Potensi konflik di Jawa Timur memetakan

advertisement
Memetakan Potensi konflik di
Jawa Timur
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Guru Besar Sosiologi Fakultas
Dakwah IAIN Sunan Ampel
Bagan Konseptual
• Konflik adalah suatu keadaan dimana dua atau lebih
orang atau kelompok berada di dalam posisi diametral,
dengan ciri khas adanya perbedaan pandangan, sikap
dan perilaku.
• Konflik kelas: konflik yang melibatkan dua kelas dalam
masyarakat yang berbeda, yaitu kelas borjuis (majikan)
dan kelas proletar (rakyat jelata)
• Konflik fungsional: konflik bisa menyebabkan dinamika
antar atau intern pelaku. Konflik dapat menjadi
penyebab perubahan.
• Konflik otoritas: konflik yang terjadi karena perbedaan
dalam otoritas di antara pelaku-pelaku.
Pandangan tentang Konflik
• Pandangan tradisional: konflik harus dihindari
dan dijauhkan dari kehidupan. Keteraturan
sosial terjadi ketika tidak ada konflik.
• Pandangan interaksionis: konflik dianggap
penting untuk melakukan perubahan. Melalui
konflik perubahan dapat dilakukan.
• Pandangan human relation: konflik adalah
sesuatu yang tidak dapat dihindarkan. Bahkan
konflik suatu ketika bisa menguntungkan.
Konflik dan Faktor Konflik
• Konflik terjadi apabila dua atau lebih
orang atau kelompok berbeda
kepentingan, tujuan dan sarana mencapai
tujuan.
• Konflik kepentingan biasanya memiliki
tensi yang lebih keras dibandingkan
lainnya.
• Konflik bisa difasilitasi oleh faktor politik,
sosial, budaya, agama dan ekonomi.
Faktor Konflik (Politik dan Agama)
• Konflik politik, seperti: konflik dalam pemilu,
pilkada, partai politik, konflik kekuasaan,
birokrasi dan sebagainya.
• Konflik agama, seperti: konflik antar umat
beragama (Islam vs Kristen, Katolik, Hindu,
Budha dan sebagainya), konflik intern umat
beragama, seperti: Kristen vs Katolik, NU vs
Muhammadiyah, Islam radikal vs Islam Liberal,
Ahmadiyah vs Islam lainnya, Syi’i vs Sunni.
Faktor Budaya, Sosial dan
Ekonomi
• Konflik budaya: konflik etnis (madura vs
dayak, Jawa vs Cina), konflik tradisi
(misalnya abangan vs santri vs priyayi)
• Konflik sosial: konflik majikan vs buruh,
konflik antara wong gede vs wong cilik,
konflik antara generasi tua vs generasi tua
• Konflik ekonomi: konflik antara pengusaha
besar vs pengusaha kecil, konflik antara
tuan tanah vs petani gurem.
Potensi konflik
• Konflik aktual: konflik yang terjadi dalam bentuk
kekerasan nyata, sehingga memiliki dampak
terhadap fisik dan lingkungan
• Konflik simbolik: konflik yang terjadi karena
tekanan psikhologis dan memiliki dampak
terhadap kejiwaan
• Konflik aktual dan simbolik: konflik yang terjadi
dalam bentuk kekerasan nyata dan psikhologis
dan memiliki dampak fisik dan psikhis
Kesenjangan Ekonomi
• Kesenjangan ekonomi antar wilayah: suatu
daerah dengan daerah lain berbeda sangat jauh
dalam pendapatan perkapitanya.
• Kesenjangan ekonomi antar penduduk: antar
penduduk satu dengan lainnya memiliki
kesenjangan yang besar, misalnya ada yang
sangat kaya sementara ada yang sangat miskin.
• Kesenjangan ekonomi antar etnis: antar etnis
memiliki perbedaan ekonomi yang tinggi,
misalnya etnis Cina dan Jawa.
Faham Keagamaan
• Agama bercorak ekspansionistik: agama
memiliki domain ekspansionistik, sehingga
keyakinan agama itu harus disebarkan
• Problem truth claimed. Setiap agama
memiliki kebenaran tunggal, sehingga
menegasikan kebenaran lainnya.
• Problem ketuhanan. Setiap agama
mengklaim Tuhan yang benar dan salah
• Problem ritual. Setiap agama meyakini
ritual yang benar dan ritual yang salah.
Hubungan Sosial
• Masalah Sosial: konflik yang difasilitasi oleh
hubungan sosial antar individu atau kelompok
atau masyarakat.
