Upaya Meningkatkan Kerjasama dan Hasil Belajar Matematika

advertisement
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Kondisi Awal Subyek Penelitian
Penelitian dilakukan di kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Candiroto semester II
tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 25 siswa. Untuk itu peneliti melakukan
observasi terhadap kerjasama dan hasil belajar siswa. Berdasarkan observasi
kerjasama sebelum dilakukan tindakan pembelajaran yang diperoleh oleh peneliti
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Hasil Kerjasama Siswa Pra Siklus
Siswa Kelas V SDN 2 Candiroto Semester II
Tahun Pelajaran 2011/2012
Statistik Deskriptif
Rata-rata
Nilai Tengah
Standar Deviasi
Minimal
Maksimal
66.33
66.67
4.34
58.33
75.00
Dari tabel 4.1 di atas dapat diketahui rata-rata kerjasama siswa adalah 66.33,
nilai tengah 66.67 dengan standar deviasi 4.34. Nilai terendah yaitu 58.33 dan nilai
tertinggi 75.00. Rendahnya kerjasama siswa dipengaruhi dalam proses
pembelajaran matematika kurang menekankan siswa untuk bekerjasama dalam
kegiatan kerja kelompok dikarenakan guru kurang menciptakan suasana
pembelajaran yang kondusif saat pembelajaran. Dalam kerja kelompok biasanya
siswa yang mengerjakan didomonasi oleh siswa yang berkemampuan tinggi saja,
belum saling membantu satu sama lain, saling mangeluarkan pendapat dan berbagi
tugas.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, terlihat dari nilai
ulangan harian siswa sebelum tindakan pada mata pelajaran matematika sebagian besar
siswa memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM= 65), sehingga peneliti
merasa perlu mengadakan tindakan pembelajaran untuk membantu meningkatkan hasil
belajar siswa, khususnya siswa kelas V SD Negeri 2 Candiroto kecamatan Candiroto
kabupaten Temanggung tahun pelajaran 2011/2012 pada mata pelajaran Matematika.
53
54
Berdasarkan hasil dari observasi dengan guru kelas dapat di lihat dalam tabel ketuntasan
siswa sebagai berikut:
Tabel 4.2
Ketuntasan Belajar PraSiklus
Siswa Kelas V SDN 2 Candiroto Semester II
Tahun Pelajaran 2011/2012
Kategori
Keterangan
Tuntas
≥65
Belum tuntas
< 65
Jumlah
Rata-rata
Standar Deviasi
Minimal
Maksimal
frekuensi
11
14
25
62
14.42
40
85
Persen (%)
44
56
100
Dari table 4.2 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa perolehan nilai
PraSiklus dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai di atas dari Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM=65) sebanyak 11 dengan prosentase 44%, sedangkan
yang belum mencapai ketuntasan minimal sebanyak 14 siswa dengan prosentase
56%. Dengan rata-rata 62 dan standar deviasi 14,42. Nilai terendah 40 dan nilai
tertinngi 85. Berdasarkan Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.2 dapat
digambarkan dalam grafik lingkaran sebagai berikut:
44%
56%
tuntas
belum tuntas
Gambar 4.1
Persentase Nilai PraSiklus
Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh tingkat kemampuan siswa
memahami materi yang disajikan dikarenakan beberapa faktor, diantaranya faktor
dari guru dan siswa itu sendiri. Selain itu proses pembelajaran matematika kurang
menekankan siswa untuk aktif dalam menemukan konsep matematika dan
kerjasama dalam kegiatan kerja kelompok. Faktor dari guru dikarenakan, guru
55
kurang memiliki keterampilan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif
saat pembelajaran atau selalu menggunakan pembelajaran yang monoton,
sedangkan faktor dari siswa dikarenakan kemampuan siswa dalam penguasaan
materi pecahan masih kurang bahkan ada beberapa siswa yang belum bisa,
sehingga kemampuan siswa dalam mengerjakan soal matematika masih kurang dan
belum mendapatkan tindak lanjut dari guru. Kedua faktor tersebut menjadi hambatan
dalam transformasi ilmu pengetahuan yang menimbulkan pembelajaran berjalan
kurang efektif. Faktor tersebut menyebabkan siswa dalam memahami materi
menjadi kurang maksimal dan hasil belajar siswa rendah. Selain itu, guru juga
kurang menekankan kerjasama kelompok siswa saat kegiatan pembelajaran
berlangsung, sehingga siswa yang mengerjakan didomonasi oleh siswa yang
berkemampuan tinggi saja sedangkan siswa yang berkemampuan rendah
cenderung tidak berperan dalam menyelesaikan tugas kelompok.
4.2
SIKLUS I
4.2.1 Rencana tindakan
Rencana pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dalam 3 pertemuan yaitu
pertemuan I, II, dan pertemuan III. Adapun
rencana tindakan adalah setelah
diperoleh informasi pada tahap observasi, maka dilakukan diskusi dengan guru
kelas V sebagai guru kolaborator mengenai materi pembelajaran yang akan
disajikan dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe NHT berbantuan LKS
serta alat penunjang lain yang perlu digunakan. Sebelum mengajar pada pertemuan
I, maka peneliti menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran,
diantaranya (RPP) pertemuan I, lembar kerja siswa, lembar observasi. Peneliti
merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) silkus I dengan pokok
bahasan “Mengidentifikasi Sifat-sifat Bangun Datar”. Pada pertemuan I ini bangun
datar yang akan dibahas yaitu bangun datar persegi, persegi panjang, dan segitiga.
Pada pertemuan II ini bangun datar yang akan dibahas yaitu bangun datar trapesium,
jajarangenjang, dan belah ketupat. Pada pertemuan III ini bangun ruang yang akan
dibahas yaitu bangun datar layang-layang dan lingkaran. Pada tahap akhir pertemuan
III siswa diberikan tes evaluasi sebagai tes siklus I.
56
4.2.2 Pelaksanaan Tindakan
a. Pertemuan I
Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan I ini dilakukan pada hari Selasa
tanggal 27 Maret 2012. Pada awal pembelajaran guru mengajak siswa untuk
berdoa, salam kemudian absensi dan dilanjutkan dengan pemberian apersepsi
berupa pertanyaan yaitu sebutkan macam-macam bangun datar. Siswa disuruh
menyebutkan benda apa saja yang menyerupai bangun datar dalam ruang kelas V,
dilanjutkan
dengan
penyampaian
tujuan
pembelajaran.
Kemudian
guru
menjelaskan pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, dilanjutkan kegiatan inti yaitu
guru menjelaskan sekilas tentang materi tentang materi sifat-sifat bangun datar
persegi, persegi panjang, dan segitiga. Siswa diminta mengadakan pengamatan
keseluruh ruang kelas mencari benda menyerupai bangun datar persegi, persegi
panjang, dan segitiga. Setelah itu siswa diminta untuk menulis apa yang mereka
temukan sendiri dalam sifat-sifat bangun datar persegi, persegi panjang, dan
segitiga. Selanjutnya siswa dibagi menjadi beberapa kelompok masing-masing
kelompok 5 orang secara heterogen. Siswa diminta bergabung dengan anggotanya
masing-masing kemudian kepada setiap anggota diberi nomor 1-5. Guru
memberikan LKS mengenai sifat-sifat bangun datar persegi, persegi panjang, dan
segitiga untuk dikerjakan di dalam kelompok. Siswa bekerjasama dalam kelompok
berpikir bersama dan menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan
tersebut dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut.
Setelah selesai guru memanggil siswa dengan nomor tertentu secara acak,
kemudian siswa yang nomornya sesuai berdiri dan mencoba untuk menjawab
pertanyaan dan mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk seluruh kelas.
Siswa kelompok lain diberi kesempatan untuk berpendapat dan bertanya terhadap
hasil diskusi kelompok lain. Guru bertanya hal yang kurang jelas dalam diskusi
setelah selesai siswa dibimbing guru meluruskan kesalahan pemahaman, memberi
umpan balik sebagai penguatan.
Dalam kegiatan akhir guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang
berhasil dan memberi semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik,
57
siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi siswa dan melakukan refleksi.
Kemudian guru memberikan PR. Setelah selesai guru menyampaikan materi yang
akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
b.
