93 upaya meningkatkan hasil belajar ipa melalui penggunaan video

advertisement
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA
MELALUI PENGGUNAAN VIDEO PEMBELAJARAN
BAGI SISWA KELAS IV DI SDN 187/IV KOTA JAMBI
Juniar Siregar
[email protected]
Sekolah Dasar Negeri 187/IV Jambi
ABSTRAK
Penelitian ini menyajikan sebuah laporan penelitian pada peningkatan hasil belajar siswa
pada IPA melalui Video. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa
meningkat ketika mereka diajarkan dengan menggunakan Video. Hal ini dilakukan dengan
menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV
yang SDN 187 / IV Kota Jambi yang terletak di Jln. Adi Sucipto RT 05 Kecamatan Jambi
Selatan, dan jumlah siswa sebanyak 21 orang. Instrumen yang digunakan adalah tes. Dalam
menganalisis data, rata-rata skor siswa untuk di sycle fisrt adalah 65,4 (42,85%) dan ratarata pada siklus dua adalah 68,5 (37,15%) dan rata-rata siklus ketiga adalah 81,4 (100%).
Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan video pada pembelajaran IPA dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Disarankan bahwa guru harus menggunakan video sebagai
salah satu media untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada IPA.
Kata kunci: IPA, hasil belajar siswa, video
ABSTRACT
This study presents a research report on improving students’ Learning results on IPA
through Video. The objective was to find out whether students’ learning result improved
when they are taught by using Video. It was conducted using classroom action research
method. The subject of the study was the Grade IV students of SDN 187/IV Kota Jambi
which is located on Jln. Adi Sucipto RT 05 Kecamatan Jambi Selatan, and the number of
the students were 21 persons. The instruments used were test. In analyzing the data, the
mean of the students’ score for the on fisrt sycle was 65,4 (42,85%) and the mean on cycle
two was 68,5 (37,15%) and the mean of the third cycle was 81,4 (100%). Then it can be
concluded that the use of video on learning IPA can improve the students’ learning result. It
is suggested that teachers should use video as one of the media to improve students’ learning
result on IPA.
Keywords: IPA, students’ learning result, video
PENDAHULUAN
guru, di mana salah satunya adalah menggunakan
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
media atau sumber dalam kegiatan pembelajaran.
atau sains di Sekolah Dasar pada dasarnya diberikan
Kompetensi guru untuk menggunakan media atau
untuk membekali siswa agar memiliki wawasan,
sumber meliputi kegiatan pengenalan, pemilihan, dan
keterampilan, dan sikap ilmiah sejak dini. Dalam
penggunaan media, pembuatan alat bantu pelajaran
penyelenggaraan pembelajaran IPA di sekolah, guru
yang sederhana, serta penggunaan perpustakaan
berperan
dalam proses pembelajaran.
dan
bertugas
untuk
menguasai
dan
mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan
mempersiapkan
pelajaran
sehari-hari,
Pada mulanya media hanya dikenal sebagai alat
serta
bantu dalam kegiatan pembelajaran, namun setelah
mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa. Sebagai
diteliti penggunaan media dalam pembelajaran sangat
pendidik yang harus melaksanakan tugasnya dengan
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Sebagai
baik, seorang guru harus memiliki kemampuan
upaya meningkatkan kualitas proses pembelajaran di
profesional, yaitu terpenuhinya syarat kompetensi
sekolah, pihak pemerintah dan semua pihak yang
93
J D P, Volume 8, Nomor 2, Juli 2015: 93-101
terkait berupaya memperlengkap sarana dan fasilitas
solusi untuk masalah belajar yang dihadapi oleh siswa,
yang dapat dimanfaatkan oleh guru sebagai media
penulis
pembelajaran. Media yang disediakan tidak lagi hanya
dengan memperbaiki pengajaran. Adapun pengajaran
terbatas pada buku teks saja, tetapi juga ada tape
yang perbaiki dalam pembelajaran siswa adalah
recorder, radio, CD player, dan komputer, serta
pengajaran
berbagai jenis CD pembelajaran, model, gambar, foto,
pembelajaran dalam hal ini media pembelajaran audio
film, dan sebagainya. Dengan tersedianya beragam
visual berupa video pembelajaran yang memuat
jenis dan format media di sekolah, diharapkan guru
program-program
dapat
memanfaatkannya sehingga pembelajaran
disampaikan kepada siswa di kelas. Penulis akan
dapat menjadi lebih menarik bagi siswa dan dapat
melihat apakah hasil belajar siswa dapat meningkat
membantu guru dalam menyampaikan pesan dan
apabila
informasi sehingga menjadi lebih jelas.
tersebut.
