12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Pemikiran 2.2.1 Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah penyebaran pesan dengan menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak, yakni sejumlah orang yang tidak tampak oleh si komunikator. Dengan demikian, maka jelas bahwa komunikasi massa atau komunikasi melalui media sifatnya “satu arah” (one way trafic). Begitu pesan disebarkan oleh komunikator, tidak diketahuinya apakah pesan itu diterima, dimengerti, atau dilakukan oleh komunikan. 3 Dalam komunikasi massa, jumlah umpan balik relatif sangat kecil dibandingkan dengan khalayak secara keseluruhan yang merupakan sasaran komunikasi massa, dan sering tidak mewakili seluruh khalayak. Oleh sebab itu, pengetahuan mass communicator atau mass audience sangat terbatas. Selain itu, umpan balik yang dapat diterima oleh organisasi komunikasi cenderung dibedakan berdasarkan mekanisme umpan baliknya. Pada komunikasi massa, umpan balik cenderung langka dan delayed, sedangkan 3 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1992, hlm. 50 12 13 dalam komunikasi antar pribadi umpan baliknya mudah untuk diperoleh dan immediately.4 Komunikasi massa menurut penulis adalah pesan yang dikemas sedemikian rupa yang menggunakan media massa dalam menyampaikan pesan, melalui komunikator atau suatu lembaga dan ditujukan untuk kepada khalayak luas. 2.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa Beberapa karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut : 1. Komunikasi terlembagakan ciri komunikasi masa yang pertama adalah komunikatornya. Bahwa komunikasi massa itu menggunakan media massa, baik cetak maupun elektronik. Menurut pedapat wright, bahwa komunikasi massa melibtakan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. 2. Pesan Bersifat Umum Komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karena itu pesan komunikasi massa besifat umum. 3. Komunikasi Anonim dan Heterogen. Karena terdiri dari lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokan berdasarkan factor. 4 Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, Grasindo, Jakarta, 2003, hlm. 10 14 4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan keserempakan media massa itu ialah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk adalah jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. 5. Komunikasi Memggunakan Isi Ketimbangan Hubungan. Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsure hubungan sekaligus. Pada komunikasi antarpersona, unsur hubungan sangat penting, sebaliknya pada komunikasi massa unsur isi lebih penting. 6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah Komunikasi yang menggunakan media massa. Karena melalui media massa maka komunikator dan komunikannya tidak dapat kontak langsung. 7. Umpan Balik Tertunda. Komunikasi yang menggunakan media massa. Maka feedbacknya akan tertunda.5 2.1.3 Fungsi Komunikasi Massa Dari beberapa keterangan diatas maka komunikai massa dapat didefinisikan sebagai komunikasi yang mampu menimbulkan keserempakan diantara khalayak yang sedang memperhatikan pesan yang dilancarkan oleh media tersebut. Fungsi komunikasi massa menurut Jay Black dan Federick C. 5 Elvinaro Ardianto, dan Lukiati Komala, Komunikasi Massa, 2004 :7-12 15 Witney (1988) adalah to inform (menginformasikan), to entertaint (memberi hiburan), to persuade (membujuk), dan transmission of the culture (transmisi budaya). 6 Sejalan dengan tingkat perkembangan masyarakat dan teknologi komunikasi, fungsi komunikasi massa sudah mulai berubah. Dalam perspektif kritis, fungsi komunikasi massa bisa ditambah sebagai berikut:7 1. Melawan kekuasaan dan kekuatan represif. 2. Menggugat hubungan trikotonomi antara pemerintah, pers dan masyarakat. Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, yakni surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film. Oleh karena itu, maka sumber komunikasi massa bukanlah satu orang, melainkan suatu organisasi formal, dan ’sang pengirimnya’ sering kali merupakan komunikator profesional, pesannya tidak unik dan beraneka ragam, serta dapat diperkirakan. Disamping itu, pesan tersebut sering kali ’diproses’, distandarisasi dan selalu diperbanyak. 