91 PERLINDUNGAN TERHADAP HAK

advertisement
PERLINDUNGAN TERHADAP HAK-HAK PENDIDIKAN
PEREMPUAN
DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Oleh :
Drs. Eddy Basuki, M.Si.
Gunawan, M.Pd.I
Abstrak
Meski secara normatif maupun secara yuridis formal pendidikan adalah hak setiap orang baik
laki-laki maupun perempuan, namun dalam tataran empiris tidak tereprentasikan secara optimal.
Terbukti, perempuan cenderung memiliki kesempatan pendidikan lebih kecil dibanding laki-laki.
Semakin tinggi jenjang pendidikan semakin lebar kesenjangannya.
Akar masalah kesenjangan pendidikan bagi perempuan berawal dari bias jender dalam
pendidikan keluarga oleh orang tua di rumah. Bias jender ini kemudian dilanjutkan oleh pranata
pendidikan persekolahan. Komponen-komponen pendidikan di sekolah seperti kurikulum dan proses
belajar mengajar, buku teks, ikut serta menciptakan ketidakadilan pendidikan bagi perempuan. Oleh
karena itu masyarakat dan juga guru sebagai pengajar dan pendidik perlu memiliki pemahaman dan
kesadaran jender sehingga tidak terjadi diskriminasi di dalam pendidikan.
Pendidikan yang berkeadilan jender tidak membeda-bedakan akses dan peluang bagi laki-laki
maupun perempuan. Islam memberikan peluang untuk berprestasi bagi semua orang baik laki-laki
maupun perempuan. Ayat-ayat Al-Qur’an telah mengisyaratkan konsep kesetaraan jender yang ideal
dan memberikan ketegasan bahwa prestasi individual, baik dalam bidang spiritual maupun urusan
karier profesional, tidak mesti dimonopoli oleh salah satu jenis kelamin saja. Laki-laki dan perempuan
memperoleh kesempatan yang sama meraih prestasi optimal.
Kata Kunci: Konsep Jender, Perempuan dalam Perspektif Hukum Islam
Abstract
Although both normatively and judicially education is the right for everyone both of men and
women, but at the empirical level it is not represented optimally.That is, women tend to have less
educational opportunities than men. In fact, it is more evident as seen at the higher educational level.
The problem of this educational gap between women and men has its roots from gender bias
dated back to the family education by parents at home. Gender bias is then followed by the educational
institution at school. Many components of education at schools such as curriculum, teaching and
learning, textbooks also impose inequality for women. Therefore, both the community and the teachers
who act as the educators need to have an understanding and awareness of gender equality so that
there will be no discrimination in educational practices.
The best educational practice is the one which does not promote any discrimination to both
the access and opportunities for men and women. Islam gives the opportunity to perform best for
everyone, both for men and women. The verses in the Qur'an has revealed the ideal gender equality
concepts and affirmed that any individual achievements, both in the spiritual and professional
realisation should not be monopolized by one particular sex. Both men and women must have equal
opportunities to achieve optimal performance.
Keywords: Concept of Gender, Women in Islamic Law Perspective
91
pendidikan
I. PENDAHULUAN
Secara normatif setiap orang
semakin
lebar
kesenjangannya.
harus mempunyai kesempatan yang
Lely Zailani, ketua Federasi
sama untuk memperoleh pendidikan,
Serikat
dengan tanpa membedakan status
mengungkapkan
sosial ekonomi dan jenis kelamin.
“Mengapa dalam pendidikan dan
Deklarasi
mengerjakan
dunia
manusia
hak-hak
menyatakan
asasi
Perempuan
Merdeka
kegundahannya,
tugas
sehari-hari
bahwa
dirumah, saya selalu dibedakan dari
pendidikan adalah hak setiap orang
kakak lelaki. Beban kerja yang saya
(United Nation, 1948). Demikian
pikul lebih berat dan saya tidak
juga didalam konstitusi nasional,
diizinkan memilih pendidikan yang
yakni UUD 1945 pasal 31 ayat 1
saya
dinyatakan bahwa “Tiap-tiap warga
Diperlakukan seperti itu, Lely yang
negara berhak mendapat pengajaran
ditinggal merantau oleh ayahnya dan
.” Dalam UU No.2 tahun 1989
memiliki delapan saudara kandung
tentang Sistem Pendidikan Nasional
tidak kuat menanggungnya sendiri.
pasal
Ia
7
disebutkan
bahwa
senangi”(Kompas,
mengutarakan
kesempatan pendidikan pada setiap
dirasakannya
suatu
sepergaulan
satuan
pendidikan
tidak
apa
kepada
dan
juga
2001).
yang
teman
ibu-ibu
membedakan jenis kelamin, agama,
tetangga karena ibu kandungnya
suku, ras, kedudukan sosial dan
sendiri telah tiada. Ternyata seperti
tingkat kemampuan ekonomi, dan
gayung bersambut, mengalir pula
tetap
kekhususan
kisah serupa dari para remaja putri
yang
dan ibu-ibu tetangga yang bertempat
bersangkutan. Namun dalam jaminan
tinggal di Desa Sukasari, Kabupaten
normatif diatas, tidak serta merta
Deli Serdang, Sumatera Utara, satu
terepresentasikan
desa dengan Lely.