melaksanakan
perbaikan
dengan
diajarkan
menggunakan
pembelajaran
dengan
pembelajaran,
yang
menggunakan
media
dapat
media
Berdasarkan hasil penelitian menunujukkan
Jurnal ini disusun berdasarkan catatan yang
bahwa penggunaan media pembelajaran dapat
dibuat ketika merancang kegiatan perbaikan, serta
meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar,
serta selama pelaksanaan observasi
seperti; penggunaan media audio visual lebih efektif
pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukan
dalam mencapai hasil belajar bila dibandingkan
dalam PTK. Berkenaan dengan itu, jurnal ini memuat
dengan menggunakan media visual teks atau tanpa
abstrak, pendahuluan, metode penelitian, hasil dan
media (Asyhar, 2011, h. 19). Hal ini juga didukung
pembahasan, serta daftar pustaka.
dan diskusi
oleh pernyataan Sanjaya (2008, hh. 199-200) yang
Hamalik (2009, h. 154) mendefinisikan belajar
menyatakan bahwa pemanfaatan media sangat
sebagai perubahan tingkah laku yang relatif mantap
berpengaruh
mendapatkan
akibat adanya latihan dan pengalaman. Sejalan
pengalaman belajar bagi siswa, seperti yang dilukiskan
terhadap
proses
dengan apa yang dikatakan oleh Newby, dkk (2011,
dalam kerucut pengalaman (cone of experience).
h. 5) dan Yamin (2011, h. 235) bahwa belajar adalah
Semakin konkret siswa mempelajari bahan
perubahan yang relatif permanen pada pengetahuan
pelajaran, maka semakin banyak pengalaman belajar
seseorang berdasarkan pengalaman orang tersebut
yang
sedikit
atau perubahan perilaku seseorang melalui latihan dan
pengalaman belajar yang diperoleh siswa sehingga
pengalaman. Dengan adanya perubahan tingkah laku
berpengaruh terhadap rendahnya prestasi belajar
tersebut, maka diharapkan ada hasil belajar yang
siswa.
dicapai. Arikunto (2005) mendefinisikan hasil belajar
diperoleh
siswa,
maka
semakin
Prestasi belajar siswa kelas IV pada mata
sebagai suatu hasil yang diperoleh siswa dalam
pelajaran IPA di SD Negeri 187/IV Kecamatan Jambi
mengikuti pembelajaran.
Selatan masih tergolong rendah, khususnya pada
Hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk
materi “Daur Hidup Makhluk Hidup dan Hubungan
angka, huruf, maupun kata-kata.Hasil belajar adalah
Makhluk Hidup dengan Lingkungannya”. Rendahnya
perubahan yang mengakibatkan manusia berubah
prestasi belajar siswa pada standar kompetensitersebut
dalam sikap dan tingkah lakunya (Winkel, 1996).
dapat dilihat dari perolehan nilai ulangan harian, di
Aspek perubahan mengacu kepada taksonomi tujuan
mana masih banyak siswa yang memperoleh nilai di
pembelajaran yang dikembangkan oleh Bloom,
bawah standar minimum atau Kriteria Ketuntasan
Simson, dan Harrow yang mencakup aspek kognitif,
Minimum (KKM). Nilai KKM yang ditetapkan oleh
afektif, dan psikomotorik (Winkel, 1996; Sudjana,
pihak sekolah yaitu 70, dan perolehan nilai siswa pada
2005; Dimyati dan Mudjiono, 1994, 176). Hasil
materi tersebut masih rendah yaitu hanya 40% siswa
belajar
yang mendapatkan nilai di atas nilai KKM.
merupakan hasil proses belajar yang dicapai setelah
dapat
diketahui
melalui
evaluasi
dan
Untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran
mengikuti proses pembelajaran. Menurut Arikunto
maka penulis sangat tertarik meneliti dalam mencari
(1995), dalam merumuskan tujuan pembelajaran harus
94
Siregar, Upaya meningkatkan hasil belajar IPA melalui penggunaan video pembelajaran …
tampak adanya perubahan pada diri siswa yang
sekedar mengenal; (3) Menilai/menghargai, yaitu
meliputi kemampuan intelektual, sikap maupun
keyakinan atau anggapan bahwa sesuatu gagasan,
keterampilan.
benda atau cara berpikir tertentu mempunyai
Berdasarkan uraian mengenai pengertian hasil
nilai/harga atau makna; (4) Mengorganisasai, yaitu
belajar dari para ahli maka dapat disimpulkan bahwa
menunjukkan saling berkaitan antara nilai-nilai tertentu
hasil belajar adalah perubahan pada kognitif, afektif
dalam suatu sistem nilai, serta menentukan nila mana
dan psikomotorik yang relatif menetap sebagai
mempunyai prioritas lebih tinggi dari pada nilai yang
pengaruh pengalaman belajaryang dialami siswa baik
lain. Seseorang menjadi taat terhadap suatu sistem
berupa suatu bagian, unit, atau bab materi tertentu
nilai
pada proses pembelajaran, di mana hasil belajar
mengamalkan, yaitu mengintegrasikan nilai ke dalam
tersebut dapat diketahui melalui evaluasi.
