BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian

advertisement
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pengujian pertama guna mengetahui pengaruh surja tegangan terhadap piranti
perlindungan surja OBO V-20C diawali dengan membangkitkan tegangan impuls (1,2/40 µs)
dengan puncak tegangan yang bervariasi, yaitu dari 700 V; 1 kV; 1,5 kV; 2 kV; 3 kV; 5 kV; 10
kV; 2O kV; 30 kV; dan 50 kV. Pengujian ini dilakukan untuk membuktikan pelindung surja
OBO V-20 bekerja dalam
memotong tegangan ketika terjadi tegangan lebih petir yang
disimulasikan menggunakan pembangkit tegangan impuls.
Pengujian kedua menggunakan arester dilakukan untuk mengetahui kerja dari piranti
perlindungan surja OBO V-20 dalam memotong tegangan impuls yang diberikan. Tegangan
impuls yang diberikan adalah 700 V; 1 kV; 1,5 kV; 2 kV; 3 kV; 5 kV; 10 kV; 2O kV; 30 kV; dan
50 kV. Cara mengetahui kerja dari piranti perlindungan surja OBO V-20 adalah dengan cara
melihat tegangan output yang keluar setelah melewati alat tersebut. Apakah tegangan akan
berkurang atau tegangan masih sama seperti tegangan impuls yang diberikan pada awalnya.
Selain itu kita dapat mengetahui apakah tegangan impuls yang dipotong akan merusak piranti
pelindung surja OBO V-20 pada tegangan impuls berapa.
Pengujian ketiga dilakukan dengan menambah beban setelah arester, guna mengetahui
apakah pemotongan tegangan yang dilakukan oleh arester pada tegangan impuls 700 V; 1 kV;
1,5 kV; 2 kV; 3 kV; 5 kV; 10 kV; 2O kV; 30 kV; dan 50 kV dapat berpengaruh pada kondisi
beban atau tidak.
Percobaan keempat yaitu dengan merusak beban dengan langsung membangkitkan
tegangan impuls tanpa dilindungi oleh arester. Guna mengetahui apa yang terjadi setelah beban
terkena tegangan impuls yang diberikan tanpa dilindungi oleh arester.
Pengujian ini dilakukan selama 3 hari, yaitu dari tanggal 5-7 Juli 2017 pukul 10.00-15.00
WIB dengan suhu ruangan 30-31֯C dan tingkat kelembapan 75%. Pengujian ini dilakukan dengan
cara memberikan puncak tegangan impuls dengan kenaikan mulai dari 700 V; 1 kV; 1,5 kV; 2
kV; 3 kV; 5 kV; 10 kV; 2O kV; 30 kV; dan 50 kV. Puncak tegangan impuls yang dapat dicapai
di Lab. Teknik Tegangan Tinggi DTETI UGM yaitu 140 kV dengan tegangan charging per
kapasitor sebesar 42 kV.
4.1
Pengujian Puncak Tegangan Impuls 700 V
Pengujian pertama tanpa menggunakan piranti pelindung surja OBO V-20C, puncak
tegangan impuls yang akan dicapai sebesar 700 V. Untuk mendapatkan puncak sebesar 700 V
dibutuhkan resistor tambahan 400 Ω dan 9 Ω yang dipasang seri untuk memperkecil puncak
tegangan impuls. Dengan tegangan charging per kapasitor 28 kV di dapatkan puncak tegangan
impuls dengan nilai 26 mV yang tertampil pada layar osiloskop. Pengukuran tegangan output
diambil resistor tegangan pembagi 9 Ω. Tegangan input osiloskop berasal dari voltage divider,
sehingga perlu dikonversi kenilai sebenarnya dengan mengkalikan 26500.
Tegangan Impuls = 26 mV x 26500 = 689 V
Tegangan Residu = 26 mV x 26500 = 689 V
Perbedaan nilai tegangan antara hasil perhitungan charging per kapasitor dan hasil
perhitungan nilai yang tertampil di osiloskop dikarenakan ketidak tepatan penguji dalam
mentrigger tegangan saat 27 kV dan losses yang terjadi.
