Pelayanan Kesehatan Anak Bab 6 – Demam Catatan untuk fasilitator Ringkasan kasus Aini adalah seorang anak perempuan berusia 4 tahun yang dirujuk ke rumah sakit anda dari sebuah Puskesmas TT dengan riwayat demam yang berlangsung selama 2 minggu. Dia tidak makan dan minum dengan baik selama kurang lebih 10 hari. Di Puskesmas dia mendapat pengobatan suntikan ampisilin dan kloramfenikol dan anti malaria oral selama 3 hari. Di surat rujukan dikatakan bahwa tenaga kesehatan di puskesmas tersebut menduga kemungkinan meningitis (Rujuk hal. 175) dan malaria (Rujuk hal. 168). Walaupun telah mendapat terapi ini, demam masih terus berlanjut dan satu hari sebelum dirujuk dia menjadi tidak sadar. Aini berasal dari daerah risiko tinggi malaria dan mempunyai bibi yang baru saja selesai mendapatkan terapi tuberkulosis Saat datang, dia tampak tidak sadar namun masih mampu menunjukkan respon terhadap rangsang nyeri. Tampak pembesaran kelenjar limfe leher dan kejang fokal pada organ tubuh bagian kiri. Tindakan telah dilakukan untuk mengatasi kegawatan jalan napas, dan kejangnya. Dia diterapi dengan cairan intravena (NaCl 0,9 % dan glukosa), oksigen, antipiretik, dan pipa nasogastrik untuk pemberian makan. Pengobatan anti tuberkulosis bersama steroid ditambahkan dalam pengobatan untuk meningitis bakterial karena anak: 1. 2. 3. 4. tetap tidak sadar setelah pengobatan menigitis bakterial dan malaria serebral mempunyai riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis positif teraba pembesaran kelenjar limfe leher durasi gejala yang cukup lama Selama di rumah sakit Aini mengalami penurunan berat badan karena kurangnya asupan oral dan tingkat kronisitas penyakit. Hal ini diatasi dengan meningkatkan pemberian asupan makanan melalui pipa nasogastrik. Fisioterapi dikerjakan untuk mencegah kontraktur lengan dan tungkai pada pasien dalam keadaan tidak sadar yang cukup lama. Pada Aini juga ditemukan hemiparesis, tiap kali dia terbangun,ibu diinstruksikan untuk melakukan fisioterapi/latihan yang mampu dikerjakan oleh Aini untuk mengurangi kontraktur pada sisi tersebut. Aini diperbolehkan pulang dari rumah sakit dengan tetap melanjutkan obat anti tuberkulosis oral yang harus dikonsumsi sampai 6 bulan. Tata laksana tindak lanjut pasca perawatan rumah sakit disusun untuk memonitor pola pemberian obat anti tuberkulosis dirumah, peningkatan berat badan, dan komplikasi neurologik yang muncul. Hemiparesis mulai membaik secara perlahan dengan fisioterapi rutin sepanjang tahun. Setelah satu tahun dia mulai dapat berjalan dan mampu berbicara dengan normal. Tujuan Setelah menyelesaikan studi kasus ini, peserta diharapkan mampu: o Memberikan penilaian kegawat daruratan triase untuk anak dengan demam dan koma o Membiasakan diri untuk menentukan diagosis banding pada anak yang datang dengan demam (Rujuk hal.159, tabel 21), dengan atau tanpa tanda lokal (Rujuk hal. 160 tabel o o o o 22), ruam (Rujuk hal. 161 tabel 23), dan demam lebih dari tujuh hari (Rujuk hal.161, tabel 24). melakukan anamnesis dan pemeriksaan yang benar pada anak dengan demam sehingga dengan demikian tidak ada tanda dan gejala penting yang terlewati. memahami bahwa perhatian khusus harus diberikan pada anak dengan tanda letargis, tidak sadar, atau kejang. Melakukan pemeriksaan lab dasar untuk mengkonfirmasi kemungkinan diagnosis. Walaupun demikian, jika hal ini tidak memungkinkan terapi presumtif dapat diberikan agar tata laksana tidak tertunda. Mengetahui dan memahami komplikasi yang dapat terjadi pada anak dengan koma (kelebihan cairan, hiponatremia, malnutrisi progresif, aspirasi, kontraktur pada tungkai dan lengan) dan memahami bagaimana mencegah dan mengelolanya Pemeriksaan o Pemeriksaan darah lengkap dengan Hb (anemia ringan, neutrofilia dengan pergeseran ke kiri yang cukup bermakna, trombositosis dengan infeksi atau inflamasi) o Mengulang pemeriksaan apusan darah tepi baik tebal maupun tipis untuk mengetahui parasit malaria apabila pada pemeriksaan awal hasilnya negatif o Gula darah yang rendah (< 45 mg/dL setelah intake makanan yang buruk dan anti malaria selama 10 hari o Pemeriksaan radiologis (foto dada) didapatkan hasil normal Terapi kedaruratan yang diberikan: