Filsafat

advertisement
Resume
Etika dan Filsafat
Bab II
Dasar Dasar Filsafat
Nama
: Muhammad Syarifudin Noor
NIM
: 10.034.100.010
Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Jember
Dasar Dasar Filsafat
A. Etimologi Kata/ Istilah Filsafat
Kata filsafat berasal dari kata Yunani filosofia, yang berasal dari kata kerja
filosofein, yang berarti mencintai kebijaksanaan. Kata tersebut juga berasal dari kata
Yunani philosophis yang berasal dari kata kerja philein yang berarti mencintai, atau philia.
Yang berarti cinta, dan sophia yang berarti kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata
Inggris philosophy yang biasanya di terjemahkan sebagai “cinta kearifan”.
B. Definisi Filsafat
Beberapa pendapat para filsuf dan ahli filsafat atau pemikir mengenai definisi
filsafat :
 Plato (427 – 347 SM), Filsafat tidak lain adalah pengetahuan tentang segala hal.
 Aristoteles (384 – 322), Filsafat itu menyelidiki sebab dan asas segala benda.
 Al-Farabi, Filsafat itu adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan
menyelidiki hakikatnya yang sebenarnya.
 Francis Bacon (1561 – 1626), Filsafat merupakan induk agung dari ilmu-ilmu, dan
filsafat menangani semua pengetahuan sebagai bidangnya.
 Rene Descrates (1596 – 1650), Filsafat merupakan kumpulan segala pengetahuan,
dimana Tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikannya.
Suatu hal yang ideal adalah suatu yang berasal dari pemikiran yang mendalam,
membutuhkan proses yang lama dalam pergulatan penemuan pengetahuan dan wawasan,
yang melahirkan kesimpulan mendalam tentang suatu hal. Inilah yang dilakukan filsafat.
C. Obyek Filsafat
Dalam satu pendapat pernah diungkapkan jika cakupan dari objek filsafat itu lebih
besar dan luas dibanding dengan ilmu, karena ilmu sendiri hanya sebatas lingkup yang
empiris saja sedangkan filsafat mencakup lingkup yang empiris dan non empiris. Di samping
itu, secara historis ilmu berasal dari kajian filsafat. Awalnya filsafat melakukan pembahasan
tentang segala sesuatu secara sistematis, rasional dan logis serta empiris. Dari semua
pernyataan itu intinya adalah ilmu dan filsafat adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan
meskipun dari segi objek yang mereka punya berbeda. Adapun macam objek dari filsafat itu
terbagi atas objek material dan objek formal.

