Kelompok 4B 1 Triad of Concern PENDAHULUAN Kesehatan gigi dan mulut merupakan komponen penting dalam tumbuh kembang seorang anak.1 Setiap anak perlu diperhatikan dan dirawat kesehatan giginya, sehingga tidak terlalu dini mengalami kerusakan gigi. Salah satu konsep perawatan gigi secara komprehensif bagi anak-anak dari bayi sampai remaja adalah dengan pendekatan Triad of Concern. Triad of concern menghubungkan tiga komponen utama dalam perawatan gigi anak: pasien anak, orang tua, dan dokter gigi. Triad of concern mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam penanggulangan tingkah laku anak dalam menjalani perawatan gigi.2 Dalam setiap usia, masing-masing anak mempunyai perkembangan psikologi yang berbeda-beda. Dalam menjalani perawatan gigi, kunjungan pertama anak harus diperhatikan. Adanya kehadiran orang tua dan perhatian penuh dari dokter gigi memberikan rasa aman pada pasien anak. Dimana adanya rasa aman ini akan sangat berpengaruh terhadap kunjungan berikutnya dan kepercayaan pasien terhadap dokter gigi tersebut.2 Sikap orang tua juga sangat berpengaruh terhadap tingkah laku anak dalam menjalani perawatan, seperti sikap orang tua yang over protection terhadap anak akan mengakibatkan si anak selalu bergantung kepada orang tuanya, sehingga hal ini tentu akan menyulitkan berlangsungnya perawatan. Dokter gigi perlu memberikan nasehat kepada orang tua untuk memberikan kepercayaan kepada dokter gigi dan bersifat koperatif.2 Seorang dokter gigi diharuskan untuk mengetahui kondisi pasiennya yang dalam hal ini merupakan anak-anak. Untuk mengetahui pasiennya, seorang dokter gigi harus mempunyai cara berkomunikasi yang baik, adanya pengertian terhadap pasien anak dan juga komunikasi yang baik akan menciptakan hubungan yang baik pula antara anak dan dokter gigi. Dokter gigi juga harus mampu melaksanakan tugasnya dengan terampil dan sedikit mungkin menimbulkan rasa sakit, serta bekerja dengan hati-hati dan tidak membuang buang waktu sehingga pasien yakin terhadap dokter gigi dan perawatan yang dijalani.2 Oleh karena itu, disini penulis akan memaparkan lebih lanjut mengenai konsep Triad of Concern, sehingga nantinya dapat dijadikan salah satu rujukan dalam perawatan gigi anak. TRIAD OF CONCERN Triad of concern merupakan tiga komponen penanggulangan tingkah laku anak yang dibutuhkan untuk menangani segala tindakan dan tingkah laku yang ditunjukkan Kelompok 4B 2 Triad of Concern anak saat sebelum, dalam proses, maupun setelah perawatan gigi anak. Tiga komponen tersebut adalah anak, orang tua dan dokter gigi. Triad of Concern menyangkut segala bentuk atau cara berkomunikasi antara anak dengan orang tua, anak dengan dokter gigi, dan antara dokter gigi dengan orang tua. Komunikasi merupakan kunci utama dokter gigi dalam melakukan perawatan gigi. Komunikasi yang baik akan menimbulkan respon yang baik dari pasien dalam kelancaran perawatan gigi. Anak merupakan puncak dari Triad of Concern, segala perhatian orang tua dan dokter gigi tertuju pada anak yang menjadi pasien. Pasien anak biasanya mengaami rasa takut saat proses perawatan gigi berlangsung. Rasa takut merupakan suatu mekanisme perlindungan diri dan bukan merupakan gejala abnormal karena secara naluriah seorang anak akan merasa takut dengan sesuatu yang asing baginya. Oleh karena itu, diperlukan konsep Triad of Concern sebagai pendekatan berkomunikasi dengan anak, agar anak mau bekerja sama dengan dokter gigi dan didukung oleh orang tua.3 KOMPONEN POKOK TRIAD OF CONCERN A. PASIEN ANAK Anak merupakan individu yang berada di dalam rentang perubahan dari bayi hingga remaja. Menurut UU Republik Indonesia No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 1 ayat (1), anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 25 tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak, anak