7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Hijau Kacang hiajau adalah tanaman pendek bercabang tegak, bagian dari tanaman kacang hijau antara lain akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Kacang hijau adalah tanaman pangan yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Tanaman pangan ini telah dikenal luas dan sudah lama di budidayakan di indonesia. Kelebihan kacang hijau dengan kacang lainya yaitu mampu hidup dan berubah di daerah kering. Bahkan, dimusim kemarau tanaman kacang hijau mampu betahan hidup di musim kering. Kacang hijau juga tahan terhadap hama dan penyakit yang menyerang tanaman kacang hijau relatif sedikit. Tetapi dengan mudahnya kacang hijau di tanam di indonesia masih membuat stok kacang hijau di indonesia kurang. Masalah yang dihadapi adalah dalam budidaya kacang hijau di Indonesia masih rendahnya produksi dan produktivitasnya. Umumnya, produk kacang hijau sebesar 0,6 ton di tingkat petani, hal ini disebabkan sistem budidaya yang diterapkan prtani masih bersifat tradisional dan belum mengadopsi sisitem teknologi budidaya yang tepat dengan pengunaan bibit unggul (Hartono, 2012). Gambar 2.1 Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata) adalah sejenis palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan (Fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di Indonesia menempati 8 urutan ketiga terpenting sebagai tanaman pangan legum, setelah kedelai dan kacang tanah. Dalam dunia tumbuh – tumbuhan taksonomi kacang hijau dapat di klasifikasikan sebagai berikut (Anonime) : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Fabales Famili : Fabaceae Genus : Vigna Spesies : V. Radiata Nama binomial : Vigna Radiata Kacang hijau (mung bean) terdiri dari berbagai jenis. Jenis kacang hijau yang paling umum mempunyai warna kulit hijau. Namun terdapat varietas kacang hijau lainya yang berwarna kuning, coklat, ungu, dan putih. Kacang hijau merupakan sumber protein, mineral, kalsium, asam folat, potasium dan magnesium yang sangat baik. Kacang hijau juga mengandung tiamin, asam pantotenat, zat besi, fosfor, seng dan tembaga. Dari kandungan gizi dari kacang hijau, kacang hijau sering di buat produk olahan seperti bubur kacang hijau, minuan sari kacang hijau dan bisa di kembangkan menjadi minuman instan kacang hijau. Di cina tepung kacang hijau digunakan pada pembuatan mi isntan (Wirakusumah, 2010). Kacang hijau memiliki kandungan protein yang cukup tinggi dan merupakan sumber mineral penting, antara lain kalsium dan fosfor. Sedangkan kandungan lemaknya merupakan asam lemak tak jenuh. Kandungan kalsium dan fosfor pada kacang hijau bermanfaat untuk memperkuat tulang. Kacang hijau juga mengandung rendah lemak yang sangat baik bagi mereka yang ingin menghindari konsumsi lemak tinggi. Kadar lemak yang rendah dalam kacang hijau menjadikan bahan makanan atau minuman yang terbuat dari kacang hijau tidak mudah berbau. Lemak kacang hijau tersusun atas 73% asam lemak tak jenuh dan 27% asam lemak jenuh. Umumnya kacang-kacangan memang mengandung lemak tak jenuh tinggi. Asupan lemak tak jenuh tinggi penting 9 untuk menjaga kesehatan jantung. Kacang hijau mengandung vitamin B1 yang berguna untuk pertumbuhan dan vitalitas pria. Maka kacang hijau dan turunannya sangat cocok untuk dikonsumsi oleh mereka yang baru menikah. Kacang hijau juga mengandung multi protein yang berfungsi mengganti sel mati dan membantu pertumbuhan sel tubuh, oleh karena itu anak-anak dan wanita yang baru saja bersalin dianjurkan