Objek Material Filsafat
Obyek material filsafat adalah bahan yang digunakan sebagai pedoman dari suatu
penelitian atau pembentukan suatu pengetahuan yang masih belum menemukan jalan yang
pasti dan benar. Objek material filsafat ini akan disorot secara rinci dari satu disiplin ilmu
yang mengupas segala hal baik yang konkret maupun abstrak. Objek material filsafat ini
merupakan salah satu hal yang penting sebagai jalan untuk menemukan hakekat yang
sebenarnya. Sebagai contoh manusia yang mengembara di dunia menuju akherat, dalam hal
ini kita tidak hanya menyorot dari satu sisi saja melainkan dari berbagai macam sisi, seperti
dari sisi manausia itu sendiri, dunia, dan akherat.
2
Dalam hal ini ada filsafat tentang manusia (antropologi), filsafat tentang alam
(kosmologi), dan filsafat tentang akhirat (teologi - filsafat ketuhanan).
Dalam konteks hidup beriman ini kata akherat biasa diganti dengan kata Tuhan.
Antropologi, kosmologi dan teologi, sekalipun kelihatan terpisah namun saling berkaitan,
sebab pembicaraan tentang yang satu pastilah tidak dapat dilepaskan dari yang lain.
Pembicaraan filsafat tentang akhirat atau Tuhan hanya sejauh yang dikenal manusia dalam
dunianya.
Objek material filsafat ini juga erat kaitannya dengan ilmu pengetahuan. Dalam dunia
kefilsafatan ilmu pengetahuan ini dilahirkan atas rasa ingin tahu yang tak berkesudahan
terhadap obyek, pikiran atau akal budi yang menyangsikan akan kesaksian indera yang ada.
Karena indera dinilai sebagai objek yang sering menipu. Pada umumnya ahli filsafat
memandang filsafat sebagai suatu kritik terhadap pengetahuan. Filsafat memeriksa dengan
kritis asas - asas yang digunakan dalam kaitannya dengan ilmu dan kehidupan sehari-hari,
dan mencari suatu ketidakselarasan yang terkandung didalam asas - asas itu. Filsafat tidak
lebih dari suatu usaha sebagai jawaban atas pertanyaan - pertanyaan secara radikal seperti
yang kita lakukan pada kehidupan sehari hari atau bahkan dalam kebiasaan ilmu
pengetahuan.
Akan tetapi arti secara kritis adalah segala sesuatu yang diselidiki atas problem –
problem apa yang dapat ditimbulkan oleh pertannyaan – pertannyan tersebut.
Adapun arti obyek materi filsafat dari segi pendidikan adalah sasaran materi
penyelidikan, pemikiran atau penelitian.
Menurut Drs. H.A.Dardiri bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik
yang ada dalam pikiran, kenyataan maupun kemungkinan dan dari semua hal tersebut terbagi
atas dua hal, yakni :
Ada yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang
pada umumnya atau dengan kata lain menyelidiki tentang hakekat dan realita yang ada.
Ada yang bersifat khusus yang terbagi dalam dua poin penting yakni, secara mutlak
(theodicae) dan tidak mutlak yang terdiri dari manusia (antropologi metafisik) dan alam
(kosmologi).