mengindahkan
satuan
empiris.
cenderung
pendidikan
dalam
tataran
Terbukti,
perempuan
memiliki
kesempatan
Ilustrasi
menggambarkan
diatas,
realitas
pendidikan
sosial
pendidikan lebih kecil dibanding
kesenjangan
menurut
laki-laki. Semakin tinggi jenjang
jender. Bukan tidak mungkin masih
92
banyak Lely-Lely yang lain, yang
temuan Susenas menyatakan bahwa
mengalami nasib serupa, di bumi
Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Indonesia ini. Anak laki-laki lebih
perempuan usia sekolah dasar (7-12
banyak memiliki privilege daripada
tahun) sedikit lebih tinggi, namun
anak perempuan, terutama dalam
ada kecenderungan semakin tinggi
bidang pendidikan. Nasehat yang
kelompok
senantiasa diberikan pada anak laki-
kesenjangan menurut jender.
laki adalah : “Kamu anak laki-laki
usia,
semakin
lebar
Sejumlah
gejala
harus sekolah setinggi mungkin,
menunjukkan, proses pembelajaran
karena nantinya kamu adalah kepala
kurang sensitif jender dan bias laki-
keluarga.” Sebaliknya pada anak
laki (bias toward male) laki-laki
perempuan
: “Untuk
cenderung ditempatkan pada posisi
perempuan
sekolah
apa
anak
tinggi-tinggi
kalau pada akhirnya ke dapur juga.”
yang
lebih
memegang
peranan,
misalnya dalam memimpin kelas,
Data pendidikan di Indonesia
memimpin
organisasi
menunjukkan bahwa ketidaksetaraan
memimpin
diskusi
jender dibidang pendidikan terjadi
mengajukan
antara lain dalam bentuk perbedaan
mengemukakan
akses dan peluang antara laki-laki
sebagainya. Gejala ini kemudian
dan perempuan dalam memperoleh
memberikan
pendidikan. Suryadi (2002) merujuk
pemilihan jurusan atau program studi
pada
(2000)
keterampilan atau keahlian pada
menunjukkan penduduk perempuan
bidang-bidang kejuruan, teknologi
berusia
dan industri. Sementara, perempuan
data
16
Susenas
tahun
keatas
yang
siswa,
kelompok,
pertanyaan,
atau
pendapat,
dan
pengaruh
menamatkan SLTP baru mencapai
cenderung
29,1%, sementara penduduk laki-laki
mempelajari
keahlian
mencapai
32,5%.
keterampilan
dalam
bidang
perempuan
yang
perawat
kesehatan
Penduduk
menamatkan
sekolah menengah atau lebih tinggi
ketatausahaan,
banyak
yang
atau
dan teknologi kerumahtanggaan.
mencapai 33,7% sedangkan laki-laki
sudah mencapai 46%. Lebih lanjut
lebih
pada
Pada
tenaga
lembaga
kependidikan
pendidikan
(LPTK)
93
perempuan
lebih
dominan
pada
dan
kesempatan
yang
program persiapan guru SLTP dan
menguntungkan, semata-mata karena
PGSD. Perempuan lebih banyak
mereka perempuan. Perempuan tidak
yang dipersiapkan untuk menjadi
memperoleh penghargaan yang sama
guru
dan
atas prestasi yang sama, bahkan yang
menengah, dari setiap 100 guru SD,
melebihi prestasi laki-laki sekalipun.
54% adalah perempuan, dan dari 100
Kalaupun perempuan memperoleh
orang guru sekolah menengah, 38
posisi dan kesempatan, dia bagaikan
diantaranya
mendapat
pendidikan
dasar
(38%)
adalah
“lampu sorot”, segala
perempuan. Sementara itu tenaga
gerak gerik senantiasa mendapat
dosen lebih dominan laki-laki, dari
sorotan. Seakan ada kekhawatiran
setiap 100 dosen perguruan tinggi,
dari
hanya 29 orang diantaranya yang
kedudukannya
berjenis
perempuan.
kelamin
perempuan
(Suryadi, 2002).
Disatu
Didunia kerja, termasuk di
lembaga
laki-laki
pendidikan,
mayoritas
akan
tergeser
oleh
kaum
sisi,
Islam
dalam
memberikan peluang untuk meraih
prestasi
maksimum,
ada
laki-laki
dan
perempuan masih sering terhempas
pembedaan
kepinggiran, utamanya dalam jalur
perempuan. Hal ini telah secara
kepemimpinan,
khusus ditegaskan dalam ayat-ayat
organisasi,
dalam
pengambil
struktur
keputusan,
Al-Qur’an.
antara
tidak
Ayat-ayat
tersebut
maupun dalam peluang memperoleh
mengisyaratkan konsep kesetaraan
kesempatan
karir.
jender yang ideal dan memberikan
Laki-laki yang memperoleh posisi
ketegasan bahwa prestasi individual,
dan
yang
baik dalam bidang spiritual maupun
bukan
urusan karier profesional, tidak mesti
semata karena mereka (mungkin?)
dimonopoli oleh salah satu jenis
berprestasi, tetapi karena mereka
kelamin
laki-laki.