Pertemuan II
Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan II dilakukan pada hari rabu
tanggal 28 Maret 2012. Pada awal pembelajaran guru menyiapkan siswa untuk
mengikuti proses pembelajaran dan dilanjutkan mengoreksi PR. Setelah selesai
guru melakukan apersepsi dengan mengingat kembali materi pelajaran
sebelumnya. Kemudian menanyakan benda apa saja yang menyerupai bangun
datar dalam ruang kelas V. Pertanyaan itu dimaksudkan untuk menuju bangun
datar dipelajari dalam kegiatan pembelajaran kemudian dilanjutkan dengan
penyampaian tujuan pembelajaran.
Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, kemudian dilanjutkan kegiatan
inti yaitu guru menjelaskan sekilas tentang materi tentang materi sifat-sifat bangun
datar trapesium, jajarangenjang dan belah ketupat. Siswa diminta mengadakan
pengamatan keseluruh ruang kelas mencari benda menyerupai bangun datar
trapesium, jajarangenjang dan belah ketupat. Setelah itu siswa diminta untuk
menulis apa yang mereka temukan sendiri dalam sifat-sifat bangun datar
trapesium, jajarangenjang dan belah ketupat. Selanjutnya siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok masing-masing kelompok 5 orang secara heterogen. Siswa
diminta bergabung dengan anggotanya masing-masing kemudian kepada setiap
anggota diberi nomor 1-5. Guru memberikan LKS mengenai sifat-sifat bangun datar
trapesium, jajarangenjang dan belah ketupat untuk dikerjakan di dalam kelompok.
Siswa bekerjasama dalam kelompok berpikir bersama dan menyatukan
pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan tersebut dan meyakinkan tiap anggota
dalam timnya mengetahui jawaban tersebut. Setelah selesai guru memanggil siswa
dengan nomor tertentu secara acak, kemudian siswa yang nomornya sesuai berdiri
dan mencoba untuk menjawab pertanyaan dan mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya untuk seluruh kelas. Siswa kelompok lain diberi kesempatan untuk
berpendapat dan bertanya terhadap hasil diskusi kelompok lain. Guru bertanya hal
58
yang kurang jelas dalam diskusi setelah selesai siswa dibimbing guru meluruskan
kesalahan pemahaman, memberi umpan balik sebagai penguatan.
Dalam kegiatan akhir guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang
berhasil dan memberi semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik,
siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi siswa dan melakukan refleksi.
Kemudian guru memberikan PR. Setelah selesai pembelajaran berakhir, guru
menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
c. Pertemuan III
Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan III dilakukan pada hari Kamis
tanggal 29 Maret 2012. Pada awal pembelajaran guru menyiapkan siswa untuk
mengikuti proses pembelajaran dan dilanjutkan mengoreksi PR. Setelah selesai
guru melakukan apersepsi dengan mengingat kembali materi pelajaran
sebelumnya. Kemudian menanyakan benda apa saja yang menyerupai bangun
datar dalam ruang kelas V. Pertanyaan itu dimaksudkan untuk menuju bangun
datar dipelajari dalam kegiatan pembelajaran kemudian dilanjutkan dengan
penyampaian tujuan pembelajaran.
Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, kemudian dilanjutkan kegiatan
inti yaitu guru menjelaskan sekilas tentang materi tentang materi sifat-sifat bangun
datar layang-layang dan lingkaran. siswa diminta mengadakan pengamatan
keseluruh ruang kelas mencari benda menyerupai bangun datar layang-layang dan
lingkaran. Setelah itu siswa diminta untuk menulis apa yang mereka temukan
sendiri dalam sifat-sifat bangun datar layang-layang dan lingkaran. Selanjutnya
siswa dibagi menjadi beberapa kelompok masing-masing kelompok 5 orang secara
heterogen. Siswa diminta bergabung dengan anggotanya masing-masing kemudian
kepada setiap anggota diberi nomor 1-5. Guru memberikan LKS mengenai sifatsifat bangun datar layang-layang dan lingkaran untuk dikerjakan di dalam
kelompok. Siswa bekerjasama dalam kelompok berpikir bersama dan menyatukan
pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan tersebut dan meyakinkan tiap anggota
dalam timnya mengetahui jawaban tersebut. Setelah selesai guru memanggil siswa
dengan nomor tertentu secara acak, kemudian siswa yang nomornya sesuai berdiri
59
dan mencoba untuk menjawab pertanyaan dan mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya untuk seluruh kelas. Siswa kelompok lain diberi kesempatan untuk
berpendapat dan bertanya terhadap hasil diskusi kelompok lain. Guru bertanya hal
yang kurang jelas dalam diskusi. Setelah selesai siswa dibimbing guru meluruskan
kesalahan pemahaman, memberi umpan balik sebagai penguatan.
Dalam kegiatan akhir guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang
berhasil dan memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan
baik, siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi siswa dan melakukan refleksi.
Kemudian guru memberikan soal evaluasi berbentuk pilihan ganda sebagai tes
siklus I. Setelah selesai pembelajaran diakhiri guru menyampaikan materi
pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
4.2.3 Observasi
a. Pertemuan I
Pada saat pembelajaran siklus I pertemuan I berlangsung, peneliti meminta
bantuan observer untuk mengamati jalannya pembelajaran dari awal hingga akhir
pembelajaran dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan. Lembar
observasi tersebut meliputi item untuk mengamati aktivitas guru dan siswa. Guru
dalam mengajar antara lain saat kegiatan pembelajaran guru kurang jelas dalam
menyampaikan tujuan pembelajaran, dan guru kurang dalam membimbing siswa
pada saat diskusi kelompok untuk bekerjasama. tetapi guru telah menegur siswa
yang melakukan kegiatan diluar kegiatan pembelajaran, saat menyusun kesimpulan
telah melibatkan siswa.
Hasil pengamatan siswa yaitu ketika guru menjelaskan tentang materi yang
dipelajari ada sebagian siswa yang malah asyik bermain sendiri. Saat guru
menunjuk salah satu nomor siswa untuk menjawab, siswa cenderung malu dan takut
dalam menjawab. Ketika mengerjakan LKS masih belum bekerjasama dengan baik.
tetapi siswa sudah terlibat dalam menyimpulkan pembelajaran. Dari observasi yang
dilakukan bahwa guru masih kesulitan dalam penerapan pembelajaran kooperatif
tipe NHT berbantu LKS kedalam kegiatan pembelajaran, siswa juga belum terbiasa
dalam kegiatan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantu LKS yang diterapkan
guru dalam kegiatan pembelajaran.
60
b.
Pertemuan II
Pada siklus I pertemuan II ini kegiatan pembelajaran sudah mulai berjalan
dengan baik hal ini dapat dilihat guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran
dengan baik dan menyampaikan materi dengan baik. Saat guru menunjuk salah
satu nomor untuk menjawab pertanyaan, sebagian besar siswa sudah berani
menjawab walaupun ada juga siswa yang masih malu. Dalam membimbing siswa
sudah lebih baik terlihat semua kelompok sudah dibimbing walaupun belum
semuanya, guru menjelaskan tentang materi siswa juga sudah memperhatikan
dengan baik, ketika mengejakan LKS guru meminta siswa bergabung dengan
kelompoknya sebagian besar anggota kelompok dapat bekerjasama dan saling
membantu. Dalam kerjasama kelompok siswa sudah lebih baik dalam memberikan
pendapat dan menyatukan pendapat. Siswa telibat dalam menyimpulkan
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
c.
