DEPARTEMENISASI

advertisement
1
DEPARTEMENISASI - BOP
Pada perusahaan yang pengolahan produk melalui beberapa tahap dan pengendalilan biaya
dihubungkan dengan bagian atau departemen di dalam pabrik, maka pada perusahaan tersebut
perlu mengadakan departemenisasi khususnya untuk elemen biaya overhead pabrik.
Departemenisasi biaya overhead pabrik semakin penting pada pabrik yang mengolah produk
atau pesanan yang tidak selalu melalui proses yang sama atau produk yang dihasilkan
perusahaan memungkinkan untuk dijual sebelum diolah melalui semua tahapan pengolahan.
Misalnya pada pabrik tekstil yang dapat menjual benang dan kain mori yang belum
disempurnakan (mori gray).
Departemenisasi biaya overhead pabrik adalah pembagian pabrik ke dalam bagianbagian yang disebut departemen atau pusat biaya (cost center) dimana biaya overhead pabrik
akan dibebankan. Departemen di dalam pabrik dapat dikelompokkan menjadi dua
departemen yaitu:
1. Departemen Produksi (Producing Department)
Departemen produksi adalah bagian di dalam pabrik yang melakukan pengolahan bahan
baku menjadi produk selesai atau pengolahan dari suatu bagian produk selesai, yang
dihasilkan baik dengan tangan (manual) maupun dengan mesin.
2. Departemen Jasa atau Departemen Pembantu (Services Department)
Departemen pembantu adalah bagian di dalam pabrik yang tidak melakukan pengolahan
bahan baku menjadi produk selesai atau pengolahan dari suatu bagian produk selesai,
akan tetapi bagian tersebut menghasilkan jasa yang dinikmati oleh bagian lain, baik
departemen produksi maupun depertemen pembantu yang lain.
Untuk tujuan pembebanan biaya overhead pabrik pada produk, tarip biaya overhead pabrik
akan dihitung untuk setiap departemen produksi, sehingga produk akan dibebani dengan
biaya overhead pabrik sesuai dengan departemen produksi yang dilaluinya, dan selisih biaya
overhead pabrik akan dianalisa untuk setiap departemen produksi.
Endang Sri Utami
Akuntansi Biaya
2
A. Tujuan Departemenisasi Biaya Overhead Pabrik
Tujuan utama departemenisasi biaya overhead pabarik adalah sebagai berikut:
1. Untuk pembebanan biaya overhead pabrik dengan adil dan teliti.
Produk akan dibebani biaya overhead pabrik sesuai dengan depertemen produksi yang
dilalui yaitu sebesar tarip biaya overhead pabrik depertemen yang dilalui dikalikan
kapasitas pembebanan yang diserap oleh suatu produk pada departemen produksi yang
bersangkutan.
2. Untuk pengendalian biaya overhead pabrik yang lebih baik.
Departemenisasi diharapkan dapat dipakai sebagai dasar untuk meletakan tanggungjawab
atas terjadinya biaya pada departemen tertentu, selisih biaya overhead pabrik yang terjadi
akan dianalisa untuk depertemen tertentu.
3. Untuk pembuatan keputusan oleh manajemen
Syarat atau kondisi-kondisi yang diperlukan supaya tujuan utama departemenisasi biaya
overhead pabrik dapat dicapai adalah sebagai berikut:
1. Ketepatan dalam menentukan jumlah departemen produksi dan depertemen pembantu.
Depertemen yang dibentuk terlalu sedikit dapat mengakibatkan pembebanan yang kurang
adil dan teliti, dari segi pengendalian menjadi kurang teliti pula. Departemen yang terlalu
banyak akan menaikkan jumlah biaya dan waktu yang dikorbankan yang mungkin tidak
sesuai dengan manfaatnya.
2. Pembagian departemen hendaknya selaras dengan pembagian struktur organisasi di dalam
pabrik.
