Komunikasi Politik Dalam Pemilihan Gubernur Jawa Timur

advertisement
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
Vol. 1 No.2 Juli 2007
Komunikasi Politik Dalam Pemilihan Gubernur Jawa Timur (Fungsi Media Massa Sebagai Sarana Pemenangan Kandidat) Gatut Priyowidodo1 Abstract
Governor election as an im plem entation of Act No. 32 Year 2004 as a matter of fact is a reform ation m andate. Governor as the Head of a Province is not elected by Provincial People Representative Assem bly (DPRD), yet it is thoroughly left to people to elect one. They decide who is the m ost proper to be their leader. Even at the latest developm ent, governor candidates are not only carried on via political parties, yet based on results of Judgm ent of Judicial Review by Constitution Court of Law, governor candidates can be nom inated through individual candidates. Therefore, it is very im portant take into account that every candidate must at least m eet three m ain req uirem ents nam ely principle of acceptability, principle of capability and principle of professionalism . And the last but the not the least is principle of candidate popularity. So, there is no other way to boost im age and prestige of a candidate in short period of tim e except by considerably carrying out activities that can be covered by m edia. So far m ass m edia have rem ained being the m ost effective m eans to im prove reputation as well as able to destroy reputation by bad news reports. The article, at least argue that m ass m edia m ake significant contribution to success or failure of governor candidates to occupy chair of Province 1 (one). Keywords: governor election, requirements, mass media Latar Belakang Pada pasal 24 Undang‐undang Nomor 32 Tahun 2004 te ntang Pe me rintahan Dae rah diatur bahwa se tiap dae rah harus dipimpin ole h se orang ke pala dae rah. Itu se babnya tidak satupun dae rah di Indonesia baik yang se tingkat provinsi maupun kabupate n/kota yang tidak memiliki ke pala dae rah. Se kalipun dae rah te rse but baru dibe ntuk akibat pemekaran dae rah yang sudah ada se be lumnya pasti sudah dipimpin se orang kepala dae rah de ngan se butan pe jabat ke pala dae rah (pejabat gubernur atau pejabat 1
Drs.G atut Priyowidodo,M.Si. Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi dan Ketua P usat Kajian
Komunikasi P etra (P KKP ) FIKOM UK P etra Surabaya.
38
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
Vol. 1 No.2 Juli 2007
bupati dan walikota) yang umumnya dijabat rangkap ole h pejabat di daerah induk. Di Indone sia se be lum te rpilih gube rnur de finitif be be rapa provinsi baru se cara langsung dipimpin ole h pe jabat gube rnur yang ditunjuk oleh pre side n me lalui me nte ri dalam ne ge ri. Misalnya pejabat gubernur provinsi Bante n, Gorontalo, Ke pri, Bangka Be litung, Sulawe si Barat dan Iria n Jaya Barat (Wibowo,dkk.,2006:1). De mikian pula di Jawa Timur, se masa tahun 2005‐2006 saja sudah ada 20 Kabupate n/Kota yang me nye le nggarakan pilkada te rmasuk yang te rakhir dilaksanakan pada tahun 2006 adalah pilkada Kabupate n Sampang yang dise le nggarakan pada 6 Se pte mbe r 2006. Se me ntara tahun 2007 ini ada satu dae rah yang bakal me nye le nggarakan pilkada yaitu kota Batu. Se lanjutnya pada kurun tahun 2008 nanti be be rapa kabupate n juga akan me laksanakan Pilkada se cara be rsamaan de ngan Pilkada Provinsi. Fakta ‐fakta di atas se kaligus me mbuktikan bahwa kepala daerah adalah jabatan strate gis dan me miliki posisi se ntral te rhadap eksistensi se buah wilayah/dae rah. Se cara formal be rdasarkan UU No.32 Thn. 2004 pasal 25 te rdapat 7 (tujuh) tugas, we we nang dan ke wajiban yang harus dilaksanakan ole h Ke pala Dae rah yang me liputi : 1. me mimpin pe nye le nggaran pe me rintahan daerah berdasarkan kebijakan yang dite tapkan DPRD; 2. me ngajukan rancangan Pe rda; 3. me ne tapkan Pe rda yang te lah me mpe role h pe rse tujuan DPRD; 4. me nyusun dan me ngajukan rancangan Pe