3.2. g. gede, jawa barat - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana

advertisement
3.2. G. GEDE, JAWA BARAT
KETERANGAN UMUM
Nama Lain
: Gedeh, Ageung, atau Agung
Nama Kawah
: Gumuruh, Gedeh, Sela, Ratu, Lanang, Wadon dan Baru
yang
terletak
pada
daerah
puncak
yang
membentuk
kelurusan sepanjang 1000 m yang memanjang dari arah
utara-baratlaut. Kawah Gede terletak disisi bagian baratlaut
kawah Gumuruh, sementara
Kawah Ratu dan Kawah
Lanang berada di selatan kawah Gede. Kawah Wadon
merupakan daerah fumarola yang berlokasi dekat pematang
utara Gede yang menghilang.
Lokasi
a. Geografi Puncak
: Geografis : 6°47' LS dan 106°59' BT .
b. Administratif
: Sebagian termasuk wilayah Cipanas, Kab. Cianjur dan
sebagian
termasuk
wilayah
Kab.
Sukabumi, Jawa Barat.
Ketinggian
: 2598 m dpl.
Kota Terdekat
: Ciloto dan Cipanas Kabupaten Cianjur
Tipe Gunungapi
: Strato Type A
Pos Pengamatan
a. Administratif
: Desa Ciloto, Kec. Cipanas, Kab. Cianjur
b. Geografis
: 6°42'52,08" LS dan 106°59'50,52" BT
Bogor
serta
Kab.
Tabel Nama-nama Kawah G.Gede
Tepi
Kawah
Dasar
Kawah
Nama Kawah
Ukuran
(meter)
Ketinggian
(meter)
Ukuran
(meter)
Ketinggian
(meter)
Gumuruh
Gede
Sela
Kawahratu
Kawahlanang
Kawahwadon
Kawahbaru
1600
1000
750
300
230 x 170
140 x 80
2927
2958
2709
2800 - 2750
2800 - 2770
2600 - 2525
100 x 50
140 x 402
-
2724
2680
2740
-
PENDAHULUAN
Cara Mencapai Puncak
Menurut Kusumadinata K. dan Hamidi S. (1979), Jalan yang biasa digunakan untuk
mencapai kawah atau Puncak G. Gede adalah dari Cibodas, Cimacan dan Selabintana
(Sukabumi).
Pendakian dari Cibodas:
Melalui jalan beraspal, dapat menggunakan kendaraan bermotor dari Cimacan melalui
Rarahan sampai ke Kebun Raya Cibodas (1425 m dml). Perjalanan dilanjutkan melalui jalan kuda
yang menurun landai memotong Ciwalen, kemudian mendaki sampai Panyangcangankuda, di
pertigaan pada ketinggian 1628 m dml. Dari sini dapat dikunjungi air terjun Dendeng, Cikundul dan
Ciwalen yang melewati dinding lava, air terjun mempunyai ketinggian antara 40 – 50 m. Dari
pertigaan tersebut, perjalanan dilanjutkan sampai ketinggian 2150 m dml, disini dijumpai air terjun
lainnya dengan kepulan awan uap air yang berasal dari mata air panas (Cipanas) dengan suhu
antara 48 – 50oC yang keluar dari antara bongkah-bongkah lava. Perjalanan dilanjutkan sampai
Lebaksaat dan disini dapat dilihat bongkah-bongkah lava berwarna putih kekuning-kuningan akibat
asap fumarola. Lebaksaat merupakan daerah yang baik untuk berkemah untuk orang yang akan
mengunjungi Kawahlanang, meskipun namanya Lebaksaat (lembah tanpa air) namun di daerah ini
mengalir air bening yang cukup deras. Dari Lebaksaat perjalanan dilanjutkan melalui jalan yang
mendaki dan lebih terjal dari sebelumnya, sampai di Kandangbadak (2393 m dml). Dari
Kandangbadak mendaki sekitar 350 meter sampai ke Kawah Ratu. Kawah Lanang dapat dicapai
dari Lebaksaat. Dari Kandang Badak di lanjutkan sampai puncak G. Gede (2958 m dml)
Pendakian dari Selabintana (Sukabumi):
Perjalanan melalui rute ini lebih berat, perjalanan melalui perkebunan teh “Goalpara” dan
hutan rimba, sebagian mendaki terjal, berkelok-kelok dan berbatu sepanjang salah satu
punggungan selatan, hingga dicapai pematang lingkaran luar dari G. Gede dengan G. Gumuruh
(2929 m). Dari sini turun 200 m ke Alun-alun, daerah berupa dataran dan baik untuk perkemahan.
Dari Alun-alun dapat mendaki ke puncak melalui jalan yang agak terjal sampai ke ketinggian
2958,3 m dml.
Pendakian dari tempat lain:
Selain dari Cibodas dan Selabintana, pendakian ke puncak G. Gede dapat dilakukan dari
Pacet, hotel Warnasari (Sukabumi), Bedogol (Stehn, 1930). Perlu diingat bahwa kecelakaan sering
terjadi menimpa para pendaki yang melalui rute ini.
Peta jalur pendakian G. Gede
Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi
Sampai saat ini belum ada data inventarisasi sumberdaya G. Gede yang rinci. Di
lereng-lereng Gunung Gede ditemukan beberapa sumber mata air panas dan air terjun,
hal ini merupakan daya tarik untuk geowisata serta penambangan pasir dan batu.