suatu filsafat hidup yang lengkap dan meyakinkan,
tertentu;
(5)
Karakterisasi/internalisasi/
Menurut Bloom (1979), segala upaya yang
serta perilakunya selalu konsisten dengan filsafat
menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam
hidupnya tersebut (Tim PEKERTI-AA PPSP LPP,
ranah kognitif. Hasil belajar kognitif adalah perubahan
2007:20).
perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Bloom
Selanjutnya adalah hasil belajar pada ranah
membagi dan menyusun secara hirarkis tingkat hasil
psikomotor. Bloom (1979) berpendapat bahwa ranah
belajar kognitif mulai dari: a) kemampuan mengingat
psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang
(remember) merupakan kemampuan kognitif yang
pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang
paling
pemahaman
melibatkan otot dan kekuatan fisik. Singer (1972)
(understand) adalah kemampuan untuk melihat
menambahkan bahwa mata pelajaran yang berkaitan
hubungan fakta dengan fakta, c) kemampuan
dengan psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih
penerapan (apply) adalah kemampuan kognitif untuk
beorientasi pada gerakan dan menekankan pada
memahami aturan, hukum, rumus dan sebagainya dan
reaksi–reaksi
menggunakan untuk memecahkan masalah, d)
Keterampilan itu sendiri menunjukkan tingkat keahlian
kemampuan analisis (analyze) adalah kemampuan
seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas
memahami sesuatu dengan menguraikannya ke dalam
tertentu.
rendah,
b)
kemampuan
fisik
dan
keterampilan
tangan.
unsur-unsur, e) kemampuan evaluasi ( evaluate) adalah
Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah
kemampuan membuat penilaian dan mengambil
proses komunikasi, di mana guru berperan sebagai
keputusan dari hasil penilaiannya, dan kemampuan
pengantar pesan dan siswa sebagai penerima pesan.
mencipta (create) adalah kemampuan merumuskan,
Dalam suatu proses komunikasi diperlukan saluran
merencanakan,
Sementara,
yang berfungsi untuk mempermudah penyampaian
menurut Anderson (2001), siswa yang mencapai
pesan. Inilah hakikat dari media pembelajaran
kemampuan kognitif pada tingkat pengetahuan
(Sanjaya, 2008, h. 206). Media “mengacu pada segala
ditunjukkan
dan
dengan
memproduksi.
dalam
sesuatu yang membawa informasi antara sumber dan
menghapal, mengingat kembali, atau mengulang
kemampuannya
penerima” (Smaldino, Lowther, & Russell, dalam
kembali pengetahuan yang pernah diterimanya. Salah
Newby dan kawan-kawan, 2011, h. 15).Selain itu, jika
satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang
pesan-pesan
pengetahuan adalah dapat menghafal kosa kata.
pembelajaran, pesan-pesan tersebut dianggap sebagai
Menurut Bloom, aspek-aspek domain afektif
media
berisi
informasi
pendidikan.Setiap
dengan
media
tujuan
pendidikan
ádalah: (1) Menerima/ mengenal, yaitu bersedia
merupakan sarana yang menghubungkan siswa, guru,
menerima dan memperhatikan berbagai stimulus,
dan isi pembelajaran (Newby dan kawan-kawan,
namun masíh bersikap pasif, sekedar mendengarkan
2011, h. 16).
atau memperhatikan; (2) Merespons/ berpartisipasi,
Pengertian media menurut Asyhar (2011, h. 4)
yaitu keinginan berbuat sesuatu sebagai reaksi
adalah sebagai suatu sarana atau perangkat yang
terhadap gagasan, benda atau sistem nilai—lebih dari
berfungsi sebagai perantara atau saluran dalam
95
J D P, Volume 8, Nomor 2, Juli 2015: 93-101
kegiatan
komunikasi
dan
seringkali dihadapkan pada hal-hal yang bersifat
komunikan. Ketika seseorang memiliki pesan yang
kompleks, abstrak, metaempiris yang sulit dipahami.
akan disampaikan kepada orang lain maka ia
Materi seperti itu sering tidak efektif jika diajarkan
memerlukan media agar pesan tersebut dapat diterima
dengan
dan dimaknai oleh penerima pesan. Menurut Heinich,
diperlukan
Molenda, dan Russel (dalam Sanjaya, 2008, h. 204)
pembelajaran dapat membantu pendidik untuk
diungkapkan bahwa “media is a channel of
memfasilitasi dan mempermudah proses belajar siswa,
communication. Derived from the Latin word for
“between”, the term refers “to anything that carries
information between a source and a receiver .” Rossi
memperjelas
dan
media suatu proses pembelajaran bisa lebih menarik
Breidle
(dalam
antara
komunikator
Sanjaya,
2008, h.
mengandalkan
alat
verbalistik.
bantu
materi
berupa
pelajaran,
kesempatan praktik kepada
Untuk
media.
dan
itu
Media
memberi
siswa. Selanjutnya
menurut Riyana dalam Asyhar (2011, h. 29), melalui
204)
mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah
dan menyenangkan.
seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk
Yamin (2009, h. 178) menyatakan bahwa
tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, Koran,
manfaat media dalam kegiatan pembelajaran tidak lain
majalah, dan sebagainya. Menurut Gagne dalam
adalah memperlancar proses interaksi antara guru
(Asyhar, 2011, h. 7) media pembelajaran adalah
dengan siswa, dalam hal ini membantu siswa belajar
berbagai komponen pada lingkungan belajar yang
secara optimal. Tetapi di samping itu ada beberapa
mebantu siswa untuk belajar.
manfaat lain yang lebih khusus. Penggunaan media
Menurut Yamin (2011, hh. 235-256), media
yang tepat dapat menciptakan interaksi yang kondusif
yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
antara guru dengan siswa dan antara media dengan
dapat digunakan sebagai strategi untuk memotivasi
siswa. Kekeliruan dalam memilih dan menetapkan
siswa dalam belajar. Penggunaan media dalam
media atau mengabaikan kehadiran media dapat
pembelajaran bukan berarti mengganti cara mengajar
mengganggu
yang sudah baik, melainkan untuk melengkapi dan
(Musfiqon, 2012, h. 36).
membantu para guru dalam menyampaikan materi
kepada
siswa.
Dengan
menggunakan
tercapainya
tujuan
pembela-jaran
Terdapat beragam bentuk media yang tersedia
media
saat ini. Berbagai tingkat materi, jenis siswa, dan
diharapkan terjadi intraksi yang komunikatif sehingga
situasi belajar menentukan beberapa bentuk media
siswa dapat dengan mudah memahami maksud dari
yang lebih cocok atau lebih layak pada suatu waktu
materi yang disajikan.
dibandingkan bentuk yang lain (Newby dan kawan-
Penelitian Mayer (dalam Newby dan kawan-
kawan, 2011, h. 16). Setiap media memiliki
kawan, 2011, h. 6) mengenai teori kognitif pada
karakteristik unik masing-masing, dan bagaimana
pembelajaran
bahwa
orang berinteraksi dengan pesan dibentuk oleh atribut
individu memiliki kapasitas yang terbatas untuk
tertentu dari media tersebut.Untuk alasan tersebut,
mengurus dan memproses informasi yang masuk
maka penting untuk memahami media yang mana
melalui
yang dapat berkontribusi pada pengalaman belajar
multimedia,
modalitas
rasa
menunjukkan
tunggal
(misalnya,
pendengaran). Artinya, hanya sejumlah informasi
(Newby dan kawan-kawan, 2011, h. 17).
tertentu yang dapat didengar, dipahami, dan diproses
Dalam proses pembelajaran terdapat beraneka
secara efisien oleh siswa pada satu waktu. Jika
ragam jenis dan format media yang dapat dipakai.
melebihi batas, maka informasi tidak akan dapat
Para ahli media mengelompokkannya dengan cara
dipertahankan karena dapat terjadi bentuk overload
yang berbeda-beda berdasarkan dari sudut pandang
kognitif.
mana mereka melihatnya. Sanjaya (2008, h. 211)
Asyhar (2011, hh. 28-29) menyebutkan bahwa
mengklasifikasikan media pembelajaran dari berbagai
media merupakan alat bantu mengajar, termasuk salah
sudut
satu komponen lingkungan belajar yang dirancang
mengklasifikasikan media berdasarkan sifatnya, antara
oleh pendidik. Dalam kegiatan pembelajaran siswa
lain: a) media auditif yaitu media yang hanya dapat
96
pandang,
salah
satunya
adalah
Siregar, Upaya meningkatkan hasil belajar IPA melalui penggunaan video pembelajaran …
didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur
sebagai berikut: a) penelitian siklus I terbagi dalam tiga
suara, b) media visual yaitu media yang hanya dapat
pertemuan, dilaksanakan pada tanggal 01 Oktober
dilihat saja, tidak mengandung unsur suara, c) media
2014, 8 Oktober 2014, dan 15 Oktober 2014, b)
audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung
penelitian siklus II dilaksanakan pada tanggal 22 – 29
unsur suara juga mengandung unsur gambar yang
Oktober 2014, dan c) penelitian siklus III dilaksanakan
dapat dilihat, seperti rekaman video CD, film, dan
pada tanggal 5 – 12 November 2014.
sebagainya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Media yang digunakan pada penelitian ini
Pada setiap perencanaan dalam setiap siklus
adalah video pembelajaran.Media ini termasuk jenis
media audio visual. Media ini dapat menampilkan
penelitian,
unsur gambar dan suara secara bersamaan pada saat
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran,
mengkomunikasikan pesan atau informasi dalam
menyiapkan materi ajar, menyusun alat evaluasi dan
proses
juga menyiapkan lembaran observasi.
pembelajaran.