rda te ntang APBD ke pada DPRD untuk dibahas dan dite tapkan be rsama; 5. me ngupayakan te rlaksananya ke wajiban dae rah; 6. me wakili dae rahnya didalam mapun di luar pe ngadilan, dan dapat me nunjuk kuasa hokum untuk me wakilinya se suai de ngan peraturan pe rundang‐undangan; dan 7. me laksanakan tugas da n we we nang lain se suai de ngan pe raturan pe rundang‐undangan. Me nariknya, me skipun posisi ke pala dae rah sarat de ngan be ban dan tanggung jawab yang sangat be rat, namun banyak kalangan yang te rmotivasi untuk me mpe re butkan. Te rbukanya akse s bagi siapapun untuk bisa me nduduki elit puncak di dae rah me mbuktikan bahwa ke hidupan be rde mokrasi di Indone sia sudah amat maju. Calon gube rnur, bupati dan walikota yang pada masa be rlakunya UU Nomor 5 Tahun 1974 hanya dikonsumsi ole h sebagian elit politik lokal di lingkar DPRD, de wasa ini te lah me njadi bagian dari materi diskusi se mua kalangan dari masyarakat bawah hingga atas. 39
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
Vol. 1 No.2 Juli 2007
Bahkan satu hingga dua tahun se be lum dilaksanakan pilkada, masyarakat te lah te rbiasa untuk me mbahasnya se bagai bahan diskursus publik. Publik se cara sadar atau tidak te lah dipaksa untuk me lakukan pe nce rmatan se jak dini siapa yang pantas dipilih atau diabaikan dalam pe milihan nanti. Itu se babnya ke be rhasilan sang calon untuk te rpilih se bagai ke pala dae rah se sungguhnya adalah inve stasi sosio‐politik jangka panjang yang se jak lama me sti dipe rsiapkan. Be rdasarkan UU No 32 Tahun 2004 te ntang Pe me rintahan Daerah dan PP No 6 Tahun 2005 te ntang Pe milihan, Pe nge sahan, Pengangkatan dan Pe mbe rhe ntian Ke pala Dae rah se rta Wakil Ke pala Dae rah, pada dasarnya me me rlukan dukungan dan partisipasi dari se gala e le me n masyarakat khususnya aparat pe me rintah. Me ngacu pada pasal 148 PP No 6/2005, pe milihan gube rnur dan wakil gube rnur, bupati dan wakil bupati se rta walikota dan wakil walikota dalam suatu dae rah yang sama yang berakhir masa jabatannya pada bulan dan tahun yang sama dan/atau dalam kurun waktu antara satu sampai 30 hari, maka pe mungutan suaranya dise le nggarakan pada hari yang sama. Dalam hal pe milihan Gube rnur Jawa Timur yang akan dilaksanakan pada tanggal 23 Juli 2008, juga amat dite ntukan ole h ke be rhasilan se kurangnya se mbilan ka bupate n/kota di Jatim yang akan me ngge lar pilkadanya antara Januari‐Juni 2008, yakni Pilkada Bojone goro, Kab Probolinggo, Bangkalan, Nganjuk, Pame kasan, Tulungagung, Kab Pasuruan, Mage tan dan Kab Madiun. Bahkan di e mpat kabupaten/kota yakni Jombang, Lumajang, Bondowoso dan Malang justru akan me laksanakan pencoblosan pada hari yang sama. Untuk maksud itu pulalah ada partai politik yang se jak dini sudah me lakukan pe njaringan me lalui me kanisme inte rnal partai guna me nghasilkan siapa bakal calon gube rnur yang me mang pantas dikompe tisikan dalam pilkada 2008 nanti. PDI Pe rjuangan misalnya melalui me kanisme Rake rcabsus dan Rake rdasus te lah me njaring dua calon dari inte rnal (Ir. Soe tjipto) dan e kste rnal partai (Dr.Soe karwo). Partai Golkar de ngan Dr.Soe naryo yang saat ini me njadi Wagub, PKB se te lah dilanda konflik inte rnal te rmasuk pe ncopotan Ima m Nachrawi se laku ketua DPW, se karang masih te rus me mprose s e mpat cagubnya yakni Bupati Mojokerto Achmady, mantan Panglima Kodam V/Brawijaya Mayje n (Purn) Haris Sudarno, Mayje n (Purn) Djoko Subroto, se rta pe ne liti LIPI, Prof (Ris) He rmawan Sulistyo, PAN masih me mprose s se rta PPP se kalipun be lum re smi sudah me le mparkan nama Sae fullah Yusuf yang juga Ke tua GP Anshor. 40
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
Vol. 1 No.2 Juli 2007