Wisata
Gunung
Gede
maupun
kawasan
Taman Nasional Gede
Pangrango
juga
merupakan objek wisata alam yang menarik dan banyak dikunjungi oleh wisatawan baik
domestik maupun internasional.
Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi :
1.
Telaga Biru. Danau kecil berukuran lima hektar (1.575 meter dpl.) terletak 1,5 km dari
pintu masuk Cibodas. Danau ini selalu tampak biru diterpa sinar matahari, karena
ditutupi oleh ganggang biru.
2.
Air terjun Cibeureum. Air terjun yang mempunyai ketinggian sekitar 50 meter terletak
sekitar 2,8 km dari Cibodas. Di sekitar air terjun tersebut dapat melihat sejenis lumut
merah yang endemik di Jawa Barat.
3.
Air Panas. Terletak sekitar 5,3 km dari Cibodas.
4.
Kandang Batu dan Kandang Badak. Untuk kegiatan berkemah dan pengamatan
tumbuhan/satwa. Berada pada ketinggian 2.220 m. dpl dengan jarak 7,8 km dari
Cibodas.
5.
Puncak dan Kawah Gunung Gede. Panorama berupa pemandangan matahari
terbenam/terbit, hamparan kota Cianjur-Sukabumi-Bogor terlihat dengan jelas,
atraksi geologi yang menarik dan pengamatan tumbuhan khas sekitar kawah. Di
puncak ini terdapat tiga kawah yang masih aktif dalam satu kompleks, yaitu kawah
Lanang, Ratu dan Wadon. Berada pada ketinggian 2.958 m. dpl dengan jarak 9,7 km
dari Cibodas.
6.
Alun-alun Suryakencana. Dataran seluas 50 hektar yang ditutupi hamparan bunga
edelweiss. Berada pada ketinggian 2.750 m. dpl dengan jarak 11,8 km.
SEJARAH LETUSAN
Sejarah erupsi G. Gede telah dibahas oleh Junghun (1843) dan Taverne (1926)
dalam Kusumadinata K. dan Hamidi S. (1979), diterangkan bahwa erupsi G. Gede pada
umumnya kecil dan singkat, kecuali yang terjadi pada tahun 1747 – 1748 yang
mengeluarkan aliran lava dari Kawahlarang. Pada tabel 2 disajikan sejumlah catatan
singkat mengenai erupsi yang telah terjadi di Gunung Gede.
Periode erupsi yang terpendek kurang dari satu tahun (pada tahun 1899 terjadi
beberapa kali erupsi) dan yang terpanjang 71 tahun.
Tabel Sejarah Letusan Gunung Gede
Tahun erupsi
Keterangan
1747-1748
1761
1832
1840
1843
1845
1847
1848
1852
1853
1866
1870
1885
1886
1887
1888-18891891
1899
1900
1909
1946
1947
1948
Selama perioda ini terjadi erupsi hebat dan menghancurkan (Junghun, 1854).
Erupsi kecil yang menghasilkan hanya sedikit abu (Junghun, 1854)
Pada 29 Agustus, awan asap raksasa mengepul dari kawah, dapat dilihat dari Bogor
dan menyebabkan hujan abu deras pada jam 11.00 – 12.00, sangat halus dan
berwarna kehitam-hitaman dan berhembus ke arah Jakarta (Betawi)
Terjadi beberapa kali erupsi besar (Hasskarl, Junghun, 1854).
Pada 12 Nopember jam 03.00 malam tiba-tiba terjadi erupsi hebat, disertai oleh suara
gemuruh dan goncangan tanah hebat, semburan api setinggi lebih k urang 50 m diatas
kawah. Sejumlah besar batu membara dilontarkan dari kawah dan sebuah tiang asap
hitam naik tinggi ke udara, abu menghujani daerah Bogor.
Pada 14 Nopember, abunya ditiup angin sejauh lebih kurang 20 km.
Pada 22 Nopember, jam 01.00, bumi berguncang dan terdengar surara keras selama
asap dan bongkah puing lava dimuntahkan, keesokan harinya puncak gunung
seakan-akan seluruhnya menyala, bagaikan lapangan alang-alang yang terbakar.
Erupsi paroksisma terjadi pada 1 Desember. Jam 06.00 pagi terdengar suara
bagaikan guntur, tiang api mencapai lebih kurang 200 m diatas tepi kawah, awan
asapnya mencapai ketinggian lebih kurang 2000 m diatas puncak gunung.
3 Desember, jam 06.00 sore dan kemudian 11 Desember jam 02.00 erupsi serupa ini
terjadi lagi, yang terakhir disusul dengan hujan abu.
Pada 28 Juli, jam 23.30 hujan abu tipis.
Pada 23 Januari, jam 10.30, tampak sebuah tiang asap naik dari kawah, disertai
suara bergemuruh. Hal serupa terulang pada 5 Maret jam 22.30.
Malam hari 17 – 18 Oktober hujan abu tipis jatuh di Bogor.
8 mei, di pagi hari tiba-tiba muncul tiang asap tebal di Kawah Gede.
28 Mei, sejumlah besar batu berdiameter 2 hingga 12 kaki dan abu dilontarkan.
14 Maret antara jam 07.00 – 09.00 tiang awan membungbung
18 September terjadi hujan abu
29 Agustus – 30 September, bara api, uap asap sangat tebal.
3 Oktober pada jam 09.45 terdengar ledakan kuat.
Suara gemuruh dalam Januari dan Pebruari.