3. Dapat dipilih dasar distribusi, alokasi, maupun pembebanan yang tepat.
4. Penentuan dasar kapasitas dan besarnya kapasitas dengan tepat yang sesuai dengan
variabilitas biaya overhead pabrik.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan di dalam menentukan departemen-departemen di
dalam pabrik adalah sebagai berikut:
1. Pembagian tanggungjawab atas pengolahan produk yang dihasilkan di dalam pabrik, serta
atas biaya yang terjadi.
2. Sifat operasional dari setiap tahapan pengolahan produk dihubungkan dengan gerakangerakan yang dilalui produk di dalam pabrik.
3. Lokasi dari operasi, proses pengolahan, dan mesin.
4. Jumlah departemen atau pusat biaya yang tepat.
5. Penyesuaian mesin dan proses di setiap departemen atau pusat biaya.
Endang Sri Utami
Akuntansi Biaya
3
B. Langkah-langkah Penetuan dan Penggunaan Departmenisasi Tarip BOP
1. Penentuan Tarip BOP Untuk Setiap Departemen
Tahap-tahap yang harus dilakukan dalam penentuan tarip BOP untuk setiap departemen
produksi adalah sebagai berikut:
a. Menyusun anggaran setiap elemen biaya overhead pabarik
Pada awal periode disusun anggaran setiap elemen biaya overhead pabrik yang
digolongkan ke dalam elemen biaya tetap dan variabel.
Contoh 1: penyusunan anggaran biaya overhead pabrik
PT PRATAMA
Anggaran BOP
Tahun 2010
Elemen Biaya
Biaya Variabel
(Rp)
Bahan penolong
80.000
Biaya tng. kerja tidak langsung
120.000
Penyusutan mesin
Reparasi dan pemeliharaan mesin
50.000
Penyusutan bangunan
Reparasi dan pemeliharaan bangunan
25.000
Bahan bakar
25.000
Asuransi mesin
Jumlah
300.000
Biaya Tetap
(Rp)
60.000
100.000
30.000
10.000
200.000
Jumlah Biaya
(Rp)
80.000
180.000
100.000
50.000
30.000
25.000
25.000
10.000
500.000
b. Penelitian awal periode
Penelitian pabrik awal periode dilakukan setelah disusun anggaran BOP. Penelitian
dilakukan sesuai dengan dasar distribusi, dasar alokasi, dan dasar pembebanan terhadap
biaya overhead pabrik yang dianggarkan.
Contoh 2: seperti pada contoh di atas, PT PRATAMA memiliki departemen di dalam
pabrik meliputi Departemen Produksi I, Departemen Produksi II, Departemen Pembantu
A, dan Departemen Pembantu B. Penelitian pabrik pada awal periode tahun 2010 adalah
sebagai berikut:
Departemen
Produksi I
Produksi II
Pembantu A
Pembantu B
Jumlah
Endang Sri Utami
Luas Lantai
(m2)
300
500
100
100
1.000
PT PRATAMA
Penelitian Pabrik
Awal Tahun 2010
Jumlah
Jam
Karyawan
Tenaga
(orang)
Listrik
45
5.000
45
3.000
20
2.000
10
2.500
120
12.500
Jam Kerja
Langsung
20.000
30.000
50.000
Jam
Mesin
15.000
10.000
25.000
Akuntansi Biaya
4
c. Distribusi elemen biaya overhead pabrik
Distribusi biaya overhead pabrik adalah pembagian setiap elemen biaya overhead pabrik
ke setiap departemen yang ada di dalam pabrik, sesuai dengan terjadinya suatu biaya yang
dinikmati oleh depertemen tertentu di dalam pabrik.
Untuk kepentingan distribusi biaya overhead pabrik elemen BOP dikelompokkan
menjadi:
(1) Biaya overhead pabrik langsung departemen
Biaya overhead pabrik langsung departemen adalah elemen biaya overhead pabrik
yang terjadinya dapat langsung diikuti jejaknya pada departemen tertentu di dalam
pabrik. Jenis biaya ini dapat langsung dikumpulkan untuk setiap departemen di dalam
pabrik.
