bab ii tinjauan pustaka

advertisement
 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Ruas jalan Cicendo memiliki lebar jalan 12 meter dan tanpa median,
ditambah lagi jalan ini berstatus jalan arteri primer yang memiliki minimal
kecepatan 60 km/jam yang menjadi kendala untuk para pejalan kaki menyeberang
disekitar jalan tersebut. Sehingga perlu diambil langkah untuk melindungi pejalan
kaki pada saat menyeberang jalan dari kecelakaan dengan kendaraan bermotor
perlu
dilakukan langkah untuk melindungi pejalan kaki yang disesuaikan
berdasarkan faktor jumlah pejalan kaki yang menyeberang jalan serta arus lalu
lintas kendaraan.
Untuk mendukung kelancaran aktivitas dilakukan pada sekitar Ruas Jalan
Cicendo diperlukan yang suatu pengelolaan lalu lintas dan fasilitas jalan dengan
tujuan untuk mewujudkan arus lalu lintas yang aman, cepat, lancar, tertib, teratur,
nyaman dan efisien, serta mampu memadukan transportasi lainnya dalam tujuan
menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan dan pembinaan tersebut dilakukan
oleh pemerintah. Pembangunan sarana transportasi diharapkan dapat menunjang
pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas sebagai pendorong, penggerak dan
penunjang pembangunan nasional.
JPO (Jembatan Penyeberang Orang) merupakan salah satu prasarana
transportasi yang sangat penting untuk dapat menunjang demi kenyamanan,
keselamatan, dan kelancaran bagi pengguna jasa transportasi. Beberapa tahun ini
temapat baik di kota maupun di desa telah banyak di bangun JPO. Jembatan
penyebrangan di bangun untuk memecahkan salah satu masalah yaitu kemacetan
dan keamanan bagi pejalan kaki. Jenis konstruksi jembatan penyeberangan yang
dibangun di perkotaan saat ini cukup beragam baik dari segi dimensinya maupun
bentuknya. Pada umumnya jembatan penyebrangan yang ada di perkotaan terbuat
dari baja dengan lantai berbahan beton atau pelat baja. Disamping itu ada
beberapa beberapa jembatan yang dibangun ada juga yang menggunakan kabel
baja dan besi lainnya sebagai penguat. Penempatan jembatan penyebrangan
biasanya dibangun pada tempat yang ramai, seperti pusat perbelanjaan, rumah
Asry NH., Ranggadani., Kajian Umum Pembangunan.....
1
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
sakit, terminal, dan ruas jalan yang rawan terjadi kecelakaan. Maka dari itu
jembatan
penyeberangan
dibangun
untuk
mempermudah
menyeberang.
Penempatan lokasinya pun harus sesuai dengan kebutuhan pejalan kaki.
Sudah
beberapa
tahun
ini
banyak
dibangun
jembatan-jembatan
penyeberangan
untuk pejalan kaki. Di pedesaan atau di kota-kota besar sangatlah
penting keberadaannya. Jembatan penyeberangan di pedesaan dipasang untuk
melintasi sungai besar maupun kecil untuk menghubungkan daerah satu ke daerah
lainnya. Sedangkan di perkotaan jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki
dibangun
untuk melintasi jalan raya yang padat lalu lintas serta kecepatan tingggi.
Jembatan
penyeberangan untuk pejalan kaki adalah jembatan yang hanya boleh
dilewati oleh lalu lintas pejalan kaki yang terdiri dari :
1. Hanya orang saja
2. Orang dengan tentengannya
3. Orang dengan pikulannya
4. Orang dengan kereta dorongnya
5. Orang dengan menenteng sepedanya
Fungsi umum jembatan penyeberangan adalah sebagai berikut :
1. Alat bantu untuk memudahkan para pejalan kaki yang sering mendapat
kesulitan dalam melakukan penyeberangan.
2. Untuk kelancaran lalu lintas dan juga untuk meningkatkan keselamatan.
3. Untuk menghindari konflik pejalan kaki dengan pengguna kendaraan.
4. Untuk menggiring pejalan kaki ke arah kedisiplinan, supaya tidak
menyeberang dengan seenaknya.
