BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pertama, peran perwakilan diplomatik pada umumnya didasarkan pada Konvensi Wina 1961 yang dimana dalam konvensi tersebut mengatur mengenai peran, fungsi, tugas, hak dan kewajiban serta kekebalan yang diperoleh dari perwakilan diplomatik. Perwakilan diplomatik dalam perannya menurut Konvensi Wina 1961 antara lain, yaitu mewakili negara pengirim di negara penerima, melindungi kepentingan dan warga negara pengirim di negara penerima dalam batas-batas yang dibenarkan oleh hukum internasional, mengadakan perundingan dengan pemerintah negara penerima, memberikan laporan kepada negara pengirim mengenai keadaan-keadaan dan perkembangan-perkembangan di negara penerima dengan cara-cara yang dapat dibenarkan oleh hukum, mendorong hubungan persahabatan antar negara pengirim dan negara penerima dan mengembangkan hubungan ekonomi, kebudayaan dan ilmu pengetahuan mareka. Selain itu peran dan fungsi perwakilan diplomatik disini juga dapat melaksanakan tugas-tugas dari konsuler yang sebagaimana diatur dalam Konvensi Wina 1963. Akan tetapi, dalam implementasi dari peran, fungsi, tugas, hak dan kewajiban serta kekebalan dari perwakilan diplomatik tersebut tidak serta-merta sesuai dengan aturannya. Perwakilan diplomatik disini terkadang menyalahgunakan fungsinya dengan melakukan hal-hal yang dianggap bertentangan dengan apa 73 yang telah diatur dalam Konvensi Wina 1961, misalnya adalah perwakilan diplomatik yang menyelundupkan barang yang dinilai ilegal dengan menggunakan aksesnya sebagai diplomatik agar terhindar dari pengecekan petugas. Selain itu juga, dengan menggunakan imunitasnya perwakilan diplomatik dalam memperoleh informasi dari negara penerima tidak menggunakan cara-cara yang dibenarkan, contohnya dengan melakukan penyadapan terhadap negara penerima. Penyadapan itu sendiri bertentangan dengan prinsip-prinsip dalam hukum internasional, yaitu melanggar prinsip tentang kedaulatan negara yang telah disadap. Kedua, penyelesaian dalam kasus penyadapan yang dilakukan oleh pihak Australia terhadap Indonesia tidak terlepas dari peran Perwakilan Diplomatik Indonesia. Perwakilan Diplomatik Indonesia disini melakukan perannya dalam mengimplementasikan six-point-roadmap yang menjadi arahan Presiden Indonesia. Dengan ditandatanganinya Joint Understanding on a Code of Conduct oleh kedua pihak yang bersangkutan disini adalah hasil implementasi dari peran Perwakilan Diplomatik dalam memfasilitasi komunikasi dua arah kedua negara dalam menyelesaikan kasus penyadapan ini. Peran-peran yang telah dilakukan Perwakilan Diplomatik Indonesia tersebut telah sesuai dengan ketentuan Konvensi Wina 1961, dimana Perwakilan Diplomatik Indonesia disini melindungi (protecting) kepentingan nasional Pemerintah Indonesia di negara penerima dengan mendorong upaya penyelesaian isu penyadapan melalui komunikasi dengan Kementrian Luar Negeri Australia dan melakukan pelaporan (reporting) 74 kepada Pemerintah Indonesia mengenai perkembangan politik di Australia dalam mengambil langkah-langkah komitmen untuk menyelesaikan isu penyadapan. B. Saran Pertama, diperlukan adanya suatu batasan yang lebih jelas terkait dengan kekebalan yang diperoleh oleh Perwakilan Diplomatik, hal tersebut dikarenakan untuk menghindari adanya fungsi Perwakilan Diplomatik yang dilakukan akan bertentangan terhadap aturan yang ada. Batasan yang jelas terhadap kekebalan yang diperoleh Perwakilan Diplomatik dapat menghindarkan pula seorang Perwakilan Diplomatik dengan memanfaatkan kekebalannya untuk melakukan hal-hal yang tidak semestinya dilakukan oleh seorang Perwakilan diplomatik. Contoh hal yang dianggap ilegal antara lain Perwakilan Diplomatik yang dalam melaksanakan tugasnya juga melakukan penyelundupan atau Perwakilan Diplomatik yang memanfaatkan hak kekebalannya untuk melakukan penyadapan. Kedua, terselesaikannya kasus penyadapan Australia terhadap Indonesia dengan terealisasinya hasil kesepakatan Joint Understanding on a Code of Conduct yang telah ditandatangani oleh pihak Australia dan Indonesia, maka kasus penyadapan tersebut telah dinyatakan selesai, dengan begitu peran Perwakilan Diplomatik Indonesia dalam kasus tersebut telah berjalan dengan efektif dan baik. Akan tetapi dalam perannya, Perwakilan Diplomatik Indonesia disini tidak boleh hanya berhenti dengan adanya kesepakatan tersebut. Sesuai dengan poin ke lima dari six-point-radmap arahan Presiden RI, Perwakilan 75 Diplomatik Indonesia juga harus mengawal kesepakatan tersebut sehingga implementasi dari Joint Understanding on a Code of Conduct dapat terlaksana dengan baik, sehingga kasus penyadapan yang telah terjadi kedepannya tidak terulang. 76