Resume Etika dan Filsafat Bab II Dasar Dasar Filsafat Nama : Muhammad Syarifudin Noor NIM : 10.034.100.010 Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Jember Dasar Dasar Filsafat A. Etimologi Kata/ Istilah Filsafat Kata filsafat berasal dari kata Yunani filosofia, yang berasal dari kata kerja filosofein, yang berarti mencintai kebijaksanaan. Kata tersebut juga berasal dari kata Yunani philosophis yang berasal dari kata kerja philein yang berarti mencintai, atau philia. Yang berarti cinta, dan sophia yang berarti kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata Inggris philosophy yang biasanya di terjemahkan sebagai “cinta kearifan”. B. Definisi Filsafat Beberapa pendapat para filsuf dan ahli filsafat atau pemikir mengenai definisi filsafat : Plato (427 – 347 SM), Filsafat tidak lain adalah pengetahuan tentang segala hal. Aristoteles (384 – 322), Filsafat itu menyelidiki sebab dan asas segala benda. Al-Farabi, Filsafat itu adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikatnya yang sebenarnya. Francis Bacon (1561 – 1626), Filsafat merupakan induk agung dari ilmu-ilmu, dan filsafat menangani semua pengetahuan sebagai bidangnya. Rene Descrates (1596 – 1650), Filsafat merupakan kumpulan segala pengetahuan, dimana Tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikannya. Suatu hal yang ideal adalah suatu yang berasal dari pemikiran yang mendalam, membutuhkan proses yang lama dalam pergulatan penemuan pengetahuan dan wawasan, yang melahirkan kesimpulan mendalam tentang suatu hal. Inilah yang dilakukan filsafat. C. Obyek Filsafat Dalam satu pendapat pernah diungkapkan jika cakupan dari objek filsafat itu lebih besar dan luas dibanding dengan ilmu, karena ilmu sendiri hanya sebatas lingkup yang empiris saja sedangkan filsafat mencakup lingkup yang empiris dan non empiris. Di samping itu, secara historis ilmu berasal dari kajian filsafat. Awalnya filsafat melakukan pembahasan tentang segala sesuatu secara sistematis, rasional dan logis serta empiris. Dari semua pernyataan itu intinya adalah ilmu dan filsafat adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan meskipun dari segi objek yang mereka punya berbeda. Adapun macam objek dari filsafat itu terbagi atas objek material dan objek formal. Objek Material Filsafat Obyek material filsafat adalah bahan yang digunakan sebagai pedoman dari suatu penelitian atau pembentukan suatu pengetahuan yang masih belum menemukan jalan yang pasti dan benar. Objek material filsafat ini akan disorot secara rinci dari satu disiplin ilmu yang mengupas segala hal baik yang konkret maupun abstrak. Objek material filsafat ini merupakan salah satu hal yang penting sebagai jalan untuk menemukan hakekat yang sebenarnya. Sebagai contoh manusia yang mengembara di dunia menuju akherat, dalam hal ini kita tidak hanya menyorot dari satu sisi saja melainkan dari berbagai macam sisi, seperti dari sisi manausia itu sendiri, dunia, dan akherat. 2 Dalam hal ini ada filsafat tentang manusia (antropologi), filsafat tentang alam (kosmologi), dan filsafat tentang akhirat (teologi - filsafat ketuhanan). Dalam konteks hidup beriman ini kata akherat biasa diganti dengan kata Tuhan. Antropologi, kosmologi dan teologi, sekalipun kelihatan terpisah namun saling berkaitan, sebab pembicaraan tentang yang satu pastilah tidak dapat dilepaskan dari yang lain. Pembicaraan filsafat tentang akhirat atau Tuhan hanya sejauh yang dikenal manusia dalam dunianya. Objek material filsafat ini juga erat kaitannya dengan ilmu pengetahuan. Dalam dunia kefilsafatan ilmu pengetahuan ini dilahirkan atas rasa ingin tahu yang tak berkesudahan terhadap obyek, pikiran atau akal budi yang menyangsikan akan kesaksian indera yang ada. Karena indera dinilai sebagai objek yang sering menipu. Pada umumnya ahli filsafat memandang filsafat sebagai suatu kritik terhadap pengetahuan. Filsafat memeriksa dengan kritis asas - asas yang digunakan dalam kaitannya dengan ilmu dan kehidupan sehari-hari, dan mencari suatu ketidakselarasan yang terkandung didalam asas - asas itu. Filsafat tidak lebih dari