KONDISI PSIKOLOGIS DAN MORAL TOKOH NADIA DALAM NOVEL “GHADAN TULADU SYAMSUN UKHRA” KARYA HUSAIN MU’NIS: KRITIK SASTRA FEMINIS Chulusul Umniyati Kholisin Ibnu Samsul Huda Jurusan Sastra Arab, Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang. E-mail: [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi psikologis dan moral tokoh Nadia dalam novel “Ghadan Tuladu Syamsun Ukhra (GTSU)” karya Husain Mu’nis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan kritik sastra feminis ideologis Soenardjati Djajanegara. Penelitian novel “GTSU” karya Husain Mu’nis ini menunjukkan bahwa kondisi psikologis tokoh Nadia itu kurang sehat karena semua kebutuhan universalnya tidak terpenuhi akibat adanya penindasan dari keluarganya dan Nadia mempunyai etika atau moral yaitu: (1) pandai bersyukur dengan merawat semua yang telah dikaruniakan oleh Tuhan, (2) pekerja keras dan bertanggung jawab, (3) mencintai keluarga dan anak-anaknya, (4) pandai, berpengalaman, dan disiplin, dan (5) sabar dan tulus. Kata Kunci: psikologis, kondisi moral, kritik sastra feminis, novel “Ghadan Tuladu Syamsun Ukhra”. Abstract: The purpose of this study is to describe the psychological and moral condition of the main character, Nadia revealed in “Ghadan Tuladu Syamsun Ukhra (GTSU)” by Husain Mu'nis. This study is a qualitative method using ideological feminist literary criticism concepted by Soenardjati Djajanegara. The study of GTSU novel by Husain Mu'nis suggests that the psychological condition of Nadia's character is in poor health as all the universal needs are not met due to the oppression of her family. Another result depicted in this novel is Nadia has ethics or morals, they are: (1) grateful for the care of all the things and blessing given by God, (2) hardworking and responsible, (3) loving her families and their children, (4) intelligent, experienced, and disciplined, and (5) patient and sincere. Key words: psychological, moral condition, feminist literary criticism, the novel of Ghadan Tuladu Syamsun Ukhra. يهدف هذا البحث إىل وصف احلال النفسية واألخالقية لـ "اندية" يف:امللخص يستخدم هذا البحث طريق. تولد مشس أخرى" بقلم حسني مؤنيس..رواية "غدا نتيجة هذا البحث."النقد األديب النسائي اإليديولوجي لـ "سونرجايت جااينغارا تدل على أن احلال النفسية لـ "اندية" ليسق جيدة بسبب عدم حتققها للحاجات ) شكر هلل1( ولـ "اندية" أخالق حسنة وهي،احليوية ألجل اإلضطهاد من أسرهتا ) حتب عائلتها3( ،) عاملة مواظبة ومسؤولة على كل عهدهتا2( ،على نعمه .) هي مرأة ذكية ونشيطة وصابرة وخالصة4( و،وأوالدها النقد األديب النسائي، احلال األخالقية، احلال النفسية:الكلمات الرئيسية " تولد مشس أخرى.. رواية "غدا،اإليديولوجي Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan estetik, baik yang didasarkan pada aspek kebahasaan maupun aspek makna (Fananie,2002:6). Biyantari (2009:1) juga menyatakan bahwa karya sastra sebagai hasil cipta manusia selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran hidup. Saryono (dalam Nugroho,2007:1) mengatakan bahwa suatu karya sastra merupakan ungkapan pengarang untuk menyikapi realitas kehidupan. Objek sastra adalah suatu realitas kehidupan yang dengan caranya sendiri, sastrawan memindahkan realitas kehidupan yang ditangkap dan dituangkan dalam karya sastra. Wellek dan Werren (dalam Biyantari, 2009: 1) juga mengatakan bahwa sastra menyajikan kehidupan dan kehidupan tersebut sebagian besar terdiri atas kenyataan sosial, walaupun karya sastra itu juga dipandang suatu gejala sosial. Ke- hadiran sastra di tengah-tengah masyarakat untuk memberikan sesuatu yang bermakna tentang pemahaman yang mendalam terhadap keanekaragaman kehidupan manusia serta menawarkan interpretasi yang luas dan mendalam. Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel sebagai bagian dari genre sastra mendapat tempat yang baik dalam hubungan antara karya sastra dan kenyataan. Novel merupakan genre utama dalam mencerminkan keadaan masyarakatnya dan seringkali dianggap karya sastra yang paling mimetik karena pada hakikatnya novel yang disajikan harus akrab dengan kenyataan (Teeuw, 2003:29). Jones (dalam Fananie.2002:1) juga menyatakan sastra merupakan cara lain untuk mengungkapkan sesuatu yang dialami di dunia sekitar melalui imajinasi. Untuk itu, kebanyakan penulis memerlukan sebagian besar imajinasi untuk mengekspresikan ide-ide, pendapat, dan perasaan mereka dalam menulis karya sastra, baik karya sastra yang mereka tulis itu dalam bentuk puisi, cerita pendek, novel, ataupun drama. Selain itu, kita tidak bisa membantah bahwa membaca merupakan salah satu cara dalam menikmati sebuah literatur. Goefe (dalam Huda, dkk., 2008:42) mendefinisikan bahwa feminisme adalah teori tentang persamaan antara laki-laki dan perempuan dalam bidang politik, ekonomi, sosial atau kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan hakhak serta kepentingan wanita. Kritik sastra feminis berawal dari hasrat para feminis untuk mengkaji karya penulis-penulis wanita di masa silam dan untuk menunjukkan citra wanita dalam karya penulis-penulis pria yang menampilkan wanita sebagai makhluk yang dengan berbagai cara ditekan, disalahtafsirkan, serta disepelekan oleh tradisi patriarkal yang dominan (Djajanegara, 2000: 27). Husain Mu’nis merupakan sastrawan dan penerjemah Arab yang banyak menghasilkan karya, antara lain: buku sejarah, karya terjemahan dari berbagai bahasa, dan novel. Husain Mu’nis lahir pada 28 Agustus 1911 di kota Swizz dan meninggal pada tahun 1416. Beliau adalah seorang yang sangat peduli dengan budaya dan seni. Beliau pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Departemen Pendidikan pada tahun 1955-1957, bersama dengan pekerjaannya di universitas sebagai guru besar sejarah dan seni di berbagai universitas, di antaranya Universitas Kairo dan Universitas Kuwait. Salah satu karya novel beliau yang terkenal adalah “Ghadan Tuladu Syamsun Ukhra” yang mengisahkan tentang kehidupan wanita yang ditindas atau direndahkan oleh kaum laki-laki dan dia mengharapkan pada akhirnya, dia mendapatkan secercah harapan yaitu kehidupan yang lebih baik. Pemilihan novel “Ghadan Tuladu Syamsun Ukhra” dilatarbelakangi oleh keinginan peneliti mengetahui bagaimana kondisi psikologis dan moral wanita yang terjadi di masyarakat. Karena saat ini pun masih banyak wanita yang diperlakukan tidak adil dan direndahkan oleh kaum pria. Di Indonesia pun masih banyak orang yang beranggapan bahwa wanita tempatnya hanya di belakang (dapur). Selain itu, novel “Ghadan Tuladu Syamsun Ukhra” karya Husain Mu’nis yang selanjutnya disingkat “GTSU” memiliki kelebihan dalam bidang isi, kisahnya sarat dengan kehidupan wanita, sehingga cocok untuk dijadikan sebagai sumber wacana kritis feminis. Selain itu, peneliti ingin. Berdasarkan uraian di atas peneliti merasa perlu mendeskripsikan kondisi psikologis dan moral tokoh wanita yang terdapat dalam novel “GTSU” karya Husain Mu’nis dengan tinjauan kritik sastra feminis. METODE Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian kualitatif dengan rancangan deskriptif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2011:6). Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai human instrument serta tabel kodifikasi data yang berguna untuk menjaga keabsahan data. Data dalam penelitian ini berupa kata-kata, paparan kebahasaan yang berkaitan dengan kondisi psikologis dan moral tokoh Nadia yang bersumber dari novel “GTSU” karya Husain Mu’nis. Sedangkan sumber datanya adalah novel “GTSU” yang berjumlah 119 halaman terbitan Daar Ar-Rasyad. Untuk memperoleh data, dilakukan penelusuran kondisi psikologis dan moral tokoh Nadia dengan cara membaca kritis dan kreatif novel “GTSU”, memberi tanda atau kode pada bagian-bagian wacana yang diangkat menjadi objek penelitian dalam novel “GTSU”, menginterpretasikan paparan data psikologis dan moral dalam novel “GTSU” untuk dianalisis lebih lanjut sehingga menunjukkan kedudukan wanita dalam lingkungan masyarakat dan status gender, dan mengklasifisikan data berdasarkan tabel yang telah dibuat. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode kritik sastra feminis yang mengacu pada kritik sastra feminis Soenardjati Djajanegara (Djajanegara, 2000:51-53), yaitu mengidentifikasi satu atau beberapa tokoh perempuan yang terdapat pada sebuah karya sastra, mencari status atau kedudukan tokoh perempuan tersebut didalam masyarakat, memperhatikan apa yang dipikirkan, dilakukan, dan dikatakan oleh tokoh-tokoh perempuan tersebut, sehingga kita dapat mengetahui perilaku dan watak mereka berdasarkan gambaran yang langsung diberikan oleh pengarangnya, mencari tahu tujuan hidup dari tokoh perempuan tersebut didalam masyarakat, dan meneliti tokoh laki-laki yang memiliki keterkaitan dengan tokoh perempuan yang sedang diamati. Karena peneliti tidak akan memperoleh gambaran secara lengkap mengenai tokoh perempuan tersebut tanpa memunculkan tokoh laki-laki yang ada disekitarnya. Pengecekan keabsahan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara: (1) perpanjangan keikutsertaan, artinya peneliti membaca berulang-ulang novel “GTSU” sampai menemukan kajian yang diperlukan yang disertai dengan pengalaman dan pengetahuan yang ada dan relevan, (2) ketekunan pengamatan, artinya peneliti melakukan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap teks dalam novel “GTSU” karya Husain Mu’nis dan (3) pengecekan sejawat pembimbing dan sejawat, artinya hasil analisis yang diperoleh didiskusikan kepada pembimbing dan teman sejawat sebagai bahan pertimbangan dengan tujuan agar hasil yang diperoleh mempunyai kesatuan pandangan dan pemahaman. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan pembacaan secara keseluruhan pada novel “Ghadan Tuladu Syamsun Ukhra” ditemukan bahwa novel ini membahas tentang perjuangan seorang wanita yaitu Nadia sebagai istri dan ibu demi mendapatkan derajat yang sama dengan kaum laki-laki dalam keluarganya. Nadia melakukan berbagai cara agar mendapatkan hak dan derajat yang sama dengan kaum laki- laki. Tokoh-tokoh cerita dalam novel “GTSU” adalah Nadia (istri, tokoh utama), Majid (suami Nadia), Thariq (anak pertama Nadia dan Majid), Susan (anak kedua Nadia dan Majid), Ahmad (anak ketiga Nadia dan Majid), ‘Ammu Imam (pembantu Nadia), Aminah dan Zahiya (teman Nadia), Mr. Edward (perwakilan dari kedutaan), Mr. Zaki (asisten Nadia di kedutaan), Mahmud (saudara Majid), dan Izzudin (teman Majid). Berdasarkan lima langkah analisis kritik sastra feminis Soenardjati Djajanegara, penelitian ini menghasilkan penggambaran kondisi psikologi dan moral tokoh Nadia dalam novel “Ghadan Tuladu Syamsun Ukhra” karya Husain Mu’nis. Langkah analisis berdasarkan kritik sastra feminis Soenardjati Djajanegara, yaitu menentukan (1) tokoh utama dalam novel “GTSU” yaitu Nadia, (2) kedudukan Nadia dalam masyarakat dan keluarga adalah seorang istri (novel GTSU hal. 12 dan 61) dan ibu rumah tangga (novel GTSU hal. 27 dan 60), (3) perilaku tokoh yang dapat menunjukkan kondisi psikologis tokoh Nadia. Kebutuhan universal Nadia tidak semuanya terpenuhi, yaitu kebutuhan fisiologis Nadia tidak terpenuhi (novel GTSU hal 7,35, dan 166), kebutuhan rasa aman Nadia kurang terpenuhi walau Nadia sudah mempunyai pembantu (novel GTSU hal 17), kebutuhan rasa memiliki dan cinta Nadia tidak terpenuhi akibat sikap dan perlakuan suami dan anak laki-lakinya, Thariq, padahal Nadia sudah berusaha keras untuk mencapai kebutuhan tersebut (novel GTSU hal 11,122,14,16,17,19,22,24,25,27,101, dan 116), kebutuhan rasa penghargaan pun belum tercukupi meskipun Nadia sudah melakukan berbagai cara dalam memperlakukan keluarganya dengan baik, namun tetap saja Nadia belum mendapatkan kebutuhan itu (novel GTSU hal 7,8,12,16,25,27, dan 99), karena Nadia mendapat perlakuan yang tidak baik dan membuatnya sengsara, Nadia memutuskan untuk keluar rumah, kembali bekerja, dan mengaktualisasikan dirinya (novel GTSU hal 81,82,99,113, dan 114). Adapun (4) tujuan hidup Nadia adalah untuk memenuhi semua kebutuhan universalnya, meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan memiliki dan