10 Juni – 16 Agustus terjadi ledakan dan dentuman, hujan abu.
22 Oktober
Tanggal tidak diketahui
1 – 14 Mei suara gemuruh, sinar api diwaktu malam
Suara bergemuruh
2 Mei, hujan abu dan suara bergemuruh.
Menurut Taverne (1926), semuanya sama sekali tidak berarti dan hanya terbatas
pada hujan abu yang tipis yang hanya berlangsung 1 atau 2 hari. Neumann van
Padang (1951, p.72 – 74) mencantumkan bahwa erupsi ini adalah esplosi normal
yang terjadi di kawah pusat.
19 – 20 Desember, tampak asap membumbung dari Kawah Ratu
2 September, erupsi kecil dari kawah Ratu
27 September, terjadi hujan abu tipis. Pada jam 09.00 dan 09.30 awan erupsi setinggi
lebih kurang 500 m.
17 Oktober; pada 20.30, 20.40 dan 21.00 erupsi pendek.
1 Nopember, pada 13.40 erupsi pendek.
15 Nopember, pada jam 12.15 erupsi pendek.
28 November, pada jam 11.25 erupsi selama 2 – 3 menit.
30 Nopember, pada jam 21.27 erupsi selama 3 menit.
8 Januari, pada jam 00.20 erupsi selama 3 menit dan semburan pasir dan lapili.
11 Januari, pada jam 21.50 erupsi selama 20 detik.
17 Januari, pada jam 15.45 terjadi erupsi pendek.
22 Januari, pada jam 00.45 dan 01.00 terjadi erupsi pendek.
25 Januari, pada jam 07.30 dan 07.32 terjadi erupsi selama 3 menit (Berlage, 1948).
28 Januari, pada jam 04.23 erupsi.
12 Nopember, pada jam 11.28 terjadi erupsi dengan awan abu lebih kurang setinggi
5000 m.
16 Nopember, pada jam 06.45 terjadi erupsi abu kelabu.
20 Nopember, pada jam 03.45 terjadi erupsi.
23 Nopember, pada jam 07.00 tampak 3 erupsi dengan awan erupsi sampai 2500 m
tingginya (Adnawidjaja, 1948).
1949
17 Januari dan 5 Pebruari, erupsi kecil dari kawahpusat (Neumann van Padang,
1951).
21 Juli (Djatikoesoemo, 1955).
2 Agustus, pada jam 00.20 Asap tebal hitam pekat tampak menyembur setinggi 300 –
400 m (Djajawinangun, 1955).
28 April, pada jam 07.00, tampak awan abu tebal berwarna hitam disertai dengan
sinar, berlangsung setengah jam (Hadikusumo, 1957).
13 Maret, pada jam 1914 – 19.16 erupsi disertai suara gemuruh, tinggi awan erupsi
lebih kurang 3 km diatas kawah (Hadikusumo, 1957).
Menurut Hamidi (1972, p.3) dalam bulan Juli Kawah Lanang mengeluarkan asap putih
yang agak tebal berbau belerang bersuara mendesis. Lokasi tempat tembusan ini
telah bergeser lebih kurang 10 meter. Di Kawahratu tembusan fumarola terdapat di
tebing sebelah utara, asapnya berwarna putih dengan tekanan lemah. Dasar
kawahnya tertutup lumpur. Di Kawawadon, tembusan fumarola terdapat di sudut
sebelah tenggara, berbau belerang berwarna putih tipis dengan tekanan rendah.
Tidak ada perubahan kawah yang menyolok.
1955
1956
1957
1972
Aktivitas G. Gede telah diamati sejak 1985 dan selama diamati, telah terjadi
beberapa kali peningkatan aktivitas terutama aktivitas kegempaannya. Peningkatan terjadi
diantaranya tahun 1997 dan tahun 2000.
Karakter Letusan
Erupsi-erupsi G. Gede pada umumnya berupa erupsi kecil dan berlangsung
singkat. dan sifat erupsi pada umumnya hanya mengeluarkan abu atau pasir halus.
Erupsi pada 1747 – 1748 diduga terjadi 2 buah aliran lava dari Kawah Lanang. Pada
tahun 1890 diduga terjadi awanpanas namun tidak ada laporan mengenai korban jiwa
akibat erupsi G. Gede.
GEOLOGI
Gunung Gede merupakan gunungapi strato. Lereng-lereng gunungnya berkembang
bebas kearah selatan dan tenggara. Pada bagian barat dan utara, gunung ini dibatasi oleh
Gunung Pangrango yang membentuk gunungapi kembar dengan G. Gede. Pada arah
yang lain, gunungapi ini dibatasi oleh komplek gunungapi tua. Lereng bagian selatan lebih
terjal dibandingkan dengan lereng lainnya, memperlihatkan topografi yang kasar dan
irisan-irisan erosi yang dalam. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya perpindahan
aktifitas vulkanik kearah utara, kearah endapan muda.
Daerah G. Gede dan sekitarnya dapat dibagi kedalam beberapa satuan morfologi, yaitu:
Bentuk asal vulkanik (sisa-sisa kawah/amblasan dan irisan lereng pada endapan vulkanik),
bentuk-bentuk asal denudasi vulkanik (G. Joglo dan Telaga), bentuk-bentuk asal denudasi (G.
Kencana), dan bentuk-bentuk asal struktur (punggungan lava).