(2) Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen
Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen adalah elemen biaya overhead
pabrik yang terjadinya tidak dapat langsung diikuti jejaknya pada departemen tertentu
di dalam pabrik. Untuk mendistribusikan biaya ini pada setiap departemen diperlukan
dasar distribusi yang sesuai dengan manfaat biaya yang bersangkutan. Penelitian
pabrik awal periode memberikan informasi untuk distribusi biaya overhead pabrik
tidak langsung tersebut.
Untuk distribusi biaya overhead pabrik tidak langsung departemen, berikut ini
diberikan contoh dasar distribusi dan biaya tidak langsung yang didistribusikan:
Dasar distribusi
Luas lantai
Jumlah karyawan
Jam tenaga listrik
Nilai investasi aktiva tetap
Jam tenaga kuda
Endang Sri Utami
BOP tidak langsung departemen
Biaya penyusutan bangunan
Reparasi dan pemeliharaan bangunan
Asuransi bangunan
Pajak atas bangungan
Gaji staf pabrik
Jaminan makan dan kesehatan karyawan
Listrik PLN
Asuransi yang tidak dapat didistribusikan langsung
Tenaga (power)
Akuntansi Biaya
5
Contoh 3: seperti pada contoh di atas, distribusi elemen anggaran biaya overhead pabrik PT PRATAMA adalah sebagai berikut:
Elemen biaya
Biaya Langsung Departemen
Bahan penolong
Tenaga kerja tidak langsung
Penyusutan mesin
Reparasi dan pemeliharaan mesin
Bahan bakar
Asuransi mesin
Jumlah biaya langsung departemen
Biaya Tidak Langsung Departemen
Tenaga kerja tidak langsung
Penyusutan bangunan
Reparasi dan pemeliharaan bangunan
Jumlah biaya tidak langsung departemen
Jumlah biaya dianggarkan
Jumlah biaya tetap
Jumlah biaya variabel
Endang Sri Utami
PT PRATAMA
Distribusi Anggaran BOP
Tahun 2010
Variabel / Jumlah Biaya
Departemen Produksi
Tetap
(Rp)
I
II
Departemen Pembantu
B
A
V
V
T
V
V
T
80.000
120.000
100.000
50.000
25.000
10.000
385.000
30.000
12.500
33.500
19.000
5.000
100.000
50.000
18.000
39.500
12.500
3.000
123.000
84.500
84.500
5.000
27.000
18.500
25.000
3.000
77.500
T
T
V
60.000
30.000
25.000
115.000
500.000
22.500
9.000
7.500
39.000
139.000
22.500
15.000
12.500
50.000
173.000
10.000
3.000
2.500
15.500
100.000
5.000
3.000
2.500
10.500
88.000
200.000
300.000
70.000
69.000
80.000
93.000
13.000
87.000
37.000
51.000
Akuntansi Biaya
6
a. Alokasi BOP departemen pembantu ke departemen produksi
Masalah-masalah yang dihadapi dalam mengalokasikan biaya overehaead pabrik
departemen pembantu tertentu departemen produksi dan ke departemen pembantu
lainnya adalah sebagai berikut:
(1) Memilih dasar alokasi BOP departemen pembantu yang adil dan teliti
Dasar alokasi BOP yang dipilih haruslah dapat menggambarkan jasa yang
dihasilkan oleh departemen pembentu tertentu yang biaya overhead pabriknya
akan dialokasikan pada departemen produksi dan departemen pembantu
lainnya. Selain itu, dasar alokasi BOP yang dipakai hendaknya praktis. Berikut
ini diberikan beberapa contoh pedoman yang sifatnya umum, untuk dasar
alokasi BOP departemen pembantu:
Departemen Pembantu
Pembantu listrik
Pembangkit uap (boiler)
Pengelolaan bahan (material handling)
Reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap
Cafeteria (karyawan makan gratis)
Air
Poliklinik
Air Conditioning (AC)
Umum pabrik
Dasar Alokasi BOP
Jam tenaga listrik
Ton tenaga uap
Pemakaian bahan atau Biaya bahan
Jam reparasi dan pemeliharaan, kecuali suku
cadang dan supplies dialokasikan secara
langsung
Jumlah karyawan
Liter air dikonsumsi
Jumlaj karyawan
Luas lantai, Jam pemakaian
Jumlah karyawan
(2) Memilih metode alokasi BOP departemen pembantu
Penggunaan metode alokasi BOP yang berbeda akan mengakibatkan
perbedaan tarip BOP departemen produksi, oleh karena itu perlu di pilih salah
satu dari beberapa metode alokasi BOP yang dapat digunakan dengan
mempertimbangkan faktor-faktor: (a)keadilan dan ketelitian tarip BOP;
(b)tarip BOP yang ditentukan dapat dipakai sebagai alat untuk pengendalian
biaya; (c) kepraktisan metode alokasi BOP yang digunakan dalam suatu
perusahaan.
