Penggunaan Informasi Akuntansi dalam Sistem Manajerial Usaha

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Usaha kecil dan menengah berperan cukup besar dalam menunjang
kesetabilan perekonomian Indonesia, terutama setelah krisis ekonomi melanda.
Sejak terjadinya krisis ekonomi di tahun 1998, usaha kecil dan menengah mulai
bermunculan di pelosok-pelosok nusantara. Daerah yang menempati urutan
pertama dalam pertumbuhan usaha kecil dan menengah adalah pulau Jawa
(Mamik, 2008:1).
Fenomena merebaknya usaha kecil dan menengah disebabkan banyaknya
perusahaan-perusahaan besar di Indonesia yang gulung tikar diterjang krisis
ekonomi. Uniknya, ketika perusahaan-perusahaan besar tidak mampu melawan
krisis, sebagian besar usaha kecil dan menengah justru tetap bertahan. Bahkan
jumlahnya meningkat dengan pesat sehingga perhatian terhadap usaha kecil dan
menengah pun menjadi lebih besar (Mamik, 2008:1).
Pada momen-momen seperti ini para pengusaha muda mulai bangkit dan
bermunculan memanfaatkan kesempatan yang ada. Banyak diantara mereka yang
sebelumnya
adalah
karyawan-karyawan
perusahaan
besar
kemudian
diberhentikan kerja. Pada momen seperti ini mereka justru mengambil
kesempatan dan peluang mendirikan perusahaan sejenis. Dengan bekal
pengetahuan, pengalaman, dan jaringan relasi yang masih dimilikinya mereka
berjuang menunjukan jati diri. Bersaing secara terang-terangan, dan dengan
kemampuan memodifikasi teknik, taktik, dan strategi bisnis yang dimiliki
(Muliawan, 2008:1).
Ada tiga jenis usaha yang bisa dilakukan oleh para pengusaha muda usaha
kecil dan menengah untuk menghasilkan laba, yaitu perusahaan manufaktur
(manufacturing), perusahaan dagang (merchandising), dan perusahaan jasa
(service). Setiap jenis usaha memiliki karakteristik dan strategi bisnis masingmasing (Mamik, 2008:3), yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1
1.
Usaha Manufaktur (manufacturing business), yang mengubah input dasar
menjadi produk yang dijual kepada masing-masing pelanggan. Contohnya:
2.

Konveksi, yang menghasilkan pakaian jadi.

Perajin kayu, yang menghasilkan mebel, hiasan rumah, dan suvenir.
Usaha Dagang (merchandising business), yang menjual produk kepada
pelanggan. Contohnya :
3.

Pusat kerajinan, yang menjual aneka barang kerajinan.

Toko kelontong, yang menjual aneka kebutuhan sehari-hari
Usaha Jasa (service business), yang menghasilkan jasa. Contohnya :

Rental mobil, yang menyediakan kendaraan dan layanan angkut.