Bentuk setengah lingkaran mencirikan sisa kawah, yang terbuka ke arah baratlaut
dan mempunyai dinding yang sangat terjal. Bagian atas dari kawah adalah paling terjal
dengan tinggi 50-200 m dan diameter 1600 m. Kawah dibentuk oleh perselingan dari lava
teralterasi dan piroklastik. Kawah aktif G. Gede dicirikan oleh bentuk tapal-kuda yang
membuka ke arah utara. Dinding yang sangat terjal mempunyai tinggi dan diameter
masing-masing 200 m dan 1000 m. Ada 5 buah kawah muda yang berada dalam dasar
kawah Gede, G. Joglo dan G. Telaga mempunyai bentuk kerucut yang sudah tererosi kuat
dengan punggungan yang tajam. Breksiasi berasosiasi dengan erosi yang dalam dan
gawir-gawir mungkin disebabkan oleh sesar. G. Joglo dan G. Telaga berada dibagian
utara dari G. Gede, dibentuk oleh aliran debris vulkanik tua.
G. Kencana dibentuk oleh
lava yang sudah lapuk. Punggungan lava dicirikan oleh punggungan yang memanjang
dengan gawir sepanjang sisi-sisi punggungan dan terletak pada bagian lebih ke utara dari
G. Gede.
Perkembangan dan perpindahan dari kawah dicirikan oleh adanya saling perpotongan
antara satu kawah dengan kawah yang lainnya. Ada 7 kawah yang berada di daerah puncak,
yaitu:
Kawah Gumuruh; merupakan kawah terbesar dan tertua, dengan diameter 1600 m,
kawah ini mempunyai bentuk kawah tapal-kuda yang membuka kearah baratlaut dengan
dinding kawah yang sangat terjal mempunyai tinggi sekitar 200 m dan dasar kawah datar
yang sempit.
Kawah Gede, terletak di dalam kawah Gumuruh dengan diameter 1000 m, dinding
yang terjal mempunyai tinggi 200 m, kawahnya membuka ke arah utara.
Kawah Sela, terletak dibagian utara sisi kawah kawah Gede dengan diameter 750 m. Sisi
kawah tidak terlihat karena erupsi yang lebih muda.
Kawah Ratu, mempunyai diameter 300 m dan dinding yang curam, berlokasi di
dalam Kawah Gede. Kawah Lanang, merupakan kawah aktif dengan ukuran 230 x 170 m
dan dinding kawahnya sangat terjal. Kawah Baru, terletak didalam Kawah Gede. Kawah
Wadon, terletak di bagian utara kawah Gede dengan ukuran 149 x 80 m, dicirikan oleh
adanya lapangan solfatara dan fumarola. Pada saat ini kawah yang paling aktif adalah
Kawah Lanang dan Kawah Wadon.
Geologi komplek Gunung Gede dibagi kedalam tiga perioda kegiatan: G. Masigit
Pangrango, G. Gumuruh (G. Gede tua) and G. Gede muda. Batuan dasar dari komplek ini
dan daerah sekitarnya adalah batuan sedimen yang berumur tertier, hasil endapan
vulkanik dari G. Gede muda adalah lava, piroklastika aliran, piroklastika jatuhan, longsoran
vulkanik dan endapan lahar. Posisi dari G. Gede muda yang tumbuh diantara dua pusat
erupsi pada bagian tenggara dan baratdaya (G. Gumuruh dan G. Masigit - Pangrango)
menyebabkan penyebaran dari sebagian besar hasil erupsi menyebar ke arah timurlaut
dan hanya sebagian kecil kearah baratdaya.
Gambar Peta geologi G.Gede
Material hasil kegiatan G. Gede Tua (kelompok G. Gumuruh – Sukaratu (?), dapat
diamati dilereng timur daerah Cianjur berupa sebaran 777 bukit. Sebaran 777 bukit ini
diduga akibat erupsi hebat disertai longsoran dinding dan kemudian diendapkan berupa
bukit-bukit kecil. Peristiwa ini seperti yang terjadi di G. Galunggung (ten thousand hills, van
Bemmelen – 1949).
Pembentukan tubuh G. Gede Tua (setelah peristiwa diatas) berupa aliran lava,
dapat diamati pada lereng yang cukup tinggi seperti Pr. Culamega (timur, 1652 m dml), Pr.
Gombongpapag (selatan, 1785 m dml) dan Curug Cibeureum (utara, 1650 m dml). Aliran
lahar tua ke arah selatan menutupi daerah Sukabumi selatan dan mencapai lembah S.
Cimandiri, sedangkan ke arah timur mencapai lembah Citarum.
Komposisi lava G. Gede berupa andesite hypersten augite vitrofirik sampai
andesite augite hypersten. Sejumlah batuan berkomposisi basalt ditemukan pada lereng
utara G. Pangrango. G. Gede menghasilkan aliran lava andesitik dari sumber magma
primer tholeitik pada kedalaman zona Benioff 120 - 125 km.
GEOFISIKA
Aktivitas kegempaan (kegempaan) G. Gede diamati dari pos pengamatan
gunungapi secara terus menerus dengan menggunakan seismograf analog PS-2
Kinemetrik, lokasi seismometer berada di lereng barat-laut, berjarak 4 km dari puncak,
secara geografis terletak pada: 6°45'36,72„„ LS dan 107°00‟19,44„' BT pada ketinggian
1694 m dpl.