untuk mengkonsumsinya (Anonime). Produksi kacang hijau Indonesia tahun 2000 hanya 289.876 ton, sedangkan tahun 2001 meningkat menjadi 301.000 ton, namun pada tahun 2002 produksi menurun lagi menjadi 288.089 ton (BPS, 2003). Untuk daerah Sumatera Barat produktivitas kacang hijau pada tahun 2000 mencapai 1,14 ton/ha menurun menjadi 1,13 ton/ha pada tahun 2002 (Dinas Pertanian Sumatera Barat, 2003). Kacang hijau (Vigna radiata,L) banyak dikonsumsi oleh masyarakat selain beras, karena tergolong tinggi penggunaannya dalam masyarakat, maka kacang hijau ini memiliki tingkat kebutuhan yang cukup tinggi. Dengan teknik budidaya dan penanaman yang relatif mudah budidaya tanaman kacang hijau memiliki prospek yang baik untuk menjadi peluang usaha bidang agrobisnis. Kacang hijau ditanam di lahan sawah pada musim kemarau setelah padi atau tanaman palawija yang lain. Adapun kegiatan dalam budidaya tanaman semusim secara umum dimulai dari persiapan lahan, penanaman benih, pengairan, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit, pemanenan serta penanganan pasca panen (Mahdin, 2014). Kacang hijau (Vigna radiata,L.) merupakan salah satu tanaman leguminosae yang cukup penting di Indonesia setelah tanaman kedelai dan kacang tanah. Dalam setiap 100 gram biji kacang hijau mengandung 345 kal kalori, 22 gram protein, 1,2 g lemak, 62,9 g karbohidrat, 125 mg kalsium, 320 mg fosfor 6,7 mg besi, 157 SI vitamin A, 0,64 mg vitamin B 1, 6 mg vitamin C dan 10 g air (Evita, 2007). Salah satu cara yang digunakan untuk mendapatkan manfaat dari tanaman yang mempunyai banyak fungsi tersebut adalah dengan menjadikannya minuman dalam bentuk serbuk. Pangan fungsional adalah 10 segolongan makanan atau minuman yang mengandung bahan-bahan yang diperkirakan dapat meningkatkan status kesehatan dan mencegah penyakit tertentu. Minuman berupa bubuk merupakan produk olahan pangan yang berbentuk serbuk, mudah larut air, praktis dalam penyajian dan memiliki daya simpan yang lama karena kadar airnya yang rendah dan memiliki luas permukaan yang besar. Miana merupakan salah satu tanaman yang termasuk kedalam daftar 66 komoditas tanaman biofarmaka berdasarkan keputusan menteri Pertanian Nomor: 511/kuts/PD.310/9/2006. Tanaman jahe yang termasuk kedalam family Labiate ini ditemukan hampir diseluruh pelosok nusantara. Masyarakat Indonesia menggunakan tanaman ini untuk mengobati batuk, sebagai terapi untuk penyakit jantung, penambah nafsu makan, menetralisir racun, menghilangkan gumpalan darah, dan sebagai obat cacing (Tangkeallo, 2014). Tabel 2.1 Standart Mutu Kacang Hijau Menurut SNI 01-3923-1995 Persyaratan Mutu No. Jenis Uji Satuan I II III 1 Kadar air (%) max 13 max 14 max 5 2 Butir rusak (%) max 1 max 3 max 5 3 Butir belah (%) max 1 max 2 max 2 4 Butir keriput (%) max 2 max 4 max 6 5 Kotoran (%) max 0 max 1 max 2 6 Lolos ayakan (%) max 1 max 3 max 5 Sumber : Badan Standarisasi Nasional, (1995). Ketersediaan kacang hijau melimpah di Indonesia. Kacang hijau menduduki urutan ketiga dalam tanaman kacang-kacangan setelah kedelai dan kacang tanah. Permintaan terhadap komoditi kacang hijau termasuk stabil, karena penggunaannya kontinu setiap hari dan sepanjang tahun. Jenis olahan kacang hijau antara lain kecambah kacang hijau, bubur kacang hijau, makanan bayi, kue dan pangan tradisional, minuman kacang hijau, tahu, sun, tepung hunkue, dan sayuran (Soeprapto & Sutarman, 1990). 