BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Hijau Kacang hiajau adalah

advertisement
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kacang Hijau
Kacang hiajau adalah tanaman pendek bercabang tegak, bagian dari
tanaman kacang hijau antara lain akar, batang, daun, bunga, buah dan biji.
Kacang hijau adalah tanaman pangan yang banyak dibutuhkan oleh
masyarakat.
Tanaman pangan ini telah dikenal luas dan sudah lama di
budidayakan di indonesia. Kelebihan kacang hijau dengan kacang lainya yaitu
mampu hidup dan berubah di daerah kering. Bahkan, dimusim kemarau
tanaman kacang hijau mampu betahan hidup di musim kering. Kacang hijau
juga tahan terhadap hama dan penyakit yang menyerang tanaman kacang hijau
relatif sedikit. Tetapi dengan mudahnya kacang hijau di tanam di indonesia
masih membuat stok kacang hijau di indonesia kurang. Masalah yang dihadapi
adalah dalam budidaya kacang hijau di Indonesia masih rendahnya produksi
dan produktivitasnya. Umumnya, produk kacang hijau sebesar 0,6 ton di
tingkat petani, hal ini disebabkan sistem budidaya yang diterapkan prtani masih
bersifat tradisional dan belum mengadopsi sisitem teknologi budidaya yang
tepat dengan pengunaan bibit unggul (Hartono, 2012).
Gambar 2.1 Kacang Hijau
Kacang hijau (Vigna radiata) adalah sejenis palawija yang dikenal luas
di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan (Fabaceae)
ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber
bahan pangan berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di Indonesia menempati
8
urutan ketiga terpenting sebagai tanaman pangan legum, setelah kedelai dan
kacang tanah. Dalam dunia tumbuh – tumbuhan taksonomi kacang hijau dapat
di klasifikasikan sebagai berikut (Anonime) :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Fabales
Famili
: Fabaceae
Genus
: Vigna
Spesies
: V. Radiata
Nama binomial
: Vigna Radiata
Kacang hijau (mung bean) terdiri dari berbagai jenis. Jenis kacang hijau
yang paling umum mempunyai warna kulit hijau. Namun terdapat varietas
kacang hijau lainya yang berwarna kuning, coklat, ungu, dan putih. Kacang
hijau merupakan sumber protein, mineral, kalsium, asam folat, potasium dan
magnesium yang sangat baik. Kacang hijau juga mengandung tiamin, asam
pantotenat, zat besi, fosfor, seng dan tembaga. Dari kandungan gizi dari kacang
hijau, kacang hijau sering di buat produk olahan seperti bubur kacang hijau,
minuan sari kacang hijau dan bisa di kembangkan menjadi minuman instan
kacang hijau. Di cina tepung kacang hijau digunakan pada pembuatan mi
isntan (Wirakusumah, 2010).
Kacang hijau memiliki kandungan protein yang cukup tinggi dan
merupakan sumber mineral penting, antara lain kalsium dan fosfor. Sedangkan
kandungan lemaknya merupakan asam lemak tak jenuh. Kandungan kalsium
dan fosfor pada kacang hijau bermanfaat untuk memperkuat tulang. Kacang
hijau juga mengandung rendah lemak yang sangat baik bagi mereka yang ingin
menghindari konsumsi lemak tinggi. Kadar lemak yang rendah dalam kacang
hijau menjadikan bahan makanan atau minuman yang terbuat dari kacang hijau
tidak mudah berbau. Lemak kacang hijau tersusun atas 73% asam lemak tak
jenuh dan 27% asam lemak jenuh. Umumnya kacang-kacangan memang
mengandung lemak tak jenuh tinggi. Asupan lemak tak jenuh tinggi penting
9
untuk menjaga kesehatan jantung. Kacang hijau mengandung vitamin B1 yang
berguna untuk pertumbuhan dan vitalitas pria. Maka kacang hijau dan
turunannya sangat cocok untuk dikonsumsi oleh mereka yang baru menikah.
Kacang hijau juga mengandung multi protein yang berfungsi mengganti sel
mati dan membantu pertumbuhan sel tubuh, oleh karena itu anak-anak dan
wanita yang baru saja bersalin dianjurkan untuk mengkonsumsinya (Anonime).