Variabel-variabel yang memengaruhi penggunaan JPO:
1. Kepadatan lalu lintas
2. Lebar jalur
3. Lokasi
4. Aksesibilitas
5. Pagar di sekitar trotoar
6. Penegakkan hukum terhadap pelanggar larangan menyeberang di jalan
kendaraan bila sudah memiliki JPO
Asry NH., Ranggadani., Kajian Umum Pembangunan.....
2
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(g)
(f)
(h)
Asry NH., Ranggadani., Kajian Umum Pembangunan.....
3
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
(i)
(j)
(k)
(l)
Gambar 2.1 Kondisi Eksisting Ruas Jalan Cicendo
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Keterangan Gambar:
(a) Di ruas ini terdapat RS Mata Cicendo yang melayani pasien umum yang
menjadi salah satu sumber bangkitan pejalan kaki.
(b) Diruas ini terdapat Hotel Bhayangkara yang menjadi salah satu sumber
bangkitan kendaraan.
(c) Foto kepadatan kendaraan di ruas Jalan Cicendo pada saat peak hour
diambil dari lajur kanan.
(d) Foto kepadatan kendaraan di ruas Jalan Cicendo pada saat peak hour
diambil dari lajur kiri.
(e) Banyaknya pejalan kaki yang menjadi hambatan samping karena berjalan
di perkerasan aspal.
(f) Para pejalan kaki menyeberang jalan di zebra cross sesuai aturan.
Asry NH., Ranggadani., Kajian Umum Pembangunan.....
4
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
(g) Beberapa pejalan kaki tidak menyeberang jalan di zebra cross dan hal ini
dapat menyebabkan kecelakaan pejalan kaki itu sendiri.
(h) Beberapa pejalan kaki tidak menyeberang jalan di zebra cross dan hal ini
dapat menyebabkan kecelakaan pejalan kaki itu sendiri.
(i) UnMotorcycle yang menjadi bottleneck di area zebra cross dapat
menghambat para pejalan kaki untuk menyeberang.
(j) Kendaraan ringan yang melewati ruas Jalan Cicendo.
(k) Sepeda motor yang cukup banyak memadati ruas ini.
(l) Kendaraan berat berupa bis banyak melintas di ruas jalan ini.
2.2 Pengamatan Survey
Pada survey lapangan yang dilakukan adalah survey lalu lintas dan juga
survey pejalan kaki. Titik tinjauan yang dilakukan pada survey ini dilakukan di
depan Rumah Sakit Cicendo dan di depan Rumah Rakan Padang dengan
melakukan survey 100 meter dari titik tinjauan yang telah di tentukan. Adapun
macam-macam survey yang dilakukan pada tanggal 6-12 juli 2012 saat jam
puncak (peak hour) pada ruas jalan Cicendo ini, yakni

Survey volume lalu lintas
Survey lalu lintas ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi dari
kondsi lalu lintas yang di bagi lagi menjadi parmeter yang spesifik
tergantung dari kebutuhan, sehingga di dapatkan data lalu lintas yang
detail. Survey ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode
elektronik, yaitu dengan menggunakan video dari handy cam atau
semacamnya, namun dalam survey kali ini metode elektronik tersebut
tidak digunakan, dengan kata lain
langsung penghitungan dengan
menggunakan alat counting (counter). Hal ini dilakukan dikarenakan
melihat dari pergerakan kendaraan yang melintas pada ruas Jalan Cicendo
itu sifatnya statis.

Survey Pejalan kaki
Tujuan dilakukanya survey pejalan kaki ini adalah menghitung volume
pejalan kaki yang melintas maupun yang menyeberang di Ruas Jalan
Cicendo. Untuk mempermudah penerapan metode pengumpulan data arus
Asry NH., Ranggadani., Kajian Umum Pembangunan.....
5
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
pejalan kaki yang menggunakan alat counting (counter) bersamaan di
lakukannya survey lalu lintas. Pada pengumpulan data pejalan kaki ada
dua macam jenis pejalan kaki yang dikumpulkan, yaitu platoon (berjalan
berombongan atau lebih dari satu orang) dan single (berjalan sendirian).

