13 wawasan nusantara~yuliani

advertisement
Wawasan Nusantara sebagai Arah
Pembangunan Nasional
Yuliani Sri Widaningasih
Program Studi Pendidikan Sejarah PIPS
Fakultas Keguruan dan ilmu pendidikan
Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
Jl. Letjen. S. Humardani No. 1 Sukoharjo 57521
Telp. (0271) 593156 Fax (0271) 591065
Abstrak
Wawasan Nusantara merupakan salah satu konsepsi politik dalam ketatanegaraan
Republik Indonesia yang dapat dikatakan sebagai pandangan geopolitik Indonesia.
Jadi Wawasan Indonesia sebagai Wawasan Nasional atau national outlook-nya
bangsa Indonesia untuk penyelenggaraan pembangunan nasional dalam usaha
mencapai tujuan berdasarkan GBHN 1998 memiliki pengertian tentang bagaimana
cara pandang bangsa Indonesia tentang dirinya dan lingkungannya serta Nusantara
sebagai tempat tinggalnya. Artinya bahwa kepulauan Nusantara sebagai satu
kesatuan politik, sebagai kesatuan sosial budaya, kesatuan pertahanan keamanan,
yang berintikan persatuan bangsa dan kesatuan wilayah serta pemerataan
pembangunan. Namun sejak era reformasi Negara tidak memiliki GBHN sehingga
pemahaman tentang Wawasan Nusantara menjadi kabur, berdampak terhadap rasa
persatuan bangsa, pemerataan pengembangan, dan tercabutnya akar budaya bangsa.
Kata Kunci
: Wawasan Nusantara, Persatuan dan Kesatuan, Pembangunan.
Pendahuluan
Krisis ekonomi dan keuangan yang menghantam Indonesia pada pertengahan
1997 telah menyebabkan keadaan negara dan bangsa Indonesia hingga sekarang
menjadi kacau balau. Rakyat kecil khususnya yang belum beruntung semakin runyam
dan memprihatinkan. Daya belinya rendah, sementara kesempatan kerja semakin sulit
diperoleh sehingga junlah pengangguran semakin meningkat tajam. Penderitaan rakyat
kecil terasa semakin berat, sementara golongan menengah keatas masih dapat tidur
nyenyak, kesenjangan ekonomi bukan semakin berkurang, tetapi makin melebar,
keadaan semacam ini antara lain disebabkan “Salah urus” (miss management) dalam
penyelenggaraan Negara.
Bermula terjadi krisis mata uang, diikuti krisis ekonomi dan perbankan,
selanjutnya terjadi krisis sosial, politik, keamanan, hukum serta krisis kepemimipinan
dan mulai menyentuh krisis peradaban. Krisis yang bersifat multi dimensi ini telah
merusak citra (image) bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berbudaya, bahkan telah
menghilangkan sebagian besar kepercayaan masyarakat (the collapse of confidence)
(Muhadi, 2011: 6). Kesemuanya itu berakar pada krisis moral atau budaya yang
mewabah pada para elite politik, para petinggi pemerintahan baik pusat dan daerah. Para
elite politik sibuk memikirkan bagaimana saling menjatuhkan lawan, saling berebut
kursi kekuasaan dan saling memanfaatkan kesempatan yang ada (Sunardi, 2000: 7).
Pada saat seperti ini ada kebutuhan yang mendesak yakni kepemimpinan yang
kuat (strong leadership) di segala lini dan adanya lingkungan yang kondusif untuk
mewujudkan proses demokratisasi yang sehat.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Wawasan Nusantara bersumber pada Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945
Secara konseptual Wawasan Nusantara merupakan wawasan nusantara bangsa
Indonesia, jadi merupakan salah satu konsepsi politik dalam ketatanegaraan Republik
Indonesia, oleh sebab itu juga dapat dikatakan sebagai wawasan nasional (national
outlook) bangsa Indonesia, dapat dijadikan sebagai wawasan dalam penyelenggaraan
pembangunan nasional untuk mencapai tujuan. Namun patut disayangkan bahwa setelah
Orde Reformasi, bangsa Indonesia tidak memiliki wawasan nusantara lagi karena tidak
memiliki GBHN. Undang-undang Dasar 1945 telah diamandemen pada tahun 2002 s/d
2004, sehingga dalam penyelenggaraan berbangsa dan bernegara menggunakan
Undang-Undang Dasar 1945 yang diamandemen (Sunardi, 2000: 18).
Secara etimologis Wawasan Nusantara berasal dari kata wawas dalam bahasa
Jawa yang berarti pandangan atau yang berarti memandang. Sedangkan Nusantara
berasal dari kata nusa dan antara. Secara garis besar berarti nusa yang terletak diantara
dua unsur yang berwujud benua dan lautan. Jadi nusantara menunjukkan letak
kepulauan tau pulau antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Hindia dan
Samudra Pasifik (Dwi Winarso, 2006:121). Sebaliknya secara terminologis besar
Haluan Negara 1998 adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya dengan mengutamakan: kesatuan dan persatuan bangsa serta kesatuan
wilayah dalam penyelenggaraan bernegara dan berbangsa, artinya bangsa Indonesia
melihat dirinya sebagai apa dan harus berbuat bagaimana. Untuk itu itulah kedudukan
Wawasan Nusantara (Tap II/MPR 93/UUD’45/P4,GBHN, 2003: 123).
Dalam rumusan garis-garis besar Haluan Negara (GBHN), Wawasan Nusantara
ialah kebutuhan bangsa dan keutuhan wilayah. Jadi apabila telah memiliki bangsa yang
utuh dan bersatu, serta memiliki wilayah utuh dan jelas, maka penyelenggaraan
berbangsa, bernegara, pembangunan akan berjalan lancar dan baik dalam mencapai
tujuan oleh sebab itu harus menempatkan Wawasan Nusantara sebagai visi bangsa
artinya harus memiliki suatu rumusan yang jelas terhadap apa yang dikehendaki bangsa
itu (Tap no II/ MPR/1993.UUD’45/P4, GBHN, 2003: 123). Wawasan Nusantara
sebagai konsepsi ketatanegaraan mesti berkiblat kepada struktur sebagai berikut: (a)
Landasan Idiil yakni Pancasila dan Pembukaan UUD ’45. (b). Landasan Konstitusi ialah
UUD ’45. (c). Landasan Visional adalah Wawasan Nusantara. (d). Landasan
Konsepsional yaitu Ketahanan Nasional. (e). Landasan Operasional ialah Dokumen
Rencana Pembangunan
Munculnya Wawasan Nusantara ada yang melatarkan yakni latar belakang
sejarah. Ini sangat penting artinya, sebab dengan memahami sejarah akan mampu
memahami sejarah akan mampu mengambil kebijakan yang lebih baik, untuk
menentukan langkah-langkah mendatang, sebab sejarah merupakan ajaran filsafat
melalui contoh-contoh (History of philosophy Teaching by example). Contoh-contoh
yang dimaksud adalah apa yang terjadi di masa lampau dan mengapa itu terjadi serta
bagaimana proses kejadian itu terjadi (Muhadi, 2007: 14). Dari cara mengembangkan
analisa kejadian masa lampau itulah membuat rencana dan program kenegaraan yang
lebih baik, atau lebih populer dikatakan dapat mengambil langkah yang bijaksana.
Sayangnya bangsa Indonesia saat ini sudah sangat jauh meninggalkan sejarah
bangsanya, sehingga langkah saat ini kehilangan arah (Muhadi, 2007: 19)
Adapun faktor historis yang disebut didepan yakni bangsa Indonesia pernah
memiliki masa kejayaan meskipun pada saat itu belum dikatakan sebagai bangsa
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Indonesia, tetapi menyingkat geopolitiknya masa lalu, sekarang ini serupa meskipun tak
sama. Sejarah masa lalu yang gemilang yang dimaksudkan adalah masa kerajaan
Sriwijaya dan Majapahit (Muhadi, 2007: 17), juka mampu menggambarkan lukisan
masa lalu tersebut, betapa besar kekuasaan, kemegahan dan kemakmuran rakyat dengan
memiliki wilayah luas yang lebih kurang seperti wilayah yang dimiliki saat ini. Selain
itu wilayah Indonesia juga perbah dijajah asing (Belanda), kendatipun wilayah terpisahpisah, namun menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia wilayah yang tergambar
dalam Sumpah Pemuda menggunakan ketentuan/ordomansi 1939, yakni batas teritorial
laut hanya 3 mil, namun setelah disepakati dan adanya pengakuan PBB atas deklarasi
Djuanda 1957, maka Indonesia menjadi Negara Archipelago State (Dwi Winarno, 2006:
27).