dikelompokkan berdasarkan usia: (a)Bayi adalah anak mulai umur 0 sampai 11 bulan, (b)Anak Balita adalah anak umur 12 bulan sampai umur 59 bulan, (c)Anak Prasekolah adalah anak umur 60 bulan sampai 72 bulan, dan (d)Anak usia sekolah adalah anak umur lebih dari 6 tahun sampai sebelum usia 18 tahun. Setiap anak berbeda-beda sikap, perilaku atau tingkah lakunya sesuai dengan usia dan perkembangannya. Perkembangan anak berdasarkan usia dapat dibagi menjadi: 1. Dibawah 2 tahun (Toddlerhood) Pada periode ini, anak baru mengenal objek-objek sekitarnya seperti memegang alat-alat dan masih mematangkan fungsional tubuhnya. Perkembangan Kelompok 4B 3 Triad of Concern emosi pada usia ini relatif mudah marah dan masih bergantung secara total kepada orang lain. 2. Usia Prasekolah (2-6 tahun) Pada usia ini sikap anak cenderung egosentris, lebih aktif bermain, dan peka terhadap pujian. Kosa kata semakin bertambah, sering bersosialisasi dan meniru orang dewasa, serta mulai banyak bertanya (cerewet) khususnya umur 3-4 tahun. Sedangakan umur 5-6 tahun anak mulai mengerti mana yang baik dan buruk, mulai tidak bergantung pada orang lain, dan mulai berpikir logis. 3. Usia Sekolah (6-14 tahun) Pada usia sekolah, anak telah menerima kehadiran orang lain (guru) dan banyak dipengaruhi oleh teman. Mereka semakin mempraktekkan aturan-aturan yang didasarkan pada fenomena yang dapat diamati dan mulai mengerti tentang gunanya kunjungan ke dokter. Menurut Wright, perilaku anak dapat diklasifikasikan menjadi:6 1. Kooperatif Perilaku kooperatif ini menunjukkan sikap santai, rileks, dan pendekatan yang dilakukan pun cukup sederhana. Anak-anak yang kooperatif sangat antusias saat menerima perawatan dari dokter gigi. Sikap ini biasanya ditemukan pada usia 4 tahun keatas. 2. Kurang Kooperatif Sikap ini biasanya dimiliki anak-anak dengan usia muda dimana kemampuan komunikasinya kurang baik. Anak-anak yang kurang kooperatif terkadang hanya muram dan hanya diam ketika diajak bicara atau ditanya, dan untuk situasi yang parah dapat menangis dengan kencang, histeris, ketakutan dan menoak secara terangterangan. 3. Potensial Kooperatif Anak-anak dengan sikap ini memiliki potensi atau kemampuan untuk menjadi kooperatif. Mereka memiliki perilaku yang dapat diubah menjadi kooperatif ditandai dengan ikhlas mematuhi dokter gigi walaupun terkadang timbul keraguan dan sedikit takut. Anak-anak dengan sikap ini biasanya ditemukan muai dari usia peralihan usia prasekolah menuju usia sekolah. Kelompok 4B 4 Triad of Concern B. ORANG TUA Peranan orang tua merupakan salah satu faktor dalam keberhasilan perawatan pasien anak oleh karena sikap orang tua akan mempengaruhi tingkah laku anak, misalnya orang tua terlalu berlebihan memberikan perlindungan pada anak (over-protection) dapat mengakibatkan anak akan selalu bergantung pada orang tuanya. Orang tua dapat dipimpin untuk mengerti bahwa pada waktu berada di ruang praktek, dokter gigi mengetahui bagaimana cara terbaik mengatasi emosi anak untuk keperluan perawatan. Orang tua harus mempunyai keyakinan penuh pada dokter giginya dan mempercayakan anaknya untuk dirawat. Pendekatan dengan orang tua dapat dilakukan dengan cara memberikan nasehat (counseling) yaitu perawatan gigi yang harus diperhatikan, kapan dimulai dan pengaruh lingkungan dimana hal ini dapat disebarkan melalui berbagai media massa atau secara individu. C. DOKTER GIGI Menurut Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran, dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi spesialis lulusan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dokter gigi anak bekerja dengan tujuan pencegahan masalah-masalah kesehatan gigi sebelum timbul suatu masalah dalam mulut, dan melakukan perawatan apabila terdapat kelainan pada rongga mulut. Dalam hal ini, ia bekerja sama dengan orang tua anak untuk merawat kesehatan mulut anak.4 Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh dokter gigi, yaitu:5 1. Kepribadian dokter gigi dan perawatnya Dokter gigi dan perawat harus memiliki kepribadian yang ramah, lemah lembut dan sabar agar si anak memunyai keyakinan terhadap orang-orang yang dijumpainya di tempat praktek yang meliputi penerima kartu, perawatan dan dokter giginya. 