Sebaliknya,
perempuan
perempuan memperoleh kesempatan
meskipun
mereka
berprestasi,
yang sama meraih prestasi optimal.
pengembangan
kesempatan
menguntungkan,
kadang
seringkali tidak memperoleh posisi
Namun,
saja.
dalam
Laki-laki
dan
kenyataan
94
masyarakat,
konsep
membutuhkan
ideal
tahapan
ini
jender adalah suatu konsep kultural
dan
yang berupaya membuat pembedaan
sosialisasi, karena masih terdapat
(distinction)
sejumlah kendala.
perilaku, mentalitas dan karakteristik
Untuk
mendapatkan
emosional
dalam
antara
hal
laki-laki
peran,
dan
gambaran yang lebih jelas mengenai
perempuan yang berkembang dalam
hak-hak
masyarakat.
pendidikan
perempuan
dalam perspektif Islam maka tulisan
Konsep jender akan lebih
sederhana ini akan dimulai dengan
mudah dipahami jika disandingkan
memaparkan
jender,
dengan konsep seks (jenis kelamin),
kemudian pembahasan dilanjutkan
yang secara mendasar keduanya
dengan menganalisis tentang (2)
berbeda. Menurut Mosse (1993),
faktor-faktor
seks (jenis kelamin) mengacu pada
(1)
yang
kesenjangan
diawali
konsep
menyebabkan
pendidikan,
dengan
yang
ketidakadilan
di
konstruksi anatomis-biologis yang
membedakan manusia laki-laki dan
rumah dan bias jender di sekolah, (3)
perempuan. Perbedaan itu
pendidikan yang berkeadilan jender
dilihat dengan jelas pada organ tubuh
serta diakhiri dengan uraian tentang
terutama pada organ reproduksi,
(4)
seperti laki-laki memiliki penis dan
hak
pendidikan
perempuan
perspektif Islam.
buah
II. PEMBAHASAN
sperma. Selain itu apabila telah
Konsep Jender
dewasa, pada laki-laki tumbuh kumis
Kata
menghasilkan
dan jakun. Sementara itu, perempuan
bahasa Inggris, gender, berarti “jenis
memiliki vagina, rahim dan sel telur.
kelamin”. Dalam Webster’s New
Berbeda dari seks yang alami,
Word Dictionary, jender diartikan
jender mengacu pada aspek-aspek
sebagai
non fisiologis dari jenis kelamin,
perbedaan
laki-laki
berasal
serta
dari
antara
jender
zakar,
dapat
yang tampak
dan
perempuan
yang merupakan pengharapan dari
dilihat dari segi nilai dan tingkah
suatu kebudayaan tentang feminitas
laku. Di dalam Women’s Studies
dan
Ensiclopedia
Crawford, 1992). Semua ketetapan
dijelaskan
bahwa
maskulinitas
(Unger
dan
95
masyarakat
seseorang
perihal
sebagai
penentuan
ada
yang
lemah
lembut,
atau
emoisional dan sebagainya. Dengan
perempuan adalah komponen/bidang
demikian dapat dikatakan bahwa
kajian jender sebagaimana pendapat
jender adalah hasil konstruksi sosial
Linda L. Lindsey yang dirujuk oleh
atau
Nasaruddin
Umar
(1999).
membuat
Selanjutnya
Umar
(1999)
antara laki-laki dan perempuan, yang
menyatakan bahwa studi jender lebih
membedakan peran dan kedudukan
menekankan perkembangan aspek
laki-laki dan perempuan berdasarkan
maskulinitas (Masculinity/Rujuliyah)
kepantasan yang berlaku dalam suatu
atau feminitas (feminity/nisa’iyyah)
sistem masyarakat, dan bukan atas
seseorang. Berbeda dengan studi
dasar
seks
merupakan produk budaya buatan
yang
laki-laki
pun
lebih
menekankan
rekayasa
masyarakat
untuk
perbedaan-perbedaan
kemampuan.
manusia
komposisi kimia dalam tubuh laki-
artinya
laki
perubahan ke arah perbaikan posisi
dan
perempuan (femaleness/unutsah).
dan
Dengan adanya perbedaan
itu, dikenal karakteristik feminin
bersifat
ini
perkembangan aspek biologis dan
(maleness/zhukurah)
yang
Jender
jender
dapat
kedudukan
dinamis,
mengalami
perempuan
atau
justru sebaliknya.