Pertemuan III
Pada siklus I pertemuan II ini kegiatan pembelajaran sudah berjalan dengan
baik. Guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi pelajaran dengan
baik. Dalam membimbing siswa sudah lebih baik, guru menjelaskan tentang materi
siswa juga sudah memperhatikan dengan baik. Siswa bergabung dengan
kelompoknya dengan baik, sebagian besar anggota kelompok dapat bekerjasama
dan saling membantu. Dalam kerjasama kelompok siswa sudah lebih baik, aktif
memberikan pendapat dan aktif dalam menyatukan pendapat. Saat guru menunjuk
salah satu nomor untuk menjawab pertanyaan, sebagian besar siswa sudah berani
menjawab dengan baik. Guru membimbing siswa dalam menyimpulkan
pembelajaran dan siswa telibat dalam menyimpulkan pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
4.2.4 Hasil Tindakan Siklus I
4.2.4.1 Hasil observasi kerjasama
a. Pertemuan I
Hasil tindakan diperoleh dari hasil observasi kerjasama pada kegiatan
pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru. Untuk mengukur keberhasilan
penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS untuk meningkatkan
61
kerjasama dalam kegiatan pembelajaran menggunakan lembar observasi kerjasama
yang diambil dari indikator keterampilan kooperatif. Aspek yang diukur meliputi
sembilan aspek keterampilan yaitu menggunakan kesepakatan, menghargai
kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, berada dalam kelompok, berada
dalam tugas, mendorong partisipasi, mengundang orang lain, menyelesaikan tugas
tepat waktu, dan menghormati perbedaan individu.
Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan NHT berbantuan LKS
diperoleh hasil observasi/pengamatan yang dilakukan oleh observer (kepala
sekolah) terhadap aktivitas kerjasama dalam diskusi siswa. Hasil observasi dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.3
Hasil kerjasama Siklus I Pertemuan I
Siswa Kelas V SDN 2 Candiroto Semester II
Tahun Pelajaran 2011/2012
Statistik Deskriptif
Rata-rata
Nilai Tengah
Standar Deviasi
Minimal
Maksimal
72.78
72.22
3.00
66.67
80.56
Dari tabel 4.3 di atas dapat diketahui rata-rata kerjasama siswa 72.78, nilai
tengah 72.22 dengan standar deviasi 3.00. Nilai terendah 66.67 dan nilai tertinggi
80.56. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS pada
siklus I pertemuan I rata-rata kelas masih kurang dari nilai rata-rata kelas sesuai
dengan indikator kebehasilan yaitu 75.00. Oleh karena itu, berdasarkan hasil nilai
rata-rata observasi pada siklus I pertemuan I penerapan pembelajaran kooperatif
tipe NHT berbantuan LKS belum mencapai indikator keberhasilan kerjasama yang
ditentukan oleh peneliti. Hal ini disebabkan karena penerapan pembelajaran
kooperatif tipe NHT berbantuan LKS belum terbiasa dalam kegiatan pembelajaran,
sehingga guru masih mengalami kesulitan dalam mengarahkan siswa ke dalam
penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS.
62
b.
Pertemuan II
Pada pertemuan II yang diperoleh berdasarkan
lembar hasil observasi
kerjasama dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS.
Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan NHT berbantuan LKS
diperoleh hasil observasi/pengamatan yang dilakukan oleh observer (kepala
sekolah) terhadap aktivitas siswa. Hasil observasi dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
Tabel 4.4
Hasil kerjasama Siklus I Pertemuan II
Siswa Kelas V SDN 2 Candiroto Semester II
Tahun Pelajaran 2011/2012
Statistik Deskriptif
Rata-rata
Nilai Tengah
Standar Deviasi
Minimal
Maksimal
75.33
75.00
2.17
72.22
80.56
Dari tabel 4.4 di atas dapat diketahui rata-rata kerjasama siswa 75.33, nilai
tengah 75.00 dengan standar deviasi 2.17. Nilai terendah 72.22 dan nilai tertinggi
80.56. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS pada
siklus I pertemuan II rata-rata kelas lebih dari 75.00 sesuai dengan indikator
keberhasilan. Oleh karena itu, berdasarkan hasil skor rata-rata observasi pada
siklusi I pertemuan II penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS
sudah mencapai indikator keberhasilan kerjasama yang ditentukan oleh peneliti. Hal
ini disebabkan karena penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS
sudah dilaksanakan pada pertemuan I, sehingga guru dapat mengarahkan siswa ke
dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS.
c.
Pertemuan III
Hasil pertemuan III berdasarkan lembar hasil observasi kerjasama penerapan
pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS pada kegiatan pembelajaran
yang diterapkan guru dalam kegiatan pembelajaran indikator kerjasama yang diukur
sama dengan pada siklus I pertemuan I dan pertemuan II. Analisis penelitian setelah
63
pembelajaran menggunakan NHT berbantuan LKS diperoleh hasil observasi/
pengamatan yang dilakukan oleh observer (kepala sekolah) terhadap aktivitas
kerjasama dalam diskusi siswa. Hasil observasi dapat dilihat pada sebagai berikut:
Tabel 4.5
Hasil kerjasama Siklus I Pertemuan III
Siswa Kelas V SDN 2 Candiroto Semester II
Tahun Pelajaran 2011/2012
Statistik Deskriptif
Rata-rata
Nilai Tengah
Standar Deviasi
Minimal
Maksimal
77.56
77.78
2.77
75.00
83.33
Dari tabel 4.5 di atas dapat diketahui rata-rata kerjasama siswa 77.56, nilai
tengah 77.78 dengan standar deviasi 2.77. Nilai terendah 75.00 dan nilai tertinggi
83.33. Dari hasil observasi yang dilakukan guru observer (kepala sekolah), dalam
penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS pada siklus I
pertemuan II rata-rata kelas lebih dari 75.00 sesusai dengan indikator keberhasilan.
Oleh karena itu, berdasarkan hasil skor rata-rata observasi pada siklusi I pertemuan
II penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS sudah mencapai
indikator keberhasilan kerjasama yang ditentukan oleh peneliti.
d. Rekap hasil observasi kerjasama siklus I
Hasil kerjasama siswa pada siklus I ini terdiri dari III pertemuan, jika dilihat
dari masing-masing pertemuan, dari pertemuan I, II, dan III terjadi adanya
peningkatan dari aspek kerjasama siswa dalam pembelajaran dan pada setiap
pertemuan aspek kerjasama siswa yang mengalami peningkatan pada pertemuan
berikutnya dibandingkan sebelum dilaksanakan tindakan. Hal ini terlihat dari
peningkatan aspek indikator keterampilan kooperatif yang meningkat dari setiap
pertemuan. Ini disebabkan karena siswa sudah terarah dalam kegiatan kerjasama
kelompok, siswa aktif dalam kegiatan tanya jawab, berdiskusi dalam kelompok dan
aktif mengemukakan pendapat ataupun menerima pendapat. Dan secara
64
kesuluruhan proses pembelajaran sudah baik sehingga dalam mengikuti proses
pembelajaran siswa aktif dalam pembelajaran. Dari ketiga pertemuan tersebut maka
dimbil rata-rata dalam satu silkus. Hasil rata-rata observasi dapat dilihat pada
sebagai berikut:
Tabel 4.6
Rekap Hasil Observasi kerjasama Siklus I
Siswa Kelas V SDN 2 Candiroto Semester II
Tahun Pelajaran 2011/2012
Statistik Deskriptif
Rata-rata
Nilai Tengah
Standar Deviasi
Minimal
Maksimal
75.22
75.00
1.93
72.22
79.63
Dari tabel 4.6 di atas dapat diketahui rata-rata kerjasama siswa 75.22, nilai
tengah 75.00 dengan standar deviasi 1.93. Nilai terendah 72,22 dan nilai tertinggi
79.63. Dari hasil observasi yang dilakukan guru observer (kepala sekolah), dari
keseluruhan kegiatan pembelajaran siklus I yang diterapkan berdasarkan hasil
observasi kerjasama memperoleh skor rata-rata 75.22. Dalam penerapan
pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS pada siklus I rata-rata kelas lebih
dari 75.00 sesuai dengan indikator keberhasilan. Maka indikator kenerhasilan
kerjasama siswa sudah tercapai. Sebagai upaya dan pemantapan dalam
meningkatkan keterampilan kerjasama siswa dalam sosial akan dilanjutkan pada
siklus II.
