I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini, manusia

advertisement
I.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini, manusia terus mencoba mencari cara untuk dapat hidup
berbaur dengan alam. Kesadaran ini muncul ketika manusia semakin
meyakini bahwa alam merupakan bagian penting yang mendukung jalannya
kehidupan manusia itu sendiri. Gagasan-gagasan peduli lingkungan terus
dikeluarkan dengan tujuan membangun kesadaran manusia akan kelestarian
lingkungan hidup di masa depan. Keadaan alam saat ini memang semakin
mengkhawatirkan dan gagasan-gagasan terebut tidak sepenuhnya memberi
hasil yang memuaskan.
Salah satu konsep yang sering dibicarakan adalah Reuse, Reduce, Recycle
(Penggunaan Ulang, Pengurangan, Pengolahan Kembali). Eksploitasi
berebihan terhadap sumber daya alam menjadi latar belakang konsep peduli
lingkungan ini. Salah satu sumber daya alam yang jumlahnya terbatas tetapi
terus di eksploitasi adalah kayu. Penggunaannya sangat beragam, jenis yang
terdapat di alam juga sangat bervariasi, namun terkadang usia penggunaan
kayu tersebut sangat pendek dan berbanding terbalik dengan usia tumbuhnya
yang sangat panjang.
Kayu telah menjadi bahan utama pembuatan beragam kebutuhan
manusia mulai dari tempat tinggal hingga perkakas rumah tangga. Hampir
semua jenis kayu yang tersedia di alam dapat dimanfaatkan untuk membuat
atau melakukan sesuatu. Karena kegunaannya, kayu masih dianggap sebagai
salah satu material paling efisien untuk digunakan dan hal ini yang
menyebabkan eksploitasi terhadap material ini belum bisa dibendung. Untuk
itu ada upaya-upaya untuk menggunakan kembali limbah (waste1) dari material
kayu dengan tujuan memperpanjang usia penggunaannya.
1
Waste (inggris) : limbah, sampah, ampas
1
Salah satu limbah kayu yang ketersediaannya cukup melimpah di
Indonesia bahkan beberapa negara lain adalah limbah kayu peti kemas.
Limbah kayu ini berasal dari hasil kegiatan usaha-usaha pengiriman barang
yang biasa membungkus barang kiriman mereka menggunakan kayu peti
kemas. Kayu ini umumnya hanya satu kali atau beberapa kali digunakan
untuk membungkus barang dan selanjutnya dibuang atau dijual kepada para
pengrajin kayu peti kemas.
Kayu yang palig umum digunakan untuk pembuatan peti kemas
barang adalah kayu pinus yang biasa tumbuh di Jerman, Australia, Jepang,
dan Korea2. Walaupun berasal dari keluarga pohon pinus, di Indonesia
sendiri kayu peti kemas lebih dikenal dengan sebutan kayu jati belanda. Tidak
ada sumber pasti yang menyebutkan asal muasal mengapa kayu pinus ini
disebut kayu jati belanda.
Ketersedian material kayu peti kemas yang berlimpah dan tidak terlalu
luasnya pemanfaatan kembali limbah tersebut membuat produk yang
dihasilkan menjadi sangat terbatas. Produk limbah kayu peti kemas yang
paling sering dijumpai adalah produk-produk mebel. Namun produk mebel
yang dihasilkan cenderung memiliki bentuk yang monoton karena hanya
merujuk pada fungsi dan kebutuhan yang ingin dicapai. Para pengerajin kayu
jati belanda tidak terlalu banyak melakukan inovasi dalam desain mebel yang
mereka buat. Produk yang umumnya dihasilkan seperti kursi rumah makan,
meja rumah makan, gerobak dan lemari-lemari.
Kurangnya minat masyarakat dalam memilih material jati belanda ini
dilatar belakangi oleh beberapa hal, seperti anggapan masyarakat umum yang
menganggap bahwa jati belanda adalah kayu murahan, atau sesuatu yang tidak
lebih dari sekedar limbah. Padahal dengan menambahkan kreativitas, material
ini dapat diolah lebih baik agar memiliki nilai tambah yang juga dapat
meningkatkan nilai ekonomis dan prestisiusnya. Lebih jauh lagi, pemanfaatan
limbah menjadi sebuah produk yang layak pakai akan memberikan dampak
yang sangat besar terhadap lingkungan hidup dimasa depan.
2
http://www.gudanglimbah.com/2010/12/kayu-jati-belanda.html
2
B. ORISINALITAS (State of The Art)
Kayu telah menjadi salah satu material yang paling banyak digunakan
dalam berbagai keperluan. Mulai dari bahan baku pembuatan kertas, bahan
bakar, hingga perabot rumah tangga. Salah satu produk yang paling umum
dibuat menggunakan kayu adalah mebel. Produk mebel dapat dijumpai
hampir disemua tempat bahkan produk ini telah memiliki gerai tersendiri
dalam proses penjualannya. Hal ini menandakan bahwa secara ekonomis,
mebel merupakan komoditi yang laku dijual dipasaran.