Dinamika pe rke mbangan siapa‐siapa saja yang diwacanakan untuk dikompe tisikan dalam pilkada de ngan mudah dapat diikuti me lalui pe mbe ritaan me dia massa. Namun de mikian, tidak se mua khalayak masyarakat me mpe role h informasi yang te pat te ntang pilkada me lalui me dia. Be gitu pula se baliknya be lum se mua parta politik me manfaatkan me dia se bagai sarana pe ndidikan politik yang se hat bagi masyarakat. T injauan Pustaka Komunikasi Politik Komunikasi politik me nurut Fage n (1966) adalah se gala komunikasi yang te rjadi dalam suatu siste m politik dan antara siste m te rse but dengan lingkungannya. Cakupannya me liputi studi me nge nai jaringan komunikasi (organisasi, ke lompok, me dia massa, dan saluran‐saluran khusus) dan de te rminan sosial e konomi dari pola‐pola komunikasi yang ada pada sistem itu. Itu se babnya me nurut Almond dan Powe ll (1978:152) komunikasi politik me rupakan suatu fungsi siste m yang me ndasar (basic function of the system) de ngan konse kue nsi banyak untuk pe me liharaan ataupun perubahan dalam ke budayaan politik dan struktur politik. Atau de ngan kata lain me nurut Dahlan (1999:4) komunikasi adalah unsur yang e se nsial dalam de mokrasi. Batasan demokrasi banyak ditentukan ole h komunikasi. Komunikasi me ne ntukan watak dan mutu demokrasi pada suatu masyarakat. Naik turunnya tingkat de mokrasi sangat banyak be rgantung pada struktur dan ciri siste m komunikasi. Siste m de mokrasi mode rn pada dasarnya hanya me nge nal dua tipe sukse si ke pe mimpinan yakni jalur konstitusional dan inkonstitusional. Baik pada skala global ataupun lokal pilihan me lalui mekanisme pemilu adalah yang paling umum dan be rre siko sosio politik yang te rukur. Itu se babnya jalur pe milihan umum de ngan me libatkan se luruh kompone n masyarakat turut be rpartisipasi te tap me rupakan me kanisme yang elegan dalam me re produksi pe mimpin politik yang diharapkan. Pe milihan Ke pala Dae rah dan Wakil Ke pala Dae rah yang se lanjutnya dise but pe milihan adalah sarana pe laksanaan kedaulatan rakyat di wilayah provinsi dan/atau kabupate n/kota be rdasarkan Pancasila dan Undang‐Undang Dasar Ne gara Re publik Indone sia Tahun 1945 untuk me milih Ke pala Dae rah dan Wakil Ke pala Dae rah (Pasal 1 PP 6/2005). Se kalipun pilkada masih dipe rde batkan apakah te rmasuk re jim pe milu ataukah bagian dari re jim pe me rintah dae rah tidak te rlalu signifikan pe ngaruhnya. De mikian pula apakah pilkada sebagai manifestasi demokrasi 41
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
Vol. 1 No.2 Juli 2007
formal‐prose dural ataukah de mokrasi substansial, ke nyataannya pilkada te lah dan te tap be rlangsung (Kurniawan, 2005). Dalam pe laksanaanya, te rdapat 3 (tiga) indikasi titik rawan yang pe rlu dice rmati. Titik rawan pe rtama adalah proses pengusulan balon (bakal calon) ke pala dae rah. Baik pada pilkada provinsi maupun kabupaaten/kota tahapan pe ngapungan nama bakal calon hingga pe njaringan adalah interval waktu yang sangat krusial dan harus me mpe role h pe rhatian se rius. Titik rawan ke dua, prose s pe ncalonan ole h partai politik. Secara te oritis hal ini bisa dimasukan se bagai imple me ntasi re kruie tme n politik. Pasal 59 UU Nomor 32 Tahun 2004, te gas me ngatur bahwa balon hanya bisa diusulkan ole h partai politik. Partai politik yang memiliki kursi lebih 15 pe rse n bisa me ngusulkan nama balon se ndiri. Be gitu pula gabungan partai politik yang kurang suara dari 15 pe rse n bisa me mbangun aliansi untuk me ngusulkan balon. Balon bisa be rasal dari inte rnal dan e kste rnal partai. Calon inde pe nde n pun masih bisa masuk tapi harus le wat jalur konvensi partai atau diusulkan parta i te rte ntu, namun be rdasarkan ke putusan Mahkamah Konstitusi (MK) dalam uji mate riil UU 32/2004 te ntang Pe me rintah Dae rah de ngan putusan MK Nomor 5/PUU‐V/2007 tanggal 23 Juli 2007, calon pe rorangan bisa langsung ikut pilkada. Te tapi calon non partai inipun harus masih be rsabar me nunggu aturan mainnya seperti apa. Titik rawan ke tiga adalah hari H pe laksanaan (dari kampanye hingga pe ne tapan calon). Tahapan ini adalah e pisode yang paling krusial. Te rkubur ‐ hidupnya calon ditandai de ngan ke mampuan