cinta, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri, (5) sikap tokoh laki-laki yang menghambat Nadia untuk mencapai semua kebutuhan universalnya, yaitu (a) sikap Thariq yang tidak menghargai ibunya, Nadia dan memperlakukan Nadia layaknya pembantu yang harus selalu siap melayani dirinya (novel GTSU hal 27,38,39,40, dan 105) dan (b) sikap Madjid yang merasa berkuasa penuh pada rumah tangga karena dirinya laki-laki dan selalu membela serta mendukung semua keinginan Thariq sebagai anak laki-laki (novel GTSU hal 41dan 45). Jadi, kondisi psikologis Nadia tidak bisa dikatakan sehat betul karena dia belum bisa mendapatkan rasa aman, rasa memiliki dan cinta, juga rasa penghargaan dari keluarganya. Pada dasarnya di masyarakat, wanita sudah mendapatkan tempat. Tetapi tetap masih banyak saja kaum laki-laki yang menganggap rendah wanita dan memperlakukannya dengan buruk, terutama di lingkungan keluarga. Adapun kondisi moral tokoh Nadia berdasarkan lima langkah analisis berdasarkan kritik sastra feminis Soenardjati Djajanegara, yaitu menentukan (1) tokoh wanita dalam novel “GTSU” adalah Nadia; (2) kedudukan tokoh adalah sebagai istri dan ibu rumah tangga; (3) perilaku Nadia yang menunjukkan moral dan etika Nadia, pandai bersyukur dengan merawat semua yang telah dikaruniakan oleh Allah (novel GTSU hal. 7,8, dan 27), pekerja keras dan bertanggung jawab (novel GTSU hal. 7,16,17,25,27,35, dan 101), mencintai keluarga dan anak-anaknya dengan cara melepaskan pekerjaan demi mendidik dan merawat anak (novel GTSU hal. 14,16,18,19,22,24,44,45, dan 116) dan selalu memikirkan kelurganya (novel GTSU hal. 90 dan 92), pandai, berpengalaman, dan disiplin (novel GTSU hal. 34,57,79,85,86,97 dan 113), sabar dan tulus (novel GTSU hal. 54 dan 105); (4) tujuan hidup Nadia, yaitu mendidik anak (novel GTSU hal. 21 dan 23, menunjukkan bahwa ibu bukanlah seorang pembantu dan wanita mempunyai kedudukan yang sama dengan laki-laki (novel GTSU hal. 81,99,105, dan 114), dan menunjukkan bahwa anak sepatutnya sadar akan kewajibannya pada orang tua (novel GTSU hal. 73 dan 105), dan (5) sikap atau perilaku tokoh laki-laki terhadap Nadia, meliputi (a) perilaku Thariq yang tidak menghargai ibunya, Nadia, memperlakukan Nadia layaknya pembantu yang harus selalu siap melayani dirinya, dan bersikap seenaknya layaknya seorang raja (novel GTSU hal 21,24,25,27,29,36, dan 40) dan (b) sikap Madjid yang merasa berkuasa penuh pada rumah tangga karena dirinya laki-laki dan selalu membela serta mendukung semua keinginan Thariq sebagai anak laki-laki (novel GTSU hal 41dan 45). Dari uraian penokohan di atas dapat kita simpulkan bahwa baik ucapan, perilaku, maupun tindakan-tindakan tokoh Majid dan Thariq menunjukkan pertentangan-pertentangan dengan ideologi feminisme. Tokoh Majid dan Thariq memberi kesan bahwa mereka berpendirian tradisional yang antara lain adalah wanita harus memasuki lingkungan domestik yang hanya bertugas di dapur untuk melayani mereka. Kedua tokoh tersebut berusaha keras untuk mengabadikan nilainilai Victoria yang menghendaki agar wanita bersikap pasif, penurut, dan melayani semua kebutuhan suami dan anak-anaknya. Meski Nadia mempunyai etika dan moral yang baik, kaum laki-laki terutama suami dan anaknya, Thariq tatap memperlakukan wanita dengan rendah. Mereka tak menghargai kedudukan wanita. Dalam Islam pun tidak diajarkan kekerasan pada wanita ataupun kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Namun masyarakat umumnya masih memandang kekerasan terhadap wanita bukan sebuah masalah. Masyarakat lebih terbiasa dengan tradisi mentolerir kekerasan terhadap wanita dan menganggapnya biasabiasa saja. Di Indonesia pun, kekerasan dalam rumah tangga sulit untuk dihapuskan kendatipun Undang-undang telah memberikan perlindungan, sosialisasi di masyarakat juga dilakukan, pusat pengaduan dan perlindungan korban KDRT juga tersedia tetapi KDRT terus menerus terjadi (Mufidah, 2008:274). Islam merupakan agama rahmatan lil alamin yang ramah pada