Namun jika dikaitkan secara spesifik kepada material pembuatnya,
mebel kayu memiliki kategorinya masing-masing. Kayu jati merupakan kayu
yang paling digemari sebagai bahan baku pembuat mebel karena banyaknya
kelebihan yang dimilki. Sedangkan kayu jati belanda kurang memiliki peminat
dan hanya dibuat menjadi kursi dan meja rumah makan, gerobak, material
interior ataupun mebel rumah tangga sederhana lainnya.
Gambar 1.1 Produk jati belanda
Sumber : Pravda Zharfan, 2014
Gambar 1.2 Produk jati belanda
Sumber : Pravda Zharfan, 2014
3
Pada dasarnya, kayu jati belanda merupakan limbah. Limbah dalam
arti bahwa kayu jati belanda yang digunakan dalam produksi mebel
merupakan kayu yang pernah digunakan sebelumnya, bukan kayu baru yang
diolah dari pohon. Orisinalitas dapat dicapai dengan menerapkan dasar-dasar
dan teori-teori yang berkenaan dengan desain kedalam proses pengolahan
material kayu jati belanda menjadi sebuah produk mebel. Orisinalitas produk
meliputi bentuk, material, konsep, ide dan hal-hal yang bersifat teknis.
Bentuk yang diadopsi kedalam desain kursi ini berasal dari
pengalaman dan pengamatan desainer terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kegiatan makan. Interpretasi personal ini memberikan ciri khas yang tidak
terdapat pada karya desain sejenis dan secara langsung membentuk
orisinalitasnya. Selain aspek bentuk, material, konsep, ide dan teknis, untuk
meningkatkan orisinalitas, karya desain mebel diberikan sebuah identitas.
Identitas yang dimaksudkan bukan hanya sekedar nama bagi satu produk
tetapi lebih kepada upaya memberikan brand kedalam karya desain frunitur.
Merek yang dibuat bertujuan untuk memberikan identitas kepada
produk agar terbentuk diferensiasi terhadap produk-produk sejenis lainnya.
Merek yang dbuat bukan hanya berupa nama atau logo, tetapi terdapat
sebuah proses pencitraan dari produk yang tercermin kedalam setiap mediamedia pendukung proses pencitraan tersebut.
Jika ditinjau dari studi serupa yang pernah dilakukan sebelumnya,
terdapat sebuah studi yang juga mencoba memanfaatkan limbah kayu
menjadi sesuatu yang lebih bernilai. Studi tersebut dilakukan oleh mahasiswa
Institus Seni Indonesia, Jogjakarta dengan judul studi,
PEMANFAATAN LIMBAH SERBUK KAYU SEBAGAI PRODUK
KERAJINAN DAN ASESORIS INTERIOR DENGAN TEKNIK COR
DAN PRESS DI DESA PANGGUNGHARJO, BANTUL,
YOGYAKARTA
4
Studi ini dilatarbelakangi oleh hasil pengamatan peneliti tentang
banyaknya jumlah limbah serbuk kayu yang dihasilkan industri mebel di
daerah tersebut. Serbuk kayu yang dihasilkan mencapai 7 ton dalam satu hari,
dan angka tersebut akan sangat sia-sia jika tidak dimanfaatkan secara baik.
Produk yang dihasilkan dari studi ini cenderung memiliki kesamaan dengan
produk-produk kerajinan kayu pada umumnya, perbedaan hanya terletak
pada usaha memanfaatkan kembali limbah serbuk kayu yang ada.
Gambar 1.3 Produk hasil cetakan serbuk kayu
Sumber : PKMK-2-15-1
Gambar 1.4 Proses finishing produk serbuk kayu
Sumber : PKMK-2-15-1
Tujuan utama dari studi ini adalah mampu mengedukasi masyarakat
untuk dapat mengolah segala sumber yang tersedia disekitarnya sehingga
mampu meningkatkan perekonomian dan kesadaran lingkungan. Sasaran
utamanya adalah industri-industri rumahan sehingga skala produksinya tidak
5
terlalu besar. Dalam studi ini juga tidak ditemukan adanya upaya pengemasan
produk dengan sebuah merek tertentu.
C. TUJUAN DAN MANFAAT PERANCANGAN
1. Tujuan Perancangan
a. Membuat desain kursi makan yang dapat memberikan
nilai tambah dari material kayu jati belanda.
b. Membuat sebuah desain kursi yang dapat memenuhi
aspek kenyamanan, keindahan dan kekuatan.
c. Mampu menemukan teknik pengolahan kayu jati belanda
berdasarkan karakteristik yang dimilikinya.
a. Mampu mengolah limbah kayu jati belanda menjadi
funitur yang lebih bernilai serta membentuk anggapan
baru dari masyarakat terhadap material kayu jati belanda.