suatu usaha sebagai jawaban atas pertanyaan - pertanyaan secara radikal seperti yang kita lakukan pada kehidupan sehari hari atau bahkan dalam kebiasaan ilmu pengetahuan. Akan tetapi arti secara kritis adalah segala sesuatu yang diselidiki atas problem – problem apa yang dapat ditimbulkan oleh pertannyaan – pertannyan tersebut. Adapun arti obyek materi filsafat dari segi pendidikan adalah sasaran materi penyelidikan, pemikiran atau penelitian. Menurut Drs. H.A.Dardiri bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, kenyataan maupun kemungkinan dan dari semua hal tersebut terbagi atas dua hal, yakni : Ada yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang pada umumnya atau dengan kata lain menyelidiki tentang hakekat dan realita yang ada. Ada yang bersifat khusus yang terbagi dalam dua poin penting yakni, secara mutlak (theodicae) dan tidak mutlak yang terdiri dari manusia (antropologi metafisik) dan alam (kosmologi). Obyek Formal Objek formal filsafat menggambarkan tentang cara dan sifat berfikir terhadap objek material, dengan kata lain objek formal filsafat mengacu pada sudut pandang yang digunakan Filsafat pendidikan dalam pemikirkan objek material filsafat. Objek formal ini adalah sebagai sesuatu yang saling melengkapi keberadaanya, sehingga antara keduanya tidak dapat terpisahkan. D. Tujuan Filsafat Tujuan studi filsafat adalah mengantarkan seseorang ke dalam dunia filsafat, sehingga minimal dia dapat mengetahui apakah filsafat, maksud dan tujuannya. Menurut Prof. Dr. Notonagoro, studi filsafat dimaksudkan untuk pendidikan mental. Pendidikan mental yang dimaksudkan adalah cara atau bentuk mentalitas filsafat yang memuat tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan umumnya adalah menjadikan manusia yang susila. Pegertian “susila” di sini terdapat dalam ruan lingkup tertentu sesuai dengan tempat dan aturan yang ada. Orang yang susila dipandang sebagai ahli filsafat, ahli hidup, dan sekaligus sebagai orang tersebut akan mendapatkan kehidupan yang bahagia. 3 Sedangkan, tujuan khususnya adalah menjadikan manusia yang berilmu. Dalam hal ini, ahli filsafat dipandang sebagai orang yang ahli dalam bidang ilmu pengetahuan (ilmuwan), yag selalu mencari kenyataan kebenaran dari semua problem pokok keilmuan. Di dalam sejarah ilmu pengetahuan telah di terangkan bahwa pada mulanya hanya ada satu ilmu pengetahuan yaitu filsafat. Kedudukan filsafat pada waktu itu sebagai induk dari ilmu pengetahuan atau mother of science. Namun, didalam perkembangannya masing-masing ilmu memisahkan diri dari filsafat. Sebagai induk ilmu pengetahuan, maka filsafat akan menjadi dasar, perangkat serta pemersatu, karena setiap cabang ilmu pengetahuan apabila ia sampai pada masalah-masalah yang fundamental mau tidak mau akan kembali kepada filsafat. Dewasa ini, banyak bemunculan cabang-cabang filsafat yang baru, yang merupakan pendalaman lebih lanjut dari ilmu pengetahuan, misalnya : filsafat komunikasi, filsafat matematik, filsafat administrasi, filsafat arsitektur dan filsafat perang. Sehingga, kedudukan filsafat yang semula sebagai induk ilmu pengetahuan bergeser menjadi penghubung di antara ilmu pengetahuan. Jadi, filsafat sebagai sistem interdisipliner artinya filsafat itu menghubungkan antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lain. Filsafat merupakan tempat bertemunya cabang-cabang ilmu pengetahuan. Manusia yang berfungsi daya nalarnya (akalnya) selain mengenali dirinya sendiri, ia sudah dapat mengenali lingkungannya, orang-orang yang ada di sekitarnya, demikian pula benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang dapat ia lihat dan rasakan, semua itu membentuk dalam benaknya konsep “alam” dan “kehidupan”. Ribuan tahun yang lalu, di Mesir dan Mesopotamia, manusia sudah bertanya tentang asal alam semesta. Untuk menemukan kesatuan dalam kemajemukan, dicari unsur induk dari segala sesuatu. Kosmologi berkembang di Yunani dan memberi hidup kepada ilmu alam. Ilmu alam sudah lama dewasa dan dipilih sebagai model untuk banyak ilmu lain. Bersama dengan spesialisasi ilmu alam yang