Produksi kacang hijau Indonesia tahun 2000 hanya 289.876 ton,
sedangkan tahun 2001 meningkat menjadi 301.000 ton, namun pada tahun
2002 produksi menurun lagi menjadi 288.089 ton (BPS, 2003). Untuk daerah
Sumatera Barat produktivitas kacang hijau pada tahun 2000 mencapai 1,14
ton/ha menurun menjadi 1,13 ton/ha pada tahun 2002 (Dinas Pertanian
Sumatera Barat, 2003).
Kacang hijau (Vigna radiata,L) banyak dikonsumsi oleh masyarakat
selain beras, karena tergolong tinggi penggunaannya dalam masyarakat, maka
kacang hijau ini memiliki tingkat kebutuhan yang cukup tinggi. Dengan teknik
budidaya dan penanaman yang relatif mudah budidaya tanaman kacang hijau
memiliki prospek yang baik untuk menjadi peluang usaha bidang agrobisnis.
Kacang hijau ditanam di lahan sawah pada musim kemarau setelah padi atau
tanaman palawija yang lain. Adapun kegiatan dalam budidaya tanaman
semusim secara umum dimulai dari persiapan lahan, penanaman benih,
pengairan, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit,
pemanenan serta penanganan pasca panen (Mahdin, 2014).
Kacang hijau (Vigna radiata,L.) merupakan salah satu tanaman
leguminosae yang cukup penting di Indonesia setelah tanaman kedelai dan
kacang tanah. Dalam setiap 100 gram biji kacang hijau mengandung 345 kal
kalori, 22 gram protein, 1,2 g lemak, 62,9 g karbohidrat, 125 mg kalsium, 320
mg fosfor 6,7 mg besi, 157 SI vitamin A, 0,64 mg vitamin B 1, 6 mg vitamin C
dan 10 g air (Evita, 2007).
Salah satu cara yang digunakan untuk mendapatkan manfaat dari
tanaman
yang
mempunyai
banyak
fungsi
tersebut
adalah
dengan
menjadikannya minuman dalam bentuk serbuk. Pangan fungsional adalah
10
segolongan makanan atau minuman yang mengandung bahan-bahan yang
diperkirakan dapat meningkatkan status kesehatan dan mencegah penyakit
tertentu. Minuman berupa bubuk merupakan produk olahan pangan yang
berbentuk serbuk, mudah larut air, praktis dalam penyajian dan memiliki daya
simpan yang lama karena kadar airnya yang rendah dan memiliki luas
permukaan yang besar. Miana merupakan salah satu tanaman yang termasuk
kedalam daftar 66 komoditas tanaman biofarmaka berdasarkan keputusan
menteri Pertanian Nomor: 511/kuts/PD.310/9/2006. Tanaman jahe yang
termasuk kedalam family Labiate ini ditemukan hampir diseluruh pelosok
nusantara. Masyarakat Indonesia menggunakan tanaman ini untuk mengobati
batuk, sebagai terapi untuk penyakit jantung, penambah nafsu makan,
menetralisir racun, menghilangkan gumpalan darah, dan sebagai obat cacing
(Tangkeallo, 2014).
Tabel 2.1 Standart Mutu Kacang Hijau Menurut SNI 01-3923-1995
Persyaratan Mutu
No.
Jenis Uji
Satuan
I
II
III
1
Kadar air
(%)
max 13
max 14
max 5
2
Butir rusak
(%)
max 1
max 3
max 5
3
Butir belah
(%)
max 1
max 2
max 2
4
Butir keriput
(%)
max 2
max 4
max 6
5
Kotoran
(%)
max 0
max 1
max 2
6
Lolos ayakan
(%)
max 1
max 3
max 5
Sumber : Badan Standarisasi Nasional, (1995).
Ketersediaan kacang hijau melimpah di Indonesia. Kacang hijau
menduduki urutan ketiga dalam tanaman kacang-kacangan setelah kedelai dan
kacang tanah. Permintaan terhadap komoditi kacang hijau termasuk stabil,
karena penggunaannya kontinu setiap hari dan sepanjang tahun. Jenis olahan
kacang hijau antara lain kecambah kacang hijau, bubur kacang hijau, makanan
bayi, kue dan pangan tradisional, minuman kacang hijau, tahu, sun, tepung
hunkue, dan sayuran (Soeprapto & Sutarman, 1990).
11
Kacang hijau (Phaseolus radiatus L atau Vigna radiata L) atau biasa
disebut golden gram, green gram, mungo, dan mungbean termasuk famili
leguminosae dan sub famili phapilonaceae, genus phaseolus, dan spesies
radiatus (Marzuki, 1977). Kacang hijau merupakan salah satu tanaman yang
berumur pendek (± 60 hari). Tanaman ini mudah tumbuh hampir di seluruh
tempat, baik dataran rendah maupun dengan ketinggian 500 meter di atas
permukaan laut (Soeprapto & Sutarman, 1990).