Media
ini
dapat
dilaksanakan
beberapa
hal
seperti;
mengungkapkan objek dan peristiwa seperti keadaan
Selanjutnya, pada tahap action dalam setiap
yang sesungguhnya. Perencanaan yang baik dalam
siklus dilaksanakan pengajaran mengenai topik-topik
menggunakan media video CD akan membuat proses
yang sudah disediakan. Materi pada siklus pertama
komunikasi dalam pembelajaran menjadi lebih efektif
adalah mengenai daur hidup ayam, kucing, dan
(Asyhar, 2011, hh. 73-74).
kanguru dan daur hidup kupu-kupu, nyamuk, dan lalat
menggunakan video. Pada siklus ke dua materi
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian
yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri
pembelajarannya
melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki
(simbiosis) antar makhluk hidup dan rantai makanan
adalah
jenis
hubungan
khas
kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa
pada suatuekosistem. Dan adapun materi pada siklus
menjadi meningkat. Prosedure dan metode dari
ke tiga adalah makhluk hidup dan lingkungannya.
penelitian tindakan kelas terdiri dari dua siklus. Dan
Guru menjelaskan mengenai ekosistem buatan dan
tiap siklus akan didasarkan pada perencanaan
ekosistrem alam melalui video pembelajaran.
sebelumnya. Dalam pelaksanaan penelitian tindakan
Hasil observasi yang dilakukan pada setiap
kelas ini, ada beberapa tahapan atau proses yang
siklus menunjukkan adanya peningkatan semangat
harus dilalui yaitu dimulai dari Pengidentifikasian
dalam belajar.
masalah,
Pada siklus pertama pertemuan pertama,
perencanaan perbaikan, melaksanakan tindakan,
diketahui bahwa siswa masih terlihat enggan untuk
mengadakan observasi serta analisi dan refleksi
belajar. Guru telah memutarkan video pembelajaran
(Suharsimi, 2008).
sebagai media pembantu penyampai materi, tetapi
masalah,
analisis
dan
perumusan
semangat belajar siswa masih rendah. Tetapi pada
METODE PENELITIAN
pertumuan ke dua dan ke tiga, semangat mereka
Metode penelitian ini menggunakan Penelitian
dalam belajar semakin lebih tinggi karena guru lebih
Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Adapun
focus dengan sesekali berkeliling menghampiri siswa
lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah SDN
untuk memotivasi. Disamping itu, guru semakin
187/IV Kota Jambi yang beralamatdi Jln. Adi Sucipto
menguasai cara menyampaikan materi menggunakan
RT 05 Kecamatan Jambi Selatan, dan adapun subjek
video
dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV di SDN
meningkat, bahkan keberanian untuk bertanya juga
187/IV Kota Jambi yang berjumlah 21 siswa. Dalam
semakin meningkat. Selain itu tampak bahwa guru
pengumpulan data, penulis menggunakan test sebagi
mampu melibatkan siswa untuk aktif mengamati daur
alat penelitian. Siswa dites dengan memberikan
hidup binatang yang dipelajari.
pembelajaran.
Semangat
siswa
semakin
lembaran kerja siswa berupa ujian. Penelitian ini
Pada siklus kedua, aktivitas siswa terlihat lebih
dilaksanakan dalam tiga siklus dengan perincian waktu
menonjol. Keberanian untuk bertanya atau menjawab
97
J D P, Volume 8, Nomor 2, Juli 2015: 93-101
pertanyaan mulai muncul. Seluruh siswa sesuai
dengan membentuk kelompok-kelompok di dalam
dengan kelompoknya masing-masing berani maju di
kelas, b) siswa diberi tugas untuk bekerja dalam
depan kelas, sehingga guru dapat menilai pelaksanaan
kelompok, dan c) siswa perlu diberi pertanyaan-
tugas tersebut. Berdasarkan hasil observasi diketahui
pertanyaan yang berkaitan erat dengan kehidupan riil
bahwa aktivitas belajar siswa dalam mengikuti
di sekitar siswa.
pembelajaran di kelas selama siklus II dilaksanakan
Tabel 1
Hasil Belajar Siswa
mulai mengalami perubahan. Sebagian besar siswa
telah terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran
yang dilaksanakan, meski masih ada beberapa siswa
Nilai
No
Nama Siswa
Siklus I
Siklus II
Siklus III
1
ATS
65
70
95
2
AF
56
68
75
menonjol. Keberanian untuk bertanya atau menjawab
3
AJ
70
70
80
pertanyaan mulai muncul. Aktivitas dalam kegiatan
4
AS
65
65
75
kelompok juga lebih menonjol. Hasil pengamatan
5
AW
55
65
75
yang dilakukan selama proses pembelajaran pada
6
BM
70
70
80
siklus III dapat diketahui bahwa aktivitas siswa dalam
7
DPR
68
80
90
8
DWS
70
70
85
9
ES
60
65
75
10
EP
75
75
80
11
GF
70
75
85
Secara keseluruhan, hasil belajar siswa setelah
12
MG
55
60
70
mengikuti tes yang diberikan pada siklus pertama,
13
MS
80
80
100
kedua, dan ketiga dapat dilihat pada Tabel 1.
