra jakarta. Untuk itu bangunan dirancang
sebagai kombinasi antara podium dan menara dimana skala ruang menunjukkan
perbandingan 1:1. Selain itu, fasade bangunan mencerminkan Jakarta tradisional
melalui penggunaan ornamen betawi (lihat gambar VI.15) dan Jakarta yang
modern melalui penggunaan langgam arsitektur yang modern (lihat gambar
133
VI.16). Skala ruang yang dibentuk adalah 1:1 berhimpitan dengan garis sepadan
bangunan dan membentuk innercourt.
VI.1.3 Taksonomi Intermoda
Dengan tepecah-pecahnya kawasan Dukuh Atas dan titik-titik transitnya, maka
dalam
perancangan
kawasan
ini
diterapkan
konsep
interlock
antara
pengembangan dan sirkulasi transit yang mengumpamakan kawasan Dukuh Atas
sebagai sebuah fasilitas transit. Dengan demikian bentuk taksonomi kawasan pun
terbentuk untuk mengintegrasikan titik-titik transit sekaligus bagian-bagian yang
terpecah dari kawasan dengan tuntutan aktifitas transit. Taksonomi yang terbentuk
adalah kombinasi antara vertical separation, contiguous dan linked adjacent.
Bentuk taksonomi ini dapat teramati pada gambar VI.9, gambar VI.10, dan
gambar VI.11.
Dengan adanya taksonomi yang melibatkan level-level berbeda dari bangunan,
maka konfigurasi land use berubah. Dapat dilihat pada dengan transit mall yang
berfungsi sebagai penghubung kawasan dengan area transit kereta KRL,
waterway, busway dan MRT (lihat gambar VI.9). Area ini dapat menjadi area
komersial yang sangat aktif dan memungkinkan pembentukan area komersial
lainnya pada level di atas dan di bawahnya.
Begitu pula pada plaza transit yang menghubungkan titik transit monorail, KRL,
bus umum, taksi dan kawasan. Dengan adanya plaza transit ini, level lantai 3
hingga 5 memiliki kesempatan yang besar untuk menjadi area komersial yang
aktif. Jika plaza transit tidak langsung menghubungkannya, maka kesempatan
membentuk akses terhadap area komersial terbatas hanya pada level ground (lihat
gambar VI.11) dan kecenderungan land use untuk fungsi komersial pun akan
semakin sedikit.
134
135
publik. Hijau: ruang hijau. Kuning: Hunian)
Gambar VI.10. Potongan B-B: Taksonomi Intermoda Linked Adjacent dan Konfigurasi Land Usenya (Merah: komersial. Ungu: fungsi
(Merah: komersial. Ungu: fungsi publik. Hijau: ruang hijau. Kuning: Hunian)
Gambar VI.9 Potongan A-A: Taksonomi Intermoda Linked Adjacent, Contiguous dan Vertical Separation serta Konfigurasi Land Usenya
136
komersial. Ungu: fungsi publik. Hijau: ruang hijau. Kuning: Hunian)
Gambar VI.11. Potongan C-C: Taksonomi Intermoda Linked Adjacent dan Vertical Separation, serta Konfigurasi Land Usenya (Merah:
VI.1.4 Sirkulasi dan Aktifitas Pendukungnya
Sebagaimana yang telah disampaikan pada bab-bab awal, bahwa dalam
perancangan kawasan TOD ini, jalur pejalan kaki akan menjadi aspek yang diolah
secara desain dan ukuran (lebar). Lebar masing-masing jalur pejalan kaki
dipertimbangkan berdasarkan aktifitas transit dan kegiatan pendukungnya (lihat
gambar V.17 dan tabel V.4). Di antara jalur-jalur pejalan kaki yang dirancang
tersebut adalah:
1) Jalur pejalan kaki 0
Jalur pejalan kaki 0 menampung beberapa kegiatan diantaranya adalah
kebutuhan transit (5,33 m), kebutuhan untuk even (3 m), dan lampu (0,5
m). Maka lebar jalur pejalan kaki 0 adalah seperti terlihat pada gambar
VI.12
Gambar VI.12. Potongan jalur pejalan kaki 0
2) Jalur pejalan kaki 1
Jalur pejalan kaki 1 menampung beberapa kegiatan diantaranya adalah
kebutuhan transit (7,67 m), kebutuhan untuk even (3 m), dan lampu (0,5
m). Maka lebar jalur pejalan kaki 1 adalah seperti terlihat pada gambar
VI.13
137
gambar VI.13. Potongan jalur pejalan kaki 1
3) Jalur pejalan kaki 15
Jalur pejalan kaki 15 menampung beberapa kegiatan diantaranya adalah
kebutuhan transit (1,6 m), kebutuhan ruang untuk sepeda (1,2 m),
kebutuhan lot PKL (1 m), Curb (1 meter) dan lampu (0,5 m). Maka lebar
jalur pejalan kaki 15 adalah seperti terlihat pada gambar VI.14