Beberapa metode alokasi BOP departemen pembantu ke departemen produksi
dan departemen pembantu lainnya adalah sebagai berikut:
1. Metode alokasi langsung
Pada metode alokasi langsung, BOP departemen pembantu tertentu
langsung dialokasikan ke departemen produksi tanpa melalui depertemen
pembantu lainnya, meskipun departemen pembantu lainnya juga
menikmati jasa dari departemen pembantu yang BOPnya dialokasikan.
Endang Sri Utami
Akuntansi Biaya
7
Contoh 4: anggaran biaya overhead pabrik departemen pembantu PT PRATAMA
(contoh 3) akan dialokasikan dengan menggunakan metode alokasi langsung.
Berdasarkan penelitian pabrik awal tahun 2010, maka ditentukan dasar alokasi
untuk Departemen Pembantu A berdasar jumlah karyawan dan Departemen
Pembantu B berdasar jam tenaga listrik.
PT PRATAMA
Alokasi Anggaran BOP
Tahun 2010
(Metode Alokasi Langsung)
Keterangan
Jumlah
Dpaertemen Produksi
biaya (Rp)
I
II
Anggaran BOP sebelum alokasi
500.000
139.000
173.000
Alokasi Departemen B
(berdasar jam tenaga listrik)
55.000
33.000
Alokasi Departemen A
(berdasar jumlah karyawan)
50.000
50.000
Jumlah alokasi
105.000
83.000
Anggaran BOP setelah alokasi
500.000
244.000
256.000
Departemen Pembantu
A
B
100.000
88.000
-
(88.000)
(100.000)
-
2. Metode alokasi bertahap tidak bertimbal balik
Pada metode bertahap tidak bertimbal balik digunakan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
a) BOP departemen pembantu disamping dialokasikan pada departemen
produksi, juga dialokasikan pada depertemen pembantu lainnya yang
menikmati jasa dari depertemen pembantu yang BOPnya dialokasikan.
b) Harus ditentukan urutan atau tahapan alokasi BOP departemen pembantu.
Penentuan urutan alokasi dapat dipakai pedoman besarnya jasa suatu
departemen pembantu yang dinikmati departemen pembantu lainnya.
Pedoman lainnya dapat dipakai perbandingan besarnya BOP departemen
pembantu sebelum alokasi dari departemen pembantu lainnya.
c) Dalam menyusun table alokasi BOP departemen pembantu, ketentuannya
adalah departemen produksi diletakkan sebelah kiri dan departemen pembantu
diletakkan sebelah kanan. Departemen pembantu yang dialokasikan pertama
diletakkan pada kolom paling kanan demikian seterunya urutan kedua di
kirinya.
Endang Sri Utami
Akuntansi Biaya
8
Contoh 5: anggaran biaya overhead pabrik departemen pembantu PT PRATAMA
(contoh 3) akan dialokasikan dengan menggunakan metode alokasi bertahap tidak
bertimbal balik. Berdasarkan penelitian pabrik awal tahun 2010, maka ditentukan
dasar alokasi untuk Departemen Pembantu A berdasar jumlah karyawan dan
Departemen Pembantu B berdasar jam tenaga listrik.
