pelaksanaan ekstrakurikuler keagamaan di sman kota - Al

advertisement
PELAKSANAAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN
DI SMAN KOTA CIREBON
THE IMPLEMENTATION OF RELIGIOUS EXTRACURRICULAR
IN THE SMAN, CIREBON CITY
Marpuah
Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta
Jl. Rawa Kuning No. 6 Pulo Gebang Cakung Jakarta Timur
Email : [email protected]
Naskah diterima tanggal 8 Mei 2016. Naskah direvisi tanggal 23 Mei 2016. Naskah diterima tanggal 3 Juni 2016.
Abstrak
Pendidikan Agama Islam (PAI) sangatlah berperan penting untuk mengatasi banyaknya perilaku remaja
yang menyimpang dari nilai-nilai keislaman. Fakta lapangan menunjukkan bahwa pelaksanaan dari
pembelajaran PAI dalam kelas belum efektif, sebagian siswa hanya berfokus pada sisi kognitif dan minim
pada pembentukan sikap dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui pelaksanaan berbagai kegiatan keagamaan ROHIS yang berperan dalam meningkatkan
peranan PAI untuk membentuk perilaku keagamaan siswa dan menciptakan budaya Islami di sekolah,
serta kaitannya dengan peningkatan hasil belajar PAI siswa. Subjek penelitian adalah siswa SMA Negeri
Kota Cirebon. Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan teknik analisis deskrifitif
naratif. Instrumen penelitian yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil
penelitian menunjukan bahwa : 1) Bentuk peranan ROHIS yaitu dengan membuat program-program
kegiatan dan melaksanakan kegiatan keagamaan tersebut, seperti: kegiatan mentoring keagamaan dan
pengajian dalam maupun antar sekolah, pengumpulan zakat, penyembelihan hewan qurban, kegiatan
kesenian yang Islami (marawis, kaligrafi, nasyid, qasidah, qiro’ah dan mading yang dikelola oleh
ROHIS). Pesantren kilat pada bulan ramadhan, mabid pada setiap akhir tahun, peringatan PHBI, dan 10
muharram, dan lain-lain. 2) Secara keseluruhan hasil yang dicapai adalah meningkatnya pengetahuan
agama siswa, terciptanya budaya Islami di sekolah dengan kaitannya hasil belajar PAI siswa.
Kata Kunci : ekstrakurikuler keagamaan, kegiatan rohis, SMA 1 Kota Cirebon.
Abstract
The Islamic Religious Education (PAI) is an important role to overcome the number of adolescent behavior
that deviate from Islamic values. Facts on the ground indicate that the implementation of PAI learning in the
classroom has not been effective, some students only focus on the cognitive and skimpy on the formation of
attitudes and habits in their daily lives.This aims to assess the implementation of various religious activities
Rohis that play a role in increasing the role of PAI’s form of religious behavior and create a culture of Islamic
students at the school, and its link with increased PAI student learning outcomes. Subjects were students of
SMA Cirebon. This research method is a qualitative research analysis techniques deskrifitif narrative. The
research instruments used interview,observation, and documentation. The results showed that: 1) Form
role Rohis is to create programs activities and perform religious activities, such as: mentoring activities
of religious and teaching within and between schools, collecting zakat, slaughtering sacrificial animals,
art activities that Islami (marawis, calligraphy , nasyid, qasida, qiro’ah and mading managed by Rohis).
Pesantren lightning in the month of Ramadan, mabid at the end of each year, warning PHBI, and 10 sacred,
and others. 2) Overall results achieved are increasing students’ knowledge of religion, the creation of Islamic
culture in schools with regard PAI student learning outcomes.
Keywords: Religious Extracurricular, Rohis Event, High School Cirebon
Pelaksanaan Ekstrakurikuler Keagamaan pada Kegiatan Rohis di SMAN Kota Cirebon - Marpuah
| 131
PENDAHULUAN
P
elaksanaan pendidikan yang berkualitas
sangat tergantung terhadap keseriusan para
penyelenggara pendidikan, baik formal,
informal maupun nonformal. Pendidikan formal
dewasa ini, membutuhkan perhatian yang tinggi,
sehinga proses pembelajaran pada jenjang pendidikan
ini dapat berjalan dengan baik. Kegiatan pendidikan
formal dikemas dalam bentuk kurikuler, kokurikuler
dan ekstrakurikuler. Kurikuler dan kokurikuler
telah berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dengan memfokuskan pada pembelajaran klasikal
baik dalam kelas maupun di luar kelas. Namun pada
sisi lain, ekstrakurikuler juga harus berjalan sesuai
dengan standar yang ada. Dalam hal ini, kegiatan
ekstrakurikuler dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan dalam Kurtilas, dapat
ditemukan dalam program pengembangan diri.
(Depdiknas, Panduan Pengembangan Diri, (Jakarta:
Depdiknas, h. 12).
Dalam panduan tersebut dijelaskan bahwa
pengembangan diri terdiri dari dua jenis kegiatan
yaitu bimbingan konseling dan ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di
sekolah, secara sederhana dapat mendatangkan
manfaat terhadap, siswa, masyarakat, dan sekolah.
Dengan manfaat tersebut, sekolah bisa menjadi lebih
terkenal dan populer dan bahkan bisa dijadikan
sebagai tempat promosi sekolah kepada masyarakat.
Dalam usaha membina dan mengembangkan
pogram ekstrakurikuler ada hal-hal yang perlu
diperhatikan yaitu di antaranya sebagai berikut: (1)
Materi kegiatan yang dapat memberikan pengayaan
bagi siswa. (2) Sejauh mana mungkin tidak terlalu
membebani siswa. (3).Memanfaatkan potensi alam
lingkungan. (3) Memanfaatkan kegiatan-kegiatan
industri dan dunia usaha. (http://makalahpai.
blogspot.com/2008/11/program-ekstrakurikuler
pendidikan.html tanggal 1 April 2009 jam 11.30).
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam,
merupakan bagian dari struktur kurikulum sekolah
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Kurtilas. Sebagai bagian dari kurikulum
sekolah, mata pelajaran pendidikan Islam
mendapatkan tempat yang sangat penting sekali.
Karena telah mendapatkan pengakuan yuridis
formal dalam Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun
2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan
Keagamaan. (Depag, Peraturan Pemerintah No.
55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan
Pendidikan Keagamaan¸Jakarta: Depag). Dalam hal
132 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 22 Nomor 1 Juni 2016
ini bahwa pendidikan agama di dalamnya termasuk
pendidikan agama Islam sangat urgen untuk
dilaksanakan di sekolah.