o Pemeliharaan jalan napas (Rujuk hal.8-9, bagan 4) o Mengelola posisi anak yang tidak sadar (Rujuk hal.13, bagan 6) o Oksigen menggunakan nasal kanul (Rujuk hal.12 bagan 5) o Diazepam per rektal (Rujuk hal.16 bagan 9, lampiran 2 hal.351) o Glukosa intravena (70 ml Glukosa 10% secara cepat). (Rujuk hal.17 bagan 10). Kadar gula darah diperiksa ulang dalam 30 menit dan harus mencapai 4.5 mmol/L Obat yang digunakan: Kloramfenikol (IV diikuti dengan per oral) dan ampisilin selama 10 hari (Rujuk hal.177, lampiran 2, hal.359, 362) Obat anti malaria oral ( Artesunate ditambah amodiakuin) (Rujuk hal.169) selama 3 hari diberikan di klinik/puskesmas dan dilanjutkan hingga diperoleh diagnosis pasti dan pemeriksaan apusan darah tepi negatif. Obat anti tuberkulosis yang diberikan minimal 4 rejimen. (Rujuk hal. 178) Perawatan suportif lain yang dapat diberikan: o Manajemen demam (Rujuk hal. 294) o Obat anti kejang (Rujuk hal. 16, bagan 9, lampiran 2) o Pengelolaan cairan dan nutrisi (Rujuk hal.178) o Terapi oksigen dengan nasal kanul (Rujuk hal.302) o Pengawasan kadar glukosa darah dan pengelolaan hipoglikemia o Fisioterapi Bab 6 – Demam Catatan untuk peserta Studi kasus III Permasalahan : Aini adalah seorang anak perempuan berusia 4 tahun yang dibawa ke rumah sakit anda dari klinik / puskesmas dengan riwayat demam selama 2 minggu dan riwayat tidak makan dan minum selama 10 hari. Di klinik/puskesmas dia mendapat suntikan kloramfenikol dan ampisilin , dan anti malaria oral selama tiga hari. Meskipun telah mendapatkan terapi tersebut, demam masih berlanjut dan dia menjadi tidak sadar dan menunjukkan gejala kejang satu hari sebelum dirujuk ke rumah sakti. Kemudian dia dirujuk ke rumah sakit. Apakah langkah-langkah anda dalam mengelola kasus anak ini? Urutkan informasi kunci dari permasalahan yang telah dipaparkan Apakah tanda kedaruratan dan tanda prioritas yang anda temukan dari riwayat perjalanan penyakit dan dari ilustrasi gambar? Apakah terapi emergensi yang Aini perlukan? Apa anamnesis dan pemeriksaan lanjutan yang perlu anda lakukan untuk menentukan diagnosis? Daftar kemungkinan penyebab penyakit. o Apa diagnosis utama anda? o Daftar diagnosis banding Apa saja pemeriksaan yang akan anda lakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis anda? Perlukah anda melakukan punksi lumbal pada pasien ini? Interpretasi apa saja yang dapat anda buat berdasarkan laporan yang telah tersedia? Apa diagnosis utama anda? Bagaimana anda akan mengelola pasien ini? Perawatan suportif apa saja yang diperlukan? Bagaimana respon terhadap pengobatan dapat dimonitor? Apa penyebab kejang dan koma berkepanjangan? Apakah anda memerlukan pemeriksaan ulang? Bagaimana anda mengobati pasien ini? Ringkasan kasus: Aini telah diterapi dengan pengobatan untuk malaria dan meningitis bakterial. Meskipun sudah mendapat pengobatan ini kondisinya memburuk dan harus dirujuk ke rumah sakit, dimana dia telah mendapat terapi presumtif untuk meningitis tuberkulosis bersama dengan pengobatan untuk meningitis bakterial. Di rumah sakit terjadi malnutrisi akibat lamanya sakit dan penurunan asupan kalori. Dia dipulangkan dari rumah sakit dengan rencana pemantauan terhadap pengobatan dan kemungkinan komplikasi yang timbul, dan pelacakan kasus tuberkulosis di daerahnya. Anak dengan demam (yang tinggal di daerah endemis malaria) memerlukan terapi antibiotik dengan segera dan antimalaria sekaligus pada kondisi dimana tidak memungkinkan menyingkirkan salah satu dari dua kemungkinan diagnosis tersebut. Perhatian lebih harus diberikan pada anak dalam kondisi koma atau kejang,dengan kemungkinan resiko aspirasi, hipoksia, atau hipoglikemia. Perhatian juga harus diberikan untuk menghindarkan kemungkinan komplikasi yang muncul akibat perawatan di rumah sakit, meliputi ulkus dekubitus, gangguan keseimbangan elektrolit, infeksi nosokomial, dan malnutrisi berat selama di rumah sakit. Diagnosis banding harus selalu kita pikirkan jika pasien tidak berespon terhadap terapi awal yang kita berikan. Pemantauan harus dilakukan untuk mengetahui respon pengobatan dan komplikasi yang timbul. Dukungan nutrisi harus dimulai sejak awal sakit untuk mencegah malnutrisi berat.