PT PRATAMA
Alokasi Anggaran BOP
Tahun 2010
(Metode Bertahap, Tidak Bertimbal Balik)
Keterangan
Jumlah
Dpaertemen Produksi
biaya (Rp)
I
II
Anggaran BOP sebelum alokasi
500.000
139.000
173.000
Alokasi Departemen B
(berdasar jam tenaga listrik)
44.000
26.400
Alokasi Departemen A
(berdasar jumlah karyawan)
58.800
58.800
Jumlah alokasi
102.800
85.200
Anggaran BOP setelah alokasi
500.000
241.800
258.200
Departemen Pembantu
A
B
100.000
88.000
17.600
(88.000)
(117.600)
-
3. Metode alokasi kontinyu
Pada metode alokasi kontinyu, BOP departemen pembantu dialokasikan berurutan
dan dilakukan terus menerus secara timbal-balik sampai jumlah BOP departemen
pembantu habis atau jumlahnya menjadi relatif kecil. Departemen pembantu yang
BOPnya sudah habis dialokasikan akan memperoleh alokasi kembali dari
departemen pembantu lainnya.
Tahap-tahap alokasi BOP departemen pembantu adalah sebagai berikut:
a) Menentukan dasar alokasi dan urutan alokasi BOP departemen pembantu.
b) Dilakukan alokasi BOP departemen pembantu putaran ke-satu, sesuai dengan
urutan alokasi yang sudah ditentukan dan sifatnya timbal-balik.
c) Apabila alokasi putaran ke-satu selesai, maka dilanjutkan putaran ke-dua
dengan cara yang sama, dan seterunya pada putaran berikutnya.
d) Apabila BOP departemen pembantu sudah habis atau jumlahnya menjadi
relatif kecil, maka proses alokasi diberhentikan. Kemudian, sisa BOP langsung
dialokasikan ke departemen produksi.
Endang Sri Utami
Akuntansi Biaya
9
Contoh 6: anggaran biaya overhead pabrik departemen pembantu PT PRATAMA
(contoh 3) akan dialokasikan dengan menggunakan metode alokasi kontinyu.
Berdasarkan penelitian pabrik awal tahun 2010, maka ditentukan dasar alokasi
untuk Departemen Pembantu A berdasar jumlah karyawan dan Departemen
Pembantu B berdasar jam tenaga listrik.
PT PRATAMA
Alokasi Anggaran BOP
Tahun 2010
(Metode Bertahap Kontinyu)
*)
Jumlah
Dpaertemen Produksi
Keterangan
biaya (Rp)
I
II
Anggaran BOP sebelum alokasi
500.000
139.000
173.000
Alokasi Departemen B
(berdasar jam tenaga listrik)
44.000
26.400
Jumlah
Alokasi Departemen A
(berdasar jumlah karyawan)
52.920
52.920
jumlah
Alokasi putaran ke-2
Alokasi Departemen B
5.880
3.528
(berdasar jam tenaga listrik)
Jumlah
Alokasi Departemen A
1.058
1.058
(berdasar jumlah karyawan)
jumlah
Alokasi putaran ke-3
Alokasi Departemen B
118
71
(berdasar jam tenaga listrik)
Jumlah
Alokasi Departemen A
21
21
(berdasar jumlah karyawan)
jumlah
Alokasi putaran ke-4 (alokasi terakhir)
Alokasi Departemen B
3
2
(berdasar jam tenaga listrik)
Jumlah alokasi
104.000
84.000
Anggaran BOP setelah alokasi
500.000
243.000
257.000
Keterangan:
*) = angka alokasi dibulatkan dalam angka rupiah penuh
Departemen Pembantu
A
B
100.000
88.000
17.600
117.600
(88.000)
0
(117.600)
0
11.760
11.760
2.352
(11.760)
2.352
(2.352)
0
236
0
236
47
(236)
47
(47)
0
5
0
5
-
(5)
b. Perhitungan tarip BOP
Dari tahap alokasi anggaran BOP departemen pembentu ke departemen produksi akhirnya
diketahui besarnya anggaran BOP setiap departemen produksi. Langkah berikutnya
adalah mengitung tarip BOP depertemen produksi dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) Tarip BOP dihitung untuk setiap departemen produksi.
(2) Dipilih dasar pembebanan BOP yang paling tepat untuk setiap departemen produksi.
Endang Sri Utami
Akuntansi Biaya
10
(3) Tarip BOP dipisahkan ke dalam tarip BOP tetap dan tarip BOP variabel.