2. Manfaat Perancangan
a. Menambah pengetahuan desainer dalam bidang mebel
dan proses terciptanya sebuah karya mebel
b. Dapat menciptakan sebuah karya mebel yang dapat
digunakan masyarakat secara aman dan nyaman
c. Dapat menambah referensi bagi bidang keilmuan yang
berkaitan dalam proses penciptaan sebuah mebel.
d. Mampu memberikan nilai guna yang lebih panjang dan
lebih baik kepada material kayu jati belanda dalam
konteks ekologis sehingga memberikan manfaat langsung
kepada lingkungan.
6
D. PELUANG DAN TANTANGAN STUDI
1. Peluang Studi
Dalam ranah desain produk, studi yang berkaitan dengan
fungsionalitas, ergonomi dan pemilihan material akan selalu
menjadi dasar dalam setiap proses perancangannya. Seiring
dengan perkembangan manusia, kebutuhan akan produk-produk
baru guna memenuhi fungsi-fungsi baru akan terus muncul. Hal
tersebut juga berlaku untuk produk-produk mebel sebagai salah
satu kebutuhan manusia.
Studi tentang fungsi-fungsi baru yang berkenaan dengan
kebutuhan dan kondisi lingkungan akan menjadi peluang yang
besar yang dapat dijadikan bahan studi dimasa mendatang.
Produk mebel akan selalu dapat berdampingan dengan
perkembangan teknologi dimasa mendatang baik dalam hal teknik
pengolahannya, material pembuatnya atau penggabungannya
dengan teknologi-teknologi terbaru.
Seiring dengan berkembangnya kebutuhan hidup manusia
dan studi akan fungsi-fungsi produk mebel guna mempermudah
proses kehidupan manusia dimasa mendatang, maka peluang
manfaat bagi produk-produk mebel tidak akan pernah surut.
Lebih jauh lagi studi mebel juga dapat dikaitkan dengan studistudi ekologi dan studi yang berkaitan dengan lingkungan hidup
manusia. Studi yang dapat memberikan nilai manfaat lebih kepada
mebel sehingga tidak hanya memberikan manfaat kepada manusia
tetapi juga dapat memiliki sinergi yang baik dengan lingkungan.
2. Tantangan Studi Masa Mendatang
Dengan terus berkembangnya kehidupan manusia dari
masa ke masa, akan menuntut studi yang berkelanjutan berkenaan
dengan semua proses terciptanya sebuah produk mebel.
Tantangan utama yang akan dihadapi dimasa mendatang adalah
7
permasalahan ekologi, sosial ekonomi dan kultural3 yang masingmasing
akan memunculkan studi-studi baru
dalam tiap
permasalahnnya.
Jika ditinjau kaitannya dengan fungsi, diharapkan studi
yang dilakukan dapat menemukan jawaban-jawaban akan
kebutuhan
manusia
dimasa
mendatang
dengan
tidak
mengesampingkan konsep-konsep ramah lingkungan.
Pemilihan material juga merupakan tantangan bagi studi
mebel dimasa mendatang, dimana setiap material yang dipilih
mampu memberikan dampak positif baik bagi pengguna maupun
lingkungan sekitarnya. Penggunaan sumber daya yang terbarukan
dalam semua rangkaian proses penciptaan produk mebel juga
akan menjadi tantangan studi dimasa mendatang. Tinjuan manfaat
bukan hanya berasal dari produk akhir namun proses secara
keseluruhan sehingga nilai-nilai dan manfaat bagi seluruh
komponen yang terlibat didalamnya akan lebih terasa.
Desain juga harus dapat menanggapi perkembangan sosial
yang ada dimasyarakat. Sehingga desain dapat membentuk atau
mengikuti trend yang ada di setiap masanya. Tantangannya adalah
mengetahui bagaimana trend terbentuk dimasa mendatang, hal
apa yang menjadi trend yang berkaitan dengan produk funitur.
Perkembangan sosial akan sangat dekat dengan budaya yang
menjadi bagian dari kehidupan sosial di masyarakat. Dalam hal
ini, tantangan yang dihadapi adalah bagaimana karya desain
mampu mengitrepetasikan nilai-nilai yang ada didalam budaya.
3
Kurikulum ITB 2013-2018 – Program Sarjana. Program Studi Desain Interior Fakultas Seni Rupa
dan Desain
8
E. RELEVANSI DAN KONSEKUENSI STUDI
Berdasarkan tujuan perancangan desain, relevansi studi yang
harus dilakukan adalah analisis berkenaan dengan aktivitas yang dilakukan
manusia dengan produk dan analisis komponen-komponen penyusun
hasil karya desain kaitannya dengan nilai-nilai estetis. Studi lebih lanjut
yang relevan dengan proses perancangan adalah studi semiotika dan
bahasa desain sebagai alat komunikasi.
9
Download