6 /Nurrudin, Pengantar Komunikasi Massa, Jakarta: PT. Raja Persada, 2007, hlm.4 7 Ibid, hlm.65-66 16 Penghubung antara komunikator dengan komunikan dari beberapa penjabaran soal komunikasi massa adalah media massa. Media massa adalah sarana untuk menyampaikan isi pesan/ pernyataan/ informasi bersifat umum, kepada sejumlah orang yang jumlahnya relatif besar, heterogen, anonim, tidak terlembagakan, perhatiannya terpusat pada isi pesan yang sama,yaitu pesan dari media massa yang sama ,dan tidak dapat memberikan arus balik secara langsung pada saat itu.8 2.2 Film sebagai Media Massa 2.2.1 Pengertian Film Film adalah satu media komunikasi massa yang merupakan suatu kekuatan yang dapat menpengaruhi pengetahuan, sikap, dan tingkah laku. Film dalam arti sempit adalah penyajian gambar layar lebar, tetapi dalam pengertian yang lebih luas. bisa juga termasuk yang disiarkan.Komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang sifatnya audio dan atau visual dalam bentuk film. 9 Menurut UU Perfilman, film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar yang dibuat berdasarkan 8 JB. Wahyudi, Komunikasi Jurnalistik Pengetahuan Praktis Kewartawanan Surat Kabar Radio, dan Televisi, Alumni, Bandung, 1991, hlm.90 9 Cangara Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2002, hlm.138 Majalah, 17 asas sinematografi dengan direkam dengan pita seluloid, pita video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan/atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan/atau lainnya. Gambar bergerak adalah bentuk dominan dari komunikasi massa. Film lebih dulu menjadi media hiburan dibanding radio siaran dan televisi. Menonton televisi menjadi aktivitas populer bagi orang Amerika pada tahun 1920-an sampai 1950-an. Film adalah industri bisnis yang diproduksi secara kreatif dan memuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika.10 Film tidak bisa dilepaskan begitu saja dari perkembangan arus kebudayaan. Sebagai media massa, film memiliki kemampuan untuk mempengaruhi para penontonnya. Namun sayang, film-film kita yang beredar kebanyakan mengangkat kisah-kisah yang bersifat praktis dan disajikan dalam kemasan yang hedonis. Hal ini bersimbiosis dengan rendahnya stamina kreativitas masyarakat kita. Sehingga gejala psikologis yang tampak pada mereka adalah kecenderungan untuk berkompromi dengan fenomena yang berkembang. 10 www.geocities.com/Paris/7229/film.htm/diakses Jum’at tanggal 24 Oktober 2008/ pukul 07.57 p.m. 18 Film, hendaknya dimaknai sebagai esensi yang meminta kecermatan dan ketepatan memilih, secara individu maupun kebudayaan. Ketika film telah direspon sebagai entitas seni dan kreativitas yang harus memberi warna cerah dalam wajah kebudayan, maka film tidak lagi sekadar menghibur belaka. Ada dampak positif yang melintasi dimensi hiburan. Dalam konteks ini, film akan digagas dengan kreatifitas dan berorientasi untuk mengkonstruksi realitas yang tujuannya adalah untuk membuka wawasan maupun mempertahankan identitas. Sehingga film akan diapresiasi dengan pikiran terbuka dan kemaluan tertutup. Film juga berpotensi menjadi sumber pendidikan informal melalui isi pesan yang dikandungnya, tidak peduli bagaimana cara pesan itu disampaikan muncul. Namun yang pasti, isi yang dikandungnya tidak bebas dari nilai-nilai tertentu, seperti bias ideologi atau politik dari si pembuat film. Media yang paling sering dipakai secara kolektif adalah film kemudian disusul televisi. 11 11 Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa, Erlangga, Jakarta 1996, hlm. 22 19 2.2.2 Fungsi film Film merupakan salah satu alat komunikasi yang mudah disampaikan, mudah diterima, dan dicerna oleh manusia. Dalam fungsi film mengandung tiga unsur, yaitu12 : 1. Sebagai alat penerangan Dalam film segala dapat disampaikan secara audio visual sehingga mudah mengerti. 