2. Waktu dan lamanya kunjungan Membatasi lamanya waktu kunjungan agar si anak tidak merasa bosan dan menangis serta memilih waktu kunjungan yang tepat dan sesuai dengan si anak, misalnya tidak memilih waktu kunjungan pada saat jam tidurnya. Kelompok 4B 5 Triad of Concern 3. Komunikasi dokter gigi Seorang dokter gigi harus mempelajari bagaimana komunikasi dengan pasiennya. Dengan komunikasi, hubungan antara dokter gigi dan pasien dapat meningkat. Usahakan saat berbicara dengan pasien anak-anak menggunakan bahasa yang tidak menimbulkan rasa takut dan bingung. 4. Pengetahuan tentang pasien Dokter gigi harus memunyai informasi tentang si anak terlebih dahulu sebelum ia duduk di kursi gigi. Informasi tersebut dapat digunakan untuk menyiapkan perlakuan yang akan diberikan pada si anak saat kunjungan. 5. Perhatian terhadap pasien Setiap anak harus diberi perhatian penuh oleh dokter giginya. Selalu merawat si anak dengan beranggapan bahwa ia satu-satunya pasien pada hari itu. Jangan meninggalkan si anak sendirian di kursi gigi dikarenakan rasa takutnya yang belum hilang akan bertambah. 6. Keterampilan dokter gigi Seorang dokter gigi harus mampu melaksanakan tugasnya dengan cekatan, terampil dan sedikit mungkin menimbulkan rasa sakit. Dalam melakukan perawatan pada pasien anak, tenaga asisten akan sangat diperlukan, terutama pada saat menolong mengontrol anak dan melakukan tindakan operatif. 7. Kelayakan dokter gigi Setiap berhubungan dengan pasien anak, harus realistik dan bertanggung jawab. Jangan menghukumnya karena ia penakut. Coba untuk mengambil hati anak dan mengerti mengapa ia bersikap seperti itu. Berikan si anak kesempatan untuk berpartisipasi dalam prosedur perawatan, sehingga mereka merasa lebih tertarik dan koperatif. KOMUNIKASI ANTAR KOMPONEN TRIAD OF CONCERN A. KOMUNIKASI ANTARA DOKTER GIGI DAN PASIEN ANAK Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjalin hubungan dengan anak. Melalui komunikasi tersebut, dokter gigi dapat mengambil data yang terdapat dalam diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan tindakan perawatan. Dalam berkomunikasi dengan anak, seorang dokter gigi harus memperhatikan kematangan kognitif Kelompok 4B 6 Triad of Concern anak, membuat situasi yang kondusif, dan berkomunikasi sesuai dengan tingkat perkembangan anak.3 Beberapa teknik komunikasi yang efektif terhadap anak, antara lain: 1. Menciptakan komunikasi Dalam hal ini, seorang dokter gigi sebaiknya mengikutsertakan anak dalam percakapan agar dokter gigi tersebut dapat memahami pasien serta dapat membuat anak menjadi lebih rileks. Komunikasi verbal dapat diciptakan dengan berbagai cara dan kefektifan dari komunikasi ini tergantung dari usia anak. Tahap awal yang sangat baik untuk memulainya adalah dengan memberikan pujian kepada anak diikuti dengan pertanyaan yang menimbulkan jawaban dari anak, selain dari kata “ya” atau “tidak”. 2. Melalui komunikator Umumnya, asisten dental yang berbicara dengan anak selama perjalanan pasien dari ruang resepsionis samapai ke ruang operator dan juga selama proses preparasi di dental unit. 3. Kejelasan pasien Komunikasi adalah sesuatu yang kompleks dan multisensoris. Didalamnya mencakup penyampai pesan (dokter gigi), media (kata-kata yang diucapkan), dan penerima pesan (pasien). Pesan yang disampaikan harus dapat dimengerti dengan satu pemikiran yang sama antara penyampai pesan dan penerima pesan. Sangat sering digunakan eufimisme (pengganti kata) untuk lebih dimengerti dalam menjelaskan prosedur terhadap pasien muda. Contohnya, dalam terminologi dental (kata ganti), seperti alginate yang berarti pudding, bur yang berarti sikat kecil, dan sebagainya. 