(4) Bagi departemen produksi, semua biaya yang diterima dari alokasi BOP departemen
pembantu diperlakukan sebagai biaya variabel.
Dalam penentuan tarip BOP setiap depertemen produksi, perusahaan harus memilih salah
satu dari beberapa metode alokasi yang ada. Berikut ini contoh perhitunganan tarip BOP:
a) Metode alokasi langsung
Contoh 7: PT PRATAMA (contoh 4) menggunakan perhitungan tarip BOP untuk
Departemen I berdasar jam kerja langsung (JKL) dengan kapasitas normal 20.000 jam
setiap tahun, dan Departemen II berdasar jam mesin (JM) dengan kapasitas normal
10.000 jam setiap tahun.
PT PRATAMA
Perhitungan Tarip BOP
Tahun 2010
(Metode Alokasi Langsung)
Keterangan
Anggaran BOP departemen produksi setelah alokasi
Anggaran BOP tetap departemen produksi sebelum alokasi
Anggaran BOP variabel Departemen Produksi:
Sebelum alokasi (lihat contoh 3)
Alokasi dari departemen pembantu (semua dianggap BOP variabel)
Jumlah anggaran BOP variabel departemen produksi
Kapasitas Normal
Tarip Total (Anggaran BOP departemen Produksi / Kapasitas Normal)
Tarip Tetap (Anggaran BOP tetap departemen Produksi / Kapasitas Normal)
Tarip Variabel (Anggaran BOP variabel departemen Produksi / Kapasitas Normal)
Departemen
Produksi I
Produksi II
(Rp)
(Rp)
244.000
256.000
70.000
80.000
69.000
105.000
174.000
20.000 JKL
12,2 per JKL
3,5 per JKL
8,7 per JKL
93.000
83.000
176.000
10.000 JM
25,6 per JM
8,0 per JM
17,6 per JM
b) Metode alokasi bertahap tidak bertimbal balik
Contoh 8: PT PRATAMA (contoh 5) menggunakan perhitungan tarip BOP untuk
Departemen I berdasar jam kerja langsung (JKL) dengan kapasitas normal 20.000 jam
setiap tahun, dan Departemen II berdasar jam mesin (JM) dengan kapasitas normal
10.000 jam setiap tahun.
PT PRATAMA
Perhitungan Tarip BOP
Tahun 2010
(Metode Alokasi bertahap tidak bertimbal balik )
Keterangan
Anggaran BOP departemen produksi setelah alokasi
Anggaran BOP tetap departemen produksi sebelum alokasi
Anggaran BOP variabel Departemen Produksi:
Sebelum alokasi (lihat contoh 3)
Alokasi dari departemen pembantu (semua dianggap BOP variabel)
Jumlah anggaran BOP variabel departemen produksi
Endang Sri Utami
Departemen
Produksi I
Produksi II
(Rp)
(Rp)
241.000
258.200
70.000
80.000
69.000
102.800
171.800
93.000
85.200
178.200
Akuntansi Biaya
11
Kapasitas Normal
Tarip Total (Anggaran BOP departemen Produksi / Kapasitas Normal)
Tarip Tetap (Anggaran BOP tetap departemen Produksi / Kapasitas Normal)
Tarip Variabel (Anggaran BOP variabel departemen Produksi / Kapasitas Normal)
20.000 JKL
12,09 per JKL
3,50 per JKL
8,59 per JKL
10.000 JM
25,82 per JM
8,0 per JM
17,82 per JM
c) Metode alokasi kontinyu
Contoh 9: PT PRATAMA (contoh 6) menggunakan perhitungan tarip BOP untuk
Departemen I berdasar jam kerja langsung (JKL) dengan kapasitas normal 20.000 jam
setiap tahun, dan Departemen II berdasar jam mesin (JM) dengan kapasitas normal
10.000 jam setiap tahun.