me mobilisir se luruh pote nsi ke kuatan. Itu se babnya me nce rmati be rbagai titik rawan te rse but, pilkada yang sukse s juga harus dile ngkapi de ngan ‘rule of the game’ yang le ngkap pula. Bahkan aturan yang le ngkap jika tidak dibarengi dengan komitme n yang kuat antara KPUD, pe se rta dan panitia pe ngawas untuk me nye le nggarakan pilkada yang be rsih juga sulit dilaksanakan. Fungsi Media Se kalipun se cara umum fungsi me dia massa dikate gorikan menjadi lima yakni informasi, kore lasi, ke sinambungan, hiburan dan mobilisasi namun Mcquail (1987:18) me ncatat bahwa batasan publik te ntang me dia le bih banyak dibe ntuk se ca ra langsung ole h me dia itu se ndiri, kondisi sosial dan budaya, se rta ciri‐ciri intrinsik pe lbagai te knologi yang be rbe da. Ditambah lagi, pe ngalaman pribadi juga me me gang pe ran dan membentuk konse p kita te ntang batasan me dia. Se tiap me dia ce nde rung me mpunyai te mpat dalam “pe ta me nta l” kita de ngan citra te rse ndiri, se rangkaian asosiasi, dan harapan kita me nyangkut fungsi dan ke gunaanya. 42
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
Vol. 1 No.2 Juli 2007
Alokasi Anggaran Pilkada Pe nye le nggaraan pe milihan ke pala dae rah se rapi apapun jika tidak didukung alokasi anggaran yang me madai te ntu hasil yang diharapkan tidak maksimal. Se kurangnya te rdapat tiga (3) aliran dana yang turut me ramaikan ‘pe sta de mokrasi’ pilkada. Aliran dana te rse but me liputi : 1. Anggaran Be lanja KPU Dae rah; 2. Anggaran Be lanja Panwas Pilkada; dan 3. Anggaran Be lanja Pasangan Calon Ke pala Dae rah Adapun sumbe r pe ndanaan tiga institusi te rse but me liputi APBN, APBD dan anggaran non ne gara yang dike luarkan ole h partai pe ngusul ataupun pasangan calon (Pujianto, 2005). Tidak ada ke te ntuan baku bahwa biaya pilkada harus me nghabiskan anggaran de ngan jumlah te rte ntu. Be sar ke cilnya anggaran sangat dite ntukan ole h tingkat ke butuhan se rta ke mampuan daerah untuk me me nuhi ke butuhan te rse but. Khusus untuk pe milihan gube rnur tahun 2008 nanti, KPUD Jawa Timur me ngajukan anggaran dana Rp 872 milyar. Alokasi anggaran KPU Dae rah dan Panwas Pilkada se kalipun didukung dana APBN porsi te rbe sar te tap be rasal dari APBD. Itu sebabnya, bagi dae rah de ngan APBD yang be sar, te ntu biaya pilkada juga re lative be sar. Namun se baliknya jika dae rah te rse but kurang mampu, tentu juga dise suaikan de ngan ke mampuan ke uangan dae rahnya. Prinsip utama pe nggunaan anggaran te tap me ngacu pada transparansi dan akuntabilitas publik. Baik pe ne rimaan dan pe nge luaran KPUD dan Panwas Pilkada de ngan mudah dapat dikontrol dan diakse s publik, kare na anggaran yang digunakan be rsumbe r dari ke uangan ne gara/dae rah. Te ntu ini be rbe da de ngan pe nge luaran yang dibe lanjakan ole h masing‐masing pasangan calon. Se kalipun dite tapkan pagu te rtinggi untuk se tiap sumbangan dana kampanye , te tap saja itu sulit te rde te ksi be rapa se sungguhnya pengeluaran yang sudah me re ka lakukan. Ini dapat dime nge rti kare na sumber anggaran me re ka tidak be rasal dari ke uangan ne gara. Masing‐masing calon me miliki ke mampuan ke uangan yang be rvariasi. Namun be gitu te tap juga tidak ada jaminan yang linier bahwa de ngan biaya yang be sar se rta me rta akan me ndulang suara yang besar pula. Paling tidak be sar ke cilnya ke mampuan ke uangan masing‐masing calon me mbiaya ke ikutse rtannya dalam ’pe sta’ pilkada me ngindikasikan ke pe dulian me re ka agar pilkada bisa be rlangsung me riah se kaligus juga me ndorong tumbuhnya spirit de mokrasi partisipan. Pembahasan 43
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
Vol. 1 No.2 Juli 2007
Me skipun hajat politik masih se tahun lagi, gaung pe milihan kursi Ja wa Timur Satu sudah se marak me njadi diskursus publik. Tidak tanggung‐