Gambar 4.1. Gelombang Tegangan Impuls 0,7 kV
Gambar 4.2. Gelombang Tegangan Residu
Gambar 4.3. Gelombang Tegangan Impuls dan Residu
Gambar 4.4. Gelombang Tegangan Residu dan Beban
Gambar 4.5. Gelombang Tegangan impuls,residu dan beban
Pada percobaan pertama dengan pemberian tegangan impuls sebesar 0,7 kV dapat dilihat
pada gambar 4.1 menghasilkan tegangan residu yang masih sama dengan tegangan impuls dapat
dilihat pada gambar 4.2. Penggabungan tegangan impuls dan residu dapat dilihat pada gambar
4.3. Selanjutnya diberikan beban setelah arester sehingga menghasilkan tegangan residu dan
beban seperti pada gambar 4.4. Penggabungan antara tegangan impuls,residu dan beban dapat
dilihat pada gambar 4.5.
4.2
Pengujian Puncak Tegangan Impuls 1 kV
Pengujian pertana tanpa menggunakan piranti pelindung surja OBO V-20C, puncak
tegangan impuls yang akan dicapai sebesar 1 kV. Pengujian kedua yaitu menggunakan piranti
pelindung surja OBO V-20C dengan tegangan impuls 1 kV sedangkan percobaan ketiga dengan
menaruh beban yaitu charger handphone. Untuk mendapatkan puncak sebesar 1 kV dibutuhkan
resistor tambahan 400 Ω dan 13 Ω yang dipasang seri untuk memperkecil puncak tegangan
impuls. Dengan tegangan charging per kapasitor 30 kV di dapatkan puncak tegangan impuls
dengan nilai 38 mV yang tertampil pada layar osiloskop. Pengukuran tegangan output diambil
resistor tegangan pembagi 13 Ω. Tegangan input osiloskop berasal dari voltage divider, sehingga
perlu dikonversi kenilai sebenarnya dengan mengkalikan 26500.
Tegangan Impuls = 38 mV x 26500 = 1 kV
Tegangan Residu = 28 mV x 26500 = 742 V
Perbedaan nilai tegangan antara hasil perhitungan charging per kapasitor dan hasil
perhitungan nilai yang tertampil di osiloskop dikarenakan ketidak tepatan penguji dalam
mentrigger tegangan saat 30 kV dan losses yang terjadi.
Gambar 4.6. Gelombang Tegangan Impuls 1 kV
Gambar 4.7. Gelombang Tegangan Residu
Gambar 4.8. Gelombang Tegangan Impuls dan Residu
Gambar 4.9. Gelombang Tegangan Residu dan Beban
Gambar 4.10. Gelombang Tegangan impuls,residu dan beban
Pada percobaan kedua dengan pemberian tegangan impuls sebesar 1 kV dapat
dilihat pada gambar 4.6 menghasilkan tegangan residu yang berbeda, karena arester mulai
bekerja untuk memotong tegangan impuls dapat dilihat pada gambar 4.7. Penggabungan
tegangan impuls dan residu dapat dilihat pada gambar 4.8. Selanjutnya diberikan beban setelah
arester sehingga menghasilkan tegangan residu dan beban seperti pada gambar 4.9.
Penggabungan antara tegangan impuls,residu dan beban dapat dilihat pada gambar 4.10.
4.3
Pengujian Puncak Tegangan Impuls 1,5 kV
Untuk mendapatkan puncak sebesar 1,5 kV dibutuhkan resistor tambahan 400 Ω dan 17
Ω yang dipasang seri untuk memperkecil puncak tegangan impuls. Dengan tegangan charging
per kapasitor 32 kV di dapatkan puncak tegangan impuls dengan nilai 56 mV yang tertampil
pada layar osiloskop. Pengukuran tegangan output diambil resistor tegangan pembagi 17 Ω.