4.2.4.2 Hasil belajar siswa
Setelah dilaksanakan tindakan dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT
berbantuan LKS, guru memberikan evaluasi secara tertulis kepada siswa pada akhir
siklus I yaitu pada pertemuan III. Dari hasil belajar siswa sebelum dilaksanakan
tindakan dan setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I hasil belajar yang
diperoleh siswa mengalami peningkatan. Hal ini dapat terlihat pada hasil rekap nilai
ulangan harian siswa sebelum dilaksanakan tindakan dan hasil tes evaluasi siswa
setelah dilaksanakan tindakan siklus I. Hasil nilai yang diperoleh siswa sebelum
65
dilaksanakan tindakan dari jumlah 25 siswa yang mencapai ketuntasan (KKM=65)
terdapat 11 siswa, sedangkan 14 siswa masih dibawah ketuntasan. Setelah siklus I
terdapat 19 siswa, sedangkan 6 siswa masih dibawah ketuntasan. Hasil belajar
siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.7
Ketuntasan Belajar Siklus I
Siswa Kelas V SDN 2 Candiroto Semester II
Tahun Pelajaran 2011/2012
Kategori
Keterangan
Tuntas
≥65
Belum tuntas
< 65
Jumlah
Rata-rata
Standar Deviasi
Minimal
Maksimal
Frekuensi
19
6
25
Persen (%)
76
24
100
72
12.757
50
95
Dari table 4.7 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa perolehan nilai
Siklus I dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai telah mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM=65) sebanyak 19 siswa dengan prosentase 76%,
sedangkan yang belum mencapai ketuntasan minimal sebanyak 6 siswa dengan
prosentase 24%. Dengan rata-rata 72 dan standar deviasi 12,75. Nilai terendah 50
dan nilai tertinggi 95. Berdasarkan Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.8 dapat
digambarkan dalam grafik lingkaran sebagai berikut:
24%
tuntas
76%
belum tuntas
Gambar 4.2
Persentase Nilai Siklus I
Dengan demikian dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS
hasil belajar siswa meningkat dibandingkan hasil belajar sebelum dilaksanakan
tindakan. Namun untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa di atas KKM
66
diperlukan siklus II sebagai penguat bahwa dengan pembelajaran kooperatif tipe
NHT berbantuan LKS dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
4.2.5 Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengetahui keefektifan dari pembelajaran NHT
berbantuan LKS. Selain itu digunakan sebagai bahan perbaikan dengan
membandingkan apakah hasil tindakan dalam proses pembelajaran sudah sesuai
dengan indikator yang diharapkan. Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran
pada siklus I dari pertemuan I, II dan III maka selanjutnya diadakan refleksi dalam
bentuk diskusi atas segala kegiatan dalam proses pembelajaran. Diskusi ini
dilakukan oleh guru kelas, guru observer, peneliti, dan perwakilan dari beberapa
siswa kelas V. Dalam diskusi berisi tentang evaluasi bagaimana pembelajaran
kooperatif tipe NHT berbantuan LKS bagi guru kelas, guru observer, siswa, dan
peneliti. Dari diskusi ini didapatkan bahwa guru kelas dengan menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe NHT mendapat pengalaman dan wawasan baru dalam
pembelajaran serta guru merasa lebih mudah dalam mengajar, bagi siswa
pembelajaran dirasa mudah diterima dan dipahami serta siswa yang berkemampuan
rendah merasa terbantu oleh temannya yang berkemampuan tinggi tentang hal-hal
yang belum dimengerti.
Berdasarkan observasi kerjasama siswa dengan rata-rata dalam siklus I yaitu
75,22 artinya lebih besar dari indikator keberhasilan kerjasama yang ditetapkan
peneliti yaitu 75,00 sehingga indikator keberhasilan yang ditentukan sudah tercapai.
Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar dengan KKM= 65
maka diperoleh dari seluruh siswa yang berjumlah 25 siswa dalam belajarnya
sebanyak 19 siswa tuntas dengan prosentase 76% dan rata-rata 72. Berdasarkan
indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu ketercapaian KKM pada hasil
belajar siswa, peneliti memberikan patokan 80% dari jumlah keseluruhan siswa
dinyatakan hasil belajarnya meningkat yaitu dengan KKM ≥65. Dari hasil evaluasi
siswa pada siklus I ternyata ketuntasan siswa baru mencapai 76%. Artinya jika
dilihat dari hasil belajar yang ditentukan hasil evaluasi tertulis siklus I belum
mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan.
67
Selanjutnya, sebagai pemantapan pada siklus I akan dilanjutkan pada siklus II
dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS pada setiap
kegiatan pembelajaran agar meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus I adalah
sebagai berikut:
a. Kelebihan
1. Rancangan pembelajaran sudah terprogram.
2. Siswa lebih tertarik dalam belajar dengan menggunakan pembelajaran tipe NHT
berbantuan LKS.
3. Kegiatan pembelajaran nampak lebih baik, kerjasama siswa lebih meningkat.
4. Siswa sudah terarah dalam kegiatan kerjasama kelompok.
5. Antara rencana pembelajaran dengan proses pembelajaran sudah sesuai.
b. Kekurangan
Hambatan
1. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantu LKS belum terbiasa
dilaksanakan siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga keterampilan
kerjasama siswa masih sedikit peningkatan.
2. Masih adanya siswa yang belum bekerjasama secara optimal.
3. Guru terkadang masih memanggil salah satu nomor yang pernah dipanggilnya.
Penyelesaian
1. Dalam proses pembelajaran memerlukan pengarahan yang maksimal dalam
setiap kegiatan yang dilaksanakan siswa.
2. Guru membimbing siswa untuk berdiskusi sehingga keterampilan kerjasama
kelompok siswa lebih meningkat.
3. Guru memangil nomor secara acak dan diusahakan jangan memanggil nomor
yang sudah jika ada nomor yang belum dipanggil.
4.3
SIKLUS II.
4.3.1 Rencana tindakan.
Rencana pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dalam 3 pertemuan yaitu
pertemuan I, II, dan pertemuan III. Adapun
rencana tindakan adalah setelah
diperoleh informasi pada tahap observasi, maka dilakukan diskusi dengan guru
68
kelas V sebagai guru kolaborator mengenai materi pembelajaran yang akan
disajikan dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe NHT berbantuan LKS
serta alat penunjang lain yang perlu digunakan. Sebelum mengajar pada pertemuan
I, maka peneliti menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran,
diantaranya (RPP) pertemuan I, lembar kerja siswa, lembar observasi. Peneliti
merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pertemuan I dengan pokok
bahasan “Mengidentifikasi Sifat-sifat Bangun Ruang”. Pada pertemuan I ini bangun
ruang yang akan dibahas yaitu bangun ruang kubus, balok, dan prisma segitiga. Pada
pertemuan II ini bangun datar yang akan dibahas yaitu bangun ruang limas dan
kerucut. Pada pertemuan III ini bangun ruang yang akan dibahas yaitu bangun ruang
tabung dan bola. Pada tahap akhir siswa diberikan tes evaluasi sebagai tes siklus II.
4.3.2 Pelaksanaan Tindakan.
a. Pertemuan I
Pelaksanaan siklus II pertemuan I dilakukan pada hari Selasa tanggal 03 April
2012. Pada awal pembelajaran guru mengajak siswa untuk berdoa, salam kemudian
absensi dan dilanjutkan dengan pemberian apersepsi berupa pertanyaan yaitu
sebutkan macam-macam bangun ruang. Siswa disuruh menyebutkan benda apa
saja yang menyerupai bangun ruang di dalam ruangan kelas V, dilanjutkan dengan
penyampaian tujuan pembelajaran.kemudian menyampaikan langkah-langkah
pembelajaran menggunakan NHT.
Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, dilanjutkan kegiatan inti yaitu guru
menjelaskan sekilas tentang materi tentang materi sifat-sifat bangun ruang kubus,
balok, dan prisma segitiga. Siswa diminta mengadakan pengamatan keseluruh ruang
kelas mencari benda menyerupai bangun ruang kubus, balok, dan prisma segitiga.
