BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan perusahaan yang semakin kuat pada era globalisasi ini membuat perusahaan di Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang tidak mudah untuk meningkatkan mutu dan keunggulan daya saing. Perusahaan harus dapat memanfaatkan kemampuan yang dimiliki agar dapat memenangkan persaingan dan dapat bertahan dalam lingkungan seperti itu. Perusahaan harus menciptakan nilai bagi konsumen dalam bentuk produk dan jasa serta pelayanan berkualitas, sehingga perusahaan juga memperoleh feedback. Untuk menghasilkan produk yang berkualitas, perusahaan dapat menggunakan tiga ide dasar, yaitu: (1) setiap tindakan perusahaan dalam proses menghasilkan produk dan jasa selalu berorientasi kepada pelanggan, (2) melibatkan seluruh entitas yang berkaitan dengan jalannya perusaha an, baik pihak internal (karyawan), maupun pihak eksternal (pemasok dan pelanggan), (3) menggunakan data dan alasan ilmiah dalam memperbaiki kinerja yang efeknya akan memberikan keuntungan kepada perusahaan (Robert dan Sergesketter, 1993:1). Menurut Gasperz (2001:4), Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang menuju ke negara industri perlu membangun sistem kualitas modern dan praktik manajemen kualitas terpadu di berbagai bidang kehidupan sebagai sesuatu yang dapat diandalkan untuk memenangkan kompetisi dalam pasar global. Salah satu pendekatan dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat dengan menerapakan Total Quality Management (TQM) dalam industri jasa yang merupakan suatu sistem yang dapat dikembangkan menjadi pendekatan dalam menjalankan usaha untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui fokus pada pelanggan, perbaikan terus menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungannya (Tjiptono 2001:4). Penerapan TQM dalam suatu perusahaan dapat memberikan beberapa manfaat utama yang pada gilirannya meningkatkan laba serta daya saing perusahaan yang bersangkutan. Penerapan TQM yang terencana dan terarah diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan produktifitas dan kinerja karyawan (Poernomo, 2006:103). Dengan demikian Total Quality Management (TQM) merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. Selain penerapan TQM, perusahaan juga perlu menerapkan sistem akuntansi manajemen sebagai mekanisme untuk memotivasi dan mempengaruhi perilaku karyawan dalam berbagai cara yang memaksimalkan kesejahteraan organisasi dan karyawan. Sistem akuntansi manajemen yang dimaksud adalah sistem pengukuran kinerja dan sistem reward. Sistem pengukuran kinerja merupakan sistem yang menyediakan informasi kepada manajer untuk menentukan secara periodik lingkungan organisasi agar mendapat umpan balik yang bisa membantu anggota organisasi dalam usaha untuk melakukan perbaikan kinerja dan pembelajaran lebih lanjut agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (Arum, 2010:13). Sistem penghargaan (kompensasi) sangat penting untuk mendapat perhatian yang sungguh-sungguh, karena kompensasi yang berupa insentif individual maupun kelompok dapat meningkatkan prestasi kerja dan memotivasi karyawan (Probowati, 2005:3). Beberapa peneliti bidang akuntansi menyatakan bahwa kinerja perusahaan yang rendah, disebabkan oleh ketergantungannya terhadap sistem akuntansi manajemen perusahaan tersebut yang gagal dalam penentuan sasaran–sasaran yang tepat, pengukuran kinerja, dan sistem reward. Efektifitas penerapan TQM memerlukan perubahan mendasar infrastuktur organisasional, meliputi: sistem alokasi wewenang pembuatan keputusan, sistem pengukuran kinerja, sistem reward dan hukuman (Mardiyah dan Listianingsih, 2005:565). Halim et al. (2010) profit center merupakan suatu pusat pertanggungjawaban yang prestasinya diukur atas dasar laba yang diperoleh. Menurut Shih (dalam Mardiyah dan Listianingsih, 2005:566) memberikan b ukti empiris yang menunjukan adanya kesempatan suatu perusahaan mengevaluasi kinerja manajer atas laba berhubungan positif dengan pentingnya produk yang berkualitas dan pelayanan pelanggan. Dengan demikian akan memperbaiki produksi, keputusan manajemen, dan kemampuan perusahaan meningkat dengan adanya profit center. Penelitian ini menggunakan variabel pemoderasi dengan alasan bahwa variabel pemoderasi adalah suatu independen lainnya yang dimasukkan kedalam model karena mempunyai efek kontingensi dari hubungan variabel independen dan variabel dependen sebelumnya (Jogiyanto, 2004:142). Penelitian yang dilakukan Khim dan Larry (dalam Suprantiningrum, 2002:3) menemukan adanya pengaruh interaktif (bersama-sama) antara praktik penerapan TQM dengan desain sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja. Hal tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kurnianingsih (2000) tentang Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja dan Sistem Penghargaan terhadap Keefektifan Penerapan Teknik TQM pada Perusahaan Manufaktur yang ber hasil membuktikan bahwa sistem pengukuran kinerja dan sistem penghargaan memperkuat hubungan moderating terhadap hubungan antara TQM dengan kinerja manajerial. Beberapa penelitian mengenai hubungan TQM terhadap kinerja manajerial sudah banyak dilakukan. Suprantiningrum (2002) melakukan penelitian mengenai pengaruh Total Quality Manajemen (TQM) terhadap kinerja manajerial dengan sistem pengukuran kinerja dan sistem penghargaan (reward) sebagai variabel moderating dan menunjukan bahwa TQM dan interaksi TQM dengan sistem reward berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial, sedangkan interaksi TQM dengan sistem pengukuran kinerja tidak mempengaruhi kinerja manajerial. Penelitian Probowati (2005) menunjukan ada pengaruh yang signifikan dalam interaksi antara Total Quality Management (TQM) dan sistem pengukuran kinerja terhadap kinerja manajerial, interaksi antara Total Quality Management (TQM) dan sistem penghargaan terhadap kinerja manajerial tidak signifikan. Penelitian lainya adalah Hasanah (2013:98) menunjukan bahwa interaksi antara TQM dan sistem penghargaan tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Mardiyah dan Listianingsih (2005:579) menunjukan bahwa tidak ada pengaruh interaksi TQM dan profit center terhadap kinerja manajerial serta penelitian Yuliana et al. (2012) menunjukan bahwa interaksi penerapan Total Quality Management dan sistem pengukuran kinerja tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial dan interaksi penerapan Total Quality Management dan sistem penghargaan berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa penelitian-penelitian sebelumnya mengenai interaksi TQM dengan sistem pengukuran kinerja, sistem reward dan profit center terhadap kinerja manajerial ternyata hasilnya tidak konsisten. Oleh karenanya penelitian ini menguji kembali apakah interaksi TQM dengan sistem pengukuran kinerja dan sistem reward berpengaruh terhadap kinerja manajerial profit center. .Penelitian ini juga mengacu pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Mardiyah dan Listianingsih (2005). Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada obyek penelitian yaitu pada perusahan manufaktur maupun perusahaan jasa. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitiannya sebagai berikut: 1. Apakah interaksi penerapan TQM dan sistem penguk uran kinerja berpengaruh terhadap kinerja manajerial profit center? 2. Apakah interaksi penerapan TQM dan sistem reward berpengaruh terhadap kinerja manajerial profit center? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis apakah interaksi penerapan TQM dan sistem pengukuran kinerja berpengaruh terhadap kinerja manajerial profit center. 2. Untuk menganalisis apakah interaksi penerapan TQM dan sistem reward berpengaruh terhadap kinerja manajerial profit center. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Perusahaan Dapat memberikan masukan kepada pihak perusahaan tentang pentingnya penerapan TQM, sistem akuntansi manajemen serta profit center sehingga dapat digunakan untuk menganalisa kinerja perusahaan dan untuk mengambil tindakan evaluasi jika diperlukan. 2. Peneliti Dapat menambah wawasan tentang pentingnya pemanfaatan total quality management, sistem pengukuran kinerja dan sistem reward terhadap peningkatan kinerja manajerial profit center pada suatu instansi atau perusahaan serta dapat menerapkan di dunia pekerjaan. 3. Masyarakat Dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau sarana informasi tentang pentingnya pemanfaatan total quality management, sistem pengukuran kinerja dan sistem reward terhadap peningkatan kinerja manajerial profit center pada suatu instansi atau perusahaan serta wawasan dalam bidang akuntansi. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini membatasi pada permasalahan pengaruh penerapan Total Quality Management (TQM) sebagai variabel independen, sistem pengukuran kinerja dan sistem reward sebagai variabel moderating, kinerja manajerial dan profit center sebagai variabel dependen, serta obyek dalam penelitian ini adalah karyawan dalam level manajerial meliputi kep ala unit, kepala bagian, dan kepala seksi pada perusahaan manufaktur maupun perusahan jasa yang berada di Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode kuesioner, peneliti tidak melakukan wawancara maupun terlibat langsung dalam aktivitas perusahaan.