Berdasarkan Undang-Undang No. 17 tahun 1985 diadakan Rativikasi terhadap
wilayah teritorial Indonesia. Untuk menguatkan konstitusi Indonesia, dikeluarkan
Undang-Undang No. 1 1973, dan pada 1980 pemerintah mengeluarkan Zone Ekonomi
Eksklusif, antara lain berisi: Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia 200 mil diukur dari garis
pantai laut Indonesia. Tentang Konsepsi Wawasan Nusantara, tetang dalam ketetapan
MPR mengenai GBHN sejak 1973 yakni Tap. MPR/No.IV/MPR/1973, dan seterusnya
sampai pada Tap. No. II 1998. Intisari Wawasan Nusantara tersebut adalah sebagai
berikut: (a). Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan politik. (b). Kepulauan
Nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi. (c). Kepulauan Nusantara sebagai satu
kesatuan sosial budaya. (d) Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan pertahanan. dan
(Dwi Winarno, 2006: 124)
Jika memperhatikan hal-hal tersebut, maka konsep kesatuan politik, ekonomi,
sosial budaya, serta pertahanan keamanan, diperlukan suatu harmoni antara kepentingan
pusat dan daerah serta antar daerah, sehingga tidak memunculkan kecemburuan sosial
yang berakibat fatal. Oleh karena itu konsep terakhir Wawasan Nusantara 1998 yang
tertuang dalam Tap. MPR No. 11/1998, sebagai bagian terakhir tentang Wawasan
Nusantara apakah tetap dijadikan sebagai acuan dalam penyelenggaraan Negara, sebab
setelah GBHN 1998, tidak memiliki GBHN lagi. Agar tidak kehilangan arah dalam
penyelenggaraan Negara, sebaiknya Tap MPR No. 11/1998 tersebut dijadikan sebagai
acuan.
Melihat tujuan dan manfaat tentang Wawasan Nusantara yang demikian besar
maka sangat penting untuk dipertahankan karena menyangkut persatuan dan kesatuan
segala aspek kehidupan nasional serta untuk kepentingan Internasional. Selain itu hal
tersebut juga untuk kepentingan generasi muda yang nantinya akan tampil sebagai
pengelola bangsa dan negara Indonesia. Konsepsi Wawasan Nusantara warisan para
pendahulu hendaknya dijadikan sebagai konsepsi penyelenggara berbangsa dan
bernegara karena bernilai strategis, dan jika dimungkinkan untuk dikembangkan tanpa
merugikan kepentingan negara lain atau wilayah lain, dan boleh jadi guna menghindari
sparatisme yang sangat rawan di negeri kepulauan ini.
Pentingnya Wawasan Nusantara bagi Bangsa Indonesia.
Dari segi geografis dan sosial budaya, Indonesia merupakan negara bangsa
(nation state) dengan wilayah dan posisi yang unik serta bangsa yang heterogen.
Keunikan wilayah dan heterogenitas bangsa menjadikan bangsa Indonesia perlu
memiliki visi untuk untuk menjadi bangsa yang bersatu dan utuh. (Indonesia sebagai
negara maritim memiliki ± 17.508 pulau yang bernama/belum). Keunikan wilayah dan
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
heterogenitas dapat dijadikan modal memperkuat bangsa menuju cita-cita, sebaiknya
juga dapat dengan mudah menumbuhkan perpecahan dan infiltasi pihak luar. Peluang
kearah sentritugal (memecah) perlu ditanggulangi sedangkan peluang gerak sentripetal
(menyatu) perlu diupayakan secara berkesinambungan (Sunardi, 2004: 35).