Setelah itu siswa diminta untuk menulis apa yang mereka temukan sendiri dalam
sifat-sifat ruang kubus, balok, dan prisma segitiga. Selanjutnya siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok masing-masing kelompok 5 orang secara heterogen. Siswa
diminta bergabung dengan anggotanya masing-masing kemudian kepada setiap
anggota diberi nomor 1-5. Guru memberikan LKS mengenai sifat-sifat bangun ruang
kubus, balok, dan prisma segitiga untuk dikerjakan di dalam kelompok. Siswa
bekerjasama dalam kelompok berpikir bersama dan menyatukan pendapatnya
69
terhadap jawaban pertanyaan tersebut dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya
mengetahui jawaban tersebut. Setelah selesai guru memanggil siswa dengan nomor
tertentu secara acak, kemudian siswa yang nomornya sesuai berdiri dan mencoba
untuk menjawab pertanyaan dan mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
untuk seluruh kelas. Siswa kelompok lain diberi kesempatan untuk berpendapat dan
bertanya terhadap hasil diskusi kelompok lain. Guru bertanya hal yang kurang jelas
dalam diskusi setelah selesai siswa dibimbing guru meluruskan kesalahan
pemahaman, memberi umpan balik sebagai penguatan.
Dalam kegiatan akhir guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang
berhasil dan memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan
baik, siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi siswa. Kemudian siswa bersama
guru melakukan refleksi. Kemudian guru memberikan PR. Setelah selesai
pembelajaran berakhir, guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya.
b. Pertemuan II
Pelaksanaan tindakan siklus II pada pertemuan II dilaksanaan pada hari Rabu
tanggal 04 April 2012. Pada awal pembelajaran guru menyiapkan siswa untuk
mengikuti proses pembelajaran dan dilanjutkan mengoreksi PR. Setelah selesai
guru melakukan apersepsi dengan mengingat kembali materi pelajaran sebelumnya.
Kemudian menanyakan benda apa saja yang menyerupai bangun ruang di dalam
ruangan kelas V. Pertanyaan itu dimaksudkan untuk menuju bangun datar dipelajari
dalam kegiatan pembelajaran kemudian dilanjutkan dengan penyampaian tujuan
pembelajaran.
Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, kemudian dilanjutkan kegiatan inti
yaitu guru menjelaskan sekilas tentang materi tentang materi sifat-sifat bangun
ruang limas dan kerucut. Siswa diminta mengadakan pengamatan keseluruh ruang
kelas mencari benda menyerupai bangun ruang limas dan kerucut. Setelah itu siswa
diminta untuk menulis apa yang mereka temukan sendiri dalam sifat-sifat bangun
ruang limas dan kerucut. Selanjutnya siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
masing-masing kelompok 5 orang secara heterogen. Siswa diminta bergabung
70
dengan anggotanya masing-masing kemudian kepada setiap anggota diberi nomor
1-5. Guru memberikan LKS mengenai sifat-sifat bangun ruang limas dan kerucut
untuk dikerjakan di dalam kelompok. Siswa bekerjasama dalam kelompok berpikir
bersama dan menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan tersebut dan
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut. Setelah
selesai guru memanggil siswa dengan nomor tertentu secara acak, kemudian siswa
yang nomornya sesuai berdiri dan mencoba untuk menjawab pertanyaan dan
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk seluruh kelas. Siswa kelompok
lain diberi kesempatan untuk berpendapat dan bertanya terhadap hasil diskusi
kelompok lain. Guru bertanya hal yang kurang jelas dalam diskusi setelah selesai
siswa dibimbing guru meluruskan kesalahan pemahaman, memberi umpan balik
sebagai penguatan.
Dalam kegiatan akhir guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang
berhasil dan memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan
baik, siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi siswa. Kemudian siswa bersama
guru melakukan refleksi. Kemudian guru memberikan PR. Setelah selesai
pembelajaran berakhir, guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya.
c. Pertemuan III
Pelaksanaan tindakan siklus II pada pertemuan III dilaksanakan pada hari
Kamis tanggal 05 Maret 2012. Pada awal pembelajaran guru menyiapkan siswa
untuk mengikuti proses pembelajaran dan dilanjutkan mengoreksi PR. Setelah
selesai guru melakukan apersepsi dengan mengingat kembali materi pelajaran
sebelumnya. Kemudian menanyakan benda apa saja yang menyerupai bangun
ruang di dalam ruangan kelas V. Pertanyaan itu dimaksudkan untuk menuju bangun
datar dipelajari dalam kegiatan pembelajaran kemudian dilanjutkan dengan
penyampaian tujuan pembelajaran.
Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, kemudian dilanjutkan kegiatan inti
yaitu guru menjelaskan sekilas tentang materi tentang materi sifat-sifat bangun
ruang tabung dan bola. Siswa diminta mengadakan pengamatan keseluruh ruang
71
kelas mencari benda menyerupai bangun ruang tabung dan bola. Setelah itu siswa
diminta untuk menulis apa yang mereka temukan sendiri dalam sifat-sifat bangun
ruang tabung dan bola. Selanjutnya siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
masing-masing kelompok 5 orang secara heterogen. Kemudian siswa diminta
bergabung dengan anggotanya masing-masing kemudian kepada setiap anggota
diberi nomor 1-5. Guru memberikan LKS mengenai sifat-sifat bangun datar ruang
tabung dan bola untuk dikerjakan di dalam kelompok. Siswa bekerjasama dalam
kelompok berpikir bersama dan menyatukan pendapatnya terhadap jawaban
pertanyaan tersebut dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui
jawaban tersebut. Setelah selesai guru memanggil siswa dengan nomor tertentu
secara acak, kemudian siswa yang nomornya sesuai berdiri dan mencoba untuk
menjawab pertanyaan dan mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk
seluruh kelas. Siswa kelompok lain diberi kesempatan untuk berpendapat dan
bertanya terhadap hasil diskusi kelompok lain. Guru bertanya hal yang kurang jelas
dalam diskusi setelah selesai siswa dibimbing guru meluruskan kesalahan
pemahaman, memberi umpan balik sebagai penguatan.
Dalam kegiatan akhir guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang
berhasil dan memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan
baik, siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi siswa. Kemudian siswa bersama
guru melakukan refleksi. Kemudian guru memberikan soal evaluasi berbentuk
pilihan ganda sebagai tes siklus II. setelah selesai pembelajaran diakhiri guru
menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
4.3.3 Observasi
a. Pertemuan I
Pada saat pembelajaran siklus II pertemuan I berlangsung, peneliti meminta
bantuan Observer untuk mengamati jalannya pembelajaran dari awal hingga akhir
pembelajaran dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan. Lembar
observasi tersebut meliputi item untuk mengamati aktivitas guru dan siswa. Dari
hasil observasi
tersebut dapat diketahui guru sudah menyampaikan tujuan
pembelajaran dengan baik. Guru telah menjelaskan materi dengan baik. Dalam
membimbing siswa sudah baik terlihat semua kelompok sudah dibimbing. Saat guru
72
menunjuk salah satu nomor untuk menjawab pertanyaan, siswa sudah berani
menjawab. Dalam menyimpulkan telah melibatkan siswa. Saat guru menjelaskan
tentang materi siswa juga sudah memperhatikan dengan baik. Ketika guru meminta
siswa bergabung dengan kelompoknya sebagian besar anggota kelompok dapat
bekerjasama dan saling membantu. Dalam kerjasama kelompok siswa sudah baik
dan siswa menyimpulkan pembelajaran dengan baik. Dari observasi yang dilakukan
bahwa guru telah menerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantu LKS
dengan baik dikarenakan siswa terbiasa dalam kegiatan pembelajaran kooperatif
tipe NHT berbantu LKS.
b. Pertemuan II
Pada siklus II pertemuan II ini kegiatan pembelajaran sudah berjalan dengan
baik hal ini dapat dibuktikan guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran
dengan baik. Guru telah menjelaskan materi dengan baik. Dalam membimbing
siswa sudah baik terlihat semua kelompok sudah dibimbing. Saat guru menunjuk
salah satu nomor untuk menjawab pertanyaan, siswa sudah berani menjawab.
Dalam menyimpulkan talah melibatkan siswa. Saat guru menjelaskan tentang materi
siswa juga sudah memperhatikan dengan baik. Ketika guru meminta siswa
bergabung dengan kelompoknya sebagian besar anggota kelompok dapat
bekerjasama dan saling membantu. Dalam kerjasama kelompok siswa sudah baik
dan siswa menyimpulkan pembelajaran dengan baik.
c. Pertemuan III
Pada siklus II pertemuan III ini kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik.