• konflik karena perebutan sumber daya sosial di
suatu wilayah, seperti di dalam organisasi sosial
kemasyarakatan. Misalnya perebutan
kepemimpinan di suatu wilayah (RT/RW,
kepemimpinan informal dsb)
• Konflik intern masyarakat desa, konflik antar
desa, atau konflik yang lebih luas. Misalnya
konflik antar nelayan, carok, konflik antar
pemuda dsb.
Faktor Budaya dan Etnis
• Setiap masyarakat dalam suatu entitas etnis
memiliki budayanya sendiri.
• Setiap etnis memiliki pattern for behaviour yang
berbeda.
• Setiap etnis menyimpan anggapan bahwa pola
bagi tindakannya yang lebih unggul (secara
laten)
• Konflik bisa terjadi karena perbedaan budaya
yang berposisi diametral. Seperti tesis
Huntngton akan terjadi konflik peradaban yaitu
antara Timur dengan Barat yang difasilitasi oleh
agama dan budayanya.
Potensi Konflik di Jawa Timur
• Realitas konflik antar umat beragama, yaitu Kasus
Soleh sebagai pemicu konflik di Situbondo yang
melibatkan umat Islam dan Katolik
• Realitas konflik dari perbedaan faham agama seperti
kasus Yusman Roy (shalat Bahasa Indonesia), Kasus
Ardhi Hussein (YANK), Kasus (Shalat menyentuh tanah)
dan sebagainya
• Realitas konflik antar etnis, seperti penganiayaan PRT
dan berakibat munculnya sentimen etnis
• Realitas konflik politik, seperti ketika terjadi pemilu,
pilkada, pilpres, pilkades dan sebagainya.
Pandangan Antropologis
• Masyarakat Jawa Timur terbagi ke dalam
wilayah Mataraman dan Monconegari
• Secara tipologikal, masyarakat Mataraman lebih
halus dibanding masyarakat Monconegari
• Potensi konflik di wilayah monconegari lebih
tinggi dibanding dengan wilayah mataraman.
• Daerah tapal kuda sering diidentifikasi rawan
konflik demikian pula wilayah pesisir.
• Wilayah konflik bercorak lokalitas (intern desa
atau antar desa)
Pandangan Politik
• Konflik mengeras karena faktor politik.
• Kasus Pemilu, pilpres, pilkada, pilkades.
• Kasus Pilkada di Tuban, Banyuwangi,
Situbondo dan sebagainya.
• Kasus PAN, PKB, PDIP dalam kampanye
Pemilu.
Memanej Konflik agama
• Menjadikan konflik fungsional bagi perubahan
• Mengisi ruang kosong humanitas (agama)
• Menghargai “kebenaran universal” dalam setiap
keyakinan beragama.
• Tidak mendialogkan persoalan keyakinan
(Tuhan, Nabi, Kitab suci, dan keyakinan prinsip
dalam agama.
• Mendialogkan persoalan kemanusiaan, seperti
kemiskinan, keterbelakangan, ekonomi dsb.
• Melakukan kerjasama lintas struktur agama.
Memanej konflik-ekonomi
• Mengurangi kesenjangan ekonomi antar
golongan sosial
• Membangun lembaga kebersamaan untuk
mengentas dan memberdayakan ekonomi kaum
lemah.
• Membangun jaringan kerjasama untuk saling
menguntungkan.
• Mengurangi prejudice antar kelompok dalam
pengembangan ekonomi.
• Menguatkan kelembagaan ekonomi di wilayah
rawan konflik-ekonomi.
Memanej konflik budaya-etnis
•
•
•
•
•
•
Membangun kesepahaman antar etnis
Membangun sikap inklusif.
Meminimalkan prasangka antar etnis.
Membangun program berbasis humanitas.
Membangun kerjasama antar etnis.
Mengembangkan upaya bersama untuk
memberdayakan masyarakat.
Bagaimana Caranya?
•
•
•
•
•
Duduk bersama
Dialog
Ambil kesepakatan
Lakukan kerjasama merumuskan program
Kerjakan bersama atas dasar potensi
yang dimiliki.
• Lakukan secara berkesinambungan
• Rasakan manfaat kebersamaan
Akhirnya..
•
•
•
•
•
•
Terima kasih
Matur kaso’on
Syukran katsiran
Thanks
Sampai jumpa lagi.
Wassalamu alaikum wr.wb dan salam
sejahtera.
Download