4. Kontrol suara Seorang dokter gigi sebaiknya menggunakan kata-kata yang tegas tetapi lembut. Dengan begitu, seorang dokter gigi dapat menarik perhatian si anak dan memberhentikan anak dari segala aktivitas yang sedang dikerjakannya. 5. Komunikasi multisensori Komunikasi verbal fokus pada apa yang diucapkan dan bagaimana kata-kata itu diucapkan. Komunikasi non-verbal juga dapat disampaikan melalui kontak tubuh. Misalnya, seorang dokter gigi memegang pundak anak saat duduk di kursi gigi agar lebih merasa bersahabat. Selain itu, kontak mata juga penting dilakukan dokter gigi. Sebaiknya dokter gigi menatap anak dengan tatapan lembut tanpa melotot. Kelompok 4B 7 Triad of Concern 6. Masalah kepemilikan Terkadang, dokter gigi lupa dengan siapa mereka berhadapan. Mereka memanggil “kamu” kepada anak tersebut. Sebaiknya, dokter gigi memanggil si anak dengan panggilan nama di rumahnya karena kata “kamu” dapat mengimplikasikan bahwa anak tersebut salah. 7. Aktif mendengarkan Mendengarkan merupakan hal yang penting dalam merawat anak. Aktif mendengarkan adalah tahap kedua terbaik dalam teknik berkomunikasi sehingga pasien terstimulasi untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya. 8. Respon yang tepat Seorang dokter gigi juga harus memberikan respon yang positif terhadap apa yang diungkapkan anak agar si anak lebih dapat terbuka pada respon tersebut. B. KOMUNIKASI ANTARA DOKTER GIGI DAN ORANG TUA Pada saat wawancara medis pasien anak, tidak hanya anak yang memberikan informasi, tetapi orang tuanya juga, sehingga disebut dual patient. Kedudukan anak disini sebagai individu yang sakit sekaligus sebagai anggota keluarga. Dokter membutuhkan informasi keduanya untuk melengkapi data yang diperlukan dan untuk memperkuat diagnosis. Dengan dual patient, dokter dapat memperhatikan anak dan orang tuanya sekaligus. Misalnya pada saat dokter mendapat pasien anak yang berumur tiga tahun, dokter dapat berkomunikasi dengan anak dan orang tua untuk mengetahui akan sakitnya. Tidak hanya itu, dokter juga dapat mengetahui bagaimana perkembangan komunikasi anak dan bagaimana kedekatan hubungan anak dengan orang tua, sehingga dokter dapat menilai dominasi orang tua terhadap anak. Ada beberapa hal yang harus ditekankan dokter dalam komunikasi dengan orang tua anak, yaitu:8 1. Mendengarkan Seorang dokter harus mampu menjadi pendengar yang baik bagi orang tua anak yang dapat ditunjukkan melalui kata-kata ataupun bahasa tubuh, misalnya dengan cara duduk kita yang condong ke depan, menatap mata, menunjukkan perhatian, dan merespon semua kata-kata pasien baik yang verbal maupun nonverbal. Memberikan jeda waktu juga diperlukan untuk orang tua agar dapat menceritakan dan memberitahukan tentang riwayat penyakit yang diderita anaknya. Kelompok 4B 8 Triad of Concern 2. Memfasilitasi Dialog Seorang dokter harus mampu mendengarkan cerita orang tua dengan penuh empati tanpa menginterupsi, merubah pokok bahasan pembicaraan, atau langsung menghakimi pasien. Seorang dokter juga jangan memberikan diagnosa terlalu dini sebelum orang tua selesai bercerita agar tidak mempengaruhi orang tua. Oleh karena itu seorang dokter juga perlu mengarahkan jalannya wawancara. Adapun strategi untuk melakukan wawancara medis dengan orang tua, yaitu : a. Mengetahui alasan mereka pergi ke dokter (untuk mencari keluhan utama) b. Mengetahui harapan orang tua c. Menuntun dalam melakukan wawancara dan tidak mendominasi 3. Bersikap Sopan dan Santun Seorang dokter diharapkan mampu menerapkan sikap sopan santun umum kepada orang tua pasien, termasuk sikap peduli agar orang tua merasa senang, yaitu dengan situasi yang bersahabat dan professional, bukan suasana yang kaku. 4. Melakukan Konseling Memberikan nasihat dan konseling tentang penyakit yang diderita pasien kepada orang tua merupakan kewajiban dokter dalam melakukan tugasnya sehari-hari. Hendaknya dokter menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh orang tua, karena orang tua ingin penjelasan yang mudah dimengerti tentang diagnosa penyakit anaknya dan juga tentang hal-hal yang menyangkut tata pelaksanaannya. 