Sevoflurane dapat Menjadi Anestetik Alternatif dalam

advertisement
BERITA TERKINI
Sevoflurane dapat Menjadi Anestetik Alternatif
dalam Terapi Elektrokonvulsif
T
erapi elektrokonvulsif (ECT) rawat jalan
saat ini disukai karena biaya lebih rendah
dan kurang mengganggu aktivitas
sosial pasien. Terapi elektrokonvulsif adalah
terapi psikiatri penginduksi kejang dengan
menggunakan aliran listrik, digunakan untuk
terapi depresi berat atau skizofrenia. Hasil
review menunjukkan bahwa anestesi umum
untuk terapi elektrokonvulsif rawat jalan
terbukti aman tanpa komplikasi serius.
Anestesi pada ECT hampir selalu diinduksi
dengan obat intravena, terutama barbiturate,
etomidate, atau propofol. Namun, ada kondisi
obat inhalasi lebih disukai, misalnya karena
fobia berat terhadap jarum, agitasi yang
menghambat insersi kateter intravena,
dan toleransi buruk terhadap obat induksi
intravena. Di antara obat inhalasi yang ada,
sevoflurane mempunyai beberapa sifat yang
membuatnya cocok digunakan, karena
onset dan pulih sadar yang cepat dan tidak
mempunyai sifat antikejang.
Suatu studi prospektif juga telah dilakukan
secara observer blinded dan crossover untuk
membandingkan efektivitas 3 regimen
anestetik (propofol saja, propofol dengan
remifentanil, dan sevoflurane saja) dengan
perhatian pada lama kejang dan kualitas
kejang pada 39 pasien yang menjalani ECT.
Setiap pasien mendapat propofol 1 mg/
kg saja, propofol 0,5 mg/kg dan remifentanil
1 mcg/kg, atau sevoflurane saja 6% untuk
sesi ECT awal. Pasien selanjutnya mendapat
suatu regimen alternatif dalam sesi
selanjutnya, seperti dari propofol saja menjadi
propofol dan remifentanil, dari propofol dan
remifentanil menjadi sevoflurane saja, atau dari
sevoflurane saja menjadi propofol saja hingga
terus berganti antarobat pada setiap sesi,
sampai 6 sesi. Relaksasi otot dicapai dengan
succinylcholine 1 mg/kg. Lama kejang, indeks
supresi postictal, serta amplitudo dini dan
midictal dicatat.
Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata lama
kejang ensefalogram dan motorik secara
bermakna lebih lama pada kelompok propofol
dan remifentanil dibandingkan kelompok
sevoflurane (p<0,001). Indeks supresi postictal
dan nilai amplitudo dini dan midictal tidak
berbeda bermakna antara ketiga kelompok.
Penemuan ini menunjukkan bahwa ketiga
regimen anestetik mempunyai efek yang
sama pada parameter kualitas kejang,
meskipun sevoflurane dikaitkan dengan lama
kejang yang lebih singkat dibanding propofol
atau propofol-remifentanil.
Studi serupa sebelumnya juga menemukan
bahwa sevoflurane dapat menjadi alternatif
obat induksi anestesi untuk ECT, khususnya
jika akses vena menjadi masalah karena
dehidrasi, agitasi, disorientasi, kebingunan,
atau intoleransi pasien terhadap pungsi vena.
Dalam studi ini, sevoflurane tidak mengganggu
induksi atau durasi kejang, dan memberikan
frekuensi denyut jantung yang lebih stabil
dibanding methohexital. (EKM)
REFERENSI:
1.
Rasmussen KG, Spackman TN, Hooten WM. The clinical utility of inhalational. Anesthesia with sevoflurane in ele ctroconvulsive therapy. J ECT. 2005;21(4):239-42.
2.
Begeç Z, Erdogan Kayhan G, Toprak HI, Sahin T, Konur H, Colak C, et al. Sevoflurane alone and propofol with or without remifentanil for electroconvulsive therapy-a randomised, crossover
3.
From RP, Gergis SD, Crowe RR, Persing SJ. Sevoflurane: An alternative anesthetic for electroconvulsive therapy [Internet]. 2000 [cited 2013 May 17]. Available from: http://www.asaabstracts.
study. Anaesth Intensive Care. 2013;41(2): 202-6.
com/strands/asaabstracts/abstract. htm;jsessionid=F9EEF405D044ED44FDAD75B0A5F3F73A?year=2000&index=2&absnum=387
CDK-213/ vol. 41 no. 2, th. 2014
143
Download