Menelaah kegiatan ekstrakurikuler pada
sekolah, kegiatan yang bersifat ekstrakurikuler
keagamaan perlu selalu didorong, sehingga
menampakan kegiatan sekolah yang penuh dengan
semangat religius. Dalam artian bahwa mata
pelajaran pendidikan agama Islam mengandung
unsur pembelajaran yang terdapat di dalamnya
kegiatan ekstrakurikuler. Pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler pendidikan agama Islam di
sekolah akan memberikan banyak manfaat tidak
hanya terhadap siswa tetapi juga bagi efektivitas
penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Begitu
banyak fungsi dan makna kegiatan ekstrakurikuler
dalam menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
(http://makalahpai.blogsp ot.com/2008/11/
program-ekstrakurikuler-pendidikan.html tanggal
1 April 2009 jam 11.30)
Hal ini akan terwujud, manakala pengelolaan
kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan sebaikbaiknya khususnya pengaturan siswa, peningkatan
disiplin siswa dan semua petugas. Biasanya
mengatur siswa di luar jam-jam pelajaran lebih
sulit dari mengatur mereka di dalam kelas. Oleh
karena itu, pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler
melibatkan
banyak
pihak,
memerlukan
peningkatan administrasi yang lebih tinggi. Dalam
beberapa kegiatan ekstrakurikuler guru terlibat
langsung dalam pelaksanaannya. Keterlibatan ini
dimaksudkan untuk memberikan pengarahan dan
pembinaan juga menjaga agar kegiatan tersebut
tidak mengganggu atau merugikan aktivitas
akademis. Yang dimaksud dengan pembina
ekstrakurikuler adalah guru Agama atau petugas
khusus yang ditunjuk oleh kepala sekolah untuk
membina kegiatan ekstrakurikuler.
Untuk melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler
dilakukan oleh guru yang diberikan amanah
untuk mengelola kegiatan tersebut. Seorang guru
atau pembimbing ekstrakurikuler dituntut untuk
memiliki keahlian dan skill tertentu, karena tidak
semua guru dapat menjadi pembimbing kegiatan
tersebut. Balai Diklat Keagamaan sebagai bagian
dari lembaga pendidikan dan pelatihan yang
ditugaskan untuk mendidik, mengajar, dan melatih
PNS. Di mana di dalam PNS tersebut terdapat para
guru, memiliki program untuk mendiklatkan guruguru pendidikan agama Islam pada tingkat Sekolah
Pertama dan Sekolah Menengah. Dalam kegiatan
diklat tersebut, salah satu materi yang diberikan
adalah pengembangan diri yang di dalamnya
diarahkan pada kegiatan ekstrakurikuler.
Dalam upaya ini, materi ekstrakurikuler
pendidikan agama Islam memiliki nilai dan tempat
tersendiri pula. Dalam pembelajaran di diklat,
para peserta diklat (guru-guru PAI) diajak untuk
melakukan kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan
Agama Islam yang dapat diterapkan pada
sekolah masing-masing dengan harapan, sekolah
tersebut memiliki kegiatan ekstrakurikuler yang
berjiwa religius. Dalam pandangan sementara,
materi ekstrakurikuler pendidikan agama Islam
yang diberikan pada diklat guru mata pelajaran
pendidikan agama Islam berjalan dengan baik
dan diterima oleh (guru-guru PAI). Berikutnya
memunculkan persoalan, apakah materi yang
diterima dalam pembelajaran diklat guru mata
pelajaran PAI, yang berkaitan dengan materi
ekstrakurikuler pendidikan agama Islam dapat
diterapkan pada sekolah masing-masing.
Kegiatan ekstra kurikuler keagamaan sangat
membantu dalam meningkatkan kemampuan
siswa khususnya dalam bidang pendidikan agama
Islam. Dengan adanya pelaksanaan kegiatan ekstra
kurikuler keagamaan, maka siswa mempunyai bekal
yang cukup untuk menjauhkan dirinya dari berbagai
pengaruh negatif. Kurang efektifnya jam pelajaran
untuk pengajaran Agama Islam yang disediakan di
sekolah-sekolah umum dianggap sebagai penyebab
utama timbulnya kekurangan para pelajar dalam
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran
Agama Islam. Sebagai akibat dari kekurangan ini,
para pelajar tidak memiliki bekal yang memadai
untuk membentengi dirinya dari berbagai pengaruh
negatif akibat globalisasi yang menerpa kehidupan.
Banyak pelajar yang terlibat dalam perbuatan kurang
terpuji seperti tawuran, pencurian, penodongan,
penyalah-gunaan obat terlarang dan sebagainya.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian
ini
adalah:
Bagaimana
program-program
kegiatan ekstra kurikuler keagamaan yang
dilaksanakan di SMAN Kota cirebon. Bagaimana
upaya pengembangan kegiatan ekstra kurikuler
keagamaan terhadap mutu PAI di SMAN Kota
Cirebon. Bagaimana keberhasilan pelaksanaan
pengembangan kegiatan ekstra kurikuler keagamaan
di SMAN Kota Cirebon. .
Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan
program-program kegiatan ekstra kurikuler
keagamaan yang dikembangkan di SMAN Kota
Cirebon. Mendiskripsikan upaya pengembangan
kegiatan ekstra kurikuler keagamaan terhadap mutu
PAI di SMAN Kota Cirebon. Untuk mengetahui
Keberhasilan pelaksanaan pengembangan kegiatan
ekstra kurikuler keagamaan di SMAN Kota Cirebon.
Mengetahui apa faktor pendukung dan penghambat
dalam kegiatan ekstrakurikuler keagamaan (Rohis)
di SMAN Kota Cirebon.
Tinjauan Puataka
Kegiatan ekstrakurikuler itu penting dapat
diartikulasikan kedalam 3 lingkup pendidikan
nilai (Menurut Taylor), yaitu :1). Pendidikan nilai
adalah cara terencana yang melibatkan sejumlah
pertimbangan nilai-nilai edukatif, baik yang
tercakup dalam manajemen pendidikan maupun
dalam kurikulum pendidikan. Dari hal yang paling
luas sampai yang paling sempit. Cara dapat diwakili
oleh pencapaian visi dan misi untuk pengembangan
nilai, moral, etika, dan estetika sebagai keseluruhan
dimensi pendidikan sampai pada tindakan
guru dalam melakukan penyadaran nilai-nilai
pada peserta didik. 2). Pendidikan nilai adalah
situasi yang berpengaruh tehadap pekembangan
pengalaman dan kesadaran nilai pada peserta
didik. Situasi dapat berupa suasana yang nyaman,
harmonis, teratur, akrab dan tenang. Sebaliknya,
situasi dapat berupa suasana yang kurang
mendukung bagi perkembangan peserta didik,
misalnya suasana bermusuhan, semrawut, acuh tak
acuh, dan sebagainya. Semua situasi pendidikan
tersebut berpengaruh terhadap pengembangan
kesadaran moral siswa, karena hal itu melibatkan
pertimbangan-pertimbangan psikologis seperti
persepsi, sikap, kesadaran dan keyakinan mereka.