Tanaman kacang hijau berbatang tegak dengan ketinggian sangat
bervariasi antara 30 sampai dengan 60 cm. Cabangnya menyamping pada
batang utama, berbentuk bulat dan berbulu, warna batang dan cabangnya hijau
tetapi ada juga yang ungu. Sifat-sifat tanaman kacang hijau antara lain lebih
tahan kekeringan, lebih sedikit hama dan penyakit yang menyerang, dapat
dipanen pada umur 55-60 hari, dapat ditanam pada tanah yang kurang subur,
dan lebih kecil resiko kegagalan panen secara totalnya (Soeprapto, 1993).
Buah/polong kacang hijau berbentuk bulat silindris atau pipih dengan
ujung runcing atau tumpul. Polong muda berwarna hijau tua atau hijau kelam
dan setelah tua, polong berwarna hitam atau coklat jerami dengan panjang 6-15
cm dan tiap polong berisi 6-16 biji bulat agak memanjang. Polong umumnya
lebih kecil dibandingkan dengan kacang-kacangan lainnya (Kay, 1979). Warna
biji kebanyakan hijau kusam atau hijau mengkilap, beberapa ada yang
berwarna kuning, coklat, dan hitam (Soeprapto, 1993).
Biji kacang hijau secara umum terdiri dari tiga bagian yaitu kulit,
endosperma, dan lembaga. Kulit melindungi biji dari kekeringan, kerusakan
fisik, mekanik, serangan kapang dan serangga. Endosperma merupakan biji
yang mengandung cadangan makanan untuk pertumbuhan lembaga. Lembaga
akan membesar saat pertumbuhan biji tersebut (Soeprapto & Sutarman, 1990).
Kacang hijau mempunyai manfaat yang sangat penting karena
mempunyai nilai gizi yang cukup baik. Karbohidrat merupakan bagian terbesar
pada kacang hijau yaitu 62,5% sehingga dapat digunakan sebagai sumber
energi. Karbohidrat tersusun atas pati, gula, dan serat kasar. Pati kacang hijau
terdiri dari 28,8% amilosa dan 71,2% amilopektin. Kacang hijau merupakan
12
sumber protein yaitu 22,2%, vitamin A 9 IU, vitamin B1 150-400 IU dan
mineral yang meliputi kalsium, belerang, mangan, dan besi (Rahayu, 1993).
Disamping mengandung protein tinggi, kacang hijau juga mengandung
kalsium dan fosfor yang bermanfaat untuk tulang. Kandungan asam lemak tak
jenuh pada kacang hijau menjadikan kacang ini baik jika dikonsumsi bagi
mereka yang menderita obesitas untuk menurunkan berat badan. Kacang hijau
juga banyak mengandung Vitamin B1. Vitamin B1 merupakan bagian dari
koenzim yang berperan penting dalam oksidasi karbohidrat untuk diubah
menjadi energi. Vitamin B2 yang terkandung pada kacang hijau dapat
membantu penyerapan protein di dalam tubuh. Melihat kandunga gizi yang
terdapat pada kacang hijau, dengan adanya produk susu kacang hijau
diharapkan dapat menjadi alternatif subsitusi bagi susu hewani dan diharapkan
dari susu kacang hijau dapat ditingkatkan dan dikembangkan nilai
fungsionalnya melalui pengembangan produk lain misalnya produk probiotik
yoghurt susu kacang hijau (Triyono, 2010).
Tabel 2.2 Nilai Fisiko- Kimia Kacang Hijau
No
Parameter
Satuan
Nilai
1
2
3
4
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
%
%
%
Mg/100g
22,2
1,2
62,9
125,00
Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI, 1995. (SNI 01-3830-1995).