11 Kacang hijau (Phaseolus radiatus L atau Vigna radiata L) atau biasa disebut golden gram, green gram, mungo, dan mungbean termasuk famili leguminosae dan sub famili phapilonaceae, genus phaseolus, dan spesies radiatus (Marzuki, 1977). Kacang hijau merupakan salah satu tanaman yang berumur pendek (± 60 hari). Tanaman ini mudah tumbuh hampir di seluruh tempat, baik dataran rendah maupun dengan ketinggian 500 meter di atas permukaan laut (Soeprapto & Sutarman, 1990). Tanaman kacang hijau berbatang tegak dengan ketinggian sangat bervariasi antara 30 sampai dengan 60 cm. Cabangnya menyamping pada batang utama, berbentuk bulat dan berbulu, warna batang dan cabangnya hijau tetapi ada juga yang ungu. Sifat-sifat tanaman kacang hijau antara lain lebih tahan kekeringan, lebih sedikit hama dan penyakit yang menyerang, dapat dipanen pada umur 55-60 hari, dapat ditanam pada tanah yang kurang subur, dan lebih kecil resiko kegagalan panen secara totalnya (Soeprapto, 1993). Buah/polong kacang hijau berbentuk bulat silindris atau pipih dengan ujung runcing atau tumpul. Polong muda berwarna hijau tua atau hijau kelam dan setelah tua, polong berwarna hitam atau coklat jerami dengan panjang 6-15 cm dan tiap polong berisi 6-16 biji bulat agak memanjang. Polong umumnya lebih kecil dibandingkan dengan kacang-kacangan lainnya (Kay, 1979). Warna biji kebanyakan hijau kusam atau hijau mengkilap, beberapa ada yang berwarna kuning, coklat, dan hitam (Soeprapto, 1993). Biji kacang hijau secara umum terdiri dari tiga bagian yaitu kulit, endosperma, dan lembaga. Kulit melindungi biji dari kekeringan, kerusakan fisik, mekanik, serangan kapang dan serangga. Endosperma merupakan biji yang mengandung cadangan makanan untuk pertumbuhan lembaga. Lembaga akan membesar saat pertumbuhan biji tersebut (Soeprapto & Sutarman, 1990). Kacang hijau mempunyai manfaat yang sangat penting karena mempunyai nilai gizi yang cukup baik. Karbohidrat merupakan bagian terbesar pada kacang hijau yaitu 62,5% sehingga dapat digunakan sebagai sumber energi. Karbohidrat tersusun atas pati, gula, dan serat kasar. Pati kacang hijau terdiri dari 28,8% amilosa dan 71,2% amilopektin. Kacang hijau merupakan 12 sumber protein yaitu 22,2%, vitamin A 9 IU, vitamin B1 150-400 IU dan mineral yang meliputi kalsium, belerang, mangan, dan besi (Rahayu, 1993). Disamping mengandung protein tinggi, kacang hijau juga mengandung kalsium dan fosfor yang bermanfaat untuk tulang. Kandungan asam lemak tak jenuh pada kacang hijau menjadikan kacang ini baik jika dikonsumsi bagi mereka yang menderita obesitas untuk menurunkan berat badan. Kacang hijau juga banyak mengandung Vitamin B1. Vitamin B1 merupakan bagian dari koenzim yang berperan penting dalam oksidasi karbohidrat untuk diubah menjadi energi. Vitamin B2 yang terkandung pada kacang hijau dapat membantu penyerapan protein di dalam tubuh. Melihat kandunga gizi yang terdapat pada kacang hijau, dengan adanya produk susu kacang hijau diharapkan dapat menjadi alternatif subsitusi bagi susu hewani dan diharapkan dari susu kacang hijau dapat ditingkatkan dan dikembangkan nilai fungsionalnya melalui pengembangan produk lain misalnya produk probiotik yoghurt susu kacang hijau (Triyono, 2010). Tabel 2.2 Nilai Fisiko- Kimia Kacang Hijau No Parameter Satuan Nilai 1 2 3 4 Protein Lemak Karbohidrat Kalsium % % % Mg/100g 22,2 1,2 62,9 125,00 Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI, 1995. (SNI 01-3830-1995). Kacang hijau mempunyai daya cerna protein yang tinggi yaitu 81. Daya cerna dipengaruhi adanya inhibitor tripsin dan aktivasi enzim tripsin serta adanya tanin atau polifenol (Nurdiani, 2003). Biji kacang hijau yang telah direbus atau diolah dan kemudian dikonsumsi mempunyai daya cerna yang tinggi dan rendah daya flatulensinya. Flatulensi disebabkan oleh oligosakarida seperti raffinosa, stakiosa, dan ferbakosa. Perendaman kacang-kacangan dalam air, proses perkecambahan, dan fermentasi mencegah timbulnya flatulensi Zat antigizi lain yaitu hemaglutinin dan asam fitat. Hemaglutinin dapat menggumpalkan sel darah merah dan bersifat toksik. Toksisitas hemaglutinin dapat dihancurkan melalui proses pemanasan pada suhu 100ºC. Asam fitat 13 dapat membentuk kompleks dengan Fe atau unsur-unsur mineral, terutama Zn, Mg, danCa menjadi bentuk yang tidak larut dan sulit diserap tubuh sehingga mengurangi ketersediannya dalam tubuh karena menjadi sangat sulit dicerna. Proses fermentasi dapat meningkatkan ketersediaan unsur besi bagi tubuh. Hal ini penting untuk mencegah anemia gizi besi (Astawan, 2004). B. Jahe Gambar 2.2 Jahe emprit Dalam dunia perdagangan, penamaan jahe didasarkan kepada daerah asalnya, misal jahe Afrika, jahe Chochin atau jahe Jamika. Sejak 250 tahun yang lalu, jahe di Cina sudah digunakan sebagai bumbu dapur dan obat. Di Malaysia, Filipina, dan Indonesia jahe banyak digunakan sebagai obat tradisional. Sedangkan di Eropa pada abad pertengahan, jahe digunakan sebagai aroma pada bir (Hardianto, 2005). Daerah utama produsen jahe emprit di Indonesia adalah Jawa Barat (Sukabumi, Sumedang, Majalengka, Cianjur, Garut, Ciamis dan Subang), Banten (Lebak dan Pandeglang), Jawa Tengah (Magelang, Boyolali, Salatiga), Jawa Timur (Malang Probolinggo, Pacitan), Sumatera Utara (Simalungun ), Bengkulu dan lain-lain (Hasanah, et. al, 2004). Jahe (Zingiber officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa keton bernama zingeron.Jahe termasuk suku Zingiberaceae (temu-temuan). Nama ilmiah jahe diberikan oleh William Roxburgh dari kata Yunani zingiberi, dari Bahasa Sanskerta, singaberi. Batang jahe merupakan batang semu dengan tinggi 30 hingga 100 cm. Akarnya berbentuk rimpang dengan daging akar 14 berwarna kuning hingga kemerahan dengan bau menyengat. Daun menyirip dengan panjang 15 hingga 23 mm dan panjang 8 hingga 15 mm. Tangkai daun berbulu halus. Bunga jahe tumbuh dari dalam tanah berbentuk bulat telur dengan panjang 3,5 hingga 5 cm dan lebar 1,5 hingga 1,75 cm. Gagang bunga bersisik sebanyak 5 hingga 7 buah. Bunga berwarna hijau kekuningan. Bibir bunga dan kepala putik ungu. Tangkai putik berjumlah dua. Dalam dunia tumbuh – tumbuhan taksonomi kacang hijau dapat di klasifikasikan sebagai berikut (Janson 1981) : Kingdom : Platae Divisi : Angiospermae Kelas : Monokotil Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae Genus : Zingiber Spesies : Z. officinacle Nama binomial : Zingiber officinale Minuman instan semakin banyak dinikmati oleh masyarakat, antara lain dikarenakan oleh kasiat dan kepraktisan dalam penggunaanya. Di antaranya minuman instan yang sangat di minati oleh masyarakat yaitu minuman instan jahe, karena minuman instan jahe memiliki kasiat dalam mengatasi beberapa gangguan kesehatan yang diantaranya perut kembung, masuk angin, kedinginan, kelelahan dan di samping itu jahe dapat berfungsi sebgai perangsang pengeluaran keringat dan merangsang terjadinya haid. Rimpang jahe sering di gunakan sebagai bahan utama pembuatan minuman instan, rimpang jahe yang digunakan adalah yang berasal dari jenis jahe gajah atau jahe emprit, ataupun dari kombinasi keduanya. Untuk mendapatkan instan jahe yang berkualitas