Survey Kecepatan
Survey ini dilakukan untuk mengetahui kecepatan rata-rata yang melintas
dijalan Cicendo yang memiliki kelas jalan Arteri primer. Arteri primer
tersebut memiliki ketentuan kecepantan sebesar 60 km/jam. Namun pada
Survey yang dilakukan kali ini di lakukan pada saan peak hour (Jam
puncak)
2.3 Analisis Kuesioner
Analisis yang dilakukan untuk menentukan kelayakan dan estetika JPO
menurut jajak pendapat para pejalan kaki di sekitar ruas Jalan Cicendo. Adapun
analisis kuesioner yang ditanya kepada para pengguna Jalan Cicendo adalah:
1. Analisis Profesi
2. Analisis Domisili
3. Analisis Kondisi Lalu Lintas
4. Analisis Intensitas Pengunjung
5. Analisis Intensitas Penyeberang
6. Analisis Kesulitan Menyeberang
7. Analisis Perlunya JPO
8. Analisis Warna JPO
9. Analisis Penutup Atap
2.4 Ketentuan-Ketentuan
Ketentuan mengenai perencanaan desain gambar jembatan penyeberangan
terdiri dari Ketentuan Jembatan Penyeberangan Orang. Ketentuan JPO ini diambil
berdasarkan ketentuan Spesifikasi Jembatan Penyeberangan Orang yang dibuat
Bina Marga tahun 1995. Ketentuan dalam perencanaan dan penempatan JPO
terdiri dari 2 ketentuan yaitu:
1.
Ketentuan Umum, terdiri dari :
Asry NH., Ranggadani., Kajian Umum Pembangunan.....
6
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
- Pelaksanaannya cepat dan mudah
- Tidak mengganggu kelancaran lalu lintas
- Memenuhi kriteria keselamatan dan kenyamanan para pemakai
jembatan serta keamanan bagi pemakai jalan yang melintas di
bawahnya
- Memenuhi tuntutan estetika dan keserasian dengan lingkungan di
sekitarnya
2.
Ketentuan Teknis, terdiri dari:
a. Sandaran (Railing) pada JPO
Perencanaan sandaran jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki
harus mengikuti ketentuan sebagai berikut :
1. Tinggi minimum sandaran jembatan penyeberangan untuk pejalan
kaki adalah 1,35 m dari permukaan lantai sampai dengan tepi atas
sandaran.
2. Tipe sandaran dapat dipilih dari bentuk yang tercantum pada
Gambar 2.1, yaitu :
 Tiang sandaran dari pipa logam dengan 3 batang sandaran dari
pipa logam
 Tiang sandaran dari pipa logam dengan 2 batang sandaran dari
pipa logam
 Tiang sandaran dari alumunium aloy yang menumpu diatas
beton dengan 2 batang sandaran dari pipa logam
b. Landasan Pejalan Kaki pada JPO
Perencanaan
landasan
pejalan
kaki
penghubung
jembatan
penyeberangan harus dilakukan mengikuti ketentuan sebagai berikut :
1. Lebar bebas untuk landasan pada jalur pejalan kaki minimum
adalah 2,00 m
2. Denah dan tipe landasan harus disesuaikan dengan ruang yang
tersedia dengan ketentuan landasan tidak boleh menutup jalur
trotoar oleh karena itu harus diletakkan di tepi luar trotoar
3. Tangga harus dilengkapi dengan lampu penerangan guna
keselamatan pemakai tangga pada malam hari
Asry NH., Ranggadani., Kajian Umum Pembangunan.....
7
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
4. Sepanjang sisi jalur pejalan kaki harus dipasang sandaran
Perencanaan tinggi ruang bebas pada jembatan penyeberangan harus
dilakukan mengikuti ketentuan yang tampak pada Tabel 2.1
d. Lebar Pejalan Kaki pada JPO
Perencanaan lebar pejalan kaki pada jembatan penyeberangan harus
dilakukan mengikuti ketentuan sebagai berikut :
c. Tinggi Ruang Bebas pada JPO
1. Lebar minimum jalur pejalan kaki dan tangga adalah 2,00 m
2. Pada kedua sisi jalur pejalan kaki dan tangga harus dipasang
sandaran yang mempunyai ukuran sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
3. Pada jembatan penyeberangan pejalan kaki yang melintas diatas
jalan, sepanjang bagian bawah sisi luar sandaran dapat dipasang
elemen yang berfungsi untuk menanam tanaman hias yang bentuk
dan dimensinya harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
e. Perhitungan P(V²)
P(V²) adalah hasil perkalian antara jumlah penyeberang jalan dalam
waktu 1 jam dengan jumlah kendaraan yang dikuadratkan. Nilai P(V²)
digunakan sebagai syarat utama dalam perencanaan untuk membuat
akses penyeberangan tidak sebidang. Syarat tersebut sebagai berikut:
P(V²) > 2 x
Keterangan :
P = volume pejalan kaki (orang/jam)
V = volume kendaraan (smp/jam)
Jika dari data mengenai jumlah lalu lintas kendaraan serta jumlah lalu
lintas pejalan kaki didaptkan nilai P(V²) > 2 x 108 maka lokasi yang
ditinjau perlu dibangun jembatan penyeberangan.