Obyek Formal
Objek formal filsafat menggambarkan tentang cara dan sifat berfikir terhadap objek
material, dengan kata lain objek formal filsafat mengacu pada sudut pandang yang digunakan
Filsafat pendidikan dalam pemikirkan objek material filsafat. Objek formal ini adalah sebagai
sesuatu yang saling melengkapi keberadaanya, sehingga antara keduanya tidak dapat
terpisahkan.
D. Tujuan Filsafat
Tujuan studi filsafat adalah mengantarkan seseorang ke dalam dunia filsafat, sehingga
minimal dia dapat mengetahui apakah filsafat, maksud dan tujuannya.
Menurut Prof. Dr. Notonagoro, studi filsafat dimaksudkan untuk pendidikan mental.
Pendidikan mental yang dimaksudkan adalah cara atau bentuk mentalitas filsafat yang
memuat tujuan umum dan tujuan khusus.
Adapun tujuan umumnya adalah menjadikan manusia yang susila. Pegertian
“susila” di sini terdapat dalam ruan lingkup tertentu sesuai dengan tempat dan aturan yang
ada. Orang yang susila dipandang sebagai ahli filsafat, ahli hidup, dan sekaligus sebagai
orang tersebut akan mendapatkan kehidupan yang bahagia.
3
Sedangkan, tujuan khususnya adalah menjadikan manusia yang berilmu. Dalam hal
ini, ahli filsafat dipandang sebagai orang yang ahli dalam bidang ilmu pengetahuan
(ilmuwan), yag selalu mencari kenyataan kebenaran dari semua problem pokok keilmuan.
Di dalam sejarah ilmu pengetahuan telah di terangkan bahwa pada mulanya hanya ada
satu ilmu pengetahuan yaitu filsafat. Kedudukan filsafat pada waktu itu sebagai induk dari
ilmu pengetahuan atau mother of science. Namun, didalam perkembangannya masing-masing
ilmu memisahkan diri dari filsafat. Sebagai induk ilmu pengetahuan, maka filsafat akan
menjadi dasar, perangkat serta pemersatu, karena setiap cabang ilmu pengetahuan apabila ia
sampai pada masalah-masalah yang fundamental mau tidak mau akan kembali kepada
filsafat.
Dewasa ini, banyak bemunculan cabang-cabang filsafat yang baru, yang merupakan
pendalaman lebih lanjut dari ilmu pengetahuan, misalnya : filsafat komunikasi, filsafat
matematik, filsafat administrasi, filsafat arsitektur dan filsafat perang. Sehingga, kedudukan
filsafat yang semula sebagai induk ilmu pengetahuan bergeser menjadi penghubung di antara
ilmu pengetahuan. Jadi, filsafat sebagai sistem interdisipliner artinya filsafat itu
menghubungkan antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lain. Filsafat merupakan tempat
bertemunya cabang-cabang ilmu pengetahuan.
Manusia yang berfungsi daya nalarnya (akalnya) selain mengenali dirinya sendiri, ia
sudah dapat mengenali lingkungannya, orang-orang yang ada di sekitarnya, demikian pula
benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang dapat ia lihat dan rasakan, semua itu membentuk
dalam benaknya konsep “alam” dan “kehidupan”.
Ribuan tahun yang lalu, di Mesir dan Mesopotamia, manusia sudah bertanya tentang
asal alam semesta. Untuk menemukan kesatuan dalam kemajemukan, dicari unsur induk dari
segala sesuatu. Kosmologi berkembang di Yunani dan memberi hidup kepada ilmu alam.
Ilmu alam sudah lama dewasa dan dipilih sebagai model untuk banyak ilmu lain. Bersama
dengan spesialisasi ilmu alam yang sangat maju, dirasa keperluan akan suatu refleksi yang
lebih mendalam yang memperhatikan keseluruhan. Refleksi ini merupakan bidang
kosmologi. Kosmologi merupakan rangka umum dimana hasil-hasil dari ilmu alam dapat
dipasang. Kosmologi sekarang memandang alam sebagai suatu “proses”. Kosmos itu bukan
sistem tetap,dan tak terhingga, melainkan suatu proses perkembangan.
E. Karakteristik Filsafat
Dalam dunia kefilsafatan salah satu poin yang harus kita ketahui adalah karakteristik
filsafat, salah satu alasan yang mendasari pentingnya pembahasan tentang karakteristik ini
adalah untuk memahami watak - watak yang seharusnya ada dan dimiliki oleh seorang
filosuf. Secara umum sudut pandang karakteristik ini terbagi atas :

Subjektif dan Normatif
Filsafat mempunyai karakteristik subyektif dan normatif. Pertama, subyektif
memiliki nilai yang lebih rendah dari obyektif artinya dalam hal kejelasan yang dimiliknya.
Obyektif adalah gambaran sesuatu yang bila disimpulkan akan menghasilkan kesamaan
umum (generalis). Jadi,Obyektif dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang sebenarnya
tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi.
Sedangkan subyektif adalah gambaran sesuatu yang bila disimpulkan akan
menghasilkan kasus demi kasus (kasual). Jadi Subyektif dapat diartikan suatu keadaan
menurut pandangan / perasaan sendiri yang tidak langsung mengenai pokok / esensinya.
Kedua, normatif adalah suatu keadaan yang berpegang teguh pada kaidah yang berlaku.
4

Tersirat dan Tersurat
Filsafat mempunyai karakteristik tersirat dan tersurat. Pertama, filsafat tersirat
terdiri atas ide atau gagasan, pepatah, aturan dan norma sosial tersembunyi yang terdapat
dalam kehidupan di masyarakat serta yang berupa cerita atau dongeng (legenda). Contoh:
Cerita Gunung Tangkuban Perahu di Jawa barat dan cerita Malin Kundang dari Sumatera
Barat. Cerita tersebut antara lain berisi pepatah kepada khalayak (masyarakat) tentang
perlunya anak berbakti kepada ibunya.
Kedua, filsafat tersurat yang terdiri atas ide atau gagasan terdapat dalam pustaka atau
literature atau buku serta hasil karya (pemikiran) seseorang atau filusuf.