Jender
menentukan
akses
untuk sifat perempuan, misalnya
terhadap pendidikan, kerja, alat-alat
perempuan
lemah
dan sumber daya yang diperlukan
lembut, emosional, yang dikenal
untuk industri dan keterampilan.
dengan
dan
Yang jelas, jender akan menentukan
maskulinitas mengacu pada sifat
hubungan dan kemampuan untuk
laki-laki yang mempunyai konotasi
membuat keputudsan dan bertindak
kemandirian, rasionalitas, kekuatan
secara otonom. Perbedaan jender
otot, bahkan kekerasan. Ciri dan
selanjutnya melahirkan peran jender
karakter
dapat
yang sesungguhnya tidak menjadikan
ada
masalah jika seandainya tidak terjadi
perempuan yang mandiri, memiliki
ketimpangan yang berakhir pada
rasionalitas, dan sebaliknya laki-laki
ketidakadilan jender.
harus
istilah
dipertukarkan,
sabar,
feminitas,
tersebut
artinya
96
anak
yang
diwajibkan
menjadi
Faktor-Faktor yang Menyebabkan
tanggungjawab
Kesenjangan Pendidikan
semasa bayi masih dalam kandungan
Pada
umumnya
diskriminasi
praktek
baik
dan setelah anak dilahirkan.
telah
Domestikasi perempuan yang
menerima
banyak berperan di dalam rumah
pendidikan pertama oleh keluarga
akan direkam dan dilihat oleh anak
(orang tua) di rumah, yang kemudian
walaupun
dilanjutkan secara tidak disadari oleh
mengajarkannya.
guru dan lingkungan pendidikan lain
“percontohan” ini akan berlangsung
di sekolah
dari
dimulai
pendidikan
perempuan
sejak
anak
tua
tidak
Peristiwa
satu
generasi
berikutnya
apabila
ke
generasi
tidak
ada
perubahan sistem di dalam keluarga
1. Ketidakadilan Di Rumah
Perbedaan
orang
dan
ataupun didalam masyarakat yang
perlakuan antara anak perempuan
masih menganggap perempuan tidak
dan
sepenting laki-laki.
laki-laki
pandangan
pada
umumnya
didasarkan atas kodrat perempuan
untuk
ataupun
di rumah, seorang ibu ataupun
mempunyai anak. Dengan sistem
seorang bapak,sadar atau tidak, akan
reproduksinya, perempuan dianggap
mengharapkan dan memposisikan
sebagai makhluk yang lemah, yang
anak perempuan aktif di dalam
wajib dilindungi. Dengan kodrat
rumah.
yang berbeda dengan laki-laki itu
berbagai pekerjaan rumah tangga
seakan-akan ada peran yang melekat
yang
pada perempuan, yaitu peran di
perempuan.
rumah tangga yang berurusan dengan
tugas di rumah, anak perempuan
penyediaan makanan, yang berkaitan
diajari
dengan menjaga kebersihan rumah
menyeterika
karena kebersihan merupakan salah
rumah, dan mengasuh adik.
satu
mengandung
Dalam melakukan pendidikan
faktor
penentu
kesehatan,
berkaitan pula dengan pendidikan
Hal
ini
tercermin
dibebankan
kepada
Untuk
Didikan
anak
menjalankan
memasak,
baju,
dari
mencuci,
membersihkan
yang
diterapkan
pada anak perempuan yang berkaitan
97
dengan tugas-tugas domestik sangat
yang
jarang diberikan kepada anak laki-
demikian tidak hanya faktor budaya
laki. Ada kekhawatiran apabila anak
atau kebiasaan yang secara turun
laki-laki
temurun berlaku di masyarakat yang
dididik
perempuan
yang
seperti
harus
anak
terampil
khas
perempuan.
mengakibatkan
Dengan
pembedaan
dengan pekerjaan rumah tangga,
dan
maka ia akan menjadi banci. Anak
partisipasi perempuan dan laki-laki,
laki-laki lebih banyak diarahkan
melainkan
pada
dikembangkan dan ditegakkan dalam
kegiatan
yang
bersifat
kedudukan,
juga
sistem
yang
keluarga
demikian, diluar rumah anak laki-
terkandung unsur pendidikan yang
laki akan mempunyai pengalaman
menimbulkan ketidakadilan jender
yang lebih banyak dan hal tersebut
selama ini.
akan
2. Bias Jender di Sekolah
mereka
bermanfaat
menjadi
ketika
dewasa
di
serta
kompetitif diluar rumah. Dengan
sangat
yang
aktivitas
peran
dalamnya
nanti.
Ketidak adilan jender yang
Pembagian kerja yang diberikan
terjadi pada pendidikan persekolahan
kepada anak perempuan dan anak
seringkali tidak disadari oleh para
laki-laki akan melahirkan stereotip-
pendidik/guru, orangtua dan juga
stereotip peran jender laki-laki dan
murid sendiri. Pada umumnya para
perempuan.
tersebut
guru telah merasa memperlakukan
merupakan awal ketidakadilan yang
semua murid, perempuan dan laki-
lebih merugikan kaum perempuan
laki secara adil.
Kondisi
dibanding laki-laki.