3). Pendidikan nilai adalah peristiwa seketika
yang dialami peserta didik. Artinya pendidikan
nilai berlangsung melaui sejumlah kejadian yang
tidak terduga, seketika, sukarela, dan spontanitas.
Semua tidak direncanakan sebelumnya, tidak
dikondisikan secara sengaja dan dapat terjadi kapan
saja. Penggalan-penggalan peristiwa seperti itu
merupakan hidden curriculum yang dalam kasus
pengalaman tertentu dapat berupa suatu kejadian
kritis (critical incident) yang mampu mengubah
tatanan nilai dan perilaku seseorang (peserta didik).
Tiga lingkup pendidikan nilai yang diuraikan
di atas memberikan gambaran bahwa proses belajar
nilai pada peserta didik melibatkan semua cara,
kondisi, dan peristiwa pendidikan. Karena itu,
peserta didik membutuhkan keterlibatan langsung
di luar jam tatap muka di kelas atau sering disebut
dengan kegiatan ekstrakurikuler.
Pelaksanaan Ekstrakurikuler Keagamaan pada Kegiatan Rohis di SMAN Kota Cirebon - Marpuah
| 133
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk ke dalam jenis
penelitian kualitatif, yang bersifat diskriptif.
Penelitian yang dilakukan berusaha untuk
menggambarkan situasi atau kejadian mengenai
implementasi kegiatan Rohani Islam (Rohis) dan
budaya Islami di sekolah dalam upaya peningkatkan
hasil belajar PAI. Pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan psikologi behavioristik yang
mempelajari mengenai tingkah laku organisme,
menganggap setiap anak lahir tanpa warisan
kecerdasan bakat, perasaan dan warisan abstrak
lainnya, semua baru ada setelah kontak dengan alam
sekitar terutama alam pendidikan. Pengumpulan
data dilakukan dengan teknik wawancara dilakukan
dalam bentuk FGD. Dokumentasi sebagai referensi
dalam kajian penelitian ini. Observasi lapangan
dilakukan dalam kegiatan ritual pada waktu-waktu
tertentu, seperti sholat Dhuha berjamaah, sholat
Jum’at, dan membaca Qur’an 15.00 menit sebelum
dimulai jam pelajaran.
Analisis data yang digunakan kualitatif
deskriptif-naratif, yaitu analisa terhadap data-data
yang bersifat kualitatif dengan menuturkan dan
menafsirkan data yang sudah terkumpul melalui
pokok-pokok bahasan, dengan tahapan.reduksi
data, triangulasi, penarikan kesimpulan.
PEMBAHASAN
Sekilas SMAN I Kota Cirebon
SMAN I Kota Cirebon terletak di Jl. Dr.Wahidin
Sudirohusodo No. 81. Dipimpin oleh seorang Kepala
Drs.Totong Muslihat,N.MM. Dilihat dari golongan
jabatannya termasuk gol IV/b. Masa kerja beliau
baru 2 tahun. Sekolah ini sudah terakreditasi A dari
mulai tahun 2010. Luas areal tanah sekitar 9.510 M2.
Status tanah hak milik Pemerintah Kota Cirebon.
Tujuan Umum Pendidikan SMAN I Cirebon yaitu
: untuk meningkatkan Kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut dengan memiliki keseimbangan
sikap,pengetahuan, dan keterampilan yang terpadu
dalam kehidupan sehari-hari yang peduli terhadap
lingkungan.
Adapun Misi SMAN I Kota Cirebon adalah :
1. Membangun dan menumbuh kembangkan nilainilai keimanan, ketakwaan pada seluruh warga
sekolah. 2. Membangun Sumber Daya Manusia
(SDM) Pendidik dan tenaga kependidikan yang
berkualitas. 3. Pembelajaran berorientasi pada ke
134 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 22 Nomor 1 Juni 2016
unggulan budaya Lokal, Nasional, dan Global.
4. Mengembangkan empat pilar Pendidikan : a.
Learning to know (belajar mengetahui). b. Learning
to do (belajar melakukan sesuatu). c.Learning to be (
belajar menjadi sesuatu). d. Learning to live together
(belajar hidup bersama). Dengan demikian Visi dan
Misi SMAN I Kota Cirebon berorientasi menjadi
sekolah yang kreatif, edukatif, berkepribadian,
berwawasan lingkungan, dan budaya yang didasari
keimanan dan ketakwaan.
Disamping berlangsungnya proses belajar
mengajar di SMAN I Kota Cirebon, ada sejumlah
jenis kegiatan yang diikuti oleh siswa/I dalam
bentuk perlombaan. Baik itu lomba dalam
rangka PHBI, maupun pada momen-momen
tertentu, khususnya kegiatan lomba yang terkait
dengan mata pelajaran di kelas.
Kegiatan lomba yang diikuti oleh SMAN I
Kota Cirebon dari mulai tahun 2004 sampai dengan
tahun 2014 yang sudah direkap dalam arsip sebagai
dokumen sekolah. Kegiatan jenis lomba ini termasuk
dalam prestasi Akademik. Untuk prestasi Non
Akademik sudah berjalan dari mulai tahun 2013
hingga sekarang, seperti L.Komp.Bina Nusantara
meraih juara V tingkat Nasional. Kegiatan jenis
lomba ini pun baik prestasi Akademik maupun Non
Akademik termasuk di dalamnya siswa/siswi yang
aktif dalam kepengurusan ROHIS.
Adapun prestasi yang dihasilkan sebagai Out
Come dari proses belajar mengajar di SMAN I Kota
Cirebon, ada sejumlah siswa/siswi lulusan SMAN I
ini dapat melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri/
Swasta antara lain : IPB sebanyak 5 orang, ITB 3
orang, UGM 2 orang, UI 2 orang, UNBRAW 5
orang, Univ Jember 2 orang bidang kedokteran dan
Dr. Gizi. UNPAD 46 orang, UNS 1 orang, UNSOED
11 orang, UNTIRTA 1 orang, dan UPI 16 orang.