tanggung dalam rangka me nde katkan khalayak pe mbaca dengan issu pilgub masing masing me dia lokal be rusaha ke ras me nampilkan rubrik khusus se putar topik te rse but. Me dia massa be rharap bahwa me dianyalah yang paling akurat dan ce pat me mbe ri informasi te ntang pe rke mbangan terkini pilkada kali ini. Se but misalnya Sury a de ngan rubrik “Me nuju Grahadi 2008”, Jawa Pos de ngan rubrik “Pilgub Jatim 2008” di halaman Me tropolis, suarasuarabaya.net de ngan rubrik “road to grahadi” dan lain‐lain. Memberi gambaran bahwa baik me dia ce tak maupun e le ktronik bergairah mengusung ‘be rita gre s’ se lingkung pilgub. Me nariknya, me dia massa se ngaja me mbe ri ruang untuk update informasi jauh le bih awal ke timbang pe me rintah provinsi. Janji akan me mbuat de sk pilkada te rnyata be lum juga te re alisir. Se hingga bila kita me mbuka we bsite Jatim go.id pun be rita te rkini te ntang pilkada masih sangat minim. Me mang hingga bulan Juli 2007 ini, be lum ada me dia yang be rani me ngklaim se bagai koran/me dia re smi pilgub Jatim. Pasti ini hanya me nunggu waktu saja. Se bab bagaimanapun me dia tidak bakal melewatkan mome ntum pe ndulangan iklan yang me nggiurkan ini be gitu saja. Intinya me dia juga akan be rtarung me mpe rtaruhkan re putasinya dalam rangka me ngukur tingkat ke te rpe ngaruhan me dia ke pada khalayak pe mbacanya. Me dia juga me nyadari bahwa tidak semua tahapan merupakan ‘booming’ iklan se hingga be rdampak pada ‘cash flow’ pendapatan media. Itu se babnya me dia pasti se cara ce rmat be rhitung kapan saatnya bermain dan me narik diri. Kare na jika te rlalu me mbe ritakan calon A atau partai B, dan kurang pe rhatian ke calon B dan partai X te ntunya akan distigma public bahwa me dia ini sudah be rpihak dan tidak obye ktif lagi. Be rdasarkan pasal 65 UU No.32 Tahun 2004 dise butkan bahwa pilkada dilaksanakan de nga n dua tahap yakni masa pe rsiapan dan masa pe laksanaan. Pada tahap pe laksanaan yakni masa kampanye itulah puncak publikasi yang harus bisa dimainkan baik ole h kandidat ataupun me dia. Dua‐duanya be rke pe ntingan untuk be rinve stasi dan me mfasilitasi. Salah dalam me mainkan pe rhitungan, hasil akhirpun akan te rge ra te rde te ksi. Be rikut adalah tabulasi pe ntahapan pilkada. NO KEGIATAN WAKTU P ERSIAP AN 1 Pemberitahuan masa berakhirnya 5 bulan sebelum masa jabatan berakhir. Kepala Daerah kepada DPRD dan 44
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
Vol. 1 No.2 Juli 2007
Kepala Daerah 2 KPUD menetapkan tahapan kegiatan, 14 hari setelah pemberitahuan DPRD program kerja dan jadwal waktu penyelenggaraan Pilkada P EMBENTUKAN P ANITIA P EMILHAN 3 Pembentukan panitia pengawas, PPK, 21 hari setelah pemberitahuan DPRD PPS dan KPPS 4 9 hari di tambah 4 bulan dan 1 bulan Masa tugas kerja PPK setelah hari H P ENDAFTARAN P EMILIH 5 Pengumuman Daftar Pemilih Sementara 6 Pencatatan Data Pemilih tambahan 7 Pengumuman daftar Pemilih tambahan 8 Pengumuman Daftar Pemilih Tetap 3 hari setelah berakhirnya penyusunan DPS 3 hari 3 hari sejak berakhirnya penyusunan Daftar Pemilih tambahan 3 hari sejak berakhirnya penyusunan Daftar Pemilih Tetap 9 Penyerahan Kartu Pemilih 3 hari sebelum hari H P ENDAFTARAN P ASANGAN CALON 10 Masa Pendaftaran pasangan calon 7 hari terhitung sejak pengumuman pendaftaran calon 11 KPUD memberitahukan hasil penelitian 7 hari sejak tanggal penutupan kepada Parpol atau gabungan Parpol pendaftaran calon 12 Pengumuman dan penetapan pasangan 7 hari sejak berakhirnya waktu penelitian calon persyaratan calon KAMP ANYE DAN DAN KAMP ANYE 13 Masa kampanye 14 Masa tenang 15 Laporan sumbangan dana kampanye 14 hari, berakhir 3 hari sebelum hari H 3 hari sebelum hari H 16 Pengumuman dana kampanye melalui media massa 17 Laporan dana kampanye pasangan calon ke KPUD 18 Penyerahan dana kampanye pasangan calon ke akuntan public 19 Audit dana kampanye oleh akuntan public 20 Pengumuman hasil audit oleh KPUD 1 hari setelah menerima laporan dari calon 1 hari setelah masa kampanye 3 hari setelah hari H 15 hari setelah di terimanya laporan dana kampanye dari KPUD 15 hari setelah di terimanya laporan dana kampanye 3 hari setelah di terimanya laporan dana kampanye dari akuntan public P EMUNGUTAN DAN P ENGHITUNGAN SUARA 21 Waktu pemungutan suara 1 hari, pada 30 hari sebelum masa jabatan 45