2. Sebagai alat pendidikan Dapat memberikan contoh suatu peragaan yang bersifat mendidik , tauladan didalam masyarakat dan memperlihatkan perbuatan-perbuatan yang baik. 3. Sebagai alat hiburan Dalam mensejahterakan rohani manusia karena disini kepuasan batin untuk melihat secara visual. Fungsi film adalah salah satu nilai yang dapat memuaskan kebutuhan kita sebagai manusia. Khususnya sebagai pemenuhan kebutuhan psikologi 12 Siti Karlinah, Komunikasi Massa, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, hal. 7.24 20 dan spritual dalam kehidupannya. Kumpulan gambar yang artistik danbercerita sering menghibur melalui pesan-pesan yang disampaikan oleh sebuah film. Beda fisik teater dan film adalah bahwa pertunjukan teater itu hidup , life , dan film adalah citra ,image. Tapi beda yang berpaling mendasar adalah bahwa pertunjukan teater mengutamakan informasinya pada dialog pemain, sedang film pada informasi visual. 2.2.3 Jenis-jenis Film Jenis-jenis film adalah sebagai berikut :13 1. Drama Tema ini mengangkat aspek-aspek human interest sehingga sasarannya adalah perasaan penonton untuk meresapi kejadian yang menimpa tokohnya.Tema ini dikaitkan dengan latar belakang kejadiannya, seperti jika kejadian disekitar keluarga maka disebut drama keluarga. 2. Action 13 Askurifai Baksin, Membuat Film Indie Itu Gampang., Katarsis, Bandung, 2003. hlm. 93 21 Tema ini bisa dikatakan sebagai film yang berisi pertarungan secara fisik antara tokoh baik dan tokoh jahat. 3. Komedi Film komedi tidak harus dimainkan oleh pelawak, tetapi juga bisa oleh pemain film biasa dan selalu menawarkan sesuatu yang membuat orang tersenyum atau tertawa. Ada 2 jenis komedi yaitu komedi slapstik yang memperagakan adegan konyol seperti dilempar kue, dansituation comedy (sitcom) yang menghadirkan adegan lucu dari situasi yang dibentuk dalam alur dan irama film. 4. Tragedi Tema ini meniktikberatkan pada nasib manusia, sebuah film dengan akhir cerita nasib tokoh utama yang selamat dari perampokan, pembunuhan dan lainnya. 5. Horor (suspense-thriller) Film horor adalah film yang menawarkan suasana menakutkan dan menyeramkan yang membuat bulu kuduk penontonnya merinding. Suasana horor bisa dibuat dengan animasi, special effect atau oleh tokoh-tokoh dalam film. 22 6. Drama Action Drama action menyuguhkan suasana drama dan adegan-adegan ”pertengkaran fisik”. Biasanya film dimulai dengan suasana ”drama” setelah itu suasana tegang berupa ”pertangkaran-pertengkaran”. 7. Komeditragi Suasana komedi ditonjolkan lebih dahulu kemudian disusulkan dengan suasana komedi. 8. Komedi Horor Film ini menampilkan film horor yang berkembang, kemudian diplesetkan menjadi komedi. Unsur ketegangan yang bersifat menakutkan menjadi lunak karena unsur tersebut dikemas dengan adegan komedi. 9. Parodi Tema ini merupakan duplikasi dari film-film tertentu yang diplesetkan (disindirkan). Jadi tema parodi berdimensi duplikasi film yang sudah ada lantas dikomedikan. 23 10. Musikal Merupakan jenis film yang diisi dengan lagu-lagu maupun irama melodious, sehingga penyutradaraan, penyuntingan, akting, termasuk dialog, dikonsep sesuai dengan kehadiran lagu-lagu dan irama melodiuos. 2.2.4 Karateristik Film Penempatan setting, peran, dan ide cerita masing-masing saling mendukung. Dengan dilengkapi gambar dan alunan dialog yang ditampilkan di layar bioskop, maka telah siap menjadi sebuah film yang disajikan kepada penonton. Hal mendasar yang digarisbawahi di sini adalah kekuatan film sebagai produk komunikasi massa dibandingkan produk lainnya mencakup hal-hal sebagai berikut 14: 1. Layar bioskop yang luas memiliki daya tarik yang besar karena dapat menghadirkan gambar yang besar kepada pemirsanya. 2. Implementasinya dengan kehadiran layar lebar tersebut maka pengambilan gambar dalam film bioskop termungkinkan datang dari 14 Siti Karlinah, Komunikasi Massa, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, hal.7.26 24 segala arah dengan tujuan keindahan dan artistik, sehingga dapat mengirimkan suasana yang sebenarnya kepada penonton. 