MAKALAH KELOMPOK ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK “TRIAD OF CONCERN” KELOMPOK 2A 1. 2. 3. 4. 5. Hotniar Pandiangan (140600021) Winna Wijaya (140600022) Nabila Febriella Nst (140600023) Anissa Zahra (140600024) Mira Hardina (140600025) DOSEN PEMBIMBING 6. Nurwulan Rizky (140600026) 7. Tria Fitriani (140600027) 8. Dessy Vidya Warman (140600028) 9. Putri Lainatussifa (140600029) 10. Nur Indah Rtg (140600030) : Essie Octiara, drg. Sp.KGA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014 TRIAD OF CONCERN Kelompok 2A Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Jalan Alumni No.2 Kampus USU Medan 20155 ___________________________________________________________________________ PENDAHULUAN Menurut ahli psikologi usia anak terdiri dari beberapa tingkatan yaitu usia bayi, anak, prasekolah, sekolah, dan remaja. Beberapa pendekatan dalam menerapkan suatu perilaku dan kebiasaan dapat diterapkan pada masing-masing kelompok tersebut. Pengetahuan para dokter gigi mengenai perkembangan perilaku anak merupakan hal penting di dalam melaksanakan program pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.3 Di bidang kesehatan gigi masyarakat timbul paradigm baru tentang the person behind the theeth, di mana penerapan paradigma ini dalam berbagai layanan kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat tidak bisa terlepas dari dari persoalan manusia seutuhnya, artinya perawatan kesehatan gigi dan mulut kepada individu atau masyarakat bukan terhadap kasus penyakitnya saja tetapi justru terhadap orang atau manusia secara utuh (as human being) . Dengan demikian unsur manusia dengan berbagai karakteristiknya menjadi bagian penting dalam upaya penanganan masalah kesehatan gigi dan mulut di masyarakat, sehingga dengan penekanan aspek karakteristik manusia dalam layanan medik kesehatan gigi dan mulut menyebabkan peran komunikasi antara dokter gigi dengan penderitanya akan lebih menonjol.2 Penulisan pustaka ini bertujuan untuk memberikan kesadaran pada orang tua dan tenaga kesehatan agar lebih memperhatikan kesehatan mulut pada anak usia sekolah menurut asas Triad Of Concern. Triad of Concern sangat dibutuhkan untuk keberhasilan perawatan kesehatan gigi dan mulut. Masing-masing komponen dariTriad of Concern tidak dapat dipisahkan, karena keberhasilan perawatan kesehatan gigi dan mulut membutuhkan integrasi dari masing-masing komponen. 1 Kegunaan penulisan pustaka ini adalah untuk membahas asas Triad Of Concern agar dikemudian hari asas ini dapat diterapkan dalam perawatan klinik. HAL YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN DI DALAM TRIAD OF CONCERN PASIEN ANAK Anak merupakan salah satu objek atau sasaran utama perawatan gigi yang dilakukan oleh dokter gigi. Anak terbagi atas dua kelompok, kooperatif dan non-kooperatif. Anak kooperatif biasanya anak berumur 3 tahun ke atas, sedangkan anak nonkooperatif biasanya adalah anak yang belum berumur 3 tahun. Setiap anak pasti menjalani proses tumbuh kembang dan tingkah laku. Tumbuh kembang mempengaruhi tingkah laku anak. Selain tumbuh kembang, orang tua juga berperan juga dalam membentuk tingkah laku anak. Perilaku anak yang nonkooperatif dapat disebabkan dari faktor keluarga. Seperti yang kita ketahui, anak merupakan aset penting dalam keluarga. Sehingga orang tua berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya. Sikap orang tua terhadap perawatan gigi akan tercermin pada anaknya. Ini disebabkan sikap orang tua merupakan dasar pendidikan anak. Sikap orang tua yang terlalu memanjakan (over affection) dapat membuat anak menjadi manja. Sikap ini mungkin akan dilakukan kepada anak tunggal ataupun anak bungsu. Sikap orang tua yang terlalu khawatir (over anxiety) juga dapat menyebabkan anak tidak biasa dengan perawatan gigi, sehingga orang tua akan menunda rencana perawatan gigi jika anak terus menangis ketika dilakukan pemeriksaan oleh dokter gigi. Rasa takut adalah emosi pertama yang diperoleh bayi setelah lahir. Rasa takut merupakan suatu mekanisme protektif untuk melindungi seseorang dari bahaya dan pengrusakan diri Definisi lain menyebutkan takut ( fear ) merupakan suatu luapan emosi individu terhadap adanya perasaan bahaya atau ancaman yang merupakan