Sesi TM ke 7 EXPENDITURE STRATEGY

advertisement
Sesi TM ke 7
EXPENDITURE STRATEGY
•MASALAH PENDANAAN
•BENTUK-BENTUK PENDANAAN
Sesi TM ke 12
•PENCATATAN PENDANAAN
•PENERAPAN DI INDONESIA
• PRIVATISASI
• NON PRIVATISASI
“Money is not everything, however without Money will be no everything”
Matematika “UANG” : Uang = 267 + Kompetensi + Momentum
Note : Momentum = Waktu + Kesempatan
Sesi TM ke 7
EXPENDITURE STRATEGY
MASALAH PENDANAAN
1. DEFISIT ANGGARAN BERJALAN
2. PEMBIAYAAN DENGAN DANA PINJAMAN
2.1. PINJAMAN LUAR NEGERI
2.2. PINJAMAN DALAM NEGERI
Sesi TM ke 7
EXPENDITURE STRATEGY
•
BENTUK-BENTUK PENDANAAN
IPO
DIVESTASI
Bentuk Sumber
Pendanaan
PRIVATISASI
-PP33/2005 u/BUMN
-PP59/2009
(equity instrument)
Non IPO(Direct
/Private Placement)
IPO
NON
DIVESTASI
Non IPO
DIVESTASI &
NON DIVEST.
Bonds
NON PRIVATISASI
-non equity instru.
-partnership (KSO)
Pinjaman
Bilateral
/sindikasi
KSO-JO
Pasar
Modal
IPO
Non IPO
Pusat
(SUN)
SPN≤1thn
ORI>1thn
Daerah: PP30/2011 ttg. Pinj.
Daerah; PMK:111/PMK.07/2012
ttg. Tatacara Penerbitan &
Pertggjwban Obligasi Daerah.
BOT Permendagri 22/2009
ttg Petunjuk Teknis Tata
BT
Cara Kerjasama Daerah
BTR
Profit Sharing PP 50/Th.2007
KSO-JV(joint venture)
Ttg.Tata Cara
Pelaksanaan
Kerjasama
Daerah
PP 33 / Th 2005 tgl 05 Sept.2005
ttg. Tatacara PRIVATISASI PERUSAHAAN PERSEROAN (Persero)
PP 59 / Th 2009 ttg “Perubahan Atas PP 33/Th 2005 ttg Tata Cara Privatisasi Persero
•
•
•
•
Pasal 1 ayat 1: Perush.Perseroan yg selanjutnya disebut Persero adalah BUMN yg berbentuk perseroan terbatas yg modalnya terbagi dalam saham yg seluruhnya
atau paling sedikit 51% sahamnya dimiliki oleh Negara Rep.Indonesia yg
tujuan utamanya mengejar keuntungan.
Pasal 1 ayat 2: PRIVATISASI adalah penjualan saham Persero baik sebagian maupun seluruhnya kpd pihak lain dlm rangka meningkatkan kinerja & nilai perusahaan
memperbesar manfaat bagi negara & masyarakat serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat.
Pasal 1 ayat 3: INVESTOR adalah mitra strategis (direct placement) danatau investor
financial (pasar modal) baik sendiri maupun konsorsium yg berasal dr
dlm danatau luar negeri yg ikut serta dlm privatisasi Persero dgn memenuhi syarat yg ditetapkan.
Pasal 4 : PRIVATISASI dilakukan terhadap SAHAM MILIK NEGARA (divestasi) pada
Persero danatau SAHAM DALAM SIMPANAN (non divestasi).
PP 33 / Th 2005 tgl 05 Sept.2005
ttg. Tatacara PRIVATISASI PERUSAHAAN PERSEROAN (Persero)
PP 59/Th 2009 ttg “Perubahan Kedua Atas PP 33/Th 2005 ttg Tata Cara Privatisasi Persero
•
•
•
•
Pasal 5 ayat 1: Privatisasi dilakukan dengan cara,
a) penjualan saham berdasarkan ketentuan PASAR MODAL (IPO),
b) penjualan saham secara langsung (Non IPO) kpd investor,
c) penjualan saham kpd mgt danatau karyawan Persero ybs.
Pasal 7 : Persero YANG DAPAT DIPRIVATISASI hrs sekurang-kurangnya memenuhi
kriteria : a) industri/sektor usahanya kompetitif ; atau
b) industri/sektor usahanya terkait dgn tehnologi yg cepat berubah.
Pasal 9 : Persero YANG TIDAK DAPAT DIPRIVATISASI adalah :
a) Persero yg bidang usahanya berdasarkan ketentuan peraturan per-UU-an
hanya boleh dikelola oleh BUMN,
b) Persero yg bergerak di sektor usaha yg berkaitan dgn HANKAM negara,
c) Persero yg bergerak di sektor ttt yg oleh pemerintah diberikan tugas khusus
utk melaksanakan kegiatan ttt yg berkaitan dgn kepentingan masyarakat,
d) Persero yg bergerak di bidang usaha SDA yg secara tegas berdasarkan ketentuan peraturan per-UU-an dilarang utk diprivatisasi.