Pertukangan, yang menyediakan layanan kepada pelanggan untuk
menyelesaikan suatu hal yang berkaitan dengan pertukangan.
Meskipun jumlah usaha kecil dan menengah terus berkembang, namun
kondisi dilapangan menunjukan beberapa keterbatasan usaha kecil dan
menengah, misalnya dalam hal sumber modal usaha dan akses pemasaran,
kelemahan dalam organisasi, manajemen, maupun penguasaan teknologi.
Banyaknya permasalahan usaha kecil dan menengah membuat usaha kecil dan
menengah dalam mengembangkan usahanya menjadi tidak maksimal.
Dari pengamatan yang telah peneliti lakukan di Desa Jomblang
Kecamatan Jepon Kabupaten Blora, sebesar 4 responden memiliki izin usaha dan
21 responden tidak memiliki izin usaha. Para pelaku usaha kecil dan menengah
mengakui bahwa mereka mengalami kesulitan dalam mendapatkan izin usaha
dikarenakan mereka harus menemui prosedur yang berbelit-belit, sehingga
mereka memutuskan untuk menjalani usahanya tanpa izin usaha.
Hal tersebut menggambarkan dengan jelas bahwa ada atau tidak adanya
izin usaha terhadap penyiapan dan penggunaan informasi akuntansi usaha kecil
dan menengah yang bersangkutan akan berdampak pada besar kecilnya omset
yang didapat dari hasil usaha. Selain permasalahan-permasalahan dalam
perizinan, usaha mikro kecil dan menengah masih memiliki masalah lain
khususnya dalam bidang keuangan dan juga bidang pengadaan karyawan, para
2
pengelola usaha mikro kecil dan menengah industri mebel di Desa Jomblang
Kecamatan Jepon Kabupaten Blora juga harus menghadapi permasalahan dalam
hal: bidang pemasaran, bidang bahan baku, dan bidang manajemen. Dari
pengamatan yang penulis lakukan terhadap usaha mikro kecil dan menengah
industri mebel di Desa Jomblang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora,
menunjukkan bahwa bidang keuangan masalah yang paling menonjol adalah
kurangnya modal kerja untuk mengembangkan usaha dan terbatasnya akses ke
Bank, bidang Pemasaran masalah yang paling dominan adalah masalah terkait
dengan banyaknya pesaing yang bergerak dalam industri yang sama, bidang
bahan baku masalah yang dominan adalah pembayaran harus tunai, bidang
pengadaan karyawan masalah yang dominan adalah sering ganti karyawan dan
kesulitan membayar karyawan sesuai dengan upah maksimum kota, sedangkan
bidang manajemen masalah yang paling menonjol adalah kemampuan
kewirausahaan yang masih terbatas dan kurang mampu dalam mengantisipasi
peluang pasar.
Kredit dari kalangan perbankan juga sulit untuk diakses oleh usaha kecil
dan menengah, diantaranya karena prosedur yang rumit, juga banyaknya usaha
kecil dan menengah yang belum mempunyai pembukuan atau proses pencatatan
arus kas. Tetapi dalam kenyataannya, penyaluran kredit pada usaha kecil dan
menengah masih kecil dibanding dengan usaha bersekala besar. Penyebabnya
adalah ketidak mampuan usaha kecil dan menengah mengakses bank, dan juga
karena bank kesulitan menilai prospek bisnis usaha kecil dan menengah yang
tidak memiliki arus keuangan yang rapi.
Selain itu usaha kecil dan menengah di desa Jomblang juga memiliki
keterbatasan terkait dengan sumber daya manusia yang merupakan salah satu
hambatan terbesar yang dialami oleh usaha kecil dan menengah. Kebanyakan
dari tenaga kerja yang berada di usaha kecil dan menengah ditempati oleh
karyawan yang hanya lulusan setingkat sekolah dasar, karena mereka tidak
memiliki biaya untuk melanjutkan sekolah.
3
Selain dari permasalahan-permasalahan di atas usaha kecil dan menengah
di Desa Jomblang mempunyai beberapa masalah terkait perpajakan yang belum
memadai, masih terdapat kekurangan informasi antara fasilitas yang disediakan
oleh pemerintah dan kebutuhan usaha kecil dan menengah, manajemen sumber
daya manusia yang kurang kompoten, dan belum adanya pemakain akuntansi
yang sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum.
Bila dikaitkan dengan akuntansi itu sendiri, menurut Basuki (2000)
dalam Aris Budi Setyawan (2010:6) pengguna akuntansi juga bervariasi, dari
yang sekedar memahami akuntansi sebagai:
1. alat hitung menghitung;
2.
sumber informasi dalam pengambilan keputusan;
3.
sampai ke pemikiran bagaimana akuntansi diterapkan sejalan
dengan ajaran agama.
Untuk meminimalisir permasalahan-permasalahan yang terjadi pada
usaha kecil dan menengah, maka dalam penelitian ini penulis ingin mengadakan
penelitian dengan judul “Penggunaan Informasi Akuntansi dalam Sistem
Manajerial Usaha Kecil Dan Menengah Industri Mebel di Desa Jomblang
Kecamatan Jepon Kabupaten Blora”
B.
Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada usaha kecil dan menengah industri mebel
ditinjau dari kajian pengembangan sistem manajemen perusahaan dan
penggunaan informasi akuntansi, dengan judul “Pengembangkan Sistem
Manajerial Perusahaan dalam Penyiapan dan Penggunaan Informasi Akuntansi di
Kalangan Usaha Kecil Menengah Sektor Industri Mebel Desa Jomblang
Kecamatan Jepon Kabupaten Blora”. Aspek-aspek yang menjadi penelitian ini
adalah:
1.
Mekanisme
yang ditempuh dalam menciptakan, merumuskan, dan
mengimplementasikan tujuan perusahaan dalam mengembangkan usaha
kecil menengah pada industri mebel di Desa Jomblang Kecamatan Jepon
Kabupaten Blora.
4
2.
Langkah-langkah
yang ditempuh
pengusaha
dalam
penyiapan
dan
penggunaan informasi akuntansi untuk mengembangkan usahanya.
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian diatas dapat dirinci masalah-masalah khusus
berikut :
1.
Bagaimanakah
peran
pengusaha
menciptakan,
merumuskan,
dan
mengimplementasikan tujuan perusahaan dalam mengembangkan usaha
kecil menengah indusri mebel di Desa Jomblang?
2.
Langkah-langkah apa yang ditempuh pengusaha dalam penyiapan dan
penggunaan informasi akuntansi untuk mengembangkan usahanya?
D.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai tujuan
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui peran pengusaha dalam menciptakan, merumuskan,
dan mengimplementasikan tujuan perusahaan dalam mengembangkan
usaha dikalangan usaha kecil menengah industri mebel.
2. Untuk mengetahui langkah-langkah yang ditempuh pengusaha dalam
penyipan dan penggunaan informasi akuntansi dikalangan usaha kecil
menengah industri mebel.
E.
Signifikansi Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
aspek-aspek berikut:
1.
Signifikansi Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat mendukung pendapat Basuki (2000) dalam
Aris Budi Setyawan (2010:6) yang menyatakan bahwa,
“pengguna akuntansi juga bervariasi, dari yang sekedar
memahami akuntansi sebagai: 1. alat hitung menghitung; 2.
sumber informasi dalam pengambilan keputusan; 3. sampai
5
kepemikiran bagaimana akuntansi diterapkan sejalan dengan
ajaran agama”.
2.
Signifikansi Praktis
a. Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan
informasi yang berguna bagi usaha kecil dan menengah industri mebel di
Desa Jomblang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora dalam mengatasi
persaingan usaha yang semakin pesat.
b. Secara khusus Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan
informasi yang berguna bagi pihak pengelola dan karyawan dalam
menerapkan manajemen perusahaan dan informasi akuntansi di Desa
Jomblang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora agar lebih baik.
F.
Keterbatasan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini tidak terlepas dari berbagai kendala yang
menyebabkan adanya keterbatasan dari penelitian ini. Selama melaksanakan
penelitian, penulis mengalami keterbatasan dalam hal waktu, biaya serta kesulitan
dalam memperoleh izin untuk melaksanakan penelitian di beberapa perusahaan.
Penelitian ini juga hanya terfokus pada beberapa hal, diantaranya peranan para
pengelola usaha kecil dan menengah terhadap pengembangan sistem manajerial
dalam pengambilan keputusan dan penyiapan serta penggunaan informasi
akuntansi dikalangan industri mebel di Desa Jomblang Kecamatan Jepon
Kabupaten Blora.
6
Download