5. Bicara dengan Anak Komunikasi dengan anak dapat dilakukan diawal pertemuan. Dengan adanya komunikasi dan interaksi awal yang baik, maka akan menciptakan hubungan yang baik pula antara pasien dan dokter. Disamping itu, dokter juga dapat melakukan diagnosa awal melalui kontak fisik yang dilakukan, misalnya dengan salaman atau kontak mata. Perilaku komunikasi antara dokter dengan anak sering dijadikan contoh bagi orang tua tentang bagaimana cara berkomunikasi dengan yang baik. 6. Penutup Dalam melakukan wawancara medis dengan orang tau, dokter harus melakukan hal-hal berikut: a. Membuat ringkasan semua informasi yang telah diceritakan oleh orang tua pasien dan memasukkannya kedalam rekam medis anak tersebut. Kelompok 4B 9 Triad of Concern b. Jika ada, berikan materi edukasi yang terkait dengan sakit anaknya. Jelaskan karakteristik anak yang kita tangani dan prognosisnya. c. Tanyakan kepada anak yang sudah besar, orang tua, atau pengasuhnya tentang halhal yang belum jelas. Bila waktu terbatas, kita dapat membuatkan rencana kunjungan berikutnya. C. KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DAN PASIEN ANAK Orang tua memiliki peranan penting dalam mengelola tingkah laku anak dalam perawatan gigi. Jika anak bersifat nonkooperatif dalam perawatan gigi, orang tua haruslah melakukan komunikasi efektif dengan anaknya untuk membantu dokter gigi. Misalnya, dengan membujuk secara halus, memberi dukungan-dukungan positif, dan meyakinkan si anak bahwa tindakan yang sedang dilakukan dokter gigi bukanlah sesuatu yang berbahaya. PEMBAHASAN Pendekatan yang digunakan dalam perawatan gigi anak adalah pendekatan resiprokal yang melibatkan komponen utama yaitu dokter gigi, orangtua, dan anak itu sendiri. Salah satu konsep perawatan gigi anak yang dikenal adalah konsep Triad of Concern atau Paedodontic Treatment Triangle. Konsep ini menyoroti peran penting yang dapat dimainkan orang tua dalam membimbing perilaku anak dan menunjukkan bahwa mereka adalah bagian integral dari kunjungan gigi pasien paedodontik. Child Patient Family (Mother) Dental personnel (Dentist) Gambar 1. Ilustrasi Konsep Dasar Pedodonsia Konsep Triad of Concern menunjukkan adanya keterkaitan antara hubungan dokter gigi dengan anak dan hubungan dokter gigi dengan orang tua anak, yang diilustrasikan oleh Gambar 1: a. Dental Personnel (Dentist) Garis yang diambil dari sudut berlabel 'personil gigi' menunjukkan bahwa merawat anak-anak setidaknya merupakan hubungan satu-ke-dua yaitu, personil gigi untuk orang tua anak.9 Kelompok 4B 10 Triad of Concern Dokter gigi memiliki peran dalam memberikan informasi mengenai kesehatan gigi dan mulut anak serta merawat gigi anak.10 b. Family (Mother) Pesan orang tua kepada pasien anak mungkin lebih mendukung. Meski setiap orang dalam keluarga bisa mempengaruhi perilaku pasien anak, sang ibu sering kali paling berpengaruh.9 Orangtua memiliki peran dalam memberikan informasi kepada dokter gigi agar komunikasi dapat berjalan lancar serta memberikan motivasi kepada anak.10 C. Child Patient Anak itu ditarik di puncak segitiga. Hal ini menjadikan anak sebagai fokus perhatian.9 Tanda panah dua arah (resiprokal) pada segitiga perawatan gigi anak (Paedodontic Treatment Triangle) memiliki arti bahwa dalam melakukan perawatan gigi anak, diperlukan peran yang timbal balik dari tiap