Pasal 13 : Pelaksanaan privatisasi melibatkan lembaga danatau profesi penunjang serta
profesi lainnya sesuai dgn kebutuhan & ketentuan yg berlaku.
PP 30 / th 2011 tgl 06 Juni 2011
ttg. PINJAMAN DAERAH
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Pasal 1 ayat 1 : PINJAMAN DAERAH adalah semua transaksi yg mengakibatkan Daerah
menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yg bernilai uang dr
pihak lain shg Daerah tsb dibebani kewajiban utk membayar kembali.
Pasal 1 ayat 11: OBLIGASI DAERAH adalah Pinjaman Daerah yg ditawarkan kpd
“ publik melalui penawaran umum di pasar modal”.
Pasal 4
: Pemerintah Daerah dilarang melakukan pinjaman langsung kpd
pihak luar negeri.
Pasal 5 ayat 2 : Pendptan Daerah dan/atau brg milik daerah tdk dpt dijadikan jaminan
Pinjaman Daerah.
Pasal 5 ayat 3 : Kegiatan yg dibiayai dr Obl.Daerah beserta brg milik daerah yg melekat
dlm kegiatan tsb dpt dijadikan jaminan Obl.Daerah.
Pasal 39
: Penerbitan Obligasi Daerah hanya dpt dilakukan di pasar modal
domestik dan dalam mata uang Rupiah.
Pasal 40
: Obligasi Daerah merupakan efek yg diterbitkan oleh Pemda dan tidak
dijamin oleh Pemerintah (Pempus).
Pasal 41
: Nilai Obligasi Daerah pd saat jatuh tempo sama dgn nilai nominal
Obligasi Daerah pd saat diterbitkan.
Pasal 42
: Penerbitan Obl.Daerah hanya dpt digunakan utk membiayai kegiatan
investasi prasarana dan/ sarana dlm rangka penyediaan Pelayanan
Publik yg menghasilkan penerimaan bagi APBD yg diperoleh dr
pungutan atas penggunaan prasarana dan/sarana tsb.
PP 30 / th 2011 tgl 06 Juni 2011
ttg. PINJAMAN DAERAH
•
•
•
•
•
•
Pasal 43 ayat 2 : Setiap perjanjian pinj. Obl.Daerah sekurang-kurangnya mencantumkan :
a) nilai nominal,
e) frekuensi pembayaran bunga,
b) tgl jatuh tempo,
f) cara perhitungan pembayaran bunga,
c) tgl pembayaran bunga,
g) ketentuan ttg hak utk buyback Obl.Daerah
sebelum jatuh tempo,
d) tingkat bunga (kupon),
h) ketentuan ttg pengalihan kepemilikan,
Pasal 44 ayat 2 : Persetujuan DPRD mengenai rencana penerbitan Obl.Daerah …..meliputi
pembyran pokok & bunga yg timbul sbg akibat penerbitan Obl.Daerah tsb.
Pasal 44 ayat 4 : Selain…..DPRD memberikan persetujuan atas segala biaya yg timbul dr
penerbitan Obl.Daerah.
Pasal 44 ayat 6 : Penerbitan Obl.Daerah ditetapkan dgn Perda.
Pasal 55 ayat 3 : Gubernur, bupati, atau walikota melakukan penatausahaan atas :
a. penerimaan & penggunaan dana atas penerbitan Obl.Daerah ;
b. penerimaan & penggunaan dana atas kegiatan yg dibiayai dr
penerbitan Obl.Daerah ;
c. pembyran kewajiban atas penerbitan Obl.Daerah.
Pasal 58
: Pertanggjwban atas pengelolaan Obl.Daerah dan dana atas kegiatan yg
dibiayai dr penerbitan Obl.Daerah disampaikan kpd DPRD sbg bagian
dr pertanggjwban pelaksanaan APBD.
OBLIGASI DAERAH & PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Elemen yang cukup penting untuk mendukung kesuksesan penerbitan Obligasi Daerah (“OD”)
adalah kualitas pengelolaan keuangan daerah (“PKD”) itu sendiri.
Masih rendahnya kualitas PKD di beberapa Pemda menjadi tantangan bagi penerbitan OD.
Salah satu faktor penting dalam menilai kualitas PKD tercermin pd output PKD berupa LKPD.
Mayoritas LKPD di Ind. yg memperoleh opini WDP dr BPK merupakan bukti masih terdpt beberapa
kelemahan dalam PKD oleh Pemda, yang tentunya harus tuntas dibenahi sebelum penerbitan OD.