Guru pada saat mengajar adalah guru sudah baik dalam melaksanakan
pembelajaran. Guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran dengan baik. Guru
telah menjelaskan materi dengan baik. Dalam membimbing siswa sudah baik terlihat
semua kelompok sudah dibimbing. Saat guru menunjuk salah satu nomor untuk
menjawab pertanyaan, siswa sudah berani menjawab. Dalam menyimpulkan telah
melibatkan siswa. Saat guru menjelaskan tentang materi siswa juga sudah
memperhatikan dengan baik. Ketika guru meminta siswa bergabung dengan
kelompoknya sebagian besar anggota kelompok dapat bekerjasama dan saling
membantu. Dalam kerjasama kelompok siswa sudah baik dalam memberikan
73
pendapat dan menyatukan pendapat, siswa menyimpulkan pembelajaran dengan
baik.
4.3.4 Hasil Tindakan Siklus II.
4.3.4.1 Hasil Observasi Kerjasama.
a. Pertemuan I.
Hasil tindakan diperoleh dari hasil observasi kerjasama pada kegiatan
pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru. Untuk mengukur keberhasilan
penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS untuk meningkatkan
kerjasama dalam kegiatan pembelajaran menggunakan lembar observasi kerjasama
yang diambil dari indikator keterampilan kooperatif seperti pada siklus I. Analisis
penelitian setelah pembelajaran menggunakan NHT berbantuan LKS diperoleh hasil
observasi/pengamatan yang dilakukan oleh observer (kepala sekolah) terhadap
aktivitas siswa. Hasil observasi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.8
Hasil kerjasama Siklus II Pertemuan I
Siswa Kelas V SDN 2 Candiroto Semester II
Tahun Pelajaran 2011/2012
Statistik Deskriptif
Rata-rata
Nilai Tengah
Standar Deviasi
Minimal
Maksimal
79.89
80.56
2.92
75.00
86.11
Dari tabel 4.8 di atas dapat diketahui rata-rata kerjasama siswa 79.89, nilai
tengah 80.56 dengan standar deviasi 2.92. Nilai terendah 75.00 dan nilai tertinggi
86.11. Dari hasil observasi dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT
berbantuan LKS pada siklus II pertemuan I rata-rata lebih dari 75.00 sesuai dengan
indikator kebehasilan. Oleh karena itu, berdasarkan hasil nilai rata-rata observasi
pada siklusi II pertemuan I penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan
LKS sudah mencapai indikator keberhasilan kerjasama yang ditentukan oleh
peneliti. Hal ini disebabkan karena penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT
berbantu LKS sudah terbiasa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga guru tidak
mengalami kesulitan dalam mengarahkan siswa dalam penerapan pembelajaran
kooperatif tipe NHT berbantuan LKS.
74
b. Pertemuan II.
Hasil tindakan pada siklus II pertemuan II yang diperoleh berdasarkan lembar
hasil observasi kerjasama dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT
berbantu LKS. Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan NHT
berbantuan LKS diperoleh hasil observasi/ pengamatan yang dilakukan oleh
observer (kepala sekolah) terhadap aktivitas siswa. Hasil observasi dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.9
Hasil kerjasama Siklus II Pertemuan II
Siswa Kelas V SDN 2 Candiroto Semester II
Tahun Pelajaran 2011/2012
Statistik Deskriptif
Rata-rata
Nilai Tengah
Standar Deviasi
Minimal
Maksimal
80.78
80.56
2.88
75.00
86.11
Dari tabel 4.9 di atas dapat diketahui rata-rata kerjasama siswa 80.78, nilai
tengah 80.56 dengan standar deviasi 2.88. Nilai terendah 75.00 dan nilai tertinggi
86.11. Dari hasil observasi penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan
LKS pada siklus II pertemuan II rata-rata lebih dari 75.00 sesuai dengan indikator
keberhasilan. Oleh karena itu, berdasarkan hasil skor rata-rata observasi pada
siklusi II pertemuan II penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS
sudah mencapai indikator keberhasilan kerjasama yang ditentukan oleh peneliti. Hal
ini disebabkan karena penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantu LKS
sudah terbiasa dalam kegiatan pembelajaran.
c. Pertemuan III.
Hasil tindakan pada siklus II pertemuan III berdasarkan lembar hasil
observasi kerjasama penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS.
Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan NHT berbantuan LKS
75
diperoleh hasil observasi/ pengamatan yang dilakukan oleh observer (kepala
sekolah) terhadap aktivitas siswa. Hasil observasi dapat dilihat pada sebagai berikut:
Tabel 4.10
Hasil kerjasama Siklus II Pertemuan III
Siswa Kelas V SDN 2 Candiroto Semester II
Tahun Pelajaran 2011/2012
Statistik Deskriptif
Rata-rata
Nilai Tengah
Standar Deviasi
Minimal
Maksimal
81.67
80.56
3.21
77.78
88.89
Dari tabel 4.10 di atas dapat diketahui rata-rata kerjasama siswa 81.67, nilai
tengah 80.56 dengan standar deviasi 3.21. Nilai terendah 77.78 dan nilai tertinggi
88.89. Dari hasil observasi penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan
pada siklus II pertemuan III rata-rata lebih dari 75.00 sesusai dengan indicator
keberhasilan. Oleh karena itu, berdasarkan hasil skor rata-rata observasi pada siklus
II pertemuan III penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS sudah
mencapai indikator keberhasilan kerjasama yang ditentukan oleh peneliti. Hal ini
disebabkan karena penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantu LKS
sudah terbiasa dalam kegiatan pembelajaran.
d. Rekap hasil observasi kerjasama siklus II.
Hasil kerjasama siswa pada siklus II ini terdiri dari III pertemuan, jika dilihat dari
masing-masing pertemuan, dari pertemuan I, II dan III terjadi adanya peningkatan
dari aspek kerjasama siswa dalam pembelajaran dan pada setiap pertemuan aspek
kerjasama siswa yang mengalami peningkatan pada pertemuan berikutnya
dibandingkan sebelum dilaksanakan tindakan. Hal ini terlihat dari peningkatan aspek
indikator keterampilan kooperatif yang meningkat dari setiap pertemuan. Ini
disebabkan karena siswa sudah terarah dalam kegiatan kerjasama kelompok, siswa
aktif dalam kegiatan tanya jawab, berdiskusi dalam kelompok dan aktif
mengemukakan pendapat ataupun menerima pendapat. Dan secara kesuluruhan
proses pembelajaran sudah baik dan suasana pembelajaran juga menyenangkan
76
sehingga dalam mengikuti proses pembelajaran siswa tidak tertekan. Dari ketiga
pertemuan tersebut maka diambil rata-rata dalam satu silkus. Hasil rata-rata
observasi dapat dilihat pada sebagai berikut:
Tabel 4.11
Rekap Hasil kerjasama Siklus II
Siswa Kelas V SDN 2 Candiroto Semester II
Tahun Pelajaran 2011/2012
Statistik Deskriptif
Rata-rata
Nilai Tengah
Standar Deviasi
Minimal
Maksimal
80.78
81.48
2.33
76.85
85.19
Dari tabel 4.11 di atas dapat diketahui rata-rata kerjasama siswa adalah 80.78
dengan standar deviasi 2.33. Nilai terendah yaitu 76.85 dan nilai tertinggi 85.19. Dari
hasil observasi yang dilakukan guru observer (kepala sekolah), dari keseluruhan
kegiatan pembelajaran siklus II yang diterapkan berdasarkan hasil observasi
kerjasama memperoleh skor rata-rata 80.77. Dalam penerapan pembelajaran
kooperatif tipe NHT berbantuan LKS dalam kegiatan pembelajaran pada siklus II
rata-rata lebih dari 75.00 sesuai dengan indikator keberhasilan. Dari hasil diatas
maka indikator keberhasilan peneliti sudah tercapai.