Selain secara permanen, pemantauan aktivitas kegempaan dilakukan pula secara
temporer dengan tujuan untuk
mengetahui
secara
pasti hiposenter gempa dan
mekanismenya. Menurut Suantika dkk. (1997), Hiposenter gempa terkonsentrasi antara
puncak gunung Gede dan gunung Pangrango, merupakan kelurusan struktur sesar.
Kedalaman gempa kira-kira antara 1 – 5 km dari puncak. Ini menggambarkan bahwa
kegempaan berasal dari gerakan sesar normal dengan arah bidang sesar NE – SW dan
kemiringannya sekitar 80°.
20
15
10
5
0
01/01/08
15/01/08
29/01/08
12/02/08
26/02/08
11/03/08
25/03/08
08/04/08
22/04/08
06/05/08
20/05/08
03/06/08
17/06/08
01/07/08
15/07/08
29/07/08
12/08/08
26/08/08
09/09/08
23/09/08
07/10/08
21/10/08
04/11/08
18/11/08
02/12/08
16/12/08
30/12/08
Jumlah Gempa
Grafik Harian Gempa VA G. Gede 2008
Tanggal
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
01/01/08
15/01/08
29/01/08
12/02/08
26/02/08
11/03/08
25/03/08
08/04/08
22/04/08
06/05/08
20/05/08
03/06/08
17/06/08
01/07/08
15/07/08
29/07/08
12/08/08
26/08/08
09/09/08
23/09/08
07/10/08
21/10/08
04/11/08
18/11/08
02/12/08
16/12/08
30/12/08
Jumlah Gempa
Grafik Harian Gempa TL G. Gede 2008
Tanggal
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
01/01/08
15/01/08
29/01/08
12/02/08
26/02/08
11/03/08
25/03/08
08/04/08
22/04/08
06/05/08
20/05/08
03/06/08
17/06/08
01/07/08
15/07/08
29/07/08
12/08/08
26/08/08
09/09/08
23/09/08
07/10/08
21/10/08
04/11/08
18/11/08
02/12/08
16/12/08
30/12/08
Jumlah Gempa
Grafik Harian Gempa TJ G. Gede 2008
Tanggal
Grafik Jumlah Gempa Harian G. Gede.
Selain pengamatan kegempaan, metoda penyelidikan geofisika lain yang telah
dilakukan di Gunung Gede, yaitu metoda gaya berat. Hasil penyelidikan gaya berat
(Tatang Yohana dkk., 1992) memperlihatkan, bahwa berdasarkan peta anomali regional,
peta anomali bouguer, peta anomali residual (sisa), disimpulkan bahwa terlihat adanya
kecenderungan arah struktur yang berarah baratdaya – timurlaut, massa jenis batuan ke
arah puncak semakin kecil dan dari peta residual pola struktur terlihat jelas berarah barat
– timur.
DEFORMASI
Pengukuran deformasi di G. Gede sebelumnya sudah dilakukan yaitu tahun 2005
dan pengukuran saat ini dilakukan pada titik ukur yang sama. Metoda yang dipakai adalah
metoda pengukuran jarak untuk mengetahui gambaran proses deformasi di permukaan
pada arah horisontal. Pengukuran jarak dilakukan menggunakan Total Station 1202 Series
dengan titik ukur DG-11 di Desa Coolibah sebagai titik tembak (reference). Titik yang
diukur jaraknya dari DG-11 adalah titik ukur DG-10 di Desa Ciloto dan DG-12 di G. Putri.
Tabel Hasil pengukuran jarak tahun 2006 dan 2008
DG 11 – DG 10
Juni 2006
Februari 2008
1943,235 m
1946,611 m
DG 11 – DG 12
Juni 2006
Februari 2008
3940,158 m
3949,631 m
Gambar Lokasi titik ukur deformasi menggunakan metode EDM
GEOKIMIA
Kimia Batuan
Sebanyak 15 contoh batuan G. Gede telah diambil secara sistematis dengan
memperhatikan sebaran vertikal maupun horizontal. Nomor contoh, lokasi dan satuan
batuan seperti pada tabel-3.
Batuan G. Gede mempunyai kandungan silika (SiO2) dengan kisaran antara 52,70
– 56,25 %, kandungan K 2O rendah antara 0,96 – 1,86 %, nilai total alkali 3,91 – 5,00 %
(tabel 5). 14 contoh batuan G. Gede termasuk kedalam seri Kalk-Alkali dengan K sedang
dan 1 contoh (G-07) termasuk kedalam seri Kalk Alkali dengan K-tinggi.