14
NRV
70
75
75
15
RTA
60
60
95
16
RFB
55
50
70
17
RAV
70
70
80
pembelajaran belum dapat meningkatkan hasil belajar
18
SS
65
60
75
dengan tingkat ketuntasan sesuai dengan target. Pada
19
SN
65
65
75
kenyataannya, seperti yang ditunjukkan pada tabel di
20
VN
70
75
90
atas, siswa yang memperoleh nilai Tuntas hanya
21
ZAA
60
70
85
sebanyak 9 orang (42,85%). Sedangkan sisanya
Jumlah
1374
1438
1710
Rata-rata
65,4
68,5
81,4
yang terlihat pasif.Siswa berperan aktif dalam
kelompok, hanya saja masih ada yang diam tetapi
tidak lebih dari 1 orang siswa dalam setiap kelompok
Pada siklus ketiga, aktivitas siswa terlihat lebih
mengikuri
proses
pembelajaran
mengalami
peningkatan yang berarti. Hal ini dilihat berdasarkan
perubahan sikap dan antusias siswa yang semakin
tinggi. Seluruh siswa telah terlibat secara aktif dalam
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Selanjutnya untuk mengukur unjuk kerja, pada
akhir pertemuan di siklus I diberikan Tes-1.
Berdasarkan kedua tabel yang telah dipaparkan pada
tahap pengamatan, ternyata pemanfaatan video
sebanyak 12 orang (57,15%) belum tuntas. Adapun
hasil belajar yang dicapai siswa baru mencapai ratarata nilai 65,43 sehingga hasil belajar siswa pada siklus
Dengan demikian dilanjut ke siklus ke dua,
I baru mencapai tingkat penguasaan kompetensi
untuk mengukur unjuk kerja, pada akhir pertemuan di
65,43%.
siklus II diberikan Tes-2. Hasil evaluasi belajar siswa
Berdasarkan analisis tersebut, dengan belum
pada siklus II disajikan pada tabel berikut ini.
tercapainya target yang akan dicapai maka ada
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa proses
beberapa hal yang harus direfleksikan yang akan
pembelajaran menunjukkan bahwa terjadi perubahan
menjadi bahan implementasi di siklus yang ke dua
positif dari siswa. Jika pada siklus I siswa masih belum
diantaranya; a) aktivitas siswa perlu ditingkatkan yaitu
maksimal mengikuti pembelajaran, maka yang terjadi
98
Siregar, Upaya meningkatkan hasil belajar IPA melalui penggunaan video pembelajaran …
pada siklus II adalah sebaliknya. Sehingga dari table
pemanfaatan media video dalam pembelajaran setelah
tersebut dapat dilihat bahwa jumlah ketuntasan belajar
siklus III dapat dinyatakan berhasil. Keberhasilan ini
siswa yang semula hanya ada 9 orang (42,85%) yang
ditunjukkan oleh indikator sebagai berikut: a) siswa
dinyatakan tuntas pada siklus I. Pada siklus II, jumlah
seluruhnya dinyatakan berhasil mencapai kategori
ketuntasan mencapai 12 (57,15%) siswa sedangkan 9
tuntas belajar, yaitu 100% siswa tuntas, b) hasil belajar
siswa lainnya masih belum tuntas, sebagaimana sajian
siswa mencapai rerata 81,4 melebihi kriteria yang
pada tabel 4.4 di atas.
telah ditetapkan yaitu KKM sebesar 70,00, c) proses
Dari hasil analisis di atas, dapat disimpulkan
belajar
IPA
menggunakan
video
pembelajaran
bahwa pembelajaran belum dapat dikatakan berhasil,
berhasil, dalam hal ini siswa menunjukkan minatnya
sebab masih ada siswa yang belum tuntas. Meskipun
dalam belajar yang berdampak terhadap hasil
dari segi penguasaan materi dan keberanian siswa
belajarnya.
sudah mengalami peningkatan. Hasil pembelajaran
Untuk melihat secara jelas hasil penelitian yang
pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 68,5. Dengan
dilakukan untuk setiap siklus, berikut adalah sajian
temuan ini, maka pada siklus selanjutnya perlu
data perkembangan hasil belajar siswa:
diupayakan untuk lebih memaksimalkan pemanfaatan
media video dalam pembelajaran agar lebih efektif.
Tabel 2
Hasil refleksi berupa rumusan yang akan
Persentase Ketuntasan dan Hasil Belajar Siswa
diimplementasikan pada siklus III adalah sebagai
Hasil PTK
berikut: a) mengurangi jumlah anggota dalam setiap
Variabel
kelompok, 3 orang setiap kelompok, b) tanggapan
Penelitian
untuk kelompok lain (aktivitas kelompok lain)
sebaiknya untuk siklus III ditanggapi secara spontan
Ketuntasan
dan hasilnya benar, dan c) pelaksanaan siklus III perlu
belajar
diberikan lebih banyak pertanyaan-pertanyaan yang
Hasil belajar
Siklus I
Siklus II
Siklus III
42,85%
57,15%
100%
65,4
68,5
81,4
berkaitan erat dengan kehidupan riil di sekitar siswa.