Siswa yang lulus PMDK jurusan Politeknik Negeri
Jakarta 2 orang. Siswa yang lulus PMDK D3 UNDIP
1 orang jurusan teknik mesin.
Kurikulum 2013 di SMAN Kota Cirebon
Keputusan
Menteri
Pendidikan
dan
Kebudayaan Nomor 179342/MPK/KR/2014 tentang
Penghentian Kurikulum 2013 (Kurtilas) telah
dibahas bersama antara Dinas Pendidikan (Disdik)
Kota Cirebon bersama seluruh sekolah berbagai
tingkatan. Silang pendapat terjadi. Keputusan
akhirnya, seluruh sekolah tetap melanjutkan
kurtilas. Hal ini disampaikan Sekretaris Disdik Kota
Cirebon Drs Tata Kurniasasmita MM kepada Radar,
Selasa (16/12). Sekolah-sekolah telah dikumpulkan
untuk membahas persoalan itu. Silang pendapat
terjadi diantara mereka. Namun, kata Tata
Kurniasasmita, Disdik memadukan masukan dan
membuat satu keputusan bersama. “Keputusan
berdasarkan keinginan sekolah-sekolah, mereka
wajib menerapkan kebijakan Kepmendikbud,”
ujarnya. Sesuai Kepmendikbud Nomor 179342/
MPK/KR/2014, bagi sekolah yang menerapkan
kurtilas baru satu semester, harus beralih ke
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau
kurikulum 2006. Selama ini, baru 15 SD, 5 SMP,
5 SMA dan 3 SMK yang dijadikan percontohan
kurtilas.
Sementara bagi sekolah yang sudah tiga
semester menerapkan kurtilas, diberikan dua
pilihan. Pertama, kata Tata, diperbolehkan
melanjutkan kurtilas atau kembali pada KTSP
dengan catatan alasan berikut argumentasinya.
“Alasan harus dirumuskan dengan musyawarah
bersama Komite Sekolah dan orang tua murid.
Karena kurikulum pendidikan menentukan
bentuk terbaik pembelajaran kepada siswa didik,”
terangnya didampingi Kepala Bidang Pendidikan
Dasar Drs Agus Setiadiningrat MPd. Dari seluruh
sekolah yang telah menggunakan kurtilas hingga
tiga semester, hanya satu sekolah yang mengusulkan
kembali ke KTSP. Yakni SD Geeta School. “Tidak
ada masalah, itu hak mereka. Semuanya masukan
beserta alasannya akan kami kumpulkan dan
dikirim ke Kemendikbud,” ucap Tata. Terlebih,
dalam Kepmendikbud 179342/MPK/KR/2014
diberikan alternatif pilihan bagi sekolah yang
telah tiga semester menjalani kurtilas. Selain SD
Geeta School, SD, SMP, SMA dan SMK lainnya
melanjutkan ke kurtilas untuk bahan ajar kepada
siswa.
Berdasarkan data dari Disdik Kota Cirebon,
sekolah yang tetap melanjutkan ke kurtilas untuk
tingkat SMK meliputi SMKN 1, SMKN 2, dan SMK
Wahidin. Sedangkan SMA yang memakai kurtilas
adalah SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3, SMAN 4,
dan SMA Kristen BPK Penabur. “Semuanya tetap
melanjutkan ke kurtilas. Itu keputusan masingmasing sekolah berdasarkan musyawarah mufakat
dengan komite sekolah dan orangtua siswa,” ucap
Tata.
Untuk diketahui, persoalan kurikulum
pendidikan ini muncul saat Mendikbud Anies
Baswedan, menghentikan pelaksanaan Kurikulum
2013 (kurtilas). Penghentian itu diterapkan bagi
sekolah-sekolah yang baru melaksanakan kurtilas
selama 1 semester. Anies menginstruksikan sekolah-
sekolah itu agar kembali menggunakan Kurikulum
2006 mulai semester genap tahun pelajaran
2014/2015. Anies menegaskan bahwa berbagai
konsep di kurtilas sebenarnya telah diakomodasi
dalam Kurikulum 2006. Hanya saja, untuk
sekolah yang telah memakai kurtilas tiga semester,
diperbolehkan memilih antara melanjutkan atau
mengganti dengan KTSP atau kurikulum 2006.
Terpisah, Ketua Dewan Pendidikan Kota Cirebon
Drs Abdul Razak mengaku masih belum mengerti
kenapa kurtilas dihentikan. Padahal sebagai insan
yang sudah lama di pendidikan, dirinya berharap
pendidikan akan lebih baik lagi di era pemerintahan
baru. “Ini kok malah kembali lagi ke kurikulum
2006, saya masih sulit mengerti penghentian ini,”
ujarnya. Bagaimana tidak, dirinya mengaku selama
ini bekerja keras mensosialisasikan kurikulum 2013
ke sejumlah sekolah-sekolah. Sosialisasi itu pun
kadang menggunakan uang pribadi. Sebab anggaran
di dewan pendidakan yang terbatas.
Alasan penghentian kurikulum 2013 karena
belum siap diterapkan seharusnya bisa dibenahi dan
diperbaiki setiap tahunnya. Karena menurut dia,
kurikulum itu sudah dirancang oleh para pakar dan
guru besar yang kompeten di bidang pendidikan.
Ia mengakui banyak guru yang kesulitan dalam
menerapkan kurikulum 2013. Namun itu bukan
alasan dihentikannya kurikulum tersebut. Dengan
semakin tingginya gaji guru, seharusnya perannya
bisa lebih berkualitas. Akan tetapi, menurut Razak,
saat ini ia tidak melihat dari efek dan nilai dari
peningkatan kesejahteraan guru, terutama melalui
tunjangan dan sertifikasi. “Sejatinya sertifikasi itu
untuk memotivasi guru agar dunia pendidikan
semakin berkualitas, tapi ternyata saya tidak melihat
adanya nilai yang dirasakan,” tuturnya. (ysf/jml).
Ditulis Oleh: rhu ranggerpada: Rabu, 17 Desember
2014pada: Kota Cirebon, Metropolis 1260 Views.