4.3.4.2 Hasil belajar siswa
Setelah dilaksanakan tindakan dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT
berbantuan LKS, guru memberikan evaluasi secara tertulis kepada siswa pada akhir
siklus II pada pertemuan III. Dari hasil belajar siswa siklus I dan setelah
dilaksanakan tindakan pada siklus II hasil belajar yang diperoleh siswa mengalami
peningkatan. Hal ini dapat terlihat pada hasil rekap nilai tes evaluasi siswa tindakan
siklus I terdapat 19 siswa tuntas dan 6 siswa tidak tuntas. Hasil nilai yang diperoleh
siswa dilaksanakan tindakan siklus II terdapat 25 siswa yang mencapai ketuntasan
(KKM=65) artinya semua siswa telah tuntas belajar. Dari jumlah siswa yang tuntas
dapat digambarkan sebagai berikut:
77
Tabel 4.12
Ketuntasan Belajar Siklus II
Siswa Kelas V SDN 2 Candiroto Semester II
Tahun Pelajaran 2011/2012
Kategori
Keterangan
Tuntas
≥65
Belum tuntas
< 65
Jumlah
Rata-rata
Standar Deviasi
Minimal
Maksimal
Frekuensi
20
0
25
Persen (%)
100
0
100
85
11.225
65
100
Dari table 4.12 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa perolehan nilai
Siklus II dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM=65) sebanyak 25 siswa atau 100%, sedangkan yang
belum mencapai ketuntasan minimal tidak ada artinya semua siswa telah tuntas
dalam belajar menurut KKM. Dengan rata-rata 72 dan standar deviasi 11,22. Nilai
terendah 65 dan nilai tertinngi 100. Berdasarkan Ketuntasan belajar siswa pada
tabel 4.12 dapat digambarkan dalam grafik lingkaran sebagai berikut:
tuntas
100%
belum tuntas
Gambar 4.3
Persentase Nilai Siklus II
Dengan demikian dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS
hasil belajar siswa meningkat dibandingkan hasil belajar sebelum dilaksanakan
tindakan. Dari hasil tes evaluasi siklus II diperoleh siswa yang tumtas 25 siswa atau
100% dari siswa keseluruhan. Berdasarkan indikator keberhasilan bahwa 80% siswa
nilai diatas KKM=65 maka dapat disimpulkan pada siklus II sudah mencapai
indikator keberhasilan sesuai dengan yang diinginkan peneliti.
78
4.3.5 Refleksi
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II dari pertemuan I,
II dan III maka selanjutnya diadakan refleksi dalam bentuk diskusi atas segala
kegiatan dalam proses pembelajaran. Diskusi ini dilakukan oleh guru kelas, guru
observer, peneliti, dan perwakilan dari beberapa siswa kelas V. Dalam diskusi berisi
tentang evaluasi bagaimana pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS bagi
guru kelas, guru observer, siswa, dan peneliti. Dari diskusi ini didapatkan bahwa
guru kelas dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan baik, bagi
siswa pembelajaran dirasa mudah diterima dan dipahami serta dengan kerjasama
kelompok siswa yang berkemampuan rendah merasa terbantu oleh temannya yang
berkemampuan tinggi tentang hal-hal yang belum dimengerti. Hasil refleksi
dilakukan untuk mengetahui keefektifan dari pembelajaran NHT berbantuan LKS.
Setelah selesai pembelajaran pada siklus II pertemuan III maka dilaksanakan
evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa dalam penguasaan materi.
Hasil observasi kerjasama siswa dengan rata-rata dalam siklus II yaitu 80,77.
Sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu ketercapaian ratarata pada kerjasama siswa penulis memberikan patokan 75,00. Berdasarkan hasil
observasi kerjasama siswa, indikator keberhasilan yang ditentukan sudah tercapai
indikator yang telah ditentukan. Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan
ketuntasan belajar dengan KKM= 65 maka diperoleh sebanyak 25 dengan
prosentase 100% siswa tuntas artinya semua siswa telah tuntas dan rata-rata dari
jumlah keseluruhan 85. Berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditentukan
yaitu ketercapaian KKM pada hasil belajar siswa, peneliti memberikan patokan 80%
dari jumlah keseluruhan siswa dinyatakan hasil belajarnya meningkat yaitu dengan
mencapai nilai ≥ 65. Dari hasil evaluasi siswa pada siklus II ternyata ketuntasan
siswa baru mencapai 100%. Artinya jika dilihat dari indikator keberhasilan yang
ditentukan hasil evaluasi tertulis siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang
ditentukan penulis.
Berdasarkan pengamatan dari observer pada siklus II secara keseluruhan
hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus II sebagai berikut:
1.
Rancangan pembelajaran sudah terprogram
79
2.
Siswa lebih tertarik pada pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe NHT
4.4
3.
Kegiatan pembelajaran nampak lebih baik, kerjasama siswa lebih meningkat.
4.
Antara rencana pembelajaran dengan proses pembelajaran sudah sesuai.
5.
Siswa bekerjasama dengan baik didalam proses pembelajaran.
6.
Keberanian siswa sudah tumbuh dalam mengeluarkan pendapat
Analisis Data Rekapitulasi Nilai Sebelum Tindakan, Siklus I, Siklus II
Berikut ini dapat dilihat tabel nilai sebelum tindakan, siklus I dan siklus II serta
rekapitulasi pengelompokkan nilai kerjasama dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.13
Hasil kerjasama siswa
PraSiklus, Siklus I, Siklus II
Tindakan
Rata-rata
Nilai Tengah
Standar Deviasi
Minimal
Maksimal
Statistik Deskriptif
PraSiklus
Siklus I
66.33
66.67
4.34
58.33
75.00
75.22
75.00
1.93
72.22
79.63
Siklus II
80.78
81.48
2.33
76.85
85.19
Dari tabel 4.13 di atas dapat diketahui rata-rata kerjasama siswa kelas
PraSiklus 66.33, nilai tengah 66.67 dengan standar deviasi 4.34 . Nilai terendah
58.33 dan nilai tertinggi 75.00 . Pada siklus I nilai rata-rata kerjasama siswa
diperoleh sebesar 75.22, nilai tengah 75.00 dengan standar deviasi 1.93. Nilai
terendah 72.22 dan nilai tertinggi 79.69. Pada siklus II, nilai rata-rata kerjasama
siswa diperoleh sebesar 80.78, nilai tengah 81.48 dengan standar deviasi 2.33. Nilai
terendah 76,85 dan nilai tertinggi 85.19. Hal ini menunjukkan bahwa kerjasama
setelah tindakan siklus I dan Siklus II menjadi lebih baik dibandingkan sebelum
diberi tindakan pembelajaran menggunakan NHT berbantuan LKS. Dapat diliat
adanya peningkatan kerjasama siswa dalam setiap siklusnya. Grafik rata-rata
kerjasama siswa dapat digambarkan sebagai berikut:
80
kerjasama
100
80
60
40
20
0
Prasiklus
Siklus I
Siklus II
kerjasama
Gambar 4.4 Histogram Rata-Rata Kerjasama Siswa
Analisis data kuantitatif yang berasal dari hasil belajar siswa saat prasiklus,
siklus 1, dan siklus 2 akan disajikan dalam sebuah tabel dan grafik. Perbandingan
ketuntasan siswa kelas V saat prasiklus, siklus 1, dan siklus 2 dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut:
Tabel 4.14
Rekap Ketuntasan Siswa
Siswa Kelas V SDN 2 Candiroto Semester II
Tahun Pelajaran 2011/2012
kriteria
Prasiklus
Jumlah
Persen
Siklus I
Jumlah
Persen
Siklus II
Jumlah
Persen
siswa
%
siswa
%
siswa
%
Tuntas
11
44
19
76
25
100
Tidak tuntas
14
56
6
24
0
0
Dari tabel di atas dapat diklasifikasikan menjadi:
Klasifikasi tuntas artinya nilai ≥65
Klasifikasi tidak tuntas artinya nilai ˂65
Dari tabel 4.14 rekapitulasi pengelompokkan nilai diatas dapat dilihat adanya
peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam mata pelajaran Matematika terbukti
untuk klasifikasi tuntas, sebelum diadakan tindakan yang tuntas hanya 11 orang.