Gambar VI.14. Potongan jalur pejalan kaki 15
138
4) Jalur pejalan kaki 23
Jalur pejalan kaki 23 menampung beberapa kegiatan diantaranya adalah
kebutuhan transit (1,6 m), kebutuhan ruang untuk sepeda (1,2 m),
kebutuhan lot PKL (1 m), ekstensi cafe (3 m) dan lampu (0,5 m). Maka
lebar jalur pejalan kaki 23 adalah seperti terlihat pada gambar VI.15
Gambar VI.15. Potongan jalur pejalan kaki 23
5) Jalur pejalan kaki 24
Jalur pejalan kaki 24 menampung beberapa kegiatan diantaranya adalah
kebutuhan transit (1,6 m), kebutuhan ruang untuk sepeda (1,2 m),
kebutuhan lot PKL (1 m), ekstensi cafe (3 m) dan lampu (0,5 m). Maka
lebar jalur pejalan kaki 24 adalah seperti terlihat pada gambar VI.16
139
Gambar VI.16 Potongan jalur pejalan kaki 24
6) Jalur pejalan kaki 28
Jalur pejalan kaki 28 menampung beberapa kegiatan diantaranya adalah
kebutuhan transit (1,6 m), kebutuhan ruang untuk sepeda (1,2 m),
kebutuhan lot PKL (1 m) dan lampu (0,5 m). Maka lebar jalur pejalan kaki
28 adalah seperti terlihat pada gambar VI.17
Gambar VI.17 Potongan jalur pejalan kaki 28
140
VI.1.5 Persepektif dan Suasana
Berikut ini adalah contoh persepktif suasana pada kawasan TOD Dukuh Atas
berdasarkan aktifitas-aktifitas yang direncanakan di dalamnya. Gambar VI.18
menunjukkan area pejalan kaki di depan pusat ekshibisi. Pada penyelenggaraan
even-even tertentu, area pejalan kaki dan jalan ini digunakan sebagai node
aktifitas. Namun even yang diselenggarakan pun adalah even tahunan untuk
menghindari dampak kemacetan. Tampak pada gambar VI.18 adanya prosesi
perkawinan adat betawi yang diselenggarakan di Jalan.
Key plan
Gambar VI.18. Suasana Pusat Konvensi dan Ekshibisi
Gambar VI.19 menunjukkan area jalur festival tepi Kali Malang. Area ini juga
digunakan pada sore hari sebagai tempat bersantai dan dalam penyelenggaraan
even dapat dimanfaatkan sebagai panggung. Gambar VI.20 menunjukkan suasana
malam hari
Key plan
Gambar VI.19. Suasana Riverfront Stage dan Amphitheater
141
Key plan
Gambar VI.20. Suasana Riverfront Stage dan Amphitheater di malam hari
Gambar VI.21 menunjukkan area plaza transit yang menerus menuju area
permukiman. Area ini berada di antara pusat konvensi dan pusat ekshibisi dan di
atas transit mall. Area ini digunakan sebagai Culinary Strip yang melayani
kebutuhan makan siang, maupun bersantai di sore dan malam hari. Area ini
dihiasi dengan lampion, dan lampu yang menghiasi pepohonan.
Key plan
Gambar VI.21. Suasana Culinary Strip
Gambar VI.22 menunjukkan skala ruang yang intim yang dibentuk antar
bangunan apartemen. Ruang ini digunakan sebagai jalur sirkulasi yang dapat
langsung mengakses plaza transit, taman lingkungan serta pusat penjualan ikan
hias.
142
Key plan
Gambar VI.22. Suasana Gang Antar Apartemen
Gambar VI.23 menunjukkan suasana plaza dekat magnet aktifitas bisnis. Plaza ini
digunakan sebagai area makan (culinary plaza) di luar ruangan baik siang hari
maupun malam hari. Plaza ini difasilitasi oleh tenda yang melindunginya dari
sengatan matahari
Key plan
Gambar VI.23. Suasana Culinary Plaza
Gambar VI.24 menunjukkan area plaza yang langsung berhubungan dengan
transit mall. Plaza ini menjadi area drop off bagi fungsi ekshibisi, konvensi dan
transit. Sebagai penunjuk orientasi sistem wayfinding berupa jalur pelangi pada
jalur pejalan kaki menunjukkan arah titik transit berdasarkan warna. Area ini
berfungsi pula sebagai ruang hijau dan ekstensi cafe.
143
Key plan
Gambar VI.24. Suasana Area Drop Off Utama
Gambar VI.25 menunjukkan area transit mall. Bentuk jalur yang organik
mengarahkan pengguna transit untuk langsung menuju lokasi transit. begitu pula
dengan garis-garis wayfinding pada jalur pejalan kaki. Jalur ini difasilitasi dengan
fungsi-fungsi komersial yang mendukung fungsi transit di kanan dan kiri jalur.
Misalnya apotik, kantor polisi, minimarket dan lain-lain.