sangat maju, dirasa keperluan akan suatu refleksi yang lebih mendalam yang memperhatikan keseluruhan. Refleksi ini merupakan bidang kosmologi. Kosmologi merupakan rangka umum dimana hasil-hasil dari ilmu alam dapat dipasang. Kosmologi sekarang memandang alam sebagai suatu “proses”. Kosmos itu bukan sistem tetap,dan tak terhingga, melainkan suatu proses perkembangan. E. Karakteristik Filsafat Dalam dunia kefilsafatan salah satu poin yang harus kita ketahui adalah karakteristik filsafat, salah satu alasan yang mendasari pentingnya pembahasan tentang karakteristik ini adalah untuk memahami watak - watak yang seharusnya ada dan dimiliki oleh seorang filosuf. Secara umum sudut pandang karakteristik ini terbagi atas : Subjektif dan Normatif Filsafat mempunyai karakteristik subyektif dan normatif. Pertama, subyektif memiliki nilai yang lebih rendah dari obyektif artinya dalam hal kejelasan yang dimiliknya. Obyektif adalah gambaran sesuatu yang bila disimpulkan akan menghasilkan kesamaan umum (generalis). Jadi,Obyektif dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi. Sedangkan subyektif adalah gambaran sesuatu yang bila disimpulkan akan menghasilkan kasus demi kasus (kasual). Jadi Subyektif dapat diartikan suatu keadaan menurut pandangan / perasaan sendiri yang tidak langsung mengenai pokok / esensinya. Kedua, normatif adalah suatu keadaan yang berpegang teguh pada kaidah yang berlaku. 4 Tersirat dan Tersurat Filsafat mempunyai karakteristik tersirat dan tersurat. Pertama, filsafat tersirat terdiri atas ide atau gagasan, pepatah, aturan dan norma sosial tersembunyi yang terdapat dalam kehidupan di masyarakat serta yang berupa cerita atau dongeng (legenda). Contoh: Cerita Gunung Tangkuban Perahu di Jawa barat dan cerita Malin Kundang dari Sumatera Barat. Cerita tersebut antara lain berisi pepatah kepada khalayak (masyarakat) tentang perlunya anak berbakti kepada ibunya. Kedua, filsafat tersurat yang terdiri atas ide atau gagasan terdapat dalam pustaka atau literature atau buku serta hasil karya (pemikiran) seseorang atau filusuf. Karakteristik Obyek Formal dan Material Karakteristik filsafat memilki obyek formal dan material. Obyek formal filsafat memiliki lingkup yang luas dan menyeluruh sehingga menjadi tugas atau disiplin filsafat. Objek material ini berupa berbagai macam pertanyaan yang sifatnya mendasar, yakni: Apa ? Mengapa ? Bagaimana? Sedangkan obyek material filsafat adalah sasaran atas segala macam pertanyaan dari objek material sebelumnya. Objek formal ini berisi tentang beberapa pertanyaan yang erat hubungannya dengan kenyataan, pengetahuan, nilai dan manusia. F. Fungsi dan Guna Filsafat Fungsi filsafat adalah kreatif, menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru. Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menopang dunia baru, mencetak manusia-manusia yang menjadikan penggolonganpengolongan berdasarkan 'nation', ras, dan keyakinan keagamaan mengabdi kepada cita mulia kemanusiaan. Filsafat tidak ada artinya sama sekali apabila tidak universal, baik dalam ruang lingkupnya maupun dalam semangatnya. Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni : Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada. Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya. Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia. Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan. Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. Disarikan dari Agraha Suhandi (1989). Sedangkan Ismaun (2001), mengemukakan fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu : sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana. Studi filsafat harus membantu orang- orang untuk membangun keyakinan keagamaan atas dasar yang matang secara intelektual. Filsafat dapat mendukung kepercayaan keagamaan 5 seseorang, asal saja kepercayaan tersebut tidak bergantung pada konsepsi prailmiah yang usang, yang sempit dan yang dogmatis. Urusan (concerns) utama agama ialah harmoni, pengaturan, ikatan, pengabdian, perdamaian, kejujuran, pembebasan, dan Tuhan. Berbeda dengan pendapat Soemadi Soerjabrata, yaitu mempelajari filsafat adalah untuk mempertajamkan pikiran, maka H. De Vos berpendapat bahwa filsafat tidak hanya cukup diketahui, tetapi harus dipraktekkan dalam hidup sehari-sehari. Orang mengharapkan bahwa filsafat akan memberikan kepadanya dasardasar pengetahuan, yang dibutuhkan untuk hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup agar dapat menjadi manusia yang baik dan bahagia. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun metafisik (hakikat keaslian). G. Manfaat Mempelajari Filsafat Memahami bagaimana filsafat yang benar dan mana yang salah, mana filsafat yang membawa kemajuan dan mana filsafat yang memundurkan masyarakat. Intinya, dengan mempelajari filsafat, kita bisa tahu bagaimana masyarakat berkembang dan bagaimana pula filsafat mengiringi perkembangan itu. Kita akan tahu bagaimana perubahan cara berpikir bisa membawa kebangkitan manusia dan membuat mereka menghadapi realitas dan kadang juga mengubahnya. Filsafat membuat kita mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Filsafat membantu kita untuk berpikir dan, dengan demikian, kita akan di pandu untuk memahami dunia bersama misteri-misterinya, dunia seakan menjadi gamblang dengan permasalahan-permasalahannya. Ini akan membantu kita mudah menghadapi masalah, dan kadang juga membuat kita mudah mengembangkan pengetahuan dan menggapai ketrampilan teknis. Kemandirian berpikir membuat kita tak perlu banyak bertanya pada orang lain, atau dalam konteks masyarakat kapitalis, kita tak perlu membeli pengetahuan untuk menjelaskan masalah kita. Menggapai kebijakan dan nilai. Nilai diperoleh dengan pemikiran mendalam. Nilai itu penting untuk mengatur kehidupan sebab tanpa nilai kehidupan akan centangperenang dan tanpa nilai manusia akan terombang ambing. Menggapai kebenaran. Filsafat adalah jalan menggapai kebenaran karena proses berpikir mendalam itu pada dasarnya adalah menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana hal itu bisa terjadi, terhadap suatu kenyataan. Memahami diri sendiri dan masyarakat : menghilangkan egoisme, meningkatkan kesadaran kolektif (collective conscioiusness). 6 H. Ciri – Ciri Pemikiran Filsafat Konsepsional Perenungan kefilsafatan mempunyai tujuan untuk menyusun satu bagan konsepsional, konsepsi atau yang biasa disebut planning of work merupakan hasil dari generalisasi serta abstraksi dari suatu peristiwa yang diproses secara kronologis. Oleh sebab itu filsafat mempunyai arti yang berkaitan dengan pemikiran tentang hal dan proses dalam hubungan yang bersifat umum. Diantara proses - proses yang di bahas adalah tentang pemikiran itu sendiri dan diantara hal - hal yang dipikirkan ialah si pemikir itu sendiri. Filsafat adalah hasil dari berubahnya kesadaran dari manusia itu sendiri sebagai seorang pemikir dan juga akan memberikan suatu perubahan kepada dirinya menjadi sosok yang kritis terhadap dirinya sendiri. Seorang filosuf tidak pernah berpikir tentang apa yang dilakukan oleh orang lain tetapi mereka lebih menekanakan berpikir kepada apa yang sedang dan akan dia lakukan. Koheren Dalam dunia kefilsafatan kita tidak hanya dituntut untuk konsepsional tapi juga koheren. Koheren disini diartikan runtut namun dalam pendapat lain juga bisa dikatakan berpikir secara sistematis. Dalam bahasa yang sederhana koheren dapat diartikan sebagai sesuatu yang tidak boleh bertentangan, maksudnya adalah dalam dunia kefilsafatan tidak diperkenankan dua jawaban yang bertentangan. Pertanyaan yang sering direnungkan oleh seorang filosuf memang dimaksudkan untuk ada jawabannya namun terkadang ada beberapa filosuf yang mengartikan pertanyaan itu menjadi sebuah arti yang ambigu dan dalam dunia kefilsafatan hal tersebut tidak dibennarkan karena tidak sesuai dengan karakteristik dari filsafat itu sendiri. Radikal Ilmu filsafat adalah ilmu yang dimulai dengan suatu pertanyaan dan berakhir pula dengan bertanya, begitulah sebagian orang berpendapat. Pendapat tersebut sesuai dengan karakteristik filsafat yakni radikal. Radikal yang dimaksud adalah penjelasa suatu pertanyaan hingga menemukan titik