Karakteristik Obyek Formal dan Material
Karakteristik filsafat memilki obyek formal dan material. Obyek formal filsafat
memiliki lingkup yang luas dan menyeluruh sehingga menjadi tugas atau disiplin filsafat.
Objek material ini berupa berbagai macam pertanyaan yang sifatnya mendasar, yakni: Apa ?
Mengapa ? Bagaimana? Sedangkan obyek material filsafat adalah sasaran atas segala macam
pertanyaan dari objek material sebelumnya. Objek formal ini berisi tentang beberapa
pertanyaan yang erat hubungannya dengan kenyataan, pengetahuan, nilai dan manusia.
F. Fungsi dan Guna Filsafat
Fungsi filsafat adalah kreatif, menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah
dan menuntun pada jalan baru. Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita
untuk menopang dunia baru, mencetak manusia-manusia yang menjadikan penggolonganpengolongan berdasarkan 'nation', ras, dan keyakinan keagamaan mengabdi kepada cita mulia
kemanusiaan. Filsafat tidak ada artinya sama sekali apabila tidak universal, baik dalam ruang
lingkupnya maupun dalam semangatnya.
Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat
ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni :
 Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
 Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan
filsafat lainnya.
 Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
 Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan.
 Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek
kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. Disarikan dari
Agraha Suhandi (1989).
Sedangkan Ismaun (2001), mengemukakan fungsi filsafat ilmu adalah untuk
memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin
ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula,
bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu : sebagai confirmatory theories yaitu
berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory of
explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara
sederhana.
Studi filsafat harus membantu orang- orang untuk membangun keyakinan keagamaan
atas dasar yang matang secara intelektual. Filsafat dapat mendukung kepercayaan keagamaan
5
seseorang, asal saja kepercayaan tersebut tidak bergantung pada konsepsi prailmiah yang
usang, yang sempit dan yang dogmatis.
Urusan (concerns) utama agama ialah harmoni, pengaturan, ikatan, pengabdian,
perdamaian, kejujuran, pembebasan, dan Tuhan. Berbeda dengan pendapat Soemadi
Soerjabrata, yaitu mempelajari filsafat adalah untuk mempertajamkan pikiran, maka H. De
Vos berpendapat bahwa filsafat tidak hanya cukup diketahui, tetapi harus dipraktekkan dalam
hidup sehari-sehari. Orang mengharapkan bahwa filsafat akan memberikan kepadanya dasardasar pengetahuan, yang dibutuhkan untuk hidup secara baik. Filsafat harus mengajar
manusia, bagaimana ia harus hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana
ia harus hidup agar dapat menjadi manusia yang baik dan bahagia. Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam
logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun metafisik (hakikat keaslian).
G. Manfaat Mempelajari Filsafat





Memahami bagaimana filsafat yang benar dan mana yang salah, mana filsafat yang
membawa kemajuan dan mana filsafat yang memundurkan masyarakat. Intinya,
dengan mempelajari filsafat, kita bisa tahu bagaimana masyarakat berkembang dan
bagaimana pula filsafat mengiringi perkembangan itu. Kita akan tahu bagaimana
perubahan cara berpikir bisa membawa kebangkitan manusia dan membuat mereka
menghadapi realitas dan kadang juga mengubahnya.
Filsafat membuat kita mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Filsafat
membantu kita untuk berpikir dan, dengan demikian, kita akan di pandu untuk
memahami dunia bersama misteri-misterinya, dunia seakan menjadi gamblang dengan
permasalahan-permasalahannya. Ini akan membantu kita mudah menghadapi
masalah, dan kadang juga membuat kita mudah mengembangkan pengetahuan dan
menggapai ketrampilan teknis. Kemandirian berpikir membuat kita tak perlu banyak
bertanya pada orang lain, atau dalam konteks masyarakat kapitalis, kita tak perlu
membeli pengetahuan untuk menjelaskan masalah kita.
Menggapai kebijakan dan nilai. Nilai diperoleh dengan pemikiran mendalam. Nilai itu
penting untuk mengatur kehidupan sebab tanpa nilai kehidupan akan centangperenang dan tanpa nilai manusia akan terombang ambing.
Menggapai kebenaran. Filsafat adalah jalan menggapai kebenaran karena proses
berpikir mendalam itu pada dasarnya adalah menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi
dan bagaimana hal itu bisa terjadi, terhadap suatu kenyataan.
Memahami diri sendiri dan masyarakat : menghilangkan egoisme, meningkatkan
kesadaran kolektif (collective conscioiusness).
6
H. Ciri – Ciri Pemikiran Filsafat