siapapun, melindungi, menyelamatkan, dan memberikan pada semua manusia tanpa terkecuali, dari beragam suku, warna kulit, perbedaan kelas sosial ekonomi hingga perbedaan laki-laki dan perempuan. Salah satu misi Rasulullah SAW dalam menegakkan Islam adalah mengangkat harkat martabat laki-laki maupun perempuan agar mendapatkan dan melindungi hak-hak pribadi sebagai manusia. Karena itu, Islam melakukan perubahan tatanan hukum dan perundang-undangan yang diikuti pula dengan perubahan budaya yang tercermin dalam sikap dan praktik kehidupan Rasulullah dengan melalui metode uswah hasanah. Disebutkan pula usaha membongkar praktik diskriminasi termasuk di antaranya diskriminasi gender sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Hujurat:13 yang artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. Al-Hujurat:13). SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dengan kritik sastra feminis dapat diambil kesimpulan bahwa kondisi psikologis tokoh Nadia itu kurang sehat. Karena semua kebutuhan universalnya tidak terpenuhi akibat adanya penindasan dari keluarganya, dalam hal ini suami dan anak laki-lakinya, Thariq . Sejak keluar dari rumahnya dan kembali bekerja di kedutaan, Nadia sudah bebas dari penindasan dan dapat mengaktualisasikan dirinya. Akan tetapi, Nadia tetap saja belum bisa merasakan hidup aman dan nyaman karena belum mendapatkan rasa memiliki dan cinta serta rasa penghargaan dari keluarganya, terutama Majid, suaminya dan Thariq, anaknya. Sedangkan, kondisi moral tokoh Nadia itu baik. Nadia mempunyai etika atau moral yaitu: (1) pandai bersyukur dengan merawat semua yang telah dikaruniakan oleh Tuhan, (2) pekerja keras dan bertanggung jawab, (3) mencintai keluarga dan anak-anaknya, (4) pandai, berpengalaman, dan disiplin, (5) sabar dan tulus, yang semua itu tidak ditentang oleh masyarakat. SARAN Dalam akhir penelitian ini, peneliti juga memberikan saran kepada berbagai pihak yang terkait. Bagi Pengajar Bahasa dan Sastra Arab, hendaknya dapat memaksimalkan penggunaan bahan pembelajaran sastra, dalam hal ini adalah karya sastra novel dan penelitian ini bisa digunakan sebagai salah satu bahan ajar untuk mata kuliah Telaah Prosa Arab. Bagi pebelajar bahasa dan sastra Arab, hendaknya dalam membaca karya sastra terutama novel dengan memperhatikan nilai-nilai dan pesan-pesan moral yang terdapat di dalamnya sehingga dapat diterapkan dalam berperilaku di kehidupan di masyarakat. Bagi pembaca karya sastra, sebaiknya mengambil nilai-nilai positif dalam karya sastra yang telah dibacanya, misalnya nilai-nilai dan pesan-pesan moral yang terkandung di dalamnya dan dapat menerapkannya dalam kehidupan di masyarakat. Bagi Jurusan Sastra Arab, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan refleksi untuk perbaikan dan pengembangan bahan mata kuliah, khususnya mata kuliah Telaah Prosa Arab. Bagi peneliti lain, penelitian ini bisa dikembangkan lagi, dengan menganalisis karya sastra menggunakan kritik sastra feminis yang digabungkan dengan berbagai pendekatan lain. DAFTAR RUJUKAN Al Qur’an In Word Biyantari, Linda Arik. 2009. Aspek Moral dalam Novel “Harimau! Harimau!” Karya Mochtar Lubis: Tinjauan Semiotik. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, (Online) (http://www.scribd.com/doc/57453193/A-310050057, diakses 29 September 2011) Djajanegara. Soenarjati. 2000. Kritik Sastra Feminis: Sebuah Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Fananie, Zainuddin. 2002. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Huda, Ibnu Samsul, dkk. 2008. Bahan Ajar Telaah Prosa. Malang. Moleong, Lexy. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mu’nis, Husain. 1996. Ghadan Tuladu Syamsun Ukhra. Kairo: Daar Ar-Rosyad. Nugroho, Bagus Adhi.2007.Rekonstruksi Gender dalam Novel Kenanga Karya Oka Rusmini.Universitas Negeri Malang: Skripsi. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. 2010. Malang: UM PRESS. Teeuw. 2003. Sastera dan Ilmu Sastera. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.