Surat Edaran Kemendikbud No. 233/C/
KR/2015 tentang Penetapan Sekolah Pelaksana
Ujicoba Kurikulum 2013 Tahun Pelajaran
2014/2015, dalam surat edaran tersebut berisi halhal sebagai berikut:
1. Kemdikbud menetapkan sekolah yang telah
melaksanakan kurikulum 2013 selama 3
semester dapat melanjutkan kurikulum 2013
sebagai ujicoba yang kemudian bisa dijadikan
sekolah rihntisan di seluruh kabupaten kota.
Daftar nama sekolah per kabupaten/kota
akan di terbitkan oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan.
Sedangkan sekolah yang baru melaksanakan
Pelaksanaan Ekstrakurikuler Keagamaan pada Kegiatan Rohis di SMAN Kota Cirebon - Marpuah
| 135
kurikulum 2013 selama 1 semester ditetapkan
untuk kembali menggunakan kurikulum 2006.
Pengaturan implementasi kurikulum tersebut
diatas akan di integrasikan dengan sistem
data pokok pendidikan (dapodik) yang secara
reguler di update oleh sekolah.
2. Kemdikbud bersama dinas pendidikan
kabupaten/kota berkonsentrasi melaksanakan
pembinaan terhadap sekolah uji coba kurikulum
2013 di daerah masing-masing. Sehingga
sekolah tersebut nantinya dapat berfungsi
sebagai sekolah inti atau sekolah rujukan yang
dipersiapkan untuk membina satuan pendidikan
di sekitarnya.
3. Dinas Pendidikan Propinsi/Kabupaten/
Kota sesuai kewenangannya melakukan
pembinaan bagi sekolah yang kembali
melaksanan kurikulum 2006 sebagaimana
di maksud pada pasal 3 permendikbud
No 160 tahun 2014 tentang pemberlakuan
kurikulum 2006 dan kurikulum 2013
untuk di siapkan pada tahap berikutnya.
SE Kemendikbud Nomor 233/CKR/2015,
tentang Penetapan Sekolah Pelaksana uji
coba Kurikulum 2013 tahun Pelajaran
2014/2015 January 24 th, 2015 | by admin.
Inti dari muatan Kegiatan Ekstrakurikuler
Keagamaan
Pengembangan kepribadian peserta didik
merupakan inti dari pengembangan kegiatan
ekstrakurikuler. Karena itu, profil kepribadian
yang matang merupakan tujuan utama kegiatan
ekstrakurikuler. Pengembangan kepribadian yang
matang dalam konteks pengembangan kegiatan
ekstrakurikuler tentunya dalam tahap-tahap
kemampuan peserta didik . Mereka dituntut untuk
memiliki kematangan dan keutuhan dalam lingkup
dunia hunian mereka sebagai anak yang tengah
belajar. Mereka mampu mengembangkan bakat
dan minat, menghargai orang lain, bersikap kritis,
terhadap suatu kesenjangan, berani mencoba
hal-hal positif yang menantang, peduli terhadap
lingkungan, sampai pada melakuan kegiatankegiatan intelektual dan ritual keagamaan.
Dalam konteks Pendidikan Nasional, semua
cara, kondisi, dan peristiwa dalam kegiatan
ekstrakurikuler diarahkan pada kesadaran nilainilai universal agama sekaligus pada upaya
pemeliharaan beragam. Karena itu, pada beberapa
sekolah, program ekstrakurikuler dikembangkan
secara integral baik dalam pengalaman fisik
136 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 22 Nomor 1 Juni 2016
maupun dalam pengalaman psikis. Model-model
pengembangan kegiatan ekstrakurikuler selalu
diarahkan secara integral untuk mencapai tahapantahapan perkembangan kepribadian peserta didik
yang matang.
Kegiatan ekstrakurikuler dapat dikembangkan
dalam beragam cara dan isi. Penyelenggaraan
kegiatan yang memberikan kesempatan luas kepada
pihak sekolah, pada gilirannya menuntut pimpinan
sekolah, guru, siswa, dan pihak yang berkepentingan
lainnya untuk secara kreatif merancang sejumlah
kegiatan sebagai muatan kegiatan ekstrakurikuler.
Muatan-muatan kegiatan yang dapat dirancang oleh
guru/ pembina antara lain:
Program keagamaan
Program ini bermanfaat bagi peningkatan
kesadaran moral beragama peserta didik. Dalam
konteks Pendidikan Nasional hal itu dapat
dikembangkan sesuai dengan jenis kegiatan yang
terdapat dalam lampiran Kepmen Diknas No. 125
/U/ 2002 antara lain: pesantren kilat, tadarus, shalat
berjamaah, shalat tharawih, latihan dakwah, baca
tulis Al-Qur’an, pengumpulan zakat, dan lain-lain,
Atau melalui program keaagamaan yang secara
terintegrasi dengan kegiatan lain, misalnya: latihan
nasyid, seminar, dan lain-lain.
Pelatihan profesional
Pelatihan profesioal yang ditujukan pada
pengembangan
kemampuan
nilai
tertentu
bermanfaat bagi peserta didik dalam pengembangan
keahlian khusus. Jenis kegiatan ini misalnya:
aktivitas jurnalistik, kaderisasi kepemimpian,
pelatihan manajemen, dan kegiatan sejenis yang
membekali kemampuan professional peserta didik.
Organisasi siswa
Organisasi siswa dapat menyediakan
sejumlah program dan tanggung jawab yang
dapat mengarahkan siswa pada pembiasaan hidup
berorganisasi. Seperti halnya yang berlaku saat
ini : Osis, PMR, Pramuka, kelompk pecinta alam
merupakan jenis organisasi yang dapat lebih
diefektifkan fungsinya sebagai wahana pembelajaran
nilai dalam berorganisasi.
Rekreasi dan waktu luang
Rekreasi dapat membimbing siswa untuk
penyadaran nilai kehidupan manusia, alam, bahkan
Tuhan. Rekreasi tidak hanya sekedar berkunjung
pada suatu tempat yang indah atau unik, tetapi
dalam kegiatan ini perlu dikembangkan cara-cara
menulis laporan singkat tentang apa yang disaksikan
untuk kemudian dijadikan bahan diskusi di kelas.
Demikian pula waktu luang, perlu diisi dengan
kegiatan olah raga atau hiburan yang dikelola
dengan baik.
Kegiatan kultural/budaya
Kegiatan kultural adalah kegiatan yang
berhubungan dengan penyadaran peserta didik
tehadap nilai-nilai budaya. Kegiatan orasi seni,
kursus seni, kunjungan ke museum, kunjungan
ke candi atau tempat-tempat bersejarah lainnya
merupakan program kegiatan ekstrakurikuler
yang dapat dikembangkan. Kegiatan-kegiatan
ini pun disiapkan secara matang sehingga dapat
menumbuhkan kecintaan terhadap budaya sendiri.