Konsepsional
Perenungan kefilsafatan mempunyai tujuan untuk menyusun satu bagan konsepsional,
konsepsi atau yang biasa disebut planning of work merupakan hasil dari generalisasi serta
abstraksi dari suatu peristiwa yang diproses secara kronologis. Oleh sebab itu filsafat
mempunyai arti yang berkaitan dengan pemikiran tentang hal dan proses dalam hubungan
yang bersifat umum. Diantara proses - proses yang di bahas adalah tentang pemikiran itu
sendiri dan diantara hal - hal yang dipikirkan ialah si pemikir itu sendiri. Filsafat adalah hasil
dari berubahnya kesadaran dari manusia itu sendiri sebagai seorang pemikir dan juga akan
memberikan suatu perubahan kepada dirinya menjadi sosok yang kritis terhadap dirinya
sendiri. Seorang filosuf tidak pernah berpikir tentang apa yang dilakukan oleh orang lain
tetapi mereka lebih menekanakan berpikir kepada apa yang sedang dan akan dia lakukan.
 Koheren
Dalam dunia kefilsafatan kita tidak hanya dituntut untuk konsepsional tapi juga
koheren. Koheren disini diartikan runtut namun dalam pendapat lain juga bisa dikatakan
berpikir secara sistematis. Dalam bahasa yang sederhana koheren dapat diartikan sebagai
sesuatu yang tidak boleh bertentangan, maksudnya adalah dalam dunia kefilsafatan tidak
diperkenankan dua jawaban yang bertentangan. Pertanyaan yang sering direnungkan oleh
seorang filosuf memang dimaksudkan untuk ada jawabannya namun terkadang ada beberapa
filosuf yang mengartikan pertanyaan itu menjadi sebuah arti yang ambigu dan dalam dunia
kefilsafatan hal tersebut tidak dibennarkan karena tidak sesuai dengan karakteristik dari
filsafat itu sendiri.

Radikal
Ilmu filsafat adalah ilmu yang dimulai dengan suatu pertanyaan dan berakhir pula
dengan bertanya, begitulah sebagian orang berpendapat. Pendapat tersebut sesuai dengan
karakteristik filsafat yakni radikal. Radikal yang dimaksud adalah penjelasa suatu pertanyaan
hingga menemukan titik ujungnya atau hakekat kebenaran hal yang menjadi permasalahan
dalam fikirannya. Seorang filosuf setidaknya memiliki sifat radikal karena dengan sifat
tersebut dia akan mendapatkan hakekat kebenaran dari hal yang dia pertanyakan. Sifat radikal
disini bukan bermaksud sebagai suatu pertentangan namun tujuan sebenarnya adalah sebagai
cara untuk menemukan hakekat yang sebenarnya tentang hal yang selama ini dirasakan dan
dipertanyakan.

