Bab 3 Masalah Neonatus – Bayi berat lahir rendah Studi kasus: Joko Bayi laki-laki Joko lahir pada umur kehamilan 3032 minggu. Bayi tersebut lemah terkulai, pucat dengan pernapasan yang lambat, periode apnea dan frekuensi denyut jantung 60 x/menit. Ibunya tidak pernah melakukan pemeriksaan kehamilan (antenatal care) dan ketubannya tidak bercampur mekoneum dan pecah 26 jam sebelum kelahiran. Berat badannya 1,4 kg Apa langkah-langkah tata laksana bayi baru lahir tersebut? Langkah-langkah tata laksana anak sakit (Rujuk Bagan 1 hal.xx) • Triase • Terapi kegawatdaruratan • Anamnesis dan pemeriksaan • Pemeriksaan laboratorium, jika diperlukan • Diagnosis (Diagnosis utama dan diagnosis banding) • Tata laksana • Pengawasan (Monitoring) dan perawatan suportif • Penilaian kembali (Reassess) • Rencana pulang Tanda-tanda kegawatdaruratan (bahaya) dan utama (penting) apa yang anda dapatkan dari anamnesis dan gambar? Triase Tanda-tanda kegawatdaruratan Tanda-tanda prioritas (Rujuk: hal.3) (Rujuk hal.2) • Sumbatan jalan napas • Gizi buruk • Distres pernapasan berat • Edema kedua punggung kaki • Tanda-tanda syok • Telapak tangan pucat • Koma • Bayi kecil < 2 bulan • Kejang • Letargi • Dehidrasi berat • Mudah marah dan gelisah • Luka bakar luas • Adanya distres pernapasan • Rujukan segera Triase Tanda-tanda kegawatdaruratan (Rujuk hal.2) Tanda-tanda utama (Rujuk: hal.3) • Gizi buruk • Sumbatan jalan napas • Edema kedua punggung kaki • Distres pernapasan berat • Telapak tangan pucat • Tanda-tanda syok • Bayi kecil < 2 bulan • Koma • Letargi, mengantuk • Kejang • Mudah marah dan gelisah • Luka bakar luas • Adanya distres pernapasan • Rujukan segera • Dehidrasi berat Tindakan kegawatdaruratan apakah yang akan anda ambil untuk bayi baru lahir tersebut? (Rujuk Buku saku WHO hal.51) Ringkasan resusitasi neonatus • Berikan kehangatan (Rujuk hal. 52-53) • Posisikan kepala bayi setengah tengadah dan bersihkan jalan napas dengan suction • Dilakukan ventilasi dengan balon dan sungkup karena bayi belum bernapas Perkembangan • Setelah resusitasi sampai dengan ventilasi balon dan sungkup selama 30 detik, bayi bernafas spontan dan frekuensi denyut jantung lebih dari 120 x/menit. • Terdapat tarikan dinding dada dengan suara nafas merintih. • Berat badannya 1.4 kg (Berat badan bayi lahir sangat rendah). Tindakan lanjutan apakah yang akan anda ambil? Pemeriksaan apakah yang akan anda kerjakan? Apakah anda akan mulai memberikan antibiotik pada bayi baru lahir tersebut? Tata laksana bayi dengan berat lahir sangat rendah - ringkasan • Jaga suhu 36-37 C (Rujuk hal. 63) • Oksigen melalui kanul / kateter nasal – Jika terjadi apnea, distres respirasi atau sianosis • Glukosa / salin IV – Cairan 60ml/kg/hari • Hati-hati dalam memulai pemberian ASI • Aminophyllin (atau kafein) untuk apnea • Penicilin and gentamicin • Fototerapi untuk ikterus • Vitamin K Pemeriksaan • Pemeriksaan Darah Lengkap Hemoglobin: 180 g/L (145 - 225) Angka trombosit: 175 x 109/L (84 – 478) Angka leukosit: 4.2 x 109/L (5 – 25.0) Netrofil: 1.2 x 109/L (1.5 – 10.5) Limfosit: 3.0 x 109/L (2.0 – 10.0) Pemeriksaan lanjutan • Gula darah: 3.8 mmol/l (2.5 – 5.0) • Kultur darah: Tidak tumbuh • Foto thoraks: opasitas homogen bilateral dengan air bronchograms Perkembangan • Pada hari