gabungan dari faktor-faktor antara lain: perilaku yang tidak menyenangkan seperti ancaman yang menakutkan yang akan terjadi, perubahan fisiologis terutama yang mempengaruhi aktifitas saraf dari susunan saraf otonom. Reaksi rasa takut yang kuat diikuti dengan debar jantung yang keras disertai dengan tandatanda emosi yang lain, perubahan tingkah laku seperti gelisah, gemetar, serta berusaha menghindarkan diri dari pihak lain yang menyerangnya . Rasa takut dapat dihilangkan dengan berbagai cara, yaitu: dengan pencegahan terhadap pengalaman negatif yang menimbulkan rasa takut di masa mendatang, membuat suasana lingkungan yang dirasakan aman dan dapat dipercaya, membangun kepercayaan pada seorang pasien serta dokter gigi bertindak sedemikian rupa sehingga menghilangkan kegelisahan pasien.1 2 Rasa takut terhadap perawatan gigi sering disebut dental pobia. Dental fobia adalah suatu bentuk ketakutan yang berlebihan dan timbul pada setiap kunjungan ke dokter gigi. Dental fobia ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya perawatan gigi yang tidak atau kurang menyenangkan sebelumnya, keluargadekatataulingkungansekitar, pendidikan, sosial ekonomi dan lain sebagainya. Penanganan fobia terhadap perawatan gigi memerlukan dua tahapan terapi yaitu terapi terhadap fobia dan terapi terhadap penyakit gigi yang diderita pasien. Kunjungan pertama ke dokte rgigi adalah suatu hal yang penting bagi anak-anak karena kunjungan ini merupakan tahap pengenalan anak dengan doktergigi dan lingkungannya. Selain itu dental fobia juga dapat diatasi secara farmakologi yaitu pemberian obat-obatan dan non farmakologi yaitu tanpa menggunakan obat-obatan. ORANG TUA Mengajak anak-anak ke dokter gigi sangat penting untuk menjaga gigi mereka sekaligus mempromosikan kebiasaan kebersihan gigi dan mulut. Tapi dari cara pandang anak, berkunjung ke dokter gigi bisa menjadi peristiwa menakutkan. Berbaring di kursi pemeriksaan dan berada di ruangan asing yang penuh dengan suara dan benda-benda aneh akan membuat mereka ketakuan. Belum lagi jika ada orang asing yang memasukkan benda logam yang dingin ke dalam mulut. Oleh karena itu , Orangtua harus mampu memberikan pengertian juga kepercayaan kepada anaknya. Tindakan orangtua yang tepat dan terarah akan sangat membantu berhasilnya suatu perawatan gigi. Untuk membantu meringankan langkah si anak berkunjung ke dokter gigi, Ikuti langkahlangkah di bawah ini sehingga ia akan merasa nyaman dan lebih santai.4 Buatlah kunjungan ke dokter gigi singkat Ketika mempersiapkan kunjungan ke dokter gigi pertama kali, cobalah untuk tidak menyertakan detail terlalu banyak. Menyiapkan banyak hal akan menimbulkan pertanyaan dan menambahkan informasi tentang pengobatan tambahan sehingga menyebabkan kecemasan yang tidak perlu pada anak. Jagalah sikap positif ketika membahas kunjungan selanjutnya. Jangan memberi anak Anda harapan palsu. Hindari mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Karena jika anak Anda akhirnya butuh pengobatan lebih lanjut, ia mungkin kehilangan kepercayaan kepada dokter gigi atau pada orangtuanya. 3 Jaga Kata-kata Anda Jangan gunakan kata di bor, sakit atau nyeri dengan anak-anak ketika mengajaknya ke dokter gigi. Biarkan staf dokter yang memperkenalkan kata yang pantas untuk anak Anda. Beritahu si kecil bahwa dokter gigi bertugas mencari sisa makanan di mulut sehingga dokter perlu membersihkan giginya. Beritahu juga anak Anda bahwa dokter bertugas memeriksa senyum dan menghitung gigi mereka. Gunakan kata positif seperti "bersih, kuat, dan gigi yang sehat" untuk membuat kunjungan ke dokter gigi tampak menyenangkan daripada menakutkan. Berpura-puralah ke dokter gigi Sebelum berangkat ke dokter gigi yang sebenarnya, bermain dengan anak Anda dengan berpura-pura menjadi dokter gigi dan pasien. Mulailah dengan menghitung jumlah gigi si kecil dengan menggunakan angka 1 atau huruf A. Hindari membuat suara-suara pengeboran atau suara-suara menakutkan yang biasa ada di ruang pemeriksaan gigi. Anda juga bisa menyiapkan cermin dan menunjukkan kepada si kecil bagaimana cara dokter memeriksa giginya. Lalu biarkan anak Anda bermain dengan menggunakan sikat gigi untuk membersihkan kotoran gigi dari boneka mainannya. Tujuan kegiatan