Tabel Daftar contoh batuan G. Gede untuk analisa petrokimia
No & Lokasi contoh batuan
Kawah Ratu (G12)
Satuan Batuan
Jatuhan piroklastik
Kawah Ratu
Umur
Holosen
Air terjun Cibeureum (G09)
Kebun raya Cibodas (G05)
Kawah Ratu (G10)
Kawah Leutik (G8)
Mata air panas (G14)
Air terjun Cibeureum (Puncak) (G15)
Kawah Leutik (G11)
Lava Cibodas
Lava Cibodas
Lava Cibodas
Lava Gede
Lava Gede
Lava Gede
Jatuhan piroklastik G. Gede
Persimpangan jalan menuju kawah
dan puncak (G13)
Pinggiran jalan raya ke Loji (G01)
Lereng G. Pangrango (G04)
Jatuhan Pirpklastik G. Gede
Jalan raya Cipanas - Cianjur (G06)
Pasir Cinerus (G03)
Sungai Cibeureum
Purbawati (Sukabumi) (G07)
Kandang-kuda (G02)
Aliran Piroklastik Cigombong
Aliran Lava Pasirpogor
Aliran piroklastik
Lebak Cipelang
Guguran Volkanik Cianjur
Aliran piroklastik Cikundul
Guguran Vulkanik Ciherang
Tabel Data hasil analisa kimia dan mineral normatif dari 15 contoh batuan
Unsur
SiO2
Al2O
Fe 2O
CaO
MgO
Na 2O
K2O
MnO
TiO2
P2O5
H2O
HO
Jumlah
Ap
Il
Mt
Di
Hy
Qt
Zr
Or
An
Ab
Cr
G-01
53,98
17,97
8,71
8,92
3,76
2,83
1,24
0,17
0,83
0,33
0,51
0,62
99,87
0,70
1,16
1,02
7,69
17,39
4,86
0,46
7,47
33,21
25,91
-
Unsur
SiO2
Al 2O
Fe 2O
CaO
MgO
Na 2O
K2O
MnO
TiO2
P2O5
H2O
HO
Jumlah
Ap
Il
Mt
Di
Hy
G-02
52,70
17,76
9,89
9,53
3,06
3,44
1,10
0,20
1,03
0,47
0,45
0,30
99,90
1,00
1,46
1,16
11,74
14,66
1,31
0,41
6,61
30,27
31,40
-
G-09
55,34
17,51
8,63
8,63
2,92
3,46
1,64
0,14
0,86
0,25
0,41
0,16
99,95
0,53
1,21
1,00
11,93
12,53
G-03
54,43
18,19
9,95
8,96
2,19
3,04
1,49
0,12
0,60
0,30
0,46
0,17
99,90
0,64
0,85
1,16
8,90
14,29
4,65
0,42
8,98
32,24
27,86
-
G-10
54,97
17,78
8,63
7,67
3,45
3,21
1,59
0,14
1,19
0,42
0,26
0,53
99,88
0,87
1,65
0,99
13,35
12,57
G-04
52,86
17,41
9,98
9,36
3,85
3,06
0,85
0,17
1,27
0,42
0,37
0,38
99,98
0,89
1,80
1,17
10,13
17,45
3,31
0,34
5,11
31,83
27,97
-
G-11
53,63
17,48
8,67
8,76
3,87
2,95
0,98
0,15
1,07
0,51
0,56
1,11
99,90
1,09
1,53
1,02
7,92
17,22
G-05
54,90
18,23
8,61
8,72
2,18
2,98
1,64
0,15
0,94
0,31
0,27
0,95
99,88
0,67
1,34
1,02
7,97
12,59
6,40
0,25
9,94
32,36
27,46
-
G-12
54,74
17,69
8,63
8,83
3,55
2,96
1,49
0,15
1,10
0,29
0,44
0,72
99,86
0,62
1,56
0,94
9,24
14,55
G-06
53,35
18,33
9,65
8,20
2,22
3,16
1,28
0,13
0,83
0,35
1,55
0,84
99,89
0,76
1,19
1,14
5,31
15,68
4,37
1,41
7,81
33,03
29,31
-
G-13
53,95
17,78
8,97
8,92
3,93
2,95
0,96
0,17
0,91
0,37
0,49
0,47
99,87
0,79
1,29
1,05
7,66
18,09
Pleistosen
G. Gede (Zaennudin dkk., 1993).
G-07
52,96
17,98
8,96
8,83
3,73
2,80
1,86
0,17
0,96
0,31
0,39
0,92
99,89
0,72
1,49
1,51
23,28
18,27
0,35
12,25
1,06
28,02
13,40
G-14
55,90
17,43
8,31
8,11
3,07
3,25
1,45
0,14
1,02
0,36
0,52
0,29
99,89
0,77
1,44
0,97
7,57
14,62
G-08
53,78
17,99
9,03
9,11
3,89
2,90
1,37
0,17
0,24
0,36
0,19
0,15
99,98
0,76
1,32
1,05
9,16
17,13
3,48
0,17
8,19
32,40
26,34
-
G-15
56,25
17,73
7,49
8,86
2,98
3,23
1,46
0,14
0,63
0,29
0,45
0,36
99,87
0,61
0,89
0,67
10,14
12,51
Qt
Zr
Or
An
Ab
Cr
3,58
0,37
9,78
27,68
31,37
-
2,86
0,56
9,33
29,20
28,62
-
5,30
0,51
5,93
32,34
27,14
-
5,46
0,40
8,97
31,17
27,08
-
4,88
0,45
5,78
33,04
26,98
-
6,52
0,47
8,95
29,04
29,66
-
6,42
0,41
8,75
29,99
29,41
-
Kimia Air
Air panas G. Gede mempunyai pH 6,59 dan konsentrasi Cl- yang tinggi ditafsirkan bahwa
Cl- berasal dari gas HCl yang konsentrasinya tinggi dan diasosiasikan dengan adanya aktivitas
vulkanik (tabel 6). Juga tingginya konsentrasi sulfat diakibatkan oleh adanya reaksi antara SO 2
dengan oksigen dan air panas yang menghasilkan ion-ion sulfat.