komponen. Selain itu, komunikasi antar kepribadian berbeda di segitiga mengubah hubungan.10 Melalui komunikasi yang efektif dan perintah yang mudah dipahami, akan menjadi manajemen yang baik dalam merawat gigi anak, baik anak untuk yang memiliki sikap yang kooperatif ataupun tidak kooperatif. Membangun komunikasi yang efektif antara orang tua dan dokter gigi juga sangat diperlukan untuk memberlangsungkan proses perawatan gigi yang efektif. Orangtua dapat memberikan kontribusi wawasan (banyak dapat memprediksi perilaku anak-anak), menjelaskan masalah pribadi, dan yang terpenting, berfungsi sebagai sumber dorongan dan motivasi bagi anak-anak mereka. Tanpa partisipasi orang tua, pekerjaan seorang dokter gigi lebih sulit dan kurang produktif. Singkatnya, layanan gigi paling efektif saat orang tua menjadi anggota aktif tim pemandu. Gerald Wright dalam bukunya yang berjudul Manajemen Anak dalam Kedokteran Gigi, orang tua dapat dibedakan menjadi compliant dan non-compliant. Kepada orang tua yang sesuai dengan dokter gigi adalah orang-orang yang anak-anaknya diminta untuk melakukan pengangkatan dan umumnya memiliki sikap positif terhadap perawatan gigi. Di sisi lain, orang tua yang tidak patuh menggantikan beberapa sikap orang tua yang negatif: perilaku overprotektif, perilaku bermusuhan, dan perilaku lalai.9 Komunikasi yang efektif sangat penting untuk pengembangan hubungan baik pasien dan mungkin merupakan dasar keberhasilan banyak dokter gigi dengan anak-anak dalam praktik mereka. Dengan demikian komunikasi merupakan aspek penting dalam Kelompok 4B 11 Triad of Concern pengelolaan anak. Dengan melibatkan anak dalam percakapan, dokter gigi tidak hanya belajar tentang pasien tapi juga bisa menenangkan anak muda. Mengawali komunikasi antara dokter gigi dan pasien anak lebih baik dilakukan dengan komunikasi verbal yang disertai komentar-komentarnya, karena anak umumnya bangga dengan barang baru mereka dan suka ditanyai tentangnya. Dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan perawatan gigi anak dapat digunakan konsep Triad of Concern, yang melibatkan 3 komponen utama yakni anak, orangtua, dan dokter gigi, dengan memfokuskan komunikasi efektif antara dokter gigi dan orang tua, antara dokter gigi dan pasien anak, antara orang tua dan pasien anak. REFERENSI 1. Wilisusanto. Pedo–triad of concern. http://dokumen.tipsdocumentspedo-triad-ofconcern.html (21 november 2017). 2. Badrinatheswar gv. Pedodontics Practice and Management. 1st ed., India; Jaypee Brothers Medical Publishers, 2010:2. 3. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi. Triad of Concern. 21 April 2017. https://docuri.com/download/triad-of-concern_59c1ea14f581710b286d9a7d_pdf (21 November 2017). 4. Paradipta A. 10 februari 2011. http://paradipta.blogspot.com/2011/02/tiga-komponenyang-harus.html (23 November 2017). 5. Saptiana TA. Gambaran Metode Pengelolaan Tingkah Laku Secara Nonfarmakologi pada Perawatan Gigi dan Mulut Anak di RSGM DRG. HJ. HALIMAH DG. SIKATI FKG UNHAS. Skripsi: Makassar: Universitas Hasanuddin, 2011: 24-9. 6. Octiara E, Tingkah Laku Anak. 201: Medan: Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatra Utara. 7. Soeparmin S, Pengendalian Tingkah Laku Anak dalam Praktek Kedokteran Gigi. 2014, Denpasar: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati; http://unmaslibrary.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/PENGENDALIAN-TINGKAH-LAKUANAK-1.doc (21 November 2017). 8. Soetjiningsih, ed. Modul Komunikasi Pasien-Dokter. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2008: 80-8. 9. Wright GZ, Starkey PE, Gardner DE. Child Management in Dentistry. 2nd ed., Bristol: IOP Publishing Limited, 1987:3-87 10. Wijaya A. Pengelolaan Tingkah Laku Anak dalam Peawatan Gigi. http://312918081Makalah-Pengelolaan-Perilaku-Anak-PDF.docx (23 November 2017).