ketiga kondisi umum bayi Joko membaik. Frekuensi nafasnya 60/menit dengan retraksi dada ringan. Abdomen tidak distensi. Dia tidak merintih tetapi sedikit tampak ikterus. ASI peras mulai diberikan 3 ml tiap 3 jam melalui pipa orogastrik. • Hari berikutnya dia tampak letargi dan semakin tampak ikterus serta terjadi beberapa kali apnea. Abdomen tampak distensi dan terdapat residu yang kehijauan pada aspirasi lambung. Apa yang mungkin menjadi penyebab dari perburukan kondisi bayi tersebut? Pemeriksaan apa yang akan anda lakukan sekarang? Pemeriksaan • Pemeriksaan Darah Lengkap Hemoglobin: 135 gm/L (145 - 225) Angka trombosit: 97 x 109/L (150 – 400) Angka leukosit: 3.1 x 109/L (5 – 25) Netrofil: 1.1 x 109/L (1.0 – 8.5) Limfosit: 1.8 x 109/L (2.0 – 10.0) Pemeriksaan lanjutan • Gula darah 3.2 mmol/l (3.0 – 8.0) • Bilirubin Serum 277 UC / 17 C µmol/L • Golongan darah B Rh positif • Golongan darah (ibu) A Rh positif • Rontgen Abdomen Interpretasi apa yang anda buat dari data yang tersedia? Bagaimana anda akan memberikan tata laksana terhadap bayi tersebut? Perkembangan • Sebuah diagnosis enterokolitis nekrotikan ditegakkan. Pemberian makan Joko dihentikan. Diberikan 10% glukosa + 0.45% NaCl secara intravena. • Metronidazol ditambahkan selain penicilin dan gentamicin. • Oksigen • Aminophylin diteruskan untuk apnea • Fototerapi dimulai untuk jaundice-nya. Komplikasi apa yang mungkin timbul? • Umum – Hipotermi – Hipoglikemia – Infeksi – Anemia – Jaundice • Pernafasan – apnea – Hipoksemia – Sindrom gagal nafas • Gastrointestinal – Intoleransi makanan – Enterokolitis nekrotikan • Sistem Saraf Pusat – Perdarahan intrakranial – Masalah perkembangan Komplikasi apa yang muncul? • Umum – Hipotermia – Hipoglikemia – Infeksi (hal.65) – Anemia – Jaundice (hal.68) • Pernafasan – apnea (hal.66) – Hipoksemia – Sindrom gagal nafas • Gastrointestinal – Intolerasi makanan – Enterokolitis nekrotikan (hal.67) • Sistem Saraf Pusat – Perdarahan intrakranial – Masalah perkembangan Ringkasan • Bayi Joko dilahirkan secara prematur. Dia membutuhkan resusitasi singkat setelah lahir. Dia dirawat di RS karena prematuritas, berat badan lahir sangat rendah, distres pernafasan dan kemungkinan sepsis. Dia diberi oksigen, antibiotik dan cairan intravena. Dia mengalami beberapa apnea pada awalnya namun hal ini dapat diatasi dengan pemberian aminophylin. • Dia menderita enterokolitis nekrotikan setelah dimulainya pemberian makan melalui nasogastrik pada hari ketiga kehidupan. Hal ini diterapi dengan merubah antibiotik yang diberikan dan penghentian pemberian makan secara enteral. • Pemberian ASI dimulai kembali setelah empat hari kemudian dan secara bertahap ditingkatkan. Pada saat ini dia akan toleran dan volume pemberian makanan dinaikkan secarabertahap sampai 180ml/kg/hari. Dia dipulangkan jika sudah dapat mentoleransi ASI secara baik dan berat badannya telah mencapai 2kg. Keluaran BBLSR yang lebih baik akan tercapai apabila di follow-up dengan lebih baik untuk mencegah morbiditas. • Malnutrisi – Berat badan lahir rendah – Kesulitan pemberian makan – Ibu mungkin memiliki suplai susu terbatas • Anemia (defisiensi besi yang paling sering) • Komplikasi neurologi • Peningkatan resiko infeksi – Pneumonia dan bronkiolitis – Diare (zinc dapat membantu)