Suhu bawah permukaan dapat diduga dengan menggunakan geothermometer SiO 2 dan Na/K,
masing-masing adalah 237,51 dan 237,15oC. Jenis airnya termasuk khlorida-sulfat.
Tabel Data analisa kimia air panas G. Gede (Zaennudin dkk., 1993).
Unsur-unsur
Fisika:
1. Suhu
2. Warna
3. Bau
4. Rasa
5. Kekeruhan
II. Kimia
6. pH
7. Kesadahan
8. Konduktivitas
+
9. Na
+
10. K
+
11. Li
++
12. Ca
++
13. Mg
+++
14. Fe
++
15. Mn
16. As+++
17. SiO2
18. Boron
19. Cl
-20. SO4
21. HCO3
22. F23. NH3
24. NO2
Keterangan
o
52 C
Tidak berwarna
Tidak berbau
Tidak berasa
Jernih
6,59
900,00
137,25 ppm
32,34 ppm
3,04 ppm
222,26 ppm
69,96 ppm
0
0
0,10 ppm
159,09 ppm
5,45 ppm
489,98 ppm
462,73 ppm
10,46 ppm
0,30 ppm
2,00 ppm
0
MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI
Pemantauan aktivitas G. Gede dilakukan dengan cara Visual dan kegempaan
(seismik) secara terus menerus selama 24 jam di Pos PGA Gede. Usaha mitigasi untuk
mengantisipasi kemungkinan erupsi pada waktu yang akan datang selain pemantauan
secara visual juga dilakukan pemantauan secara instrumental selain itu juga dengan
membuat Peta Kawasan Rawan Bencana.
Visual
Pemantauan secara visual meliputi pengukuran suhu, ketinggian asap, warna asap,
arah tiupan angin dan pH diamati dari Pos Pengamatan G. Gede di Desa Ciloto.
Pemeriksaan kawah dan pengukuran suhu solfatara/fumarola dilakukan secara secara temporer.
Hasil pemeriksaan kawah dan pengukuran suhu solfatara/fumarola G. Gede pada tahun 2008
adalah sebagai berikut:
Tabel Hasil Pengkuran Suhu Kawah G. Gede 2008
Kawah
Leutik
Lanang
Wadon
Ratu
o
Suhu ( C)
93
71 - 159
64 - 70
Ket / Tinggi Asap(m)
5 - 10
Tidak ada aktifitas
100 - 150
50 - 75
Seismik
Sejak 1985 Aktivitas kegempaan (seismik) G. Gede diamati secara perm anen dengan
menggunakan satu stasiun seismometer yang terletak di Gunung Putri yang berjarak 4 km dari
puncak pada posisi 06°45‟36,71‟‟ LS dan 107°00‟19,44‟‟ BT pada ketinggian 1694m dpl. Data
dipancarkan melalui gelombang radio dan direkam di Pos Pengamatan Gunungapi G. Gede di
Desa Ciloto dengan seismograf tipe PS-2 Kinemetriks.
KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI
Sejak erupsi terakhir pada 1954 hingga kini (2006) Gunungapi Gede dalam
keadaan istirahat, kecuali beberapa kali terjadi peningkatan kegempaan.
Di daerah Cianjur terdapat banyak bukit hasil guguran puing vulkanik (volcanic
debris avalanche) seperti di Gunungapi Galunggung yang terkenal dengan nama
perbukitan sepuluh ribu. Jika pada waktu yang akan datang terjadi hal serupa, maka
kemungkinan akan menjadi bencana besar bagi penduduk yang bermukim di lereng dan
kaki Gunung Gede.
Berdasarkan sejarah kegiatannya, sifat erupsi, komposisi kimia dan frekwensi
erupsinya yang tergolong jarang, kawasan rawan bencana G. Gede dapat dibagi tiga
tingkatan yaitu Kawasan Rawan Bencana III, Kawasan Rawan Bencana II dan Kawasan
Rawan Bencana I.
Kawasan Rawan Bencana III
Berdasarkan morfologi kawasan puncak dan lokasi titik kegiatan saat ini, Kawasan
Rawan Bencana III meliputi daerah kawah pusat Gunung Gede dan kaldera Gumuruh di
sebelah tenggara. Kawasan ini sangat berpotensi terlanda :
a. aliran massa: awan panas dan surge, serta aliran lava.
b. Lontaran seperti: jatuhan piroklastik lebat dan lontaran batu (pijar).
c. Gas gunungapi beracun.
Kawasan Rawan Bencana II
Kawasan Rawan Bencana II adalah kawasan yang berpotensi terlanda:
a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa awan panas, aliran lava,
kemungkinan guguran puing vulkanik (volcanic debris avalanches), gas beracun dan
aliran lahar, biasanya mengikuti morfologi lebih rendah di sekitar puncak.
b. Kawasan rawan bencana terhadap material lontaran dan jatuhan seperti lontaran batu
(pijar), hujan abu lebat. Batas sebaran hujan abu lebat dalam radius 5 km dari kawah
pusat
Kawasan Rawan Bencana I
Kawasan Rawan Bencana I terdiri atas dua bagian yaitu, yaitu:
a. Aliran massa: berupa lahar, biasanya pada sungai yang memiliki hulu di puncak.
b. Lontaran, seperti: jatuhan piroklastik berbutir relatif halus (hujan abu) dan kemungkinan
lontaran batu (panas). Sebaran abu dan lontaran batu ukuran kerikil mencapai jarak 8
km dari pusat erupsi
Peta Kawasan Rawan Bencana G. Gede
Demografi
Penduduk yang bertempat tinggal disekitar G. Gede cukup padat, pada. Seperti
gunungapi lainnya Gunung Gede merupakan lahan yang subur untuk pertanian, oleh
karena itu sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani : 70% petani, 20 %
pedagang dan 10 % lain-lain. Perkembangan pemukiman dari tipe sederhana hingga
real estate dan villa serta hotel-hotel berbintang berkembang cukup pesat hingga jarak
6 km dari puncak Gunungapi Gede. Disamping itu, aset-aset penting seperti Taman
Nasional
Cibodas
yang
merupakan
tujuan
wisata,
Perkebunan
dan
Istana
Peristirahatan Presiden juga terdapat di wilayah lereng dan kaki Gunung Gede.