Kacang hijau mempunyai daya cerna protein yang tinggi yaitu 81. Daya
cerna dipengaruhi adanya inhibitor tripsin dan aktivasi enzim tripsin serta
adanya tanin atau polifenol (Nurdiani, 2003). Biji kacang hijau yang telah
direbus atau diolah dan kemudian dikonsumsi mempunyai daya cerna yang
tinggi dan rendah daya flatulensinya. Flatulensi disebabkan oleh oligosakarida
seperti raffinosa, stakiosa, dan ferbakosa. Perendaman kacang-kacangan dalam
air, proses perkecambahan, dan fermentasi mencegah timbulnya flatulensi Zat
antigizi lain yaitu hemaglutinin dan asam fitat. Hemaglutinin dapat
menggumpalkan sel darah merah dan bersifat toksik. Toksisitas hemaglutinin
dapat dihancurkan melalui proses pemanasan pada suhu 100ºC. Asam fitat
13
dapat membentuk kompleks dengan Fe atau unsur-unsur mineral, terutama Zn,
Mg, danCa menjadi bentuk yang tidak larut dan sulit diserap tubuh sehingga
mengurangi ketersediannya dalam tubuh karena menjadi sangat sulit dicerna.
Proses fermentasi dapat meningkatkan ketersediaan unsur besi bagi tubuh. Hal
ini penting untuk mencegah anemia gizi besi (Astawan, 2004).
B. Jahe
Gambar 2.2 Jahe emprit
Dalam dunia perdagangan, penamaan jahe didasarkan kepada daerah
asalnya, misal jahe Afrika, jahe Chochin atau jahe Jamika. Sejak 250 tahun
yang lalu, jahe di Cina sudah digunakan sebagai bumbu dapur dan obat. Di
Malaysia, Filipina, dan Indonesia jahe banyak digunakan sebagai obat
tradisional. Sedangkan di Eropa pada abad pertengahan, jahe digunakan
sebagai aroma pada bir (Hardianto, 2005). Daerah utama produsen
jahe emprit di
Indonesia
adalah
Jawa
Barat
(Sukabumi,
Sumedang,
Majalengka, Cianjur, Garut, Ciamis dan Subang), Banten (Lebak dan
Pandeglang), Jawa Tengah (Magelang, Boyolali, Salatiga), Jawa Timur
(Malang Probolinggo, Pacitan), Sumatera Utara (Simalungun ), Bengkulu dan
lain-lain (Hasanah, et. al, 2004).
Jahe (Zingiber officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat populer
sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang
menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa
keton bernama zingeron.Jahe termasuk suku Zingiberaceae (temu-temuan).
Nama ilmiah jahe diberikan oleh William Roxburgh dari kata Yunani zingiberi,
dari Bahasa Sanskerta, singaberi. Batang jahe merupakan batang semu dengan
tinggi 30 hingga 100 cm. Akarnya berbentuk rimpang dengan daging akar
14
berwarna kuning hingga kemerahan dengan bau menyengat. Daun menyirip
dengan panjang 15 hingga 23 mm dan panjang 8 hingga 15 mm. Tangkai daun
berbulu halus. Bunga jahe tumbuh dari dalam tanah berbentuk bulat telur
dengan panjang 3,5 hingga 5 cm dan lebar 1,5 hingga 1,75 cm. Gagang bunga
bersisik sebanyak 5 hingga 7 buah. Bunga berwarna hijau kekuningan. Bibir
bunga dan kepala putik ungu. Tangkai putik berjumlah dua. Dalam dunia
tumbuh – tumbuhan taksonomi kacang hijau dapat di klasifikasikan sebagai
berikut (Janson 1981) :
Kingdom
: Platae
Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monokotil
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Zingiber
Spesies
: Z. officinacle
Nama binomial
: Zingiber officinale
Minuman instan semakin banyak dinikmati oleh masyarakat, antara lain
dikarenakan oleh kasiat dan kepraktisan dalam penggunaanya. Di antaranya
minuman instan yang sangat di minati oleh masyarakat yaitu minuman instan
jahe, karena minuman instan jahe memiliki kasiat dalam mengatasi beberapa
gangguan kesehatan yang diantaranya perut kembung, masuk angin,
kedinginan, kelelahan dan di samping itu jahe dapat berfungsi sebgai
perangsang pengeluaran keringat dan merangsang terjadinya haid. Rimpang
jahe sering di gunakan sebagai bahan utama pembuatan minuman instan,
rimpang jahe yang digunakan adalah yang berasal dari jenis jahe gajah atau
jahe emprit, ataupun dari kombinasi keduanya. Untuk mendapatkan instan jahe
yang berkualitas tinggi, harus digunakan rimpang jahe yang berkualitas tinggi
juga (Prasetiyo, 2003).
Jahe merupakan salah satu jenis tanaman obat yang berpotensi besar
untuk dikembangkan sebagai bumbu, bahan obat tradisional, dan bahan baku
minuman serta makanan. Jahe banyak dimanfaatkan sebagai obat antiinflamasi,
15
obat nyeri sendi dan otot, tonikum, serta obat batuk. Jahe juga diandalkan
sebagai komoditas ekspor nonmigas dalam bentuk jahe segar, jahe kering,
minyak atsiri, dan oleoresin (Sari, 2006).