ujungnya atau hakekat kebenaran hal yang menjadi permasalahan dalam fikirannya. Seorang filosuf setidaknya memiliki sifat radikal karena dengan sifat tersebut dia akan mendapatkan hakekat kebenaran dari hal yang dia pertanyakan. Sifat radikal disini bukan bermaksud sebagai suatu pertentangan namun tujuan sebenarnya adalah sebagai cara untuk menemukan hakekat yang sebenarnya tentang hal yang selama ini dirasakan dan dipertanyakan. Kritis Seorang filosuf tidak cukup mempunyai sifat radikal namun juga kritis dalam bersikap. Kritis disini adalah sebuah tindakan yang mengarah pada suatu jawaban atau tanggapan atas peristiwa yang mereka anggap penting untuk dijawab dan ditanggapi. Kritis disini juga harus masuk akal atau logis dan harus mempunyai alasan atas tanggapan atau jawaban yang mereka lakukan. Sikap kritis ini dikembangkan melalui the cerebral cortex pada bagian otak manusia. 7 Menurut vincent ryan ruggiero dalam bukunya yang berjudul Beyond Feelings : a guide to critical thinking menjelaskan jika ada tiga tiang yang harus ada pada orang yang mempunyai jiwa kritis yaitu : Melakukan tindakan untuk mengumpulkan bukti, seseorang yang memiliki jiwa kritis harus memiliki sikap tersebut karena seorang yang dapat dikatakan kritis adalah orang yang bisa berpendapat tentang hal yang dianggap benar, tetapi memiliki suatu pedoman atau bukti atas apa saja yang mereka katakana. Seseorang yang suka mencari kebenaran dengan suatu bukti yang nyata memang jarang melakukan tindakan ceroboh dalam bertindak, intinya ialah seorang yang bersikap kritis ialah orang yang dapat mengatakan sebenarnya dengan suatu bukti atau fakta yang nyata dan tidak ceroboh dalam bertindak . Menggunakan otak bukan perasaan (feelings), seorang filosuf bukanlah orang yang sering menggunakan feelings dalam bertindak. Seorang filosuf adalah orang yang memang dituntut untuk berpikir di setiap tindakan mereka dan tidak dibenarkan bagi mereka menggunakan sense atau feeling untuk bertindak apalagi berprasangka. Skeptis, arti sederhananya adalah ragu maksudnya seorang filosuf bukanlah orang yang mudah percaya akan perkataan orang lain, mereka harus tahu dengan sebenarnya akan masalah yang ingin diketahui tanpa melalui pihak ke tiga. Sehingga seorang filosof pasti akan mencari tahu sendiri secara mendalam bagaimana asal usulnya. Spekulatif Spekulatif ini merupakan kegiatan pertama dari berbagai macam kegiatan utama yang sering dilakukan oleh para filosuf selama bertahun tahun, kegiatan spekulatif ini adalah membuat dugaan - dugaan yang logis dalam kaitannya dengan hal yang dilakukan . Filsafat berusaha untuk menetapkan berbagai kriteria tentang apa yang di katakan benar (logika) dan baik (etika) juga apa yang dikatakan indah (estetika). Bebas Berpikir filsafat adalah berpikir secara bebas. Bebas berfikir disini berarti seorang filosuf memiliki kebebasan berpikir tanpa ada sedikit tekanan atau intervensi dari pihak ketiga demi terciptanya hakekat yang sebenarnya tentang segala hal yang dirasakan dan dialaminya. 8 DAFTAR PUSTAKA http://harmoni-cerita.blogspot.com/2011/10/makalah-dasar-dasar-filsafat.html http://blogbagi2.blogspot.com/2012/04/beberapa-kegunaan-mempelajarimateri.html#ixzz28R2zGaCe AM, suhar.2009.filsafat umum konsepsi sejarah islam.Jakarta:Gaung persada Castoff ,Louis o.1992.pengantar filsafat .Yogyakarta:Tiara wacana Maksum, Ali.dkk.2011.pengantar filsafat.Surabaya:IAIN Sunan Ampel Press. Tafsir,Ahmad.1998.Filsafat umum.Bandung:PT Remaja Rosdakarya. Maksum, ali. 2011. Pengantar filsafat. Yogyakarta:Arrus Media http://dakir.wordpress.com/2009/03/07/pengertian-obyek-kajian-fungsi-dan-tugasfilsafat-pendidikan/ http://sang-pemikir.blogspot.com/2008/12/objek-material-dan-objek-formal.html.jam http://fisip.uns.ac.id/blog/indraseptiawan/2011/09/18/objek-material-objek-formalfilsafat-ilmu/ http://sabrinafauza.wordpress.com/2009/11/17/obyek-filsafat https://sites.google.com/site/afrizalmansur/filsafat-agama pada 27/09/11 http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2090491-karakteristik-filsafat-danobjek-filsafat/#ixzz1ZBs2BM2a 9