Dari segi politik (pertama dikemukakan oleh Frederich Ratsel) yang menyatakan
bahwa politik suatu negara dipengaruhi oleh konstelasi geografi negara yang
bersangkutan. Orang Indonesia pertama yang mengaitkan geopolitik dengan Indonesia
adalah Ir. Soekarno (Bung Karno) dalam pidato 1 Juni 1945 (Sunardi, 2004: VIII). Jadi
dari segi manapun Wawasan Nusantara sangat penting bagi bangsa dan negara
Indonesia karena memiliki nilai sangat strategis. Konsepsi Wawasan Nusantara
dibangun diatas geopolitik, dibentuk dan dijiwai oleh paham kekuasaan serta penerapan
teori geopolitik bangsa Indonesia.
Ada satu hal yang perlu diingat bahwa meskipun Wawasan Nusantara
mengajarkan perlunya kesatuan politik, sistem ekonomi, sistem sosial, sistem budaya,
dan sistem pertahanan-keamanan dalam lingkup negara nasional Indonesia, mengenai
kekayaan alam daerah perlu adanya interprestasi yang tepat guna menghindari
kecemburuan nasional/daerah. Tujuannya ialah untuk mencapai harmoni antara
kepentingan pusat dan daerah.
Dari segi tujuan, Wawasan Nusantara memiliki tujuan yakni: Pertama,
menjamin perwujudan persatuan kesatuan segenap aspek kehidupan nasional, dan kedua
terjaminnya kepentingan nasional dalam dunia yang serba berubah, dan ikut serta
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial, serta mengembangkan suatu kerja sama dan saling menghormati. Guna
mengemban tugas-tugas tersebut diperlukan kepemimpinan (leadership)
yang
berbudaya, memiliki keahlian praktis (practical skills) serta memiliki wawasan kedepan
(vision), sehingga mampu memberikan arah yang jelas dalam membangun masa depan
bangsa (Sunardi, 2000: 17).
Penutup
Para pendiri Republik Indonesia ternyata memiliki kecerdasan emosional
(emotional question) yang sangat tinggi yang salah satu pandangannya tentang
Wawasan Nusantara guna membangun masa depan bangsa bentuk mencapai harmoni
kehidupan berbangsa dan bernegara. Persoalannya sekarang adalah bangsa Indonesia
GBHN untuk membangun bangsa. Persoalan selanjutnya apakah Wawasan Nusantara
masih menjadi acuan pembangunan?. Untuk mencari jawaban, persoalan-persoalan
tersebut calon pemimpin bangsa dan generasi penerus perlu mengembangkan diskusidiskusi tentang berbangsa dan bernegara utamanya Wawasan Nusantara untuk format
pembangunan sehingga tujuan nasional masyarakat adil makmur yang berdasar
Pancasila dan UUD ’45 dapat tercapai.
Wawasan Nusantara sekurang-kurangnya dapat memberikan pengertian,
wawasan dan acuan dalam pembangunan segala bidang bangsa Indonesia,agar tidak
keluar dari rel perjuangan bangsa guna mencapai tujuan. Mari songsong hari esok yang
lebih baik.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Daftar Rujukan
Dwi Winarso. 2006. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Panduan Kuliah
di Perguruan Tinggi. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Muhadi MS. 2001. Pengajaran Sejarah Menyongsong Abad 21 Dalam Rangka
Memantapkan Nasionalisme. Dalam Widyatama Nomor 3/Tahun XII/2003.
. 2007. Kebangkitan Nasional Memelihara dan Memperkuat Persatuan dan
Kesatuan Bangsa, Dalam Widyatama Nomor 2/Tahun XV/2007.
Sunardi. 2000. Berpijak Pada Kebudayaan Sendiri Mewujudkan Indonesia Raya.
LEMSTRA PDSD.
. 2004. Memahami Pancasila Sebagai Idiologi, Dasar Negara, Filosofi Bangsa,
dan Perekat Bangsa Indonesia. LEMSTRA PDSD.
Tap No. II/MPR/1993. UUD ’45, P4, GBHN. 2003. Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Departeman Pendidikan & Kebudayaan.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Download