Para guru sebagai seorang
Keterkungkungan perempuan
pendidik sering tidak menyadari
akan stereotip tentang apa yang
bahwa yang lebih banyak disuruh
pantas dilakukan, apa yang wajib
menjawab pertanyaan guru adalah
menjadi
akan
anak yang mengangkat tangan, yang
membatasi pengembangan minatnya
kebanyakan anak laki-laki. Padahal
dan
lebih
bisa jadi anak yang diam, tidak
satu
berani mengangkat tangan untuk
bidang studi tertentu dan pekerjaan
menjawab pertanyaan adalah anak
tanggungjawabnya
menyebabkan
banyak
dirinya
terkonsentrasi
pada
98
yang pandai tetapi malu karena
belajar, seperti kurikulum, Garis
umumnya mereka anak perempuan
Besar Program Pengajaran (GBPP),
yang kurang berani menyampaikan
materi pelajaran yang mengacu pada
pendapat. Ini terjadi karena anak
buku pelajaran. Teks di dalam buku
perempuan dirumah biasanya dikenai
pelajaran seringkali menggambarkan
berbagai peraturan yang mengurangi
peran-peran
kebebasan, harus selalu patuh dengan
antara
laki-laki
perintah
Seperti
dalam
orang
tuanya
sehingga
yang
membedakan
dan
perempuan.
pelajaran
Bahasa
kebiasaan tersebut akan terbawa ke
Indonesia misalnya : “Anak laki-laki
sekolah, yang berdampak kalau tidak
membantu ayah bekerja, sementara
disuruh mereka tidak berani untuk
anak
menampilkan diri.
memasak di dapur”. Tidak ada yang
perempuan
membantu
ibu
Kesempatan menjadi ketua
ssalah dalam penggambaran itu.
kelas juga masih sedikit bagi murid
Hanya saja buku tersebut sebagai
perempuan
bahan
karena
disangsikan
sosialisasi
formal
tidak
kemampuannya, dianggap kurang
memberikan penjelasan lebih jauh
tegas,
dalam
bahwa
Padahal,
bukan
terlalu
mengambil
lamban
keputusan.
tugas
melayani
hanya
domain
keluarga
anak
belum tentu anggapan ini benar,
perempuan semata. Anak laki-laki
karena ada pula perempuan yang
sebagaimana
berwibawa, yang tegas dan terampil
memiliki tanggung jawab yang sama
serta
dalam keluarga.
bersifat
rasional.
Ketidak
pekaan guru, termasuk juga guru
anak
Untuk
perempuan,
menghilangkan
perempuan terhadap kemungkinan
dampak
yang
menyebabkan
terjadinya ketidak adilan jender di
ketimpangan
sekolah juga dapat dimengerti karena
untuk dapat memberikan penjelasan
selama ini tidak ada yang berani
secukupnya agar pemahaman anak
mendobrak kemapanan yang telah
tidak bias jender. Oleh karena itu,
berlangsung.
selain muatan teks, penjelasan dan
jender, guru dituntut
Bias jender di sekolah juga
improvisasi dari guru pada saat
tampak pada komponen-komponen
menyajikan materi pelajaran di kelas
99
sangat
berpengaruh
pembentukan
terhadap
pengalaman
belajar
siswa.
Jika
pengalaman
belajar
selama
ini
dianggap
pekerjaan
laki-laki
memperbaiki
listrik,
pekerjaan
ayah,
sebagai
seperti
membantu
dan
bahkan
dapat tertanam dengan baik, biasanya
menyampaikan
anak, secara sadar atau tidak, akan
Sebaliknya,
menjadikannya
bahan
dibiasakan dengan pekerjaan yang
referensi dalam berkata, bertindak,
bersifat domestik seperti menyapu,
dan
mencuci,
membaca
sebagai
kenyataan
sosial.
pendapatnya.
anak
dan
laki-laki
memasak.
juga
Tidak
Teks, penjelasan maupun perlakuan
adanya pembedaan perlakuan oleh
guru yang bias jender hanya akan
orang tua kepada anaknya, laki-laki
memproduksi ideologi jender dan
maupun perempuan, akan membuat
sekaligus akan memasung potensi-
mereka
potensi
serta
kepada dirinya sendiri dan kepada
pengingkaran kenyataan sebenarnya,
keluarganya. Anak laki-laki akan
karena belum ada satupun hasil
menjadi lebih mandiri, artinya dapat
penelitian yang menunjukkan bahwa
melakukan
kecerdasan
diperlukan
perempuan
anak
laki-laki
lebih
unggul daripada anak perempuan.