3. Pengalokasian tempat yang umumnya berada di bioskop membuat penonton secara otomatis berkonsentrasi penuh pada isi cerita tanpa terganggu oleh hal-hal lain. 4. Suasana yang dihadirkan oleh cerita film tak jarang mendekatkan diri secara psikologis kepada penontonnya yang seringkali menyamakan diri dengan tokoh-tokoh yang ada dalam jalinan cerita. 2.3.5 Unsur-unsur film 1. Sutradara Sutradara memiliki tanggung jawab meliputi aspek-aspek kreatif dan teknis dari sebuah produksi film. Sutradara juga harus mampu membuat film dengan wawsan serta keartistikan untuk mengontrol film dari awal produksi hingga tahap penyelesain. 2. Penulis skenario 25 Skenario ibarat kerangka tubuh manusia. Skenario film harus disampaikan dalam deskripsi visual dan harus mengandung ritme adegan beserta dialog yang sesuai dengan tuntutan sebuah film. 3. Penata Fotografi Penata fotografi atau juru kamera bekerja sama dengan sutradara untuk menentukan shot, jenis lensa , dan mebuat komposisi gambar. Juga bertanggung jawab memeriksa hasil syuting agar hasil yang didapatkan bagus. 4. Penata Artistik Tata artistik adalah segala sesuatu yang melatarbelakangi cerita film atau yang disebut dengan setting. Setting adalah tempat dan waktu berlansungnya cerita film. Penata artistik bertugas menerjemahkan konsep visual sutradara. Penata disertai oleh tim kerja yang terdiri dari pinata kostum, bagian make-up dan jika diperlukam tenaga pembuat efek khusus. 5. Penata suara Penata suara dalam bentuk media audio visual dalam film akan membuat film menjadi lebih baik. 26 6. Penyuting suara Editor bertugas untuk menyusun hasil gambar hingga membuat cerita yang sempurna sesuai sknario. 7. Penata musik Fungsi musik adalah membuat kerangka adegan, menunjukan suasana batin , kokoh, megiringi adegan dengan ritme yang tepat dan menegaskan karakter lewat musik. 8. Pemeran Akting film diaratikan sebagai kemampuan berlaku sebagai orang lain. Seorang pemain harus memliki kecerdesan untuk menguasai diri dan melakukan pengamatan serta latihan sebelum pelaksanaa syuting. 2.3 Detektif Selain unsur kejahatan dan misteri, unsur detektif merupakan unsur terpenting karena detektif adalah orang yang akan memecahkan semua kejahatan dan misteri di dalam Film Sherlock Holmes ini. Detektif ini sendiri adalah polisi atau orang yang mempunyai tugas untuk memecahkan kejahatan dan teka-teki di dalam Film Sherlock Holmes. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:188) 27 “kata detektif berarti polisi rahasia.”15 Dalam Kamus Inggris –Indonesia (1986:151) “ kata detektif berasal dari kata bahasa Inggris detective yang berarti: detektif, mata-mata.”16 Kata polisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:672) “ berarti badan pemerintahan yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum,pegawai negeri yang bertugas menjadi keamanan.” Misalnya menemukan bau kejahatan.Kata detective berarti seseorang yang menemukan secara khusus, seseorang yang bekerja dalam pencarian pelawan hukum atau membuntuti tersangka.Semua tokoh itu diberi latar belakang tertentu, perilaku tertentu yang membuat pembaca menduga bahwa satu di antaranya nanti terbukti sebagai pelaku kegiatan misterius itu.Di dalam cerita detektif, informasiinformasi itu biasanya menggiring pembaca ke arah dugaan yang salah. Kecenderungan semacam inilah yang oleh Barthes “disebut snare―perangkap.”Dijelaskan “detektif adalah seseorang yang melakukan penyelidikan suatu kejahatan, baik sebagai detektif polisi maupun sebagai detektif swasta.” 15 Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007-188) 16 Kamus Besar Inggris-Indonesia (1986:151) 28 Detektif termasuk ke dalam Kode Hermeneutik atau kode-kode berkisar pada harapan untuk mendapatkan kebenaran.17Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa detektif adalah seseorang yang bekerja untuk memecahkan suatu masalah dengan memecahkan lika-liku kejahatan melalui kumpulan tafsiran-tafsiran 2.3.1Unsur-Unsur Detektif a. Unsur Kejahatan Unsur kejahatan merupakan salah satu unsur utama yang akan dibahas dalam penelitian ini, karena kejahata merupakan salah satu komponen yang utama. Itu sebabnya Teeuw (1984:135) menyebutkan “konvensi roman detektif yang pertama harus ada mayat.” Mayat itu ada