Jahe emprit (Zingiber officinale var.Rubrum) merupakan salah satu
jenis jahe yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku obat-obatan. Hal ini
dikarenakan rimpang jahe emprit berserat lembut beraroma tajam, dan berasa
pedas meskipun ukuran rimpang kecil. Rimpang jahe emprit juga mengandung
gizi cukup tinggi, antara lain 58% pati, 8% protein, 3-5% oleoresin dan 1-3%
minyak atsiri. Jahe emprit atau Zingiber majus Rumph, dikenal juga dengan
nama jahe Sunti. Ciri utama jahe emprit terletak pada bentuk rimpangnya yang
kecil, rata cenderung pipih dan tidak mengembung. Jahe jenis ini bisa
ditemukan dalam warna putih dan dalam kondisi tertentu berwarna kuning.
Serat jahe emprit bertekstur lembut dengan aroma yang tidak tajam. Tetapi jahe
emprit dilengkapai rasa yang jauh lebih pedas ketimbang jahe gajah atau
badak. Kandungan gingerol, zingeron, dan shogaol yang dimiliki jahe emprit
memang lebih tinggi ketimbang jahe gajah. Hal ini yang menyebabkan rasa
pedasnya lebih dominan. Secara umum, tanaman jahe emprit sama saja dengan
jenis jahe lainnya (Rukmana, 2000).
Jahe tergolong tumbuhan semak yang memiliki umbi batang dan
rimpang. Akar jahe berbentuk bulat, ramping, berserat dengan warna putih
terang sampai dengan coklat. Akar keluar dari garis lingkaran sisik rimpang.
Batangnya merupakan batang semu yang terdiri dari pelepah daun yang
berpadu
(Rostiana et.al.,1991).
Jahe
emprit
memiliki
batang
semu, dengan warna batang hijau muda berbentuk bulat dan agak keras.
Daunnya berwarna hijau muda berbentuk lanset dengan kedudukan daun
berselang-seling teratur. Jumlah daun pada jahe emprit berkisar antara 20 - 28
helai. Jahe emprit memiliki rimpang relatif kecil, bentuknya pipih, berwarna
putih sampai kuning, seratnya agak kasar dan rasa pedas (Rostiana et.al.,1991).
Jahe putih kecil memiliki rimpang dengan bobot berkisar 0.5 – 0.7 kg per
rumpun. Stuktur rimpang jahe emprit kecil dan berlapis. Jahe emprit memiliki
kandungan minyak atsiri sebesar 1.50 - 3.50 %. Kadar serat 6.59% dan kadar
16
pati 54.70%. Bunga jahe terbentuk langsung dari rimpang. Bunga jahe
umumnya berbentuk tabung sari semu yang menyerupai mahkota bunga
(Puseglove et al., 1981). Bunga jahe tumbuh dari dalam tanah berbentuk bulat
telur dengan panjang 3,5 cm hingga 5 cm dan lebar 1,5 hingga 1,75 cm.
Gagang bunga bersisik sebanyak 5 hingga 7 buah. Bunga berwarna kekuningkuningan. Bibir buah dan kepala putik ungu (Syukur, 2002).
Jahe tumbuh subur di ketinggian 0 hingga 1500 meter di atas
permukaan laut, kecuali jenis jahe gajah di ketinggian 500 hingga 950 meter.
Untuk bisa berproduksi optimal, dibutuhkan curah hujan 2500 hingga 3000
mm per tahun, kelembapan 80% dan tanah lembap dengan PH 5,5 hingga 7,0
dan unsur hara tinggi. Menurut Djakamihardja et al. (1986) dalam Effendi dan
Hidayat (1997), suhu optimal yang diperlukan untuk pertumbuhan jahe adalah
25
30oC.
–
Suhu
yang
lebih
tinggi
dari
kisaran
tersebut
akan
menghambat pertumbuhan dan merugikan. Sedangkan dibawah kisaran
tersebut mengakibatkan umur tanaman semakin panjang, sehingga waktu
panen menjadi mundur. Tanaman jahe tersebar di daerah tropis, di benua Asia
dan Kepulauan Pasifik. Akhir – akhir ini jahe dikembangkan di Jamaica,
Brazil, Hawai,Afrika, India, China dan Jepang, Filipina, Australia, Selandia
Baru, Thailand dan Indonesia. Jahe tumbuh di Indonesia ditemukan di semua
wilayah
Indonesia
yang
ditanam
secara
monokultur
dan
polikultur
(Hasanah, et al., 2004).
