BAB V Kesimpulan

advertisement
BAB V Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian ini maka dapat diambil beberapa
kesimpulan, antara lain:
Dalam melakukan analisis biodiversitas mikroba, penggunaan metode ekstraksi
DNA kromosom merupakan hal yang penting dalam mendeteksi keberadaan
mikroba. Pada sampel Kawah Hujan A, metode ekstraksi DNA kromosom yang
berbeda tidak memberikan perbedaan yang berarti terhadap deteksi keberadaan
mikroba. Sedangkan pada Kawah Hujan B, perbedaan metode ekstraksi yang
digunakan menghasilkan deteksi keberadaan mikroba yang sedikit berbeda.
Mikroba yang dominan pada sampel filtrasi berbeda dengan mikroba dominan
yang hidup dalam kultur. Berdasarkan hasil analisis filogenetik, mikroba yang
terdeteksi dari Kawah Hujan A adalah mikroba yang memiliki kedekatan dengan
filum Proteobakteria, filum Firmicutes dari genus Geobacillus dan Anoxybacillus,
dan filum Deinococcus dari genus Thermus. Sedangkan pada sumber Kawah
Hujan B terdeteksi adanya mikroba yang dekat dengan filum Crenorchaeota;
filum Proteobakteria dari genus Aeromonas, Pseudomonas, Xenorhabdus,
Pantoea, Enterobacter, dan uncultured gamma Proteobakteria, serta filum
Firmicutes dari genus Alicyclobacillus. Kelompok Proteobakteria dari Kawah
Hujan A dan Crenorchaeota dari Kawah Hujan B kemungkinan merupakan
kelompok mikroba yang berbeda dibandingkan dengan yang sudah terdeteksi
sebelumnya, berdasarkan perbedaan urutan nukleotida pada fragmen gen 16S
rRNA.
Perbedaan biodiversitas mikroba pada Kawah Hujan A dan Kawah Hujan B
berhubungan dengan perbedaan kondisi fisik dan kimia lingkungannya. Mikroba
yang hidup dominan pada Kawah Hujan A disarankan bersifat anaerob atau
fakultatif anearob, termofilik dan barotoleran. Sedangkan mikroba pada Kawah
Hujan B bersifat aerob atau fakultatif anearob, termofilik, dan asidofilik.
99
Kultur murni yang berhasil diisolasi dari Kawah Hujan A sebagian besar termasuk
dalam genus Geobacillus berdasarkan hasil identifikasi dengan menggunakan
urutan gen 16S rRNA. Selain Geobacillus, beberapa koloni memiliki kedekatan
dengan genus Pantoea atau Enterobakteria. Semua isolat tersebut bersifat
termofilik dengan temperatur pertumbuhan 70°C dan diharapkan dapat
menghasilkan enzim-enzim termostabil yang potensial digunakan dalam aplikasi
praktis.
Alur baru yang diperoleh dari penelitian.
•
Informasi mengenai biodiversitas mikroba pada Kawah Hujan A dan Kawah
Hujan B dapat dijadikan acuan dalam merancang strategi kultivasi, khususnya
dalam mendesain media, untuk mendapatkan kultur mikroba yang belum
berhasil diisolasi pada penelitian ini. Salah satu contoh media yang berhasil
digunakan untuk mengisolasi mikroba dari kelompok Crenarchaeota
pengoksidasi Fe (II) adalah media air kawah yang diperkaya dengan pyrite
(Kozubal et al., 2008).
•
Mikroba termofilik pada umumnya menghasilkan enzim-enzim yang bersifat
termostabil. Beberapa kultur murni yang berhasil diisolasi dari Kawah Hujan
dapat tumbuh pada temperatur 70°C. Dengan demikian, potensi enzim-enzim
termostabil yang dihasilkan oleh mikroba isolat Kawah Hujan dapat
dieksplorasi untuk digunakan dalam aplikasi praktis. Sebagai contoh, sebagian
besar isolat dari kelompok Geobacillus yang diperoleh pada penelitian ini
telah menunjukkan adanya aktifitas enzim lipase yang bekerja pada temperatur
tinggi, yang sedang diteliti lebih lanjut oleh peneliti lain. Selain itu, spesies
Geobacillus juga telah diketahui sebagai sumber enzim termostabil lain,
seperti amilase, protease, dan pullanase yang dapat diaplikasikan dalam proses
bioteknologi (McMullan et al., 2004).
•
Hubungan antara perbedaan kandungan mineral dengan perbedaan diversitas
mikrobanya dapat dipelajari lebih lanjut dengan mengamati fisiologi dan
genetika mikroba yang terdeteksi pada Kawah Hujan A dan Kawah Huajn B.
100
Download