Program perkemahan
Kegiatan ini mendekatkan peserta didik
dengan alam. Karena itu agar kegiatan ini tidak
hanya sekedar hiburan atau menginap di alam
terbuka, sejumlah kegiatan seperti perlombaan
olahraga, kegiatan intelektual, uji ketahanan, uji
keberanian dan penyadaran spiritual merupakan
jenis kegiatan yang dapat dikembangkan selama
program perkemahan ini berlangsung.
Adapun kegiatan Rohis yang lebih berorientasi
pada pengembangan diri siswa, yaitu terdapat pada
unsur, pertama pembiasaan. Pembiasaan adalah
kegiatan ekstrakurikuler PAI yang dilakukan
untuk pengembangan karakter (character building)
keagamaan peserta didik pada tingkat SMA/SMK,
melalui penanaman nilai-nilai keagamaan dalam
kehidupan keseharian. Melalui kegiatan pembiasaan,
diharapkan peserta didik memiliki karakter dan
prilaku keseharian di sekolah, di rumah dan di
masyarakat senantiasa merefleksikan nilai-nilai dan
norma ajaran agama Islam yang terpuji.
Beberapa kegiatan pembiasaan terpuji
yang dapat dilakukan di sekolah, di rumah dan
di masyarakat, antara lain : Shalat berjamaah,
tadarusan, baca do’a pada awal dan akhir pelajaran
atau melakukan suatu pekerjaan. Mengucapkan
dan menjawab salam, menjaga kebersihan, menjaga
kesehatan, berprilaku jujur, adil, memanfaatkan
waktu luang untuk kebaikan, tolong menolong dan
hormat antar sesama. Sekolah harus menciptakan
budaya agamis, mulai dari penampilan profil pisik
sekolah sampai kepada situasi kehidupan antar
sesama guru, sesama murid, guru dengan murid,
dengan pegawai, juga dengan lingkungan.
Kedua Lomba Keterampilan Agama Islam
(LOKETA/PENTAS PAI). Loketa atau Pentas
PAI SMA adalah wahana kompetisi peserta didik
dalam berbagai jenis keterampilan agama yang
diselenggarakan mulai tingkat sekolah, gugus,
kecamatan kabupaten/kota, propinsi sampai dengan
tingkat nasional. Jenis keterampilan yang dapat
dilombakan antara lain : Tilawatil Qur’an, kaligrafi,
hafalan surat pendek, pidato, cerdas cermat, hafalan
do’a, menjadi imam, adzan, baca sajak, puisi, lomba
mengarang, kesenian Islam dan lain-lain.. Mengenai
jenis keterampilan yang dilombakan, setiap sekolah
atau daerah dapat memilih jenis lomba yang cocok
dan lebih memasyarakat di daerahnya masingmasing.
Kegiatan Loketa/Pentas PAI, selain dapat
berfungsi sebagai salah satu tolok ukur kompetensi
dan prestasi peserta didik dibidang PAI dan wahana
syiar Islam, juga untuk memotivasi peserta didik
agar lebih bergairah mempelajari, memahami,
mencintai dan mengamalkan nilai-nilai ajaran
agama Islam.
Loketa/Pentas PAI SMA diselenggarakan
secara berjenjang. Loketa/Pentas PAI SMA tingkat
sekolah, diselenggarakan oleh sekolah dengan
membentuk kepanitiaan. Loketa/Pentas PAI SMA
tingkat rayon/gugus diselenggarakan bersama
antar SMA serayon/gugus dengan membentuk
kepanitiaan. Loketa/Pentas PAI SMA tingkat
kabupaten/kota, diselenggarakan bersama antara
Depag kabupaten/kota dengan Dinas Pendidikan
kabupaten/kota, dengan membentuk kepanitiaan
atau melalui keputusan bersama. Loketa/Pentas PAI
SMA tingkat propinsi, diselenggarakan bersama
antara Kanwil Depag dengan Dinas Pendidikan
propinsi, melalui
kepanitiaan bersama atau
keputusan bersama. Loketa/Pentas PAI SMA/SMK
tingkat nasional, diselenggarakan oleh Departemen
Agama Pusat, dalam hal ini Subdit Kesiswaan
Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah.
Ditjen Pendidikan Islam melalui koordinasi dengan
Subdit Kegiatan Kesiswaan Direktorat Pembinaan
Sekolah Dasar dan Menengah dan Ditjen
Manajemen Dikdasmen Depdiknas RI.
Ketiga Pesantren Kilat (SANLAT). Pesantren
kilat merupakan kegiatan pesantren yang
dilaksanakan pada saat liburan sekolah, dengan
waktu yang relatif singkat di bulan Ramadhan atau
di luar Ramadhan. Pesantren Kilat disebut juga
Pesantren Ramadhan apabila dilaksanakan pada
bulan Ramadhan. Rentang waktu pelaksanaan
Sanlat bisa 3, 5, 7 hari, bahkan 2 minggu seperti
Pelaksanaan Ekstrakurikuler Keagamaan pada Kegiatan Rohis di SMAN Kota Cirebon - Marpuah
| 137
yang dilaksanakan oleh SMA Al-Azhar 5 Kota
Cirebon, disesuaikan dengan kebutuhan. Presiden
RI dalam sambutan pencanangan pekan nasional
penyelenggaraan Pesantren Kilat tahun 1996 tanggal
14 Juni 1996 di Istana Negara menyampaikan bahwa
: Pesantren Kilat adalah penting dan strategis agar
peserta didik memahami, lebih menghayati dan
makin banyak mengamalkan ajaran Islam yang
mereka anut. Juga kelak mereka menjadi insan
yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena
tujuan pelaksanaan Sanlat lebih diarahkan kepada
aspek pengamalan, maka proses pembelajarannya
lebih difokuskan kepada aspek afektif dan
psikomotorik, dalam bentuk praktek dan latihanlatihan.
Kegiatan pesantren kilat dilakukan dengan
menyesuaikan situasi, kondisi dan potensi yang ada
di sekolah. Pesantren kilat dapat juga dilaksanakan
dengan menggunakan tipologi: A, B, C. Tipologi
A, dilaksanakan dengan cara gabungan beberapa
SMA atau SMK, dengan jumlah peserta lebih dari
400 orang, bertempat di luar sekolah. Tipologi
B, dilaksanakan dengan cara gabungan beberapa
SMA atau SMK, dengan jumlah peserta lebih
dari 200 orang, bertempat di sekolah atau di luar
sekolah. Tipologi C, dilaksanakan oleh 1 (satu)
SMA atau SMK, dengan jumlah peseta 50 s.d 200
orang, bertempat di gedung SMA atau SMK atau di
Mushola/Masjid sekitar SMA atau SMK.