ini adalah mengenalkan anak dengan kegiatan di dokter gigi sehingga dia lebih nyaman untuk kunjungan yang sebenarnya. Bersiaplah Jika Si Kecil Rewel Adalah hal yang normal jika anak kecil menangis, merengek, dan tidak mau diperiksa giginya oleh orang asing. Tetap tenang dan ingat bahwa dokter gigi dan stafnya sudah terbiasa dengan anak-anak saat mereka mengamuk tidak mau diperiksa. Biarkan perawat gigi profesional yang memandu. Mereka mungkin akan meminta Anda untuk tetap berada di kejauhan atau memegang tangan si kecil. Ini dilakukan untuk memberikan kenyamanan dan mencegah si kecil mengambil alat-alat pemeriksaan gigi. Hindari Sogokan Banyak ahli gigi menyarankan untuk tidak menjanjikan sesuatu kepada anak jika dia berperilaku baik di dokter gigi. Menjanjikan sesuatu tidak akan meningkatkan rasa percaya diri mereka. Jika mengatakan: "Jika kamu tidak rewel atau menangis, kamu akan 4 mendapatkan permen lollipop," bisa membuat si kecil berpikir, "Apa sebegitu menakutkannya dokter gigi sehingga saya bisa menangis?" Menjanjikan perlakuan manis juga mengirim pesan yang salah kepada Anak. Setelah kunjungan selesai, puji anak Anda karena sudah berperilaku baik dan berani. Sesekali berikan kejutan dengan membelikannya stiker atau mainan kecil sebagai sebuah apresiasi. Tekankan Pentingnya Kebersihan Mulut Ajarkan pada anak Anda bahwa mengunjungi dokter gigi adalah keharusan dan bukan pilihan. Bilang pada mereka bahwa dokter gigi akan mengurus giginya sehingga giginya kuat untuk makan. Anda juga bisa menjelaskan bahwa dokter gigi membantu menjaga kebersihan mulutnya dan memastikan anak Anda akan memiliki senyum yang indah selama bertahuntahun. DOKTER GIGI Dokter gigi merupakan petugas kesehatan yang bertugas untuk merawat pasien (anak). Dokter gigi anak bekerja dengan tujuan pencegahan masalah-masalah kesehatan gigi sebelum timbul suatu masalah dalam mulut, dan melakukan perawatan apabila terdapat kelainan pada rongga mulut. Dalam hal ini, ia bekerja sama dengan orang tua anak untuk merawat kesehatan mulut anak.3 Hal-hal yang harus diperhatikan oleh Dokter gigi dalam penanggulangan tingkah laku anak adalah 3 - Dokter gigi dan perawatnya Sopan–Ramah dan berpakaian rapi. Penampilan dokter gigi yang menarik, bersih dan rapi serta dukungan peralatan yang modern dan desain ruang praktek yang baik dapat memperoleh kepercayaan pasien khususnya anak-anak. sebagai dokter gigi kita harus mengetahui prinsip-prinsip tentang tumbuh–kembang anak (kompleks) untuk membantu operator dalam me memanajemen atau pengelolaan penderita anak-anak. Pada umumnya dokter gigi harus bersikap ramah, sopan, tulus, dan percaya diri. Control suara (voice control) dokter gigi merupakan hal penting dalam mengatur tingakah laku anak - Kunjungan ke dokter gigi dan waktu yang diberikan 5 Keberhasilan perawatan didukung pula oleh perjanjian yang dibuat, dan usahakan saat pasien anak menunggu di ruang tunggu tidak terlalu lama. Jika terlalu lama menunggu pada ruang tunggu akan mempengaruhi kondisi psikologis anak dan orang tua. Perjanjian yang baik dapat diatur oleh anak, orang tua, dan dokter gigi. Menurut rekomendasi dari The American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) dan American Dental Association (ADA), seorang anak harus mulai melakukan kunjugan ke dokter gigi setelah gigi sulung pertamanya erupsi dan tidak boleh lebih dari usia 12 bulan. Rekomendasi ini ditujukan untuk mendeteksi dan mengontrol berbagai patologi gigi, terutama karies gigi yang merupakan penyakit mulut yang paling prevalen pada anak-anak dan dapat terjadi segera setelah gigi erupsi. - Komunikasi efektif Pengembangan hubungan dokter-pasien (anak) secara efektif yang berlangsung secara efisien, dengan tujuan utama penyampaian informasi atau pemberian penjelasan yang diperlukan dalam rangka membangun kerja sama antara dokter dengan pasien. Komunikasi yang dilakukan secara verbal dan nonverbal menghasilkan pemahaman pasien terhadap keadaan kesehatannya, peluang dan kendalanya, sehingga dapat bersama-sama dokter mencari alternatif untuk mengatasi permasalahannya. Ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan komunikasi, yaitu SAJI (Poernomo, Ieda SS, Program Family Health Nutrition, Depkes RI, 1999). S = Salam A = Ajak Bicara J = Jelaskan I = Ingatkan Secara rinci penjelasan mengenai SAJI adalah sebagai berikut. Salam: Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa Anda bersedia meluangkan waktu untuk berbicara dengannya. Ajak Bicara: 6 Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara sendiri. Dorong agar Pasien (anak) mau dan dapat mengemukakan pikiran dan perasaannya. Tunjukkan bahwa dokter menghargai pendapatnya, dapat memahami kecemasannya, serta mengerti perasaannya. Operator dapat menggunakan pertanyaan terbuka maupun tertutup dalam usaha menggali informasi. Operator dapat menggali informasi lebih banyak dari orang tua anak. Jelaskan: Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin diketahuinya, dan yang akan dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh pikirannya sendiri. Luruskan persepsi yang keliru. Berikan penjelasan mengenai penyakit, terapi, atau apapun secara jelas dan detil. Ingatkan: Percakapan yang dokter lakukan bersama pasien mungkin memasukkan berbagai materi secara luas, yang tidak mudah diingatnya kembali. Di bagian akhir percakapan, ingatkan dia untuk hal-hal yang penting dan koreksi untuk persepsi yang keliru. Selalu melakukan klarifikasi apakah pasien telah mengerti benar, maupun klarifikasi terhadap halhal yang masih belum jelas bagi kedua belah pihak serta mengulang kembali akan pesanpesan kesehatan yang penting. - Pengetahuan penderita Saat ini motivasi dokter dalam pelayanan kesehatan yang mulai bergeser dari keinginan untuk menolong sesama manusia menjadi kepentingan bisnis, menyebabkan terjadinya cara pelayanan dokter yang tidak komunikatif dan kurang simpatis, kurangnya pengetahuan pasien – dokter tentang hak dan kewajibannya masing-masing, kurangnya inform consent, dan sebagainya. - Pengetahuan dan keterampilan dokter gigi Sebagai profesional, keterampilan dokter merupakan salah satu kompetensi yang harus di kuasai dokter gigi karena akan menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien. Dokter gigi yang baik harus dapat melaksanakan kewajibannya yaitu melakukan perawatan dengan baik dengan meminimalkan rasa sakit. 7 PEMBAHASAN Keberhasilan perawatan gigi pada pasien anak tergantung pada ketelitian pemeriksaan , diagnosa yang tepat dan perawatan yang tepat . Oleh karena itu , dalam penanggulangan tingkah laku , ada 3 komponen yang harus dipertimbangkan , yakni anak , orangtua dan dokter gigi . Komunikasi dokter gigi dengan pasien anak merupakan hubungan yang berlangsung antara dokter gigi , pasien anak dan orang tua . Kesehatan gigi dan mulut pada anak mempunyai peranan penting karena merupakan bagian integral dari seluruh kesehatan . Karena itu , komunikasi yang efektif antara dokter gigi , anak dan orang tua merupakan komponen yang penting agar dapat menumbuhkan kepercayaan pasien . Hubungan yang efektif antar ketiganya dapat mengurangi keraguan akan perawatan gigi pada anak . Bila dokter gigi tanggap pada respon anak dan orangtua atas informasi yang disampaikannya maka anak dan orangtua akan lebih terbuka dan belajar . Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa orang tua harus menumbuhkan kebiasaan hidup sehat pada anak khususnya dalam perawatan kesehatan gigi dan mulut. Komunikasi yang baik antara dokter gigi dengan pasien anak maupun orang tua akan memberikan hasil perawatan yang efektif.Perawatan gigi dan mulut sejak dini pada anak penting untuk pertumbuhan anak secara umum, usia anak dan faktor kepribadian orangtua juga berperan dalam membangun komunikasi efektif dengan dokter gigi. REFERENSI 1. Swaatini IGAAP , Tedjasulaksana R , Nahak MM . Gambaran rasa takut Terhadap Perawatan Gigi Pada Anak Usia Sekolah yang Berobat ke puskesmas IV Denpasar Barat . Interdental J . 2007;5(1):53-57. 2. Soelarso dkk . Peran Komunikasi Interpersonal. Dent J.2005;38(3):124-129. 3. Paradipta A . Tiga Komponen yang Harus Dipertimbangkan dalam Penanggulangan Tingkah Laku Anak . 10 Februari http://paradipta.blogspot.com/2011/02/tiga-komponen-yang-harus.html 2011 ( . 25 November 2014 ) 4. Parents Indonesia. 7 tips supaya Anak Tidak Takut ke Dokter gigi. http://www.parentsindonesia.com/article.php?type=article&cat=kids&id=569( 26 November 2014 ) 8