Tegangan input osiloskop berasal dari voltage divider, sehingga perlu dikonversi kenilai
sebenarnya dengan mengkalikan 26500.
Percobaan pertama adalah membangkitkan tegangan impuls sebesar 1,5 kV. Setelah
mencapai tegangan impuls 1,5 kV lalu pasangkan arester untuk menghasilkan tegangan residu.
Setelah menghasilkan tegangan residu lalu pasangkan beban untuk melihat perubahan tegangan
pada beban.
Tegangan Impuls = 56 mV x 26500 = 1,5 kV
Tegangan Residu = 28 mV x 26500 = 742 V
Perbedaan nilai tegangan antara hasil perhitungan charging per kapasitor dan hasil
perhitungan nilai yang tertampil di osiloskop dikarenakan ketidak tepatan penguji dalam
mentrigger tegangan saat 32 kV dan losses yang terjadi.
Gambar 4.11. Gelombang Tegangan Impuls 1,5 kV
Gambar 4.12. Gelombang Tegangan Residu
Gambar 4.13. Gelombang Tegangan Impuls dan Residu
Gambar 4.14. Gelombang Tegangan Residu dan Beban
Gambar 4.15. Gelombang Tegangan impuls,residu dan beban
Pada percobaan kedua dengan pemberian tegangan impuls sebesar 1,5 kV dapat dilihat
pada gambar 4.11 menghasilkan tegangan residu yang berbeda, karena arester mulai bekerja
untuk memotong tegangan impuls dapat dilihat pada gambar 4.12. Penggabungan tegangan
impuls dan residu dapat dilihat pada gambar 4.13. Selanjutnya diberikan beban setelah arester
sehingga menghasilkan tegangan residu dan beban seperti pada gambar 4.14. Penggabungan
antara tegangan impuls,residu dan beban dapat dilihat pada gambar 4.15.
4.4
Pengujian Puncak Tegangan Impuls 2 kV
Untuk mendapatkan puncak sebesar 2 kV dibutuhkan resistor tambahan 100 Ω yang
dipasang seri untuk memperkecil puncak tegangan impuls. Dengan tegangan charging per
kapasitor 5,5 kV di dapatkan puncak tegangan impuls dengan nilai 76 mV yang tertampil pada
layar osiloskop.
Pengujian yang pertama dilakukan yaitu dengan mambangkitkan tegangan impuls sebesar
2 kV. Setelah tegangan impuls 2 kV didapatkan lalu pasangkan arester guna menghasilkan
tegangan residu. Setelah tegangan residu di dapatkan lalu pasangkan beban guna mengetahui
tegangan yang dirasakan oleh beban.
Tegangan Impuls = 76 mV x 26500 = 2 kV
Tegangan Residu = 26 mV x 26500 = 689 V
Perbedaan nilai tegangan antara hasil perhitungan charging per kapasitor dan hasil
perhitungan nilai yang tertampil di osiloskop dikarenakan ketidak tepatan penguji dalam
mentrigger tegangan saat 5,5 kV dan losses yang terjadi.
Gambar 4.16. Gelombang Tegangan Impuls 2
Gambar 4.17. Gelombang Tegangan Residu
Gambar 4.18. Gelombang Tegangan Impuls dan Residu
Gambar 4.19. Gelombang Tegangan Residu dan Beban
Gambar 4.20. Gelombang Tegangan impuls,residu dan beban
Pada percobaan kedua dengan pemberian tegangan impuls sebesar 2 kV dapat dilihat
pada gambar 4.16 menghasilkan tegangan residu yang berbeda, karena arester mulai bekerja
untuk memotong tegangan impuls dapat dilihat pada gambar 4.17. Penggabungan tegangan
impuls dan residu dapat dilihat pada gambar 4.18. Selanjutnya diberikan beban setelah arester
sehingga menghasilkan tegangan residu dan beban seperti pada gambar 4.19. Penggabungan
antara tegangan impuls,residu dan beban dapat dilihat pada gambar 4.20.