Key plan
Gambar VI.25. Suasana Transit Mall
Gambar VI.26 menunjukkan akses sepeda yang mengarahkannya untuk
menyeberangi Kali Malang. Lokasi ini tepatnya berada dekat pasar budaya. Jalur
sepeda menyediakan ramp-ramp dan landscape bridge yang dapat ditumbuhi
tumbuhan.
144
Key plan
Gambar VI.26. Suasana Area Pejalan kaki Bridge (Linkage) ke arah Sungai
Gambar VI.27 dan VI.28 menunjukkan area taman lingkungan yang mengisi
ruang-ruang antar blok hunian. Taman lingkungan ini difasilitasi dengan lapangan
olah raga dan taman bermain anak. Akses menuju taman ini dapat langsung
dicapai baik melalui lobi utama hunian, pintu servis deretan ruko, maupun pintu
belakang pusat kecantikan dan kebugaran.
Key plan
Gambar VI.27. Suasana Ruang Terbuka Hijau Lingkungan
Key plan
Gambar VI.28. Suasana Ruang Terbuka Hijau Lingkungan
145
Gambar VI.29 menunjukkan view ke arah terminal transit intermoda dari arah
datangnya monorail. Jika monorail datang pada saat senja, tiang penyangga
terminal akan dilatarbelakangi oleh pemandangan matahari terbenam.
Key plan
Gambar VI.29. Vista ke Arah Terminal Intermoda
Gambar VI.30, Gambar VI.31, Gambar VI.32 dan Gambar VI.33 menunjukkan
view mata burung (bird eye view) yang memperlihatkan konfigurasi masa
kawasan Dukuh Atas dari berbagai sudut pandang.
Gambar VI.30. Bird eye view dari Arah Kebon Melati
146
Gambar VI.31. Bird eye view dari Arah Menteng
Gambar VI.32. Bird eye view dari Arah Kuningan
147
Gambar VI.33.Bird eye view dari Arah Menara Bni
VI.2
Kesimpulan dan Saran
VI.2.1 Kesimpulan
Melalui analisa dan perancangan nilai optimal pada sirkulasi pejalan kaki dan
transportasi dapat ditemukan. Dalam mencapai nilai optimal bagi perletakan dan
tingkat pelayanan pejalan kaki jenis taksonomi dan lebar efisien jalur pejalan kaki
dihitung dan ditentukan. Didapatkan bahwa lebar jalur pejalan kaki terlebar
adalah 11,17 meter (dibulatkan menjadi 11 meter) dan lebar jalur pejalan kaki
tersempit adalah 2,1 meter (dibulatkan menjadi 2 meter). Untuk mencapai nilai
optimal bagi tingkat pelayanan jalan dalam meningkatkan kualitas lingkungan
jalan dan volume pengembangan yang diijinkan, intensitas kawasan (Koefisien
Lantai Bangunan dan tinggi bangunan) yang tepat dihitung dan ditentukan.
Didapatkan bahwa intensitas kawasan adalah 4,8.
Dengan demikian, tesis ini menyimpulkan bahwa perencanaan elemen sirkulasi
dan kegiatan-kegiatan yang tepat dapat menjadi alternatif dalam memunculkan
sinergi antara pengembangan dan transit. Bentuk sinergi tersebut adalah beberapa
keuntungan bagi pengembangan dan bagi kegiatan transit. Diantara keuntungan
bagi pengembangan adalah bertambahnya peluang kenaikan intensitas bangunan,
pengurangan jumlah kebutuhan parkir, peluang peningkatan proporsi daerah
komersial serta keaktifan jalur pejalan kaki dan lingkungan. Sedangkan bagi
148
kegiatan transit, taksonomi terintegrasi, lingkungan pejalan kaki yang akomodatif
dan orientasi yang jelas akan mempermudah akses, merangsang keinginan untuk
berjalan kaki dan beralih kepada kendaraan umum.
Sinergi ini akan signifikan bergantung pada aksesibilitas fasilitas transit dan
proporsi perjalanan antara mobil dan kendaraan umum. Dengan semakin baiknya
aksesibilitas fasilitas transit dan semakin tingginya proporsi penggunaan
kendaraan umum dibandingkan kendaraan pribadi, maka volume pergerakan
pejalan kaki di fasilitas transit akan semakin besar dan lingkungan kawasan akan
semakin aktif.
VI.2.2 Saran
Kajian yang dilakukan hanya berada pada cakupan studi untuk menunjukkan
bentuk sinergi dan efeknya bagi lingkungan fisik pada satu kuadran persil dari
persilangan Jalan Thamrin dan Kali Malang (kawasan Dukuh Atas di kuadran
timur laut). Dapat disimpulkan pula bahwa kajian ini masih belum dapat
mengungkapkan efeknya bagi lingkungan fisik tiga kuadran lainnya dan
keuntungan sinergi yang ditemukan dalam perhitungan finansial. Dengan
demikian studi lanjutan yang mengungkapkan efek fisik pada tiga kuadran lain
dan pembiayaan finansial serta prediksi keuntungan yang didapatkan akan sangat
dibutuhkan.
149
Download