tinggi, harus digunakan rimpang jahe yang berkualitas tinggi juga (Prasetiyo, 2003). Jahe merupakan salah satu jenis tanaman obat yang berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai bumbu, bahan obat tradisional, dan bahan baku minuman serta makanan. Jahe banyak dimanfaatkan sebagai obat antiinflamasi, 15 obat nyeri sendi dan otot, tonikum, serta obat batuk. Jahe juga diandalkan sebagai komoditas ekspor nonmigas dalam bentuk jahe segar, jahe kering, minyak atsiri, dan oleoresin (Sari, 2006). Jahe emprit (Zingiber officinale var.Rubrum) merupakan salah satu jenis jahe yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku obat-obatan. Hal ini dikarenakan rimpang jahe emprit berserat lembut beraroma tajam, dan berasa pedas meskipun ukuran rimpang kecil. Rimpang jahe emprit juga mengandung gizi cukup tinggi, antara lain 58% pati, 8% protein, 3-5% oleoresin dan 1-3% minyak atsiri. Jahe emprit atau Zingiber majus Rumph, dikenal juga dengan nama jahe Sunti. Ciri utama jahe emprit terletak pada bentuk rimpangnya yang kecil, rata cenderung pipih dan tidak mengembung. Jahe jenis ini bisa ditemukan dalam warna putih dan dalam kondisi tertentu berwarna kuning. Serat jahe emprit bertekstur lembut dengan aroma yang tidak tajam. Tetapi jahe emprit dilengkapai rasa yang jauh lebih pedas ketimbang jahe gajah atau badak. Kandungan gingerol, zingeron, dan shogaol yang dimiliki jahe emprit memang lebih tinggi ketimbang jahe gajah. Hal ini yang menyebabkan rasa pedasnya lebih dominan. Secara umum, tanaman jahe emprit sama saja dengan jenis jahe lainnya (Rukmana, 2000). Jahe tergolong tumbuhan semak yang memiliki umbi batang dan rimpang. Akar jahe berbentuk bulat, ramping, berserat dengan warna putih terang sampai dengan coklat. Akar keluar dari garis lingkaran sisik rimpang. Batangnya merupakan batang semu yang terdiri dari pelepah daun yang berpadu (Rostiana et.al.,1991). Jahe emprit memiliki batang semu, dengan warna batang hijau muda berbentuk bulat dan agak keras. Daunnya berwarna hijau muda berbentuk lanset dengan kedudukan daun berselang-seling teratur. Jumlah daun pada jahe emprit berkisar antara 20 - 28 helai. Jahe emprit memiliki rimpang relatif kecil, bentuknya pipih, berwarna putih sampai kuning, seratnya agak kasar dan rasa pedas (Rostiana et.al.,1991). Jahe putih kecil memiliki rimpang dengan bobot berkisar 0.5 – 0.7 kg per rumpun. Stuktur rimpang jahe emprit kecil dan berlapis. Jahe emprit memiliki kandungan minyak atsiri sebesar 1.50 - 3.50 %. Kadar serat 6.59% dan kadar 16 pati 54.70%. Bunga jahe terbentuk langsung dari rimpang. Bunga jahe umumnya berbentuk tabung sari semu yang menyerupai mahkota bunga (Puseglove et al., 1981). Bunga jahe tumbuh dari dalam tanah berbentuk bulat telur dengan panjang 3,5 cm hingga 5 cm dan lebar 1,5 hingga 1,75 cm. Gagang bunga bersisik sebanyak 5 hingga 7 buah. Bunga berwarna kekuningkuningan. Bibir buah dan kepala putik ungu (Syukur, 2002). Jahe tumbuh subur di ketinggian 0 hingga 1500 meter di atas permukaan laut, kecuali jenis jahe gajah di ketinggian 500 hingga 950 meter. Untuk bisa berproduksi optimal, dibutuhkan curah hujan 2500 hingga 3000 mm per tahun, kelembapan 80% dan tanah lembap dengan PH 5,5 hingga 7,0 dan unsur hara tinggi. Menurut Djakamihardja et al. (1986) dalam Effendi dan Hidayat (1997), suhu optimal yang diperlukan untuk pertumbuhan jahe adalah 25 30oC. – Suhu yang lebih tinggi dari kisaran tersebut akan menghambat pertumbuhan dan merugikan. Sedangkan dibawah kisaran tersebut