Bank Dunia memberikan bantuan kpd beberapa Pemda berupa FMA (Financial Mgt Assessment)
yaitu metode penilaian kondisi/kualitas PKD yang komparatif dgn Pemda lain (Ind./luar negeri).
OPINI BPK atas LKPD (utk 2 atau 3 tahun terakhir sd. Th. 2010)
Total LKPD
%
-konsisten memperoleh Opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) …………………….
-mengalami kenaikan jenjang ke Opini WTP pd th 2010 ………………………………...
-mengalami kenaikan jenjang ke Opini WDP pd th 2010 ………………………………..
-mengalami penurunan jenjang Opini dari WTP ke WDP ……………………………….
-mengalami penurunan jenjang Opini dari WTP ke TMP ………………………………..
-mengalami penurunan jenjang Opini dr WDP ke TMP/TW pd 2010 ………………….
-memperoleh Opini TW (Tidak Wajar) ………………………………………………………
-memperoleh Opini TMP (Tidak Memberikan Pendapat) ………………………………..
-konsisten memperoleh Opini WDP (Wajar Dengan Pengecualian) …………………..
-tidak menerbitkan LKPD ……………………………………………………………………..
11
21
48
3
0
24
21
98
288
10
2,10
4,01
9,16
0,57
0,00
4,58
4,01
18,70
54,96
1,91
Total …….....................(Sumber: Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II/2011 BPK)
524
100,00
OBLIGASI DAERAH & PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Mengacu PMK No.111/PMK.07/2012 ttg. Tata Cara Penerbitan dan Pertanggungjawaban OD,
Pemda dapat melakukan emisi OD jika ada kebutuhan dana untuk keperluan kegiatan
pembiayaan investasi SARANA & PRASARANA (“S&P”), yang memenuhi kriteria sbb.:
1. terkait langsung dengan kebutuhan penyediaan pelayanan publik, dan
2. dapat menghasilkan penerimaan bagi APBD via pungutan atas penggunaan S&P tsb.
Pemda yang ingin menerbitkan OD hrs-lah memenuhi 5 persyaratan sbb.:
1. LKPD-nya utk thn terakhir memperoleh audit opini WDP atau WTP dari BPK.
2. Jumlah kumulatif pinjaman (ie. Jumlh sisa pinj.daerah + Jumlh pinj.yg akan ditarik
via OD) ≤ 75% dari Jumlah penerimaan umum APBD thn sebelumnya.
3. Ratio kemampuan keu.daerah u/ repayment pinjaman (DSCR = Debt Service Coverage
Ratio) ≥ 2,5 kali.
4. Jumlah Defisit APBD sesuai ketentuan peraturan Menkeu RI.
5. Persetujuan dari DPRD, mencakup sbb.:
a. nilai bersih maksimum OD,
b. ketersediaan dana pelunasan (repayment) OD (pokok + bunga),
c. ketersediaan pembayaran segala biaya emisi OD.
Note : Thn 2012 Pemdaprov. DKI bermaksud emisi OD senilai Rp 1, 2 trilliun utk membiayai
sejumlah proyek pembangunan seperti : RSUD Jaksel., Terminal Bus Pulo Gebang,
Rusun Daan Mogot, pengolahan air limbah di Casablanca - Jaksel.
Apakah rencana ini akan ter- realisir sekaligus tercatat sbg OD pertama di Ind.?
(Simak tanggapan Gub.DKI Joko Widodo berikut ini)
Permendagri No.22/Tahun 2009 , tgl 22 Mei 2009
ttg PETUNJUK TEKNIS TATA CARA KERJASAMA DAERAH
Kerjasama Antar Daerah
Departemen/LPND (Lembaga Pemerintah Non Dept.)
Tata Cara
Kerjasama
Daerah
(“TCKD”)
Kerjasama Daerah
Dengan Pihak Ketiga
Badan Hukum
(Swasta, BUMN, BUMD,
Koperasi, Yayasan, dan
lembaga dalam negeri
Lainnya)
a. Kontrak Pelayanan :
-Kontrak Operasional/Pemeliharaan,
-Kontrak Kelola,
-Kontrak Sewa,
-Kontrak Konsesi,
b. Kontrak Bangun :
-Kontrak Bangun Guna Serah,
-Kontrak Bangun Serah Guna,
-Kontrak Bangun Sewa Serah,
c. Kontrak Rehabilitasi (“KR”):
-KR Kelola dan Serah,
-Kontrak Bangun Tambah Kelola & Serah,
d. Kontrak Patungan
Tugas TRK No.: 11. Sebutkan 7 faktor pendukung perlunya KD dengan badan hukum !
12. Jelaskan cara kerjasama, obyek kerjasama, dan kelebihan/kelemahan dari bentuk
kerjasama : Kontrak Pelayanan, Kontrak Bangun, KR, dan Kontrak Patungan !
Download