Keempat Ibadah Ramadhan (IRAMA).
Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan ekstra
kurikuler PAI-SMA yang dilakukan selama bulan
suci Ramadhan. Dengan rentang waktu mulai
malam pertama shalat tarawih sampai dengan
kegiatan halal bil halal (bersalam-salaman saling
maaf-maafan) yang dilaksanakan dalam nuansa
perayaan hari raya Idul Fitri. Kegiatan ibadah bulan
suci Ramadhan antara lain meliputi: salat wajib,
salat tarawih, salat sunat lainnya, tadarrus, buka
bersama, sanlat, zakat fitrah, santunan anak yatim.
Mendengarkan ceramah di masjid, mushola di
televisi dan lain sebagainya sampai dengan kegiatan
halal bil halal. Melalui kegiatan Ibadah Ramadhan
bagi peserta didik tingkat SMA, diharapkan para
peserta didik lebih memahami, menghayati dan
makin banyak mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam.
Kegiatan ibadah Ramadhan juga menjadi wahana
bagi pembinaan watak, moral dan mental spiritual
siswa sekolah, yang dapat membantu mewujudkan
tercapainya tujuan penyelenggaraan PAI. Untuk
138 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 22 Nomor 1 Juni 2016
teknis pelaksanaannya, bisa menggunakan buku
panduan pelaksanaan ibadah ramadhan, yang
dibuat oleh sekolah, MGMP-PAI, Kandepag atau
Kanwil Depag Provinsi.
Kelima Wajib Belajar Membaca Menulis AlQuran (WAJAR MMQ). Kegiatan ekstrakurikuler
PAI-SMA yang wajib diselenggarakan dalam
rangka memberikan kemampuan membaca
dan menulis Al-Qur’an dengan baik dan benar.
Kemampuan membaca menulis Al-Qur’an
merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki
oleh setiap orang yang beragama Islam. Karena
akan berfungsi sebagai alat untuk mengetahui,
memahami, menghafal dan mempelajari agama
Islam baik yang bersumber dari Al’Qur’an maupun
Hadits. Karena itu, belajar membaca dan menulis
Al Qur’an perlu diselenggarakan secara khusus, di
samping pembelajaran intra kurikuler, sehingga
diharapkan peserta didik yang lulus dari sekolah
tidak buta membaca dan menulis Al-Qur’an. Setiap
peserta yang telah selesai dan lulus dari jenjang
pendidikannya, diharapkan selain memperoleh
ijazah dan tanda lulus, juga memperoleh Sertifikat
MMQ.
Pelaksanaan Wajar MMQ antara lain bisa
ditempuh melalui cara orang tua peserta didik
mewajibkan anaknya mengaji di rumah, privat AlQur’an atau mengaji di Madrasah Diniyah. Guru PAI
mengadakan program khusus belajar membaca dan
menulis Al- Qur’an di sekolah, di luar jam pelajaran
dengan metode yang tepat. Sekolah melalui guru
PAI mengadakan program khataman, dengan
mengadakan acara khusus (upacara) di sekolah bagi
peserta yang telah hatam dengan bacaan yang baik
dan benar sekaligus pemberian sertifikat MMQ.
Keenam Wisata Rohani (WISROH), salah
satu kegiatan ekstrakurikuler PAI di SMA dalam
bentuk out bound yang ditujukan sebagai wahana
hiburan yang menyenangkan sekaligus memperoleh
pengetahuan dan pengalaman religius yang
bermanfaat. Dengan mengacu kepada pendekatan
dan prinsip belajar aktif dan menyenangkan, maka
diadakan kegiatan wisata rohani bagi peserta didik
pada tingkat SMA untuk sekaligus menambah
wawasan,
pengetahuan,
pengalaman,
dan
pengamalan keagamaan. Kegiatan wisata rohani,
pada gilirannya diharapkan juga dapat menambah
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Ketujuh Peringatan Hari Besar Islam (PHBI),
kegiatan memperingati Hari Besar Islam, dengan
maksud syiar Islam sekaligus menggali arti dan
makna dari suatu Hari Besar Islam. Hari Besar
Islam yang dimaksud, antara lain; bulan Maulid,
Isra Mi’raj, Nuzulul Qur’an, dan Tahun Baru Islam
atau bulan Muharram, Iedul Fitri dan Idul Adha.
Agar kegiatan PHBI memiliki makna pembelajaran
bagi siswa, maka pelaksanaan peringatan hari-hari
besar Islam secara teknis dikelola oleh siswa melalui
ROHIS dibawah bimbingan guru PAI, sedangkan
penanggung jawabnya adalah Kepala sekolah.
Dalam memperingati PHBI selain mengundang
nara sumber yang berkompeten, menampilkan pula
kegiatan-kegiatan siswa di bidang keterampilan
PAI, seperti jadi MC, pidato, baca Qur’an dan
tarjamahnya, baca doa dan kesenian Islam
Faktor Pendukung
Adapun hal-hal yang menjadi faktor
pendukung dalam proses pembinaan akhlak siswa
yang dilakukan oleh pembina ekstrakurikuler di
SMA Negeri 1 yaitu: visi-misi SMAN I yakni:
“SMANSA unggul dalam IMTAQ, IPTEK, dan
Budaya Islami”. Bahwasannya dengan melihat visimisi di sekolah SMAN I, dapat menciptakan suasana
religius di sekolah, sehingga dapat menanamkan
perilaku keberagamaan siswa dengan baik. Kepala
Sekolah,Wakasek,
bidang
Kurikulum,Tenaga
Pembina dan Warga Sekolah,Siswa, telah
berpartisipasi dan terlibat dalam kegiatan Rohis.
Dukungan dari siswa SMAN I sangat baik, dengan
terciptanya kegiatan Sie Kerohanian Islam (SKI. Dan
terbukti dengan banyaknya anggota sie kerohanian
Islam yang selalu meningkat. Sarana dan prasarana
sangat menunjang dalam pengembangan diri siswa
dengan adanya Masjid tempat kegiatan Rohani
Islam, serta ruang khusus untuk fasilitas pengurus
dan anggota Rohis.
Faktor Penghambat
Faktor penghambat dalam pelaksanaan
kegiatan Rohis di SMAN 1 yaitu : 1). Sumber dana.