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
Vol. 1 No.2 Juli 2007
kepala daerah berakhir 22 Perlengkapan pemungutan suara 2 hari sebelum hari H 23 Pemungutan suara dan Penghitungan Segera setelah pemungutan suara suara ulang (di KPPS) 24 Pemungutan suara dan Penghitungan 3 hari setelah menerima berita acara dan suara ulang (di PPS) sertifikat hasil penghitungan dari KPPS P ENETAP AN DAN P ELANTIKAN 25 Sengketa Pilkada Langsung Diajukan Oleh Pasangan Calon ke Pengadilan Negeri maksimal 3 hari setelah Penetapan 26 Pengesahan Pengangkatan Calon Terpilih Ketika selesainya masa jabatan Kepala Daerah dan/atau 30 hari setelah Penetapan Pasangan Calon Terpilih (Sum ber: Moerti, 2006) Media dan Momentum Politik Re formasi de ngan pilkada langsungnya, se olah mendenyutkan selain nadi politik juga nadi e konomi. Pe rusahaan me dia diakui atau tidak pasti me mpe role h ke untungan ya ng luar biasa dalam me manfaatkan momentum politik lima tahunan ini. Tidak saja dari iklan, namun juga dalam be ntuk pe liputan de ngan konve rsi te rte ntu. Tidak bisa dibayangkan bagaimana die ra informasi se pe rti saat ini, jika para kandidat hanya me ngandalkan ke kuatan rapat akbar. Se kalipun itu pe nting, namun yang me nonjol pasti bukan sosialisasi program te tapi aspe k hiburan. Tanpa musik yang ditampilkan, are na kampanye bakal kosong. Be rikut adalah data Ke pala Dae rah di lingkungan Jatim yang habis masa jabatannya dan sangat prospe ktif untuk dimanfaatkan ole h me dia. No. Nama Kabupaten/Kota Berakhir Masa Jabatan Kepala Daerah 1 Kabupate n Bojone goro 8 Pe bruari 2008 2. Kabupate n Probolinggo 20 Pe bruari 2008 3. Kabupate n Bangkalan 1 Mare t 2008 4. Kabupate n Nganjuk 16 Mare t 2008 5. Kabupate n Pame kasan 21 April 2008 6. Kabupate n Tulungagung 30 April 2008 7. Kabupate n Pasuruan 30 Juni 2008 8. Kabupate n Madiun 23 Juli 2008 9. Kabupate n Mage tan 23 Juli 2008 10 Kabupate n Lumajang 25 Agustus 2008 11 Kabupate n Bondowoso 15 Se pte mbe r 2008 46
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
12 13 14 Kota Malang Kabupate n Jombang Kota Probolinggo Vol. 1 No.2 Juli 2007
23 Se pte mbe r 2008 23 Se pte mbe r 2008 29 Januari 2009 (Sumber: Muhta dien,2006) Se me ntara pada tahun tahun 2009 ada 4 (e mpat) Kota melaksanakan Pilkada dan be rsamaan de ngan Pe milu Tahun 2009 yaitu : 1) Kota Madiun 2) Kota Probolinggo 3) Kota Mojoke rto 4) Kota Ke diri Akhir masa jabatan se orang ke pala dae rah, me rupakan pe luang tersendiri bagi me dia untuk dilanjuti de ngan se rangkaian ke rjasama yang bersimbiosis mutualisme . Te rle bih se karang Jawa Pos de ngan me dia groupnya be rhasil me ngawal otonomi dae rah de ngan me dia‐me dia lokal selingkung kabupaten atau e ks kare side nan. Juga, ditambah de ngan menjamurnya televisi lokal dan radio‐radio dae rah, te ntu se makin me nggairahkan bisnis pilkada kare na me dia me rupakan instrume n informasi dan komunikasi yang amat dibutuhkan ole h para calon ke pala dae rah be rsosialisasi de ngan konstitue nnya. Gube rnur, Bupati dan Walikota se lalu ingin tampil di me dia baik dalam me njalankan aktivitas pe me rintahan atau se ke dar me mpe role h pe nghargaan. Ucapan se lamat te rke san dimobilisir dari seluruh bawahannya se hingga se olah‐olah be rte nde nsi se dang me njalankan age nda terselubung de mi ke pe ntingan politik ke de pan. Ruang publik yang ingin dikontrol adalah te tap te rpe liharanya ingatan masyarakat te ntang be rbagai ke be rhasilan yang pe rnah ditorehkan untuk ke majuan dae rah yang se me ntara dipimpinnya. Ke pe ntingan untuk me njaga hubungan de kat de ngan konstitue n juga me rupakan sarana me naikan rating dan re putasi agar hal‐hal yang dianggap be lum be rhasil tidak me njadi pe micu (trigge r) untuk dipe rmasalahkan ole h sekelompok ke kuatan LSM te rte ntu. Ke kuatan LSM atau civil society jika ingin berhasil harus dite mpatkan se bagai mitra yang me ndukung be rbagai program yang dijalankan ole h pe me rintah dae rah. Justru jangan sampai ke hadiran organisasi swadaya masyarakat te rse but se lalu dicurigai dan dijadikan musuh. Pe nye le nggaraan tata pe me rintahan yang baik (good governance) se lain ada control dari DPRD, juga me sti me mpe role h input dari kekauatan agre gat se pe rti halnya ke lompok civil society itu. 47