Dengan demikian dilanjut ke siklus ke tiga, untuk
mengukur unjuk kerja, pada akhir pertemuan di siklus
Berdasarkan paparan data pada table 2, terjadi
III diberikan Tes-3.
Berdasarkan
peningkatan
deskripsi
proses
selama
yang
pembelajaran
cukup
IPA
signifikan
dalam
menggunakan
video
pembelajaran dengan pemanfaatan media video dalam
pembelajaranpada proses dan hasil belajarsiswa.
pembelajaran dapat diketahui bahwa hasil belajar
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan proses dan
siswa meningkat. Berdasarkan tabel di atas, observasi
hasil belajarsiswa, dimana indikator keberhasilan
terhadap siswa selama mengikuti proses pembelajaran
penelitiannya adalah siswa tuntas KKM lebih dari atau
menunjukkan bahwa terjadi perubahan positif dari
sama dengan (≥) 75% dari seluruh jumlah siswa di
siswa. Selain itu, pada siklus ketiga ketuntasan belajar
kelas.Peningkatan proses dan hasilbelajar siswa dalam
siswa meningkat secara nyata. Hal ini diperoleh
pembelajaran IPA dapat diketahui melalui paparan
berdasarkan hasil tes yang dilaksanakan yaitu, pada
datahasil penelitian. Aktivitas siswa dapatdilihat dari
siklus pertama ketuntasan belajar siswa mencapai
lembar
42,85%, siklus kedua 57,15%, dan pada siklus ketiga
wawancara.Hasil belajar siswa dapat diketahui dari
siswa tuntas 100%. Rerata yang diperoleh dari hasil
hasil siswa mengerjakan soal evaluasi berupates.
pengamatan,
dokumentasi
dan
belajar seperti yang disajikan pada tabel 4.7 juga
Penggunaan media video pembelajaran
mengalami peningkatan yaitu, siklus I sebesar 65,4;
dalam kegiatan pembelajaran memberikan pengaruh
siklus II sebesar 68,5; dan pada siklus III sebesar 81,4.
yang positif, khususnya terhadap perolehan belajar
Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan
siswa pada aspek kognitif. Aspek kognitif adalah
bahwa hasil penelitian tindakan kelas dengan
kemampuan
99
intelektual
siswa
dalam
berpikir,
J D P, Volume 8, Nomor 2, Juli 2015: 93-101
mengetahui dan memecahkan masalah. Menurut
pelajaran,
dan
Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak
pembelajaran.
lebih
bisa
memahami
materi
adalah termasuk dalam ranah kognitif. Hasil belajar
Berdasarkan hal-hal yang telah disampaikan di
kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam
atas, membuktikan penggunaan video pembelajaran
kawasan kognisi. Rata-rata hasil belajar siswa pada
dapat
aspek
kognitif
yang
mengikuti
menjadi
alternatif
dalam
mengatasi
pembelajaran
permasalahan pembelajaran yang terdapat di SDN
menggunakan video semakin meningkat pada setiap
187/IV Kota Jambi, khususnya pada pelajaran IPA
siklus.
materi daur hidup makhluk hidup dan hubungan
Berdasarkan hasil observasi, penggunaan
sesama/antar makhluk hidup dengan lingkungannya.
video pembelajaran tidak hanya berpengaruh terhadap
Pembelajaran IPA menggunakan video pembelajaran
hasil belajar siswa pada aspek kognitif saja, tetapi juga
dapat meningkatkan keaktifan, keberanian, dan
pada aspek afektifnya. Aspek afektif adalah aspek
motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Aspek penilaian
Video pembelajaran sangat tepat bagi guru untuk
hasil
menyampaikan materi pembelajaran yang bersifat
belajar
afektif
adalah
kemampuan
yang
berkenaan dengan perasaan, emosi, sikap/derajad
abstrakagar lebih mudah dipahami oleh siswa.
penerimaan atau penilaian terhadap suatu obyek (Tim
KESIMPULAN DAN SARAN
PEKERTI-AA PPSP LPP, 2007:20).