Dari data geologi diketahui bahwa produk erupsi Gunungapi Gede pada masa
lalu menghasilkan awan panas yang sebarannya cukup jauh hingga ke daerah Cipanas
wilayah Kabupaten Cianjur yang saat ini cukup padat dengan pemukiman.
Tabel Jumlah Luas dan Jumlah Peduduk Kabupaten Cianjur
Kecamatan
Luas (Km²)
Jumlah Penduduk
Kepadatan
Agrabinta
284,77
66.883
235
Sidangbarang
167,95
45.828
273
Cidaun
279,44
56.376
202
Naringgul
243,77
41.381
170
Cibinong
243,53
53.674
220
Cikadu
172,89
31.229
181
Tanggeung
120,62
57.584
477
Kadupandak
147,76
76.247
516
Pagelaran
229,08
81.865
357
Sukanagara
164,84
43.47
264
Tokakak
135,56
47.285
349
Campaka
142,63
62.292
437
59,95
22.161
370
130,90
106.234
812
Warungkondang
92,72
101.94
1.099
Cilaku
55,26
81.108
1.468
Sukaluyu
45,25
61.857
1.367
123,52
95.278
771
Ciranjang
37,52
78.526
2.093
Mande
73,33
58.929
804
Karangtengah
45,82
122.413
2.672
Campakamulya
Cibeber
Bojongpicung
17
Cianjur
Cikalongkulon
Total
24,47
141.343
5.776
166,34
82.77
498
3.467,12
1.946.405
561
Sumber: BPS 2002
DAFTAR PUSTAKA
Bacharudin R., 1990, Geomorphological approach to volcanic hazard zonation, using
remote sensing images two case studies from Indonesia: Mt. Gede, West Java
and Mt. Agung, Bali.
Bemmelen R.W. van, 1949, report on the volcanic activity and volcanological research
in Indonesia during the period 1936-1948, Volcanol. Bull., v.2, 9, Napoli, p. 23
Dirasutisna S., Wikartadipura S. Dan Sumpena A. D., 1989, Pemetaan daerah bahaya
Gunungapi G. Gede, Kabupaten Cianjur, Sukabumi dan Bogor, Jawa Barat,
Direktorat Vulkanologi.
Hadisantono R.D., Sumpena A.D. dan Djuhara A., 1996, Laporan Pemetaan Zona Risiko
Bahaya G. Gede, Jawa Barat, Direktorat Vulkanologi.
Kartijoso S., 1990, Gunung Gede, Berita Berkala Vulkanologi Edisi Khusus, No.155,
Direktorat Vulkanologi.
Kecamatan Sukaraja dalam 1994, BPS - Statistik Kecamatan Sukaraja.
Kriswati E., Pemantauan Kegiatan G. Gede, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi, 2008 Bandung.
Kusumadinata K. dan Hamidi S., 1979, Gede, Data Dasar Gunungapi Indonesia,
Direktorat Vulkanologi.
Lili Ramly, Hidayat Y., dan Samid,1992, Laporan pengukuran Potensial Diri (Self
Potensial G. Gede, Jawa Barat, Direktorat Vulkanologi.
Mulyadi D., dan Suantika G.,1992, Pengamatan kegempaan dan pengukuran
temperatur G. Gede, Jawa Barat, Juni – Juli 1992, Direktorat Vulkanologi.
Priatna et al., 1992, Laporan Penyelidikan Gas Gunung Gede, Direktorat Vulkanologi.
Restikadjaya K. dan Rasyid, 1970, Laporan kemajuan pemetaan daerah bahaya G.
Gede, Direktorat Vulkanologi.
Salman Palgunadi, Suparan R., dan Suyana, 1992, Laporan Analisa struktur dalam G.
Gede dengan menggunakan Metoda Magnet, Direktorat Vulkanologi.
18
Sjarifudin M. Z., Purbawinata M.A., Pratomo et al., 1985, Laporan hasil Analisa petrologi dan
petrography lava G. Gede, Direktorat Vulkanologi.
Tatang Yohana, Sugiyo dan Cahyadi, 1992, Laporan Penyelidikan Gayaberat (Gravity)
G. Gede, Juli – Agustus 1992, Direktorat Vulkanologi.
Taverne N.J.M., 1926, Vulkaanstudien op Java, Vulkanol. Mede., No.7, p. 84-89.
Wardoyo, 1996, Mt. Gede Pangrango national Park.
Zaennudin A., Santoso I., Zainuddin, Wahyuningsih R., Sasongko Y., Sinulingga Iman K., 1993,
Laporan Penyelidikan Petrokimia G. Gede, Direktorat Vulkanologi.
19
Download