mengakibatkan umur tanaman semakin panjang, sehingga waktu panen menjadi mundur. Tanaman jahe tersebar di daerah tropis, di benua Asia dan Kepulauan Pasifik. Akhir – akhir ini jahe dikembangkan di Jamaica, Brazil, Hawai,Afrika, India, China dan Jepang, Filipina, Australia, Selandia Baru, Thailand dan Indonesia. Jahe tumbuh di Indonesia ditemukan di semua wilayah Indonesia yang ditanam secara monokultur dan polikultur (Hasanah, et al., 2004). Isoflavon adalah golongan senyawa isoflavonoid yaitu subkelas senyawa flavonoid yang memiliki 15 atom C dan merupakan golongan senyawa fenol alami terbesar (Suradikusumah, 1989). Distribusi isoflavon terbatas pada tumbuhan kacang-kacangan (leguminosae) (Harbone, 1996). Pada tanaman kacang-kacangan terdapat ratusan isoflavon (Dewick, 1994). Isoflavon tidak terdapat pada mikroorganisme seperti bakteri, algae, jamur, dan lumut (Markham, 1988). Isoflavon dilaporkan memiliki khasiat farmakologi. Sifat fisiologis aktif dari senyawa isoflavon antara lain antifungi, antioksidan, antihemolisis, dan antikanker. Konsumsi isoflavon sejumlah 1.5-2.0 mg/kg/bb/hari berfungsi 17 sebagai antikanker pada tubuh (Wang & Murphy, 1994). Kemampuan antikanker dari senyawa isoflavon, terutama genistein dan daidzein akhir-akhir ini telah banyak dibuktikan pada beberapa penelitian di luar negeri. Studi epidemiologi di Jepang menemukan bahwa konsumsi isoflavon bermanfaat mengurangi konsentrasi kolesterol serum pada hiperkolesterolemia sehingga dapat menurunkan insiden kanker payudara (Aldercreutsz, 1998 & Golberg, 1996). Coward, Barnes, Setchell dan Barnes (1993) menyatakan bahwa isoflavon dan glikosida dapat menghambat pertumbuhan sel kanker prostat pada pria. Tabel 2.3 Standart Mutu Jahe Menurut SNI 01-3187-1992 No Karakteristik Nilai 1 Kadar air, maksimum 12% 2 Kadar minyak atsiri, maksimum 1,5% 3 Kadar abu, maksimum 8,0% 4 Berjaur/berserangga Tidak ada 5 Benda asing, maksimum 2,05 Sumber : Badan Standarisasi Nasional, (1992). Tabel 2.4 Standart Mutu Jahe Kering Sesuai SNI 01-3393-1994 KARAKTERISTIK Bau dan rasa Kadar air, % (bobot/bobot), maks Kadar Minyak ar,(ml/100g),min Kadar abu, % (bobot/bobot), maks Berjamur dan berserangga Benda asing,% (bobot/bobot), maks SYARAT MUTU Khas 12,0 1,5 8,0 Tak ada 2,0 CARA PENGUJIAN Organoleptik SP-SMP-7-1975 (ISO R 939-1969 (E)) SP-SMP-37-1975 SP-SMP-35-1975 (ISO R 929-1969 (E)) Organoleptik SP-SMP-32-1975 (ISO R 937-1969 (E)) Sumber : Badan Standarisasi Nasional (1994) Rimpang (rhizoma) sesungguhnya adalah batang beserta daunnya yang terdapat di dalam tanah, bercabang - cabang dan tumbuh mendatar, dan dari 18 ujungnya dapat tumbuh tunas yang muncul di atas tanah dan dapat merupakan suatu tumbuhan baru. Sistem perakaran pada jahe emprit merupakan akar serabut. Akar pada jahe emprit ini berwarna putih. Rimpang (rhizoma) sesungguhnya adalah batang beserta daunnya yang terdapat di dalam tanah, bercabang - cabang dan tumbuh mendatar, dan dari ujungnya dapat tumbuh tunas yang muncul di atas tanah dan dapat merupakan suatu tumbuhan baru. Rimpang (rizhoma) adalah penjelmaan batang dan bukan akar, dapat dilihat dari tanda-tanda berikut : - Beruas – ruas, berbuku – buku, akar tidak bersifat demikian - Berdaun, tetapi daunnya telah menjelma menjadi sisik – sisik - Memiliki kuncup – kuncup Ruas jahe ini kecil, agak rata dan berlapis. Daging rimpang berwarna putih kekuningan. Tinggi rimpangnya dapat mencapai 11 cm dengan panjang antara 6 – 30 cm, dan diameter antara 3.27 – 4.05 cm (Rusmin, 2004).