Kesediaan dan perhatian kelompok siswa yang
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
menggunakan video pembelajaran untuk menerima
dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan
materi pelajaran menjadi semakin baik. Siswa
bahwa pPenggunaan video pembelajaran pada mata
memperhatikan dengan seksama video yang diputar
pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa
oleh guru. Sebelum menggunakan video, siswa
kelas IV Sekolah Dasar khususnya pada materi daur
tampak
mengikuti
hidup makhluk hidup dan hubungan sesama/antar
pembelajaran. Siswa tampak kurang tertarik dan
makhluk hidup dengan lingkungannya. Berdasarkan
bosan karena penyajian materi yang kurang bervariasi.
hasil kegiatan ketiga siklus yang dilakukan, nilai yang
Kemudian
menghilangkan
diperoleh siswa mengalami peningkatan dari setiap
kebosanan siswa yang selama ini hanya mendengar
siklusnya. Terdapat peningkatan ketuntasan dan hasil
ceramah dari guru. Penyajian materi yang disertai
belajar siswa dari rata-rata ketuntasan belajar. sebesar
animasi dan gambar membuat siswa merasa senang
65, 4 atau 42, 85% sampai dengan 81,4 dengan
mengikuti pembelajaran.
jumlah ketuntasan adalah 100%. Dengan demikian
kurang
bersemangat
penggunaan
video
untuk
Selanjutnya, ketika guru menugaskan siswa
dapat dibuktikan bahwa terjadi peningkatan proses
untuk membuat ringkasan dan penjelasan mengenai
dan hasil belajar siswa setelah memanfaatkan video
materi yang telah dipelajari, siswa lebih menghargai
pembelajaran dalam pembelajaran IPA di kelas IVSDN
guru dengan mengerjakan tugas yang diberikan oleh
187/IV Kota Jambi.
Dari
guru. Siswa membuat catatan dan ringkasan seperti
hasil
temuan
tersebut,
penulis
yang ditugaskan karena menurut mereka catatan
menyarankan penggunaan media video pembelajaran
tersebut akan bermanfaat untuk mengerjakan tugas-
dapat digunakan oleh guru sebagai alternatif alat bantu
tugas berikutnya karena tidak memungkinkan bagi
dalam menyampaikan pesan pembelajaran. Meng-
guru untuk selalu mengulang pemutaran video
ingat penelitian ini dilaksanakan di kelas IV sekolah
pembelajaran pada materi yang sama di dalam kelas.
dasar pada mata pelajaran IPA, maka penulis
Siswa memiliki perhatian yang lebih baik
menyarankan untuk melaksanakan penelitian dengan
terhadap materi pelajaran, bersemangat dalam proses
memanfaatkan video pembelajaran di kelas dengan
pembelajaran, dan lebih menghargai tugas-tugas dari
materi yang berbeda.
guru.
Sikap
yang
demikian
pada
akhirnya
menyebabkan siswa lebih mudah mengingat materi
100
Siregar, Upaya meningkatkan hasil belajar IPA melalui penggunaan video pembelajaran …
ACUAN PUSTAKA
Sanjaya, W. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem
Anderson, L.W., & Krathwohl, D.R. (2001). A
Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assessing; A revision of Bloom’s Taxonomy of
Education Objectives. New York: Addison
Wesley Longman Inc.
Arikunto, S. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Asyhar, R. (2011). Kreatif Mengembangkan Media
Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press.
Bloom, B. S. (1979). Taxonomi of Educational
Objectives, the Classification of Educational
Goals. London: Longman Group. Ltd.
Dimyati & Mudjiono. (1994). BelajardanPembelajaran.
Sardiman, A. M. (2000). Interaksi & Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.
Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil dan Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sujati. (2000). Diktat Kuliah Penelitian Tindakan
Kelas. Yogyakarta: UNY FIP.
Tim PEKERTI-AA PPSP LPP. (2007). Panduan
Evaluasi Pembelajaran. Surakarta: Pusat
Pengembangan
Lembaga
Pengembangan
Pembelajaran,
Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret.
Wikipedia. (2013). Taksonomi Bloom. Wikipedia
Jakarta: Rineka Cipta.
Bahasa
Ekawarna. (2013). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Indonesia,Ensiklopedia
Bebas.
Sumber:
Gaung Persada Press.
http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloo
Hamalik, O. (2009). Proses BelajarMengajar. Jakarta:
m, diunduh pada tanggal 09-01-2013.
PT. BumiAksara.
Winkel, W. S. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta:
(2012). Pengembangan Media dan
SumberPembelajaran.
Jakarta:
Prestasi
Musfiqon.
PT. Gramedia.
Woolfolk, A. (2004). Educational Psychology, Active
Pustaka.
Learning Edition Bagian Kedua. Terjemahan
Newby, T. dkk. (2011). Educational Technology for
Hely Prayitno S dan Sri Mulyantini S.
Teaching and Learning. Fourth Edition.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Boston: Pearson Edocation Inc.
Yamin, M. (2009). Desain Pembelajaran Berbasis
Pannen, P. & Purwanto. (2001). Applied Approach:
Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung
Penulisan Bahan Ajar. Pusat Antar Universitas
untuk
Sistem
Peningkatan
dan
Persada Press.
Pengembangan
Yamin, M. (2011). Paradigma Baru Pembelajaran.
Aktivitas Instruksional. Direktorat Jenderal
Jakarta: Gaung Persada Press.
Pendidikan Tinggi. Departemen Pendi-dikan
Nasional.
101
Download