Pembangunan jembatan penyeberangan disarankan memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
1. Bila fasilitas penyeberangan dengan menggunakan Zebra Cross dan
Pelikan Cross sudah mengganggu lalu lintas yang ada.
Asry NH., Ranggadani., Kajian Umum Pembangunan.....
8
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2. Pada ruas jalan dimana frekuensi terjadinya kecelakaan yang melibatkan
pejalan kaki cukup tinggi.
3. Pada ruas jalan yang mempunyai arus lalu lintas dan arus pejalan kaki
yang tinggi.
Tahapan Perencanaan Jembatan Penyeberangan Orang meliputi:
b) Pemilihan Lokasi
Lokasi jembatan penyeberangan untuk lalu lintas pejalan kaki yang melintas
diatas jalan raya harus memenuhi ketentuan:
i. Mudah dilihat serta dapat dijangkau dengan mudah dan aman;
ii. Jarak
maksimum dari pusat-pusat kegiatan dan keramaian serta
pemberhentian bis adalah 50 m;
iii. Jarak minimum dari persimpangan jalan adalah 50 m.
Gambar 2.2 Peta Lokasi Pengamatan
Sumber : Google Maps
c) Pemetaan situasi
Pada lokasi jembatan penyeberangan yang direncanakan harus dilakukan
pengukuran situasi dengan ketentuan yang berlaku.
Asry NH., Ranggadani., Kajian Umum Pembangunan.....
9
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar 2.3 Pemetaan Situasi
Sumber: Hasil Survey Lokasi
d) Membuat gambar pra rencana
Gambar pra rencana dibuat dengan skala 1:100, meliputi denah, potongan
melintang dan potongan memanjang dengan ketentuan.
i. Tinggi ruang bebas ditetapkan sesuai ketentuan yang tercantum pada tabel:
Tabel 2.1 Tinggi Ruang Bebas Jembatan Penyeberangan Orang
Jenis Lintasan
Di Bawah
Jalan Raya
 Dilalui Bis Susun
 Tidak Dilalui Bis
Susun
Jalan Kereta Api
Tinggi Min
Ruang Bebas
(meter)
Terhitung Dari
Tepi Bawah Gelagar
Sampai Dengan
5,10
Permukaan
Perkerasan
4,60
6,50
Tepi Atas Kepala Rel
Sumber: Tata Cara Perencanaan Jembatan Penyebrangan Orang 1995
ii. Jembatan Penyeberangan yang melintas diatas jalan raya:
i) Tangga dan kepala jembatan diletakkan di luar jalur trotoar
ii) Pilar tengah diletakkan di tengah median
iii. Lebar jembatan ditetapkan sebagai berikut:
a. Lebar minimum jalur pejalan kaki dan tangga adalah 2,00 m
Asry NH., Ranggadani., Kajian Umum Pembangunan..... 10
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
b. Pada kedua sisi jalur pejalan kaki dan tangga harus dipasang sandaran
yang mempunyai ukuran sesuai ketentuan yang berlaku
c. Pada jembatan penyeberangan pejalan kaki yang melintas diatas jalan,
sepanjang bagian bawah sisi luar sandaran dapat dipasang elemen yang
berfungsi untuk menanam tanaman hias yang bentuk dan dimensinya
harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku
d. Membuat desain gambar rencana jembatan penyeberangan orang.
Asry NH., Ranggadani., Kajian Umum Pembangunan..... 11
Download