PT PRATAMA
Perhitungan Tarip BOP
Tahun 2010
(Metode Alokasi kontinyu)
Keterangan
Anggaran BOP departemen produksi setelah alokasi
Anggaran BOP tetap departemen produksi sebelum alokasi
Anggaran BOP variabel Departemen Produksi:
Sebelum alokasi (lihat contoh 3)
Alokasi dari departemen pembantu (semua dianggap BOP variabel)
Jumlah anggaran BOP variabel departemen produksi
Kapasitas Normal
Tarip Total (Anggaran BOP departemen Produksi / Kapasitas Normal)
Tarip Tetap (Anggaran BOP tetap departemen Produksi / Kapasitas Normal)
Tarip Variabel (Anggaran BOP variabel departemen Produksi / Kapasitas Normal)
Departemen
Produksi I
Produksi II
(Rp)
(Rp)
243.000
257.000
70.000
80.000
69.000
104.000
173.000
20.000 JKL
12,15 per JKL
3,50 per JKL
8,65 per JKL
93.000
84.000
177.000
10.000 JM
25,7 per JM
8,0 per JM
17,7 per JM
2. Pembebanan BOP Pada Produk Pada Setiap Departemen Produksi
Dengan diperhitungkannya tarip BOP setiap departemen produksi, maka produk yang diolah
akan dibebani BOP sesuai dengan departemen produksi yang dilalui produk tersebut dan
besarnya kapasitas sesungguhnya yang dinikmati depertemen produksi yang bersangkutan.
3. Pengumpulan BOP Sesungguhnya
Dalam pengumpulan BOP sesungguhnya, dilakukan tahap-tahap yang sama dengan
penyusunan anggaran BOP. Tahap-tahapnya adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan dan pembuatan bukti transaksi untuk mencatat setiap elemen BOP
sesungguhnya ke dalam buku jurnal dan mem-posting ke dalam buku besar dan buku
pembantu, dan menggolongkan setiap elem BOP sesungguhnya ke dalam: (1)biaya
langsung departemen; (2)biaya tidak langsung departemen.
b. Mengadakan penelitian pabrik akhir periode (tahun) untuk kepentingan distribusi biaya
tidak langsung departemen dan alokasi BOP sesungguhnya departemen pembantu.
Endang Sri Utami
Akuntansi Biaya
12
c. Mendistribusikan elemen BOP langsung dan BOP tidak langsung setiap departemen, baik
departemen produksi maupun departemen pembantu.
d. Mengalokasikan BOP sesungguhnya setiap departemen pembantu ke depertemen
produksi dan departemen pembantu lainnya.
Dari tahap-tahap tersebut akan diketahui jumlah BOP sesungguhnya untuk setiap departemen
produksi.
4. Perhitungan, Analisa dan Perlakuan Selisih BOP
a. Perhitungan selisih biaya overhead pabrik
Dari alokasi BOP sesungguhnya diketahui besarnya BOP sesungguhnya setiap
departemen produksi. Selisih BOP dihitung dan dianalisa dengan cara membandingkan
BOP sesungguhnya dengan BOP dibebankan pada setiap departemen produksi.
b. Analisis selisih biaya overhead pabrik
Selisih BOP yang timbul, dianalisa ke dalam selisih anggaran dan selisih kapasitas untuk
setiap departemen produksi. Selisih anggaran dihitung dari perbedaan BOP variabel
sesungguhnya
dibandingkan
dengan
anggaran
BOP
variabel
pada
kapasitas
sesungguhnya. Selisih kapasitas dihitung dari perbedaan BOP tetap pada kapasitas
sesungguhnya dibanding dengan BOP tetap pada kapasitas yang dipakai untuk
menghitung tarip (biasanya kapasitas normal).
c. Perlakuan selisih biaya overhead pabrik
Perlakuan selisih biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut:
1) Selisih BOP yang timbul karena ketidak-tepatan penentuan tarip BOP, dialokasikan
ke persediaan produk dalam proses, persediaan produk selesai, dan harga pokok
penjualan atas dasar biaya overhead pabrik yang telah dibebankan pada produk.
2) Selisih BOP yang timbul karena faktor efisiensi, maka selisih biaya overhead pabrik
dialokasikan langung ke laporan laba-rugi.
Endang Sri Utami
Akuntansi Biaya
Download