Tidak ada alokasi dana secara khusus untuk kegiatan
Rohis, baik dari anggaran DiPA sekolah maupun
dari sumber dana APBN. Dana dari Sekolah hanya
sifatnya insidental saja, dan dilihat dari momen
-momen tertentu dalam pencairan dana itu.
PENUTUP
Pertama; Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan
sangat penting dalam pendidikan nilai karena
dalam kegiatan tersebut siswa mendapatkan
pengalaman langsung, Terlibat secara aktif dalam
kegiatan tersebut dan menyediakan cukup waktu
diluar jam efektif pelajaran, sehingga pendidikan
nilai lebih terakomodasi melalui aktivitas kegiatan
ekstrakurikuler.
Kedua; Pengembangan profil kepribadian
yang matang, peserta didik merupakan inti
dari pengembangan kegiatan ekstrakurikuler.
Ketiga; Muatan dalam kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan
meliputi: peningkatan kesadaran
moral beragama; pelatihan profesional yang
ditujukan pada pengembangan kemampuan
nilai tertentu; pembiasaan hidup berorganisasi;
penyadaran nilai kehidupan manusia, alam, bahkan
Tuhan; penyadaran peserta didik terhadap nilainilai budaya; serta penyikapan nilai-nilai yang
berkembang di masyarakat.
Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan
dapat disimpulkan bahwa: Program-program
kegiatan ekstra kurikuler keagamaan yang
dikembangkan di SMAN Kota Cirebon adalah:
Baca tulis Al-Qur’an, shalat berjamaah, pesantren
kilat setiap tahun, memperingati hari besar Islam.
Upaya pengembangan kegiatan ekstra kurikuler
keagamaan terhadap mutu PAI adalah: menunjuk
pembimbing yang kompeten untuk membina ekstra
kurikuler keagamaan, mengikuti berbagai lomba,
evaluasi pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan. Keberhasilan pengembangan programprogram kegiatan ekstrakurikuler keagamaan
adalah: antusias siswa dalam mengikuti kegiatan
ekstra kurikuler keagamaan cukup bagus, banyak
meraih prestasi dari berbagai lomba keagamaan;
jumlah peserta kegiatan ekstra kurikuler keagamaan
dalam setiap tahunnya meningkat; siswa lebih
aktif dan disiplin dalam melaksanakan kegiatan
keagamaan di sekolah, misalnya shalat berjamaah
dan mengikuti kegiatan hari besar Islam.
Rekomendasi
1. Sekolah hendaknya menyeimbangkan antara
academic building dan karakter building
2. Kegiatan ekstrakurikuler sebagai satu wahana
character building bagi peserta didik hendaknya
dikelola secara baik dan professional.
3. Dalam pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler
keagamaan, siswa diharapkan untuk selalu
mendukung semua kegiatan yang ada dan
dapat bekerja sama, sehingga organisasi ekstra
kurikuler keagamaan dapat terus berkembang
serta dapat lebih meningkatkan mutu
pendidikan agama islam.
4. Dalam kegiatan ekstra kurikuler, diharapakan
agar Pembina dan pembimbing untuk selalu
Pelaksanaan Ekstrakurikuler Keagamaan pada Kegiatan Rohis di SMAN Kota Cirebon - Marpuah
| 139
memberi motivasi kepada peserta didik,
supaya semangatnya tidak pernah turun dalam
mengikuti kegiatan ekstra kurikuler di SMAN
Kota Cirebon.
5. Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan ekstra
kurikuler keagamaan di SMAN Kota Cirebon,
sebaiknya sarana dan prasarana lebih dilengkapi
seperti laboratorium PAI, media Audio Visual,
Film Dokumenter
6. Dalam pengembangan kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan, perlu juga adanya inovasi dari segi
program kerja yang disusun, struktur organisasi,
jadwal kegiatan, administrasi organisasi, sarana
dan prasarana, serta pembiayaan. Terkhusus
untuk kegiatan ekstrakurikuler keagamaan
penting diadakan inovasi kegiatan dari segi
format pembelajaran, materi yang diajarkan,
pemusatan tempat pelaksanaan, dan hubungan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, Panduan Pengembangan Diri, (Jakarta:
Depdiknas ), h. 12
http://makalahpai.blogspot.com/2008/11/programekstrakurikuler-pendidikan.html tanggal 1 April
2009 jam 11.30
Depag, Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007
tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan
Keagamaan¸(Jakarta: Depag).
http://makalahpai.blogspot.com/2008/11/programekstrakurikuler-pendidikan.html tanggal 1 April
2009 jam 11.30
Marsudi, Saring. 2003. Layanan Bimbingan Konseling di
140 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 22 Nomor 1 Juni 2016
Sekolah. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
w w w . e x - k u l - s m k 6 . c o m .
http/www.wikipedia_blog-spot.com.
Diposkan oleh Arief Yuri W. N. di 16.24 Label:
PENDIDIKAN
Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Bulan Bintang
Arikunto, Suharsimi. 1995. Manajemen Penelitian.
Jakarta: RajaGrafindo Persada
Bogdan, Robert C.& Sari KnoppBiklen. 198. Qualitative
for Educational An Introduction to Theory and
Methods. Boston Allya and Bacon, Inc
Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi peneliti kualitatif.
Bandung: Pustaka Setia
Farida, Mutia. 2010. Pembinaan Siswa dan Kegiatan
Ekstrakurikuler (Studi Deskriptif Kualitatif di
SMA Negeri Megang Sakti Kabupaten Musi Rawas.
Bengkulu: Tesis Prodi Magister Administrasi/
Manajemen Pendidikan PPs Universitas Bengkulu
Lexy. J Moleong. 1990, Nasution, S. 2004. Metode Research
(Penelitian Ilmiah., Jakarta: PT Bumi Aksara
Pariyantini, Eka. 2010. Pengelolaan Ekstrakurikuler
Kesenian (Studi Perbandingan antara Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 dengan Sekolah
Menengah Pertama Negeri 3 Kepahiang).
Bengkulu: Tesis Prodi Magister Administrasi/
Manajemen Pendidikan PPs Universitas Bengkulu
M. Anis Matta. (2008). Membentuk Karakter Cara
Islam.
http://pustakahanan.googlepages.com/
RingkasanMembentukKarakterCaraIslam-.pdf.
Jumat, 30 Oktober 2008, Pkl: 11.03 WIBB.
Stefan Sikone. (2008). Pembentukan Karakter Dalam
Sekolah
Download