karena tindak kejahatan. Kemudian dengan adanya mayat, atau kerugian di dalam masyarakat ini akan menimbulkan misteri, dan tekateki yang harus dipecahkan nantinya. salah satu kekhasan dari Film detektif adalah hadirnya sebuah tragedi kematian yang dilanjutkan dengan penemuan- penemuan untuk menyelesaikan masalah, siapa detektifnya, siapa yang melakukan 17 Semiotika Komunikasi, Hal 65. Drs. Alex Sobur,M.Si. PT. remaja rosdakarya 29 pembunuhan dan apa motifnya sehingga terjadi kasus pembunuhan tersebut Secara sosiologis, kejahatan adalah semua bentuk ucapan, perbuatan, dan tingkah laku yang secara ekonomis, politis, dan sosialpsikologis sangat merugikan masyarakat, melanggar norma-norma susila, dan menyerang keselamatan warga masyarakat (baik yang tercakup dalam undang-undang, maupun yang belum tercantum dalam undang-undang). b. Unsur Misteri Unsur misteri merupakan satu dari beberapa unsur detektif yang akan dibahas karena unsur ini sangat penting, hal ini adalah pemicu munculnya suatu ketegangan yang dihasilkan oleh tindak kejahatan yang dilakukan oleh tokoh-tokohnya dari setiap film tersebut. misteri merupakan salah satu komponen utama roman detektif, dan misteri merupakan komponen yang dideteksi yang harus dipecahkan karena misteri merupakan salah satu komponen yang 30 utama, kehadiran mayat itu penting, kehadiran mayat sesungguhnya hanya merupakan alat bagi kehadiran misteri itu. Selain kehadiran mayat, teka-teki juga dapat memicu adanya misteri dalam Film Sherlock Holmes ini. Seperti yang diungkapkan oleh Kartono (dalam Sukapiring,1987:137) “yang penting semuanya itu harus misterius, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan, seperti siapakah pembunuhnya, siapakah pencurinya, siapakah penculiknya, dan lain-lain. c. Unsur Pemecahan Masalah Unsur terakhir yang akan dibahas adalah unsure pemecahan masalah yang tidak terduga pada akhir cerita. Jadi, unsur ini sangat penting di dalam cerita detektif.cerita detektif biasanya melibatkan banyak sekali tokoh yang dapat dicurigai sebagai pelaku kejahatan misterius yang dideteksi itu. Semua tokoh itu diberi latar belakang tertentu, perilaku tertentu yang membuat pembaca menduga bahwa satu di antaranya nanti terbukti sebagai pelaku kegiatan misterius itu.Di dalam cerita detektif, informasi-informasi itu biasanya menggiring pembaca ke arah dugaan yang salah. 31 Pemecahan yang tidak terduga itu terjadi karena banyak hal-hal kecil yang terlepas dari perhatian pembaca, padahal hal-hal itu amat penting bagi pemecahan misteri.”18 2.4 Pemaknaan di dalam Komunikasi Komunikasi merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia dalam kaitannya dengan hubungan antar manusia. Bisa dikatakan bila dalam suatu tempat terdapat dua, tiga, empat manusia, lima atau lebih, hamper dapat dipastikan terjadi komunikasi manusia walaupun biasa, kadang terdapat komunikasi diantara sesama mereka. Komunikasi didefinisikan sebagai dengan apa yang telah terjadi bila makna telah diberikan kepada suatu perilaku manusia.19 Bila seseorang memperhatikan perilaku kita dan kemudian memberikan makna dapat dikatakan komunikasi telah terjadi, terlepas dari apakah kita menyadari perilaku kita secara disengaja atau tidak didalam proses komunikasi tersebut. Raymond S. Ross mendefinisikan bahwa: “Komunikasi adalah suatu proses menyortir, memilih dan mengirimkan simbol-simbol 18 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13462/1/09E02691.pdf/diakses Tanggal 24 September 25, 2013 Pukul 12:14 AM 19 Deddy Mulyana dan jalaludin Rahmat. 2005, Komunikasi Antar Budaya, Bandung: Remaja Rosdakarya. Halaman 13 32 sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respon dari pikirannya yang serupa dengan apa yang dimaksudkan oleh pembicara”. 20 Komunikasi ialah proses transaksional yang meliputi pemisahan, dan pemilahan bersama lambing secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau respon yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber. 21 20 Deddy Mulyana. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya Halaman 68 21 Suranto Aw. Loc cit. Halaman 3