Isoflavon adalah golongan senyawa isoflavonoid yaitu subkelas
senyawa flavonoid yang memiliki 15 atom C dan merupakan golongan
senyawa fenol
alami terbesar (Suradikusumah, 1989). Distribusi isoflavon
terbatas pada tumbuhan kacang-kacangan (leguminosae) (Harbone, 1996).
Pada tanaman kacang-kacangan terdapat ratusan isoflavon (Dewick, 1994).
Isoflavon tidak terdapat pada mikroorganisme seperti bakteri, algae, jamur, dan
lumut (Markham, 1988).
Isoflavon dilaporkan memiliki khasiat farmakologi. Sifat fisiologis aktif
dari senyawa isoflavon antara lain antifungi, antioksidan, antihemolisis, dan
antikanker. Konsumsi isoflavon sejumlah 1.5-2.0 mg/kg/bb/hari berfungsi
17
sebagai antikanker pada tubuh (Wang & Murphy, 1994). Kemampuan
antikanker dari senyawa isoflavon, terutama genistein dan daidzein akhir-akhir
ini telah banyak dibuktikan pada beberapa penelitian di luar negeri. Studi
epidemiologi di Jepang menemukan bahwa konsumsi isoflavon bermanfaat
mengurangi konsentrasi kolesterol serum pada hiperkolesterolemia sehingga
dapat menurunkan insiden kanker payudara (Aldercreutsz, 1998 & Golberg,
1996). Coward, Barnes, Setchell dan Barnes (1993) menyatakan bahwa
isoflavon dan glikosida dapat menghambat pertumbuhan sel kanker prostat
pada pria.
Tabel 2.3 Standart Mutu Jahe Menurut SNI 01-3187-1992
No
Karakteristik
Nilai
1
Kadar air, maksimum
12%
2
Kadar minyak atsiri, maksimum
1,5%
3
Kadar abu, maksimum
8,0%
4
Berjaur/berserangga
Tidak ada
5
Benda asing, maksimum
2,05
Sumber : Badan Standarisasi Nasional, (1992).
Tabel 2.4 Standart Mutu Jahe Kering Sesuai SNI 01-3393-1994
KARAKTERISTIK
Bau dan rasa
Kadar air, %
(bobot/bobot), maks
Kadar Minyak
ar,(ml/100g),min
Kadar abu, %
(bobot/bobot), maks
Berjamur dan
berserangga
Benda asing,%
(bobot/bobot), maks
SYARAT
MUTU
Khas
12,0
1,5
8,0
Tak ada
2,0
CARA PENGUJIAN
Organoleptik
SP-SMP-7-1975
(ISO R 939-1969 (E))
SP-SMP-37-1975
SP-SMP-35-1975
(ISO R 929-1969 (E))
Organoleptik
SP-SMP-32-1975
(ISO R 937-1969 (E))
Sumber : Badan Standarisasi Nasional (1994)
Rimpang (rhizoma) sesungguhnya adalah batang beserta daunnya yang
terdapat di dalam tanah, bercabang - cabang dan tumbuh mendatar, dan dari
18
ujungnya dapat tumbuh tunas yang muncul di atas tanah dan dapat merupakan
suatu tumbuhan baru. Sistem perakaran pada jahe emprit merupakan akar
serabut. Akar pada jahe emprit ini berwarna putih. Rimpang (rhizoma)
sesungguhnya adalah batang beserta daunnya yang terdapat di dalam tanah,
bercabang - cabang dan tumbuh mendatar, dan dari ujungnya dapat tumbuh
tunas yang muncul di atas tanah dan dapat merupakan suatu tumbuhan baru.
Rimpang (rizhoma) adalah penjelmaan batang dan bukan akar, dapat dilihat
dari tanda-tanda berikut :
- Beruas – ruas, berbuku – buku, akar tidak bersifat demikian
- Berdaun, tetapi daunnya telah menjelma menjadi sisik – sisik
- Memiliki kuncup – kuncup
Ruas jahe ini kecil, agak rata dan berlapis. Daging rimpang berwarna
putih kekuningan. Tinggi rimpangnya dapat mencapai 11 cm dengan panjang
antara 6 – 30 cm, dan diameter antara 3.27 – 4.05 cm (Rusmin, 2004).
Download