lebih
bertanggungjawab
sendiri
untuk
hal-hal
yang
memenuhi
kebutuhan dirinya sendiri, misalnya
kebutuhan akan makanan, minuman,
Pendidikan Berkeadilan Jender
pakaian bersih, ruangan yang bersih,
Awal ketidakadilan jender
dan sebagainya. Apabila anak laki-
yang terjadi di dalam keluarga dapat
laki berpisah dengan keluarganya,
dikurangi apabila setiap keluarga
misalnya karena sekolah di daerah
menyadari
memahami
lain, ia tidak akan canggung lagi
insan
untuk mengurus dirinya sendiri. Juga
pembangunan tanpa membedakan
kelak bila telah berkeluarga, ia tidak
jenis kelaminnya. Dengan demikian
canggung
anak perempuan juga akan dididik
pekerjaan rumah tangga bersama-
untuk
bertanggungjawab
sama dengan isterinya. Di pihak lain,
terhadap pekerjaan-pekerjaan yang
anak perempuan diberi pengalaman
pentingnya
dapat
dan
setiap
untuk
melakukan
100
untuk
menyampaikan
pendapat,
pendidikan yang berkeadilan jender
melakukan pekerjaan yang bersifat
tersebut ada yang menonjol dengan
teknik, pekerjaan yang berbasis ilmu
kelebihan-kelebihan tertentu, maka
pengtahuan dan teknologi, sehingga
orang lain tidak boleh iri atau
ada kesiapan pada diri mereka untuk
menjadi dengki karena Allah telah
nenti
berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-
berpartisipasi
pembangunan.
dalam
Anak perempuan
Nisa
ayat
32
yang
artinya
:
juga akan mempunyai kemandirian
“Janganlah
dan rasa percaya diri yang lebih
keistimewaan yang dianugerahkan
besar apabila dia tidak hanya diserahi
Allah terhadap sebagian kamu atas
tanggung jawab pekerjaan yangh
sebagian
bersifat domestik, pekerjaan yang
mempunyai hak atas apa yang
bersifat pelayanan.
diusahakannya dan perempuan juga
Pendidikan
berkeadilan
jender yang diterapkan dirumah akan
memberikan
laki-laki
dan
kesempatan
hati
yang
terhadap
lain.
Laki-laki
mempunyai hak atas apa yang
diusahakannya”.
Pendidikan
persekolahan
pun
untuk
amat berperan dalam pembentukan
berkompetisi, siapa yang lebih pintar
pendidikan yang berkeadilan jender.
memasak, siapa yang lebih bersih
Apabila kurikulum, materi pelajaran
dalam menyapu, siapa yang lebih
serta
terampil menyeterika baju, siapa
yang bias jender diterapkan pada
yang
pendidikan
lebih
negosiasi
perempuan
kepada
iri
cocok
melakukan
dan sebagainya, tanpa
kegiatan
mengajar,
persekolahan,
maka
perilaku anak pun akan bias jender.
memperhatikan apakah jenis kelamin
Oleh
apakah laki-laki atau perempuan.
pendidikan
Dengan
belajar
karena
itu,
dalam
janganlah
proses
ada
keterampilannya
pertimbangan mana yang pantas
diharapkan anak-anak akan lebih
dikerjakan oleh anak perempuan dan
dapatikut serta membangun keluarga
mana yang pantas dikerjakan oleh
dengan
anak laki-laki. Keduanya harus diberi
baik,
sehingga
menjadi
keluarga yang sehat, sejahtera lahir
hak yang sama.
dan batin. Apabila dengan model
101
Peningkatan pemahaman jender,
3. Karena itu perempuan harus
kesadaran dan sensitivitas jender,
senang kerja keras, pandai
oleh para penyelenggara pendidikan,
mengelola
para penulis buku pelajaran serta
dapat mendiri.
keuangan
agar
para guru kiranya dapat mengubah
4. Jangan berhenti sekolah (bila
persepsi yang lebih adil jender.
tidak sangat terpaksa) hanya
Dengan melatih guru agar supaya
karena ingin menikah. Masa
lebih memahami keadilan jender,
depan perempuan ada pada
kiranya dapat diharapkan bahwa
tangan perempuan itu sendiri.
guru
pun
akan
memperlakukan
5. Perempuan harus memiliki
murid secara adil jender, dan tidak
kecerdasan sosial sehingga
ada diskriminasi yang merugikan
pandai
murid perempuan ataupun murid
kerjasama
laki-laki.
yang menyenangkan, punya
Untuk
menghadapi
murid
dalam
menjalin
dalam
suasana
rasa empati yang tinggi.
perempuan yang seringkali kurang
percaya
diri,
pemalu,
kurang
mandiri, putus sekolah, maka guru
Hak Pendidikan Perempuan
dalam Perspektif Hukum Islam
hendaknya senantiasa memotivasi
mereka agar:
perempuan
agar
gegabah
bentuk yang paling konkrit. Dengan
sebelum
demikian
Islam
sebagai
ketidakadilan.
keadilan,
bertahap
mengulangi
diri
dapat
dari
juga
bermakna
pembebas,
yakni
membebaskan manusia dari himpitan
pendirian yang kuat secara
melepaskan
dan
hati-hati,
mempunyai
harus
membela
menghidupkan spirit keadilan dalam
2. Perempuan harus tegas dalam
dan
untuk
murid
melangkah dalam hidupnya.
bersikap
hadir
menyelamatkan,
1. Memotivasi
tidak
Islam
Begitu
sehingga
ucapan
pentingnya
Rasul
perlu
“kata
adil”
sebanyak tiga kali pada teks hadits
ketergantungan baik secara
yang artinya: “Berbuatlah adil
materi maupun non materi.
antara
anak-anakmu,
di
berbuatlah
102
adil
di
antara
anak-anakmu,
dan
manusiawi.