Kritis
Seorang filosuf tidak cukup mempunyai sifat radikal namun juga kritis dalam
bersikap. Kritis disini adalah sebuah tindakan yang mengarah pada suatu jawaban atau
tanggapan atas peristiwa yang mereka anggap penting untuk dijawab dan ditanggapi. Kritis
disini juga harus masuk akal atau logis dan harus mempunyai alasan atas tanggapan atau
jawaban yang mereka lakukan. Sikap kritis ini dikembangkan melalui the cerebral cortex
pada bagian otak manusia.
7
Menurut vincent ryan ruggiero dalam bukunya yang berjudul Beyond Feelings :
a guide to critical thinking menjelaskan jika ada tiga tiang yang harus ada pada orang yang
mempunyai jiwa kritis yaitu :
Melakukan tindakan untuk mengumpulkan bukti, seseorang yang memiliki jiwa kritis
harus memiliki sikap tersebut karena seorang yang dapat dikatakan kritis adalah orang yang
bisa berpendapat tentang hal yang dianggap benar, tetapi memiliki suatu pedoman atau bukti
atas apa saja yang mereka katakana.
Seseorang yang suka mencari kebenaran dengan suatu bukti yang nyata memang
jarang melakukan tindakan ceroboh dalam bertindak, intinya ialah seorang yang bersikap
kritis ialah orang yang dapat mengatakan sebenarnya dengan suatu bukti atau fakta yang
nyata dan tidak ceroboh dalam bertindak .
Menggunakan otak bukan perasaan (feelings), seorang filosuf bukanlah orang yang
sering menggunakan feelings dalam bertindak. Seorang filosuf adalah orang yang memang
dituntut untuk berpikir di setiap tindakan mereka dan tidak dibenarkan bagi mereka
menggunakan sense atau feeling untuk bertindak apalagi berprasangka.
Skeptis, arti sederhananya adalah ragu maksudnya seorang filosuf bukanlah orang
yang mudah percaya akan perkataan orang lain, mereka harus tahu dengan sebenarnya akan
masalah yang ingin diketahui tanpa melalui pihak ke tiga. Sehingga seorang filosof pasti akan
mencari tahu sendiri secara mendalam bagaimana asal usulnya.

Spekulatif
Spekulatif ini merupakan kegiatan pertama dari berbagai macam kegiatan utama yang
sering dilakukan oleh para filosuf selama bertahun tahun, kegiatan spekulatif ini adalah
membuat dugaan - dugaan yang logis dalam kaitannya dengan hal yang dilakukan . Filsafat
berusaha untuk menetapkan berbagai kriteria tentang apa yang di katakan benar (logika) dan
baik (etika) juga apa yang dikatakan indah (estetika).

Bebas
Berpikir filsafat adalah berpikir secara bebas. Bebas berfikir disini berarti seorang
filosuf memiliki kebebasan berpikir tanpa ada sedikit tekanan atau intervensi dari pihak
ketiga demi terciptanya hakekat yang sebenarnya tentang segala hal yang dirasakan dan
dialaminya.
8
DAFTAR PUSTAKA













http://harmoni-cerita.blogspot.com/2011/10/makalah-dasar-dasar-filsafat.html
http://blogbagi2.blogspot.com/2012/04/beberapa-kegunaan-mempelajarimateri.html#ixzz28R2zGaCe
AM, suhar.2009.filsafat umum konsepsi sejarah islam.Jakarta:Gaung persada
Castoff ,Louis o.1992.pengantar filsafat .Yogyakarta:Tiara wacana
Maksum, Ali.dkk.2011.pengantar filsafat.Surabaya:IAIN Sunan Ampel Press.
Tafsir,Ahmad.1998.Filsafat umum.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Maksum, ali. 2011. Pengantar filsafat. Yogyakarta:Arrus Media
http://dakir.wordpress.com/2009/03/07/pengertian-obyek-kajian-fungsi-dan-tugasfilsafat-pendidikan/
http://sang-pemikir.blogspot.com/2008/12/objek-material-dan-objek-formal.html.jam
http://fisip.uns.ac.id/blog/indraseptiawan/2011/09/18/objek-material-objek-formalfilsafat-ilmu/
http://sabrinafauza.wordpress.com/2009/11/17/obyek-filsafat
https://sites.google.com/site/afrizalmansur/filsafat-agama pada 27/09/11
http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2090491-karakteristik-filsafat-danobjek-filsafat/#ixzz1ZBs2BM2a
9
Download