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
Vol. 1 No.2 Juli 2007
Pe milihan gube rnur Jawa Timur 23 Juli 2008 nanti, dapat dipastikan akan me njadi pe milihan ke pala dae rah de ngan jumlah pe milih terbesar di Indone sia yang me ncapai angka 28,1 juta pe milih. Paling yang bisa me ngimbangi adalah jumlah pe milih dalam pe milihan Ke pala Daerah Jawa Barat. De ngan jumlah ke camatan se Jatim me ncapai 654 yang te rdiri dari 8.481 de sa dan te rse bar di 565.267 Te mpat Pe mungutan Suara (TPS), maka pilgub kali ini akan me riah se kaligus pe nuh warna. Yang patut diantisipa si adalah jangan sampai para calon gubernur de ngan se gala tim sukse snya me ncide rai pe laksanaan pemilu raya gubernur lima tahunan ini de ngan be rbagai be ntuk pe nodaaan‐pe nodaan. Rakyat me sti diajarkan se mangat kompe tisi se cara fair, obye ktif dan jujur. Apapun alasannya pilkada Jawa Timur kali ini me nurut Muhtadien (2006:2) me miliki nilai yang strate gis. Se kurangnya ada e mpat 4 (e mpat) aspe k yang pe rlu dice rmati yaitu aspe k normatif, aspe k administratif, aspek ke bangsaan dan ke ne garaan, aspe k nilai‐nilai persatuan dan kesatuan bangsa. 1.Aspe k Normatif a. Pe nye le nggaraan PILKADA Langsung me rupakan amanat UUD 1945 dan UU No. 32 Tahun 2004; b. Pasal 18 ayat (4) UUD 1945 me ngamanatkan Gube rnur, Bupati/Walikota dipilih se cara de mokratis; ke mudian ditindaklanjuti de nga UU No. 32 Tahun 2004 me ngatur bahwa Ke pala Daerah dan Wakil Ke pala Dae rah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan se cara de mokratis be rdasarkan azas luber dan jurdil; 2. Aspe k Administratif a. UUD 1945, me ne gaskan bahwa : b. Antara Pe me rintah Pusat dan Pe me rintah Dae rah, ada hubungan ke wilayahan, yakni dae rah otonom de ngan otonominya dise le nggarakan dalam wilayah NKRI; c. Ada hubungan administrative dan manaje me n, yaitu tanggung jawab pe nye le nggara urusan‐urusan pe me rintahan yang diserahkan kepada dae rah me njadi tanggung jawab Pe me rintah Pusat. 3. Aspe k Ke bangsaan dan Ke ne garaan a. PILKADA Langsung se bagai bagian de mokratisasi penyelenggaraan pe me rintahan dae rah, dan me rupakan bagian dari upaya me mantapkan ke hidupan be rbangsa dan be rnegara sesuai dinamika politik dalam ne ge ri yang be rlandaskan se mangat re formasi. b. Otonomi Dae rah itu ada se te lah adanya ne gara bangsa, yang disebut de ngan NKRI. c. Se cara historis, te rbe ntuknya ne gara bangsa me mbe rikan nilai pe rsatuan bangsa se bagai tatanan nilai yang paling utama. 48
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
Vol. 1 No.2 Juli 2007
Te rbe ntuknya Ne gara bangsa, didahului de ngan semangat persatuan untuk be rada dalam satu bangsa, satu bahasa dan satu tanah air. Hake kat pe laksanaan de mokrasi se bagai upaya untuk me ngisi ke daulatan bangsa harus te tap dalam koridor me njaga pe rsatuan bangsa. 