4.5
Pengujian Puncak Tegangan Impuls 3 kV
Untuk mendapatkan puncak sebesar 3 kV dibutuhkan resistor tambahan 100 Ω yang
dipasang seri untuk memperkecil puncak tegangan impuls. Dengan tegangan charging per
kapasitor 8 kV di dapatkan puncak tegangan impuls dengan nilai 114 mV yang tertampil pada
layar osiloskop.
Pengujian yang pertama dilakukan yaitu dengan mambangkitkan tegangan impuls sebesar
3 kV. Setelah tegangan impuls 3 kV didapatkan lalu pasangkan arester guna menghasilkan
tegangan residu. Setelah tegangan residu di dapatkan lalu pasangkan beban guna mengetahui
tegangan yang dirasakan oleh beban.
Tegangan Impuls = 114 mV x 26500 = 3 kV
Tegangan Residu = 48 mV x 26500 = 1,27 kV
Perbedaan nilai tegangan antara hasil perhitungan charging per kapasitor dan hasil
perhitungan nilai yang tertampil di osiloskop dikarenakan ketidak tepatan penguji dalam
mentrigger tegangan saat 8 kV dan losses yang terjadi.
Gambar 4.21. Gelombang Tegangan Impuls 3 kV
Gambar 4.22. Gelombang Tegangan Residu
Gambar 4.23. Gelombang Tegangan Impuls dan Residu
Gambar 4.24. Gelombang Tegangan Residu dan Beban
Gambar 4.25. Gelombang Tegangan impuls, residu dan beban
Pada percobaan kedua dengan pemberian tegangan impuls sebesar 3 kV dapat dilihat
pada gambar 4.21 menghasilkan tegangan residu yang berbeda, karena arester mulai bekerja
untuk memotong tegangan impuls dapat dilihat pada gambar 4.22. Penggabungan tegangan
impuls dan residu dapat dilihat pada gambar 4.23. Selanjutnya diberikan beban setelah arester
sehingga menghasilkan tegangan residu dan beban seperti pada gambar 4.24. Penggabungan
antara tegangan impuls,residu dan beban dapat dilihat pada gambar 4.25.
4.6
Pengujian Puncak Tegangan Impuls 5 kV
Untuk mendapatkan puncak sebesar 5 kV tidak dibutuhkan resistor tambahan. Resistor
dipasang seri untuk memperkecil puncak tegangan impuls. Dengan tegangan charging per
kapasitor 6 kV di dapatkan puncak tegangan impuls dengan nilai 188 mV yang tertampil pada
layar osiloskop.
Pengujian yang pertama dilakukan yaitu dengan mambangkitkan tegangan impuls sebesar
5 kV. Setelah tegangan impuls 5 kV didapatkan lalu pasangkan arester guna menghasilkan
tegangan residu. Setelah tegangan residu di dapatkan lalu pasangkan beban guna mengetahui
tegangan yang dirasakan oleh beban.
Tegangan Impuls = 188 mV x 26500 = 5 kV
Tegangan Residu = 28 mV x 26500 = 742 V
Perbedaan nilai tegangan antara hasil perhitungan charging per kapasitor dan hasil
perhitungan nilai yang tertampil di osiloskop dikarenakan ketidak tepatan penguji dalam
mentrigger tegangan saat 6 kV dan losses yang terjadi.
Gambar 4.26. Gelombang Tegangan Impuls 5 kV
Gambar 4.27. Gelombang Tegangan Residu
Gambar 4.28. Gelombang Tegangan Impuls dan Residu
Gambar 4.29. Gelombang Tegangan Residu dan Beban
Gambar 4.30. Gelombang Tegangan impuls, residu dan beban
Pada percobaan kedua dengan pemberian tegangan impuls sebesar 5 kV dapat dilihat
pada gambar 4.26 menghasilkan tegangan residu yang berbeda, karena arester mulai bekerja
untuk memotong tegangan impuls dapat dilihat pada gambar 4.27. Penggabungan tegangan
impuls dan residu dapat dilihat pada gambar 4.28. Selanjutnya diberikan beