[Type text] Ekonomi Makro April INFLASI Pada Maret 2015 Indonesia mengalami inflasi sebesar 0,17% setelah sempat deflasi pada Januari dan Februari. Meski terjadi inflasi bulan ini, pada inflasi tahun kalender mencatat terjadi deflasi 0,44%. Inflasi secara year on year (yoy) sebesar 6,38% dan inflasi komponen inti 0,29% serta inflasi inti secara yoy mencapai 5,04%. NERACA PERDAGANGAN Neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2015 kembali mencatat surplus sebesar US$ 74 juta, relatif stabil dibanding surplus pada Januari 2015 sebesar US$ 75 juta. Pencapaian tersebut ditopang oleh surplus neraca migas maupun nonmigas. Neraca perdagangan migas mencatat surplus sebesar US$ 17 juta, lebih baik dibanding bulan sebelumnya yang mengalami defisit sebesar US$ 3 juta. Meskipun lebih rendah daripada bulan sebelumnya, neraca perdagangan nonmigas pada Februari 2015 masih mencatat surplus sebesar US$ 57 juta. SUKU BUNGA Bank Indonesia menahan suku bunga acuan (BI Rate) di level 7,5% dan juga mempertahankan suku bunga deposit facility di level 5,5% dan suku bunga lending facility di level 8%. Kebijakan tersebut masih konsisten dengan upaya untuk mengarahkan inflasi akan tetap terkendali di kisaran bawah 4% plus minus 1% pada tahun 2015 dan 2016. Selain itu, kebijakan ini dianggap masih sejalan dengan upaya untuk mengendalikan defisit transaski berjalan pada tingkat yang lebih sehat. Bank Indonesia menurunkan BI rate yang selama 3 bulan sebelumnya bertahan di level 7,75%. Tampaknya langkah BI menahan suku bunga acuan ini juga tak lepas dari upaya menahan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang cukup dalam belakangan ini. Sejak awal 2015 hingga akhir pekan lalu, harga rupiah berdasar kurs tengah BI sudah melorot sekitar 5,75%. [Type text] Ekonomi Makro April CADANGAN DEVISA Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2015 sebesar US$ 111,55 miliar. Nilai ini lebih rendah US$ 3,95 miliar dibanding posisi cadangan devisa per akhir Februari 2015 sebesar US$ 115,5 miliar. Penurunan posisi cadangan devisa tersebut dipengaruhi oleh naiknya pembayaran utang luar negeri pemerintah dan untuk menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamental. Meskipun mengalami penurunan, posisi cadangan devisa per akhir Maret 2015 cukup untuk membiayai 6,9 bulan impor atau 6,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Cadangan devisa sebanyak itu juga berada di atas standar kecukupan internasional, yakni sekitar 3 bulan impor. TRANSAKSI BERJALAN Defisit transaksi berjalan triwulan III 2014 sebesar US$ 6,836 miliar atau 3,07 persen dari produk domestik bruto (PDB). Defisit itu turun dibanding triwulan sebelumnya sebesar US$ 8,689 miliar atau 4,07 persen dari PDB. Defisit di triwulan III ini juga lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Ketika itu, defisit mencapai US$ 8,635 miliar atau 3,89 persen dari PDB. Perbaikan transaksi berjalan, utamanya didukung oleh kenaikan surplus perdagangan non-migas seiring dengan penurunan juga didukung oleh masih positifnya ekspor manufaktur impor. Perbaikan akibat berlanjutnya pemulihan AS dan mulai pulihnya ekspor tambang izin ekspor mineral mentah. setelah keluarnya PERTUMBUHAN EKONOMI Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2014, dengan tahun dasar 2010 sebesar 5,02 persen (kumulatif kuartal I-V). Hal itu tidak sesuai dengan target pemerintah, yang mematok pertumbuhan ekonomi sepanjang 2014 mencapai 5,5 persen. Sementara itu dibanding periode sama tahun lalu, Produk Domestik Bruto (PDB) RI tumbuh 5,01 persen. PDB dengan perhitungan tahun dasar 2010 ini tercatat mengalami perlambatan. Dengan tahun dasar sama, pertumbuhan ekonomi pada 2010 sebesar 6,38 persen, sementara itu pertumbuhan ekonomi pada 2011 sebesar 6,17 persen. Adapun pertumbuhan ekonomi pada 2012 tercatat sebesar 5,58 persen, sedangkan pada 2014 lalu pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 5,02 persen.