Sedangkan setelah siklus I jumlah siswa yang tuntas ada 19 siswa dan siklus II
jumlah siswa yang tuntas ada 25 siswa atau semua siswa tuntas. Pada klasifikasi
tidak tuntas, sebelum diadakan tindakan terdapat 14 siswa yang belum tuntas pada
81
mata pelajaran Matematika, setelah siklus I terdapat 6 siswa tidak tuntas dan siklus
II tidak ada siswa tidak tuntas artinya semua siswa atau 25 siswa mengalami
ketuntasan belajar. Ini membuktikan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT
berbantuan LKS dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa
meningkat dalam setiap siklusnya. Berdasarkan table 4.14 diatas tentang siswa
tuntas dan tidak tuntas dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
Frekuensi
Peningkatan Ketuntasan Belajar
30
25
20
15
10
5
0
Tidak Tuntas
Tuntas
Pra siklus Siklus I
Siklus II
Gambar 4.5
Diagram linear Pengelompokkan Nilai
Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Pada Tabel 4.17 dan diagram linear 4.5 menunjukkan pembelajaran kooperatif
tipe NHT berbantuan LKS dapat meningkatkan jumlah siswa yang tuntas dalam
belajardan menurunya jumlah siswa yang tidak tuntas.
4.5
Pembahasan
Hasil observasi sebelum tindakan yang dilakukan di kelas V SD Negeri 2
Candiroto Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung ditemukan bahwa tingkat
kerjasama kelompok dan hasil belajar siswa masih rendah, hal ini disebabkan
pemahaman siswa tentang materi pecahan belum menekankan pada aspek
keterampilan kerjasama siswa dalam kelompok. Proses pembelajaran sebelum
tindakan menunjukkan bahwa siswa masih pasif, siswa lebih cenderung
mendengarkan ceramah guru sehingga siswa terkesan bosan pada proses
pembelajaran. Siswa masih bekerja secara individual, tidak tampak kerjasama siswa
dan tidak dibiasakan kerjasama kelompok dalam proses pembelajaran. Siswa
82
terlihat jenuh karena pembelajaran selalu monoton sehingga nilai rata-rata pelajaran
Matematika rendah. Nilai rata-rata yang didapatkan siswa sebelum tindakan adalah
62. Siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM=65) hanya 11 siswa
atau 44% sedangkan siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal
sebanyak 14 siswa atau 56%. Nilai tertinggi yang didapatkan oleh siswa sebelum
tindakan adalah 85 sedangkan nilai terendahnya adalah 40.
Berdasarkan observasi kerjasama menunjukan kerjasama siswa dalam
kelompok rendah dapat diketahui rata-rata kerjasama siswa kelas PraSiklus adalah
66.33. Nilai terendah 58.33 dan nilai tertinggi 75.00. Adanya perbandingan yang
signifikan antara jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas karena siswa yang
sudah mencapai ketuntasan sudah dapat memahami materi yang disajikan oleh
guru walaupun hanya dengan ceramah saja, karena ke-11 siswa ini memang
mempunyai kemampuan dalam belajar yang lebih baik dibandingkan temantemannya walaupun hanya dengan mendengarkan saja, sedangkan 14 siswa yang
lain belum bisa memahami materi yang disajikan oleh guru hanya dengan ceramah
saja karena kemampuan dalam belajar mereka rendah jika hanya mendengarkan
saja, sehingga diperlukan tindakan sesuai yaitu bagaimana menekankan aspek
keterampilan kerjasama dan meningkatkan hasil belajar siswa di kelas agar lebih
baik dalam memahami materi pelajaran.
Peningkatan hasil belajar dan kerjasama siswa didapatkan dari hasil perolehan
nilai siklus I dan II adalah sebagai berikut:
a. Siklus I
Pada Siklus I dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan
LKS berdasarkan observasi kerjasama didapat nilai rata-rata kerjasama adalah
75.22. Nilai terendah yaitu 72.22 dan nilai tertinggi 79.63. Siswa yang mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) sebanyak 19 siswa atau 76% dan terdapat 6
siswa yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal. Nilai rataratanya adalah 72 sedangkan nilai tertinggi adalah 95 dan nilai terendah adalah 50.
b. Siklus II
Pada Siklus II dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT
berbantuan LKS berdasarkan observasi kerjasama didapat rata-rata kerjasama
83
adalah 80.77. Nilai terendah yaitu 76.85 dan nilai tertinggi 85.19. Siswa yang
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) sebanyak 25 siswa atau 100%
dan artinya semua siswa telah tuntas. Nilai rata-ratanya adalah 85 sedangkan nilai
tertinggi adalah 100 dan nilai terendahnya adalah 65.
Dari uraian diatas dapat dilihat kondisi PraSiklus rata-rata kerjasama 66.33
dan terdapat 11 siswa tuntas dari 25 siswa. Pada Siklus I dengan rata-rata
kerjasama 75.22 dan terdapat 19 siswa tuntas dari 25 siswa. Pada Siklus II dengan
rata-rata kerjasama 80.77 dan 25 siswa tuntas. Dapat dilihat dari hasil tersebut
bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS baik digunakan untuk
siswa yang belum tuntas maupun yang sudah tuntas. Dengan pembelajaran yang
dilakukan menunjukan bahwa kerjasama dan hasil belajar siswa meningkatan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Slavin (1995) bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
hasil belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial,
menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain. Pembelajaran
kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan
masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dan pengalaman (Rusman, 2010:
205). Selain itu hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Maulida, Hana
(2011). Keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT) dengan berbantuan LKS materi pokok luas segiempat pada peserta didik
kelas VII semester II MTs Tarbiyatul Mubatdiin Wilalung tahun pelajaran 2010/2011.
Dari hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe NHT berbantuan LKS lebih baik dari pada model pembelajaran
konvensional.
Proses pembelajaran dalam pelaksanaan praktik di lapangan yang dilakukan
oleh peneliti terdapat beberapa hal yang menyebabkan adanya peningkatan
kerjasama dan hasil belajar siswa pada pembelajaran kooperatif tipe NHT
berbantuan LKS. Dalam proses pembelajaran tipe NHT yang menggunakan
penomoran merupakan suatu pembelajaran dimana setiap siswa dalam masingmasing kelompok mendapat tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas bersama.
Sesuai dengan nomor yang diperoleh nantinya siswa secara acak untuk menjawab
84
pertanyaan guru. Hal ini menjadikan siswa terlihat lebih aktif dalam bekerjasama
untuk menyelesaikan tugas dalam kelompoknya. Tanggungjawab individu yang
terjadi lebih tinggi sehingga pengetahuan yang diterima lebih maksimal karena
pertukaran pendapat antar siswa. Dalam pembelajaran siswa yang berkemampuan
tinggi dapat membantu siswa yang berkemampuan rendah. Dengan dibantu LKS
dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam belajar dengan baik dalam penerapan
pembelajaran ini. Siswa lebih bekerjasama dalam mengerjakan LKS yang telah
diberikan.
Proses pembelajaran yang melibatkan kerjasama siswa secara tidak langsung
akan berpengaruh terhadap hasil belajar. Saat pembelajaran siswa yang
berkemampuan tinggi dapat membantu siswa yang berkemampuan rendah
sehingga terjadi pertukaran pengetahuan yang dimiliki. Sejalan dengan teori
Vygotsky yang menjelaskan ada hubungan langsung antara domain kognitif dengan
sosial budaya. Kualitas berpikir siswa dibangun di dalam ruangan kelas, sedangkan
aktivitas sosialnya dikembangkan dalam bentuk kerjasama antara pelajar dengan
pelajar lainnya yang lebih mampu di bawah bimbingan orang dewasa dalam hal ini
guru (Isjoni, 2010: 57).
Pelaksanaan
pembelajaran
kooperatif
tipe
NHT
berbantuan
LKS
membutuhkan partisipasi dan kerjasama siswa. Pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan cara belajar siswa lebih baik, sikap tolong menolong dalam beberapa
perilaku sosial dan hasil belajar siswa. Hal ini sesuai tujuan utama dalam
pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan
pembelajaran yang penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap
keragaman dan pengembangan ketrampilan sosial (Rusman, 2011: 209).
Berdasarkan perolehan nilai kerjasama dan hasil belajar yang didapatkan
pada siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT
berbantuan LKS lebih menekankan pada aspek keterampilan kerjasama siswa
dalam kegiatan pembelajaran untuk memudahkan siswa memahami materi
sehingga dapat meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa siswa kelas V SD
Negeri 2 Candiroto Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung Tahun
2011/2012.
Download