4. Aspe k Nilai Pe rsatuan da n Ke satuan Ne gara a. Nilai pe rsatuan bangsa harus dijunjung tinggi. b. Nilai ke daulatan se bagai bangsa untuk me ngurus dirinya se cara de mokratis pe rlu dilaksanakan de ngan me ngingat e tika berbangsa dan be rne gara. c. Nilai ke harmonisan antara Pe me rintah Nasional dan Pe merintah Dae rah pe rlu te rus dijaga dalam rangka pe laksanaan desentralisasi. Be tapapun me dia be rasumsi bahwa pilkada me rupakan momentum yang bisa ditindak lanjuti de ngan se rangkaian ke giatan be rorie ntasi e konomis, namun yang te tap dipe rhatikan situasi masyarakat tetap kondusif. Baik te tap diingat bahwa se tiap pe nyiaran (tulis/audio visual) pastilah me rupakan pe nginformasian se suatu ke pada khalayak. Maka bunyi pasal pasal 36 ayat (4‐6) UU No. 32 tahun 2002 te ntang Pe nyiaran me stilah dipe rhatikan bahwa isi siaran wajib dijaga ne tralitasnya dan tidak boleh me ngutamakan ke pe ntingan golongan te rte ntu. Isi siaran dilarang bersifat fitnah, me nghasut, me nye satkan dan/atau bohong. Juga dilarang me nonjolkan unsur ke ke rasan, cabul, pe rjudian, dan narkoba. Serta yang tak kalah se runya bunyi ayat 5c dilarang me mpe rte ntangkan suku, agama, ras, dan antargolongan. Dan pasal 36 te rse but ditutup de ngan ayat 6 bahwa isi siaran dilarang me mpe rolokkan, me re ndahkan, me le ce hkan dan/atau me ngabaikan nilai nilai agama, martabat manusia dan me rusak hubungan inte rnasional. Kesimpulan Pe nting dipe rhatikan bahwa se sungguhnya me dia massa (ce tak/e le ktronik) dalam prakte knya bisa me mainkan fungsi ganda. Apakah ia be rusaha me nampilkan be rita yang jujur, obye ktif dan fair atau justru te rje bak dalam lingkaran pe rmainan ke pe ntingan politik jangka pendek yang me nye satkan. Se bagai me dia pe nginformasi, amanat yang die mban harus dapat dipe rtanggungjawabkan ke pada publik. Te rle bih lagi me dia atau pe rs me rupakan pilar ke e mpat de mokrasi maka tugas utamanya adalah me njunjung wibawa dan nilai‐nilai de mokrasi. Jangan sampai demokrasi te rgadaikan ole h ke pe ntingan konspirasi yang be rusaha me nggiring tujuan 49
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
Vol. 1 No.2 Juli 2007
mulia de mokrasi ke arah de spotsime yang hanya me nguntungkan se gelitir e lit. Daftar Pustaka Almond,G.A dan Powe ll,G.B. 1978. Com parative Politics: A Developm ent Approach Boston: Little , Brown and Company 1966. Fourth India n Re print PP Nomor 6 Tahun 2005 te ntang Pe milihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pe mbe rhe ntian Ke pala Dae rah dan Wakil Ke pala Daerah khususnya pasal 1 (1). Pe ngaturan le bihjauh bias juga dilihat pada PP No.3 Tahun 2005 te ntang Pe rubahan Atas Undang‐undang Nomor 32 Tahun 2004 dan PP Nomor 17 Tahun 2005 te ntang pe rubahan Atas Pe raturan Pe me rintah Nomor 6 Tahun 2005.
Budi Kurniawan, 2005. “Pilkada Langsung De mokrasi Formal Prosedural‐
De mokrasi Substansial” Makalah disampaikan Pada Lokakarya Pilkada Damai 2005 Padang 30‐31 Me i Chaniago, Hasril. 2005. “Pe ngawasan dan Pe ne gakan Hukum Dalam Pe milihan Ke pala Dae rah” Makalah disampaikan dalam Lokakarya Pilkada Damai 2005 Padang 30‐31 Me i Fage n,R.R. 1966. Politics and Com m unication, Boston: Little Brown and Company Dahlan, M. Alwi. 1999. “Te knologi Informasi dan De mokrasi” Jurnal Ikatan Sarjana Kom unikasi e disi “Komunikasi Politik” No.4 Oktobe r Pudjianto Timbul. 2005. Sambutan Dirje n Bina Administrasi Ke uangan Dae rah Pada Acara Pe mbukaan dan Sosialisasi dan Bimbingan Teknis Pe nge lolaan dan Pe rta nggungjawaban Be lanja Pe milihan Ke pala Dae rah dan Wakil Ke pala Dae rah. Se rta pe riksa juga pasal 65 PP Nomor 6 Tahun 2005 McQuail, De nnis. 1987. Teori Kom unikasi Massa Jakarta: Erlangga Moe rti, Hari. 2006. “Pokok‐Pokok Pilkada Langsung: Pe rspe ktif, Filosofi, Siste m, Proble m & Te knis Pe nye le nggaraan m akalah disampaikan pada Se miloka KPU Kabupate n Pasuruan de ngan te ma : “Kajian Pe nye le nggaraan Pilka da Gabungan (Gube rnur dan Bupati / Walikota) di Jawa Timur Tahun 2008, 5 Juli.
Muhtadie n, Zainal. 2006 Makalah “ Kajian Pe nye le nggaraan Pilkada Gabungan (Gube rnur dan Bupati / Walikota) di Jawa Timur Tahun 2008” Se miloka KPU Kabupate n Pasuruan Rabu, 5 Juli 50
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
Vol. 1 No.2 Juli 2007
Wibowo,Adi., Gatut Priyowidodo, Tarma dan M.Sawati. 2006 Evaluasi Pelaksanaan Pem ilihan Kepala Daerah Langsung di Sumatera Barat (Laporan Pe ne litian) Padang: Balitbang Provinsi Sumbar 51
Download