Islam
secara
berbuatlah adil di antara anak-
bertahap
anakmu. (H.R. Imam Ahmad dan
otonomi perempuan sebagai manusia
Ibnu Hibban)
merdeka.
Ajaran Rasul diatas menjadi
mengembalikan
Hadits
diatas
lagi
tampaknya
jawaban atas struktur masyarakat
tidak hanya relevan untuk diteladani
Mekkah saat itu yang pekat terbalut
pada konteks kehidupan Rasul, tetapi
oleh
kultur
juga tetap aktual untuk menjadi
masyarakat anti perempuan. Kala itu
bahan refleksi masa kini. Terutama
perempuan
hak
bila dihadapkan pada realita sosial
dasarnya sebagai manusia, bahkan
banyaknya para orangtua yang tidak
sekedar hak untuk mengurusi dirinya
bisa berbuat adil pada anak-anaknya.
sendiri. Citra dan posisi perempuan
Anak laki-laki lebih banyak memiliki
tampil tidak sesuai dengan fungsi
privilege daripada anak perempuan,
dan
utuh.
terutama dalam bidang pendidikan.
ketidakadilan
Pendidikan yang berlangsung di
struktur
sosial
tidak
dan
memiliki
martabatnya
secara
Praktik-praktik
terhadap perempuan menyeruak ke
keluarga
seluruh lingkup kehidupan bangsa,
diskriminatif, sehingga anak laki-laki
masyarakat
keluarga.
memiliki kesempatan belajar lebih
“Harga” perempuan pada seluruh
banyak dan menikmati jenjang lebih
aspek
tinggi
bahkan
seperti
waris,
persaksian,
bersifat
sangat
dibandingkan
anak
Orangtua
selalu
kekayaan dan lain-lain di masa pra
perempuan.
Islam hanya separoh dari “harga”
mengusahakan agar anak laki-laki
laki-laki. Turunnya ayat-ayat al-
dapat
Qur’an
pernyataan
Sementara anak perempuan tidak
dipandang
perlu berpendidikan formal karena
Rasul
dan
di
lahirnya
atas
dapat
belajar
setinggi
mungkin.
sebagai langkah spektakuler dan
pendidikan
revolusioner. Oleh Islam, pandangan
dirasa
dan praktik-praktik yang misoginis
bekal untuk berperan sebagai isteri
dan diskriminatif
dan ibu.
itu diubah dan
melalui
pengasuhan
cukup dapat
memberikan
diganti dengan pandangan yang adil
103
Tradisi
dan
diskriminatif
kultur
dalam
yang
bidang
akan
membantu
mengembangkan
dua potensi yang dimiliki (fithrah)
pendidikan tidak saja membatasi
tersebut
pengembangan potensi akademik,
berkembang secara optimal. Kelak
tetapi juga secara dialektik akan
modal relijius dan intelektual ini
mengakibatkan perempuan tertinggal
dapat menunjang kemampuan anak
dalam banyak hal dari laki-laki,
sehingga ia dapat melaksanakan
terutama dalam struktur dunia kerja
tugas-tugasnya sebagai khalifah fi al-
dan
ardli.
kontribusinya
pengembangan
peradaban
bagi
sehingga
anak
bisa
umat.
Pentingnya pendidikan bagi
Bahkan, pendidikan yang bersifat
manusia dapat disandarkan pada Q.S
diskriminatif sangat kontra produktif
al-Mujadalah, ayat 11: “Allah akan
bagi peradaban karena hanya akan
mengangkat
semakin
menumbuhsuburkan
beriman (laki-laki dan perempuan)
supremasi dan dominasi laki-laki,
di antara kamu dan mereka yang
mematikan daya kritis perempuan
berilmu (laki-laki dan perempuan)
serta
beberapa derajat. Kata “diangkat
semakin
meminggirkan
orang-orang
derajat”
yang
perempuan.
Pendidikan
yang
beberapa
berlangsung
diskriminatif
tidak
makna terbukanya struktur sosial
sejalan dengan semangat hadits:
bagi seseorang untuk melakukan
Ajarkanlah kebaikan kepada anak-
mobilitas
anakmu (laki-laki dan perempuan)
bersangkutan memiliki persyaratan
dan keluargamu dan didiklah mereka
yang diperlukan yakni etika dan
(H.R. Abdur Razzaq dan Said ibn
moral dan penguasaan ilmu tanpa
Mansur).
membedakan
sosial
mengandung
karena
laki-laki
yang
atau
Dalam konsep Islam setiap
perempuan. Oleh karena itu ayat al-
anak terlahir dalam keadaan fithri
Qur’an tersebut diatas sangat relevan
yakni potensi bawaan (taken for
dengan tuntunan Rasul: “Menuntut
granted) yang dibawa sejak lahir,
ilmu wajib bagi setiap muslim laki-
baik menyangkut potensi religius
laki dan perempuan”. (H.R. Ibnu
maupun rasional. Proses pendidikan
Majah dan Baihaqi dari Anas).
104
Peluang
prestasi
untuk
maksimum
pembedaan
antara
meraih
baik dalam bidang spiritual maupun
tidak
ada
urusan karier profesional, tidak mesti
laki-laki
dan
dimonopoli oleh salah satu jenis
perempuan, ditegaskan secara khusus
kelamin
di dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang
perempuan memperoleh kesempatan
artinya sebagai berikut :
yang sama meraih prestasi optimal.
1. Barang
siapa
mengerjakan
yang
amal-amal
saja.
Namun,
Laki-laki
dalam
masyarakat,
dan
kenyataan
konsep
ideal
ini
saleh, baik laki-laki maupun
membutuhkan
wanita sedang ia orang yang
sosialisasi, karena masih terdapat
beriman, maka mereka itu
sejumlah kendala, terutama kendala
masuk ke dalam surga dan
budaya yang sulit diselesaikan.
mereka tidak dianiaya walau
sedikitpun (Al-Nisa 124).
2. Barang
siapa
mengerjakan
baik
amal
laki-laki
yang
saleh,
maupun
tahapan
dan
Salah satu obsesi al-Qur’an
ialah terwujudnya keadilan di dalam
masyarakat.
Qur’an
Keadilan
mencakup
kehidupan
umat
dalam
al-
segala
segi
manusia,
baik
perempuan dalam keadaan
sebagai individu maupun sebagai
beriman, maka sesungguhnya
anggota masyarakat. Karena itu al-
akan
Qur’an
Kami
berikan
tidak
mentolerir
segala
kepadanya kehidupan yang
bentuk penindasan, baik berdasarkan
baik dan sesungguhnya akan
kelompok etnis, warna kulit, suku
Kami beri balasan kepada
bangsa, dan kepercayaan, maupun
mereka dengan pahala yang
yang berdasarkan jenis kelamin. Jika
lebih baik dari apa yang
terdapat suatu hasil pemahaman atau
telah mereka kerjakan (Al-
penafsiran yang bersifat menindas
Nahl 97)
atau
Ayat-ayat
tersebut
diatas
menyalahi
kemanusiaan,
nilai-nilai
luhur
maka
hasil
mengisyaratkan konsep kesetaraan
pemahaman dan penafsiran tersebut
jender yang ideal dan memberikan
perlu untuk didiskusikan.
ketegasan bahwa prestasi individual,
105
Makalah disajikan dalam
Work Shop Rahima. Jakarta.
III. KESIMPULAN
Peluang
prestasi
untuk
maksimum
pembedaan
antara
meraih
tidak
ada
laki-laki
dan
perempuan, ditegaskan secara khusus
di dalam ayat-ayat Al-Qur’an dalam
surat An-Nisa : 124 dan An-Nahl:
97.
Ayat-ayat
tersebut
mengisyaratkan konsep kesetaraan
Fakih
Mansour. 1996. Analisis
Jender dan Transformasi
Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Farida, Anik. 2002. Bias Jender
Dalam Teks Buku Pelajaran..
Jakarta: Depag
Kompas, 2001. Dari Desa Sukasari
Menuju Bentuk Federasi. 12
Nopember, Halaman 40.
jender yang ideal dan memberikan
ketegasan bahwa prestasi individual,
baik dalam bidang spiritual maupun
urusan karier profesional, tidak mesti
dimonopoli oleh salah satu jenis
kelamin
saja.
Laki-laki
dan
Mosse, Cleves, Julia. 1993. Gender
dan
Pembangunan.
Yogyakarta. Rifka Annisa.
Ratna
Megawangi.
1999.
Membiarkan Berbeda: Suatu
Sudut Baru tentang Relasi
Jender. Bandung: Mizan.
perempuan memperoleh kesempatan
yang sama meraih prestasi optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Ahimsa,
Heddy
Shri.
2000.
Sensitivitas Jender dalam
Manajemen.
Makalah
disajikan dalam Work Shop
Jender dan Manajemen.
Yogyakarta: IAIN Sunan
Kalijaga.
Astuti,
Mary. 2000.
Berperspektif
Yogyakarta:
Kanisius.
Suryadi, Ace. 2002. Perempuan
Indonesia
Dalam
Peta
Pendidikan. Jakarta: Depag
Umar, Nasaruddin. 1999. Argumen
Kesetaraan
Jender:
Perspektif
Al-Qur’an.
Jakarta: Penerbit Paramadina.
Pendidikan
Jender.
Penerbit
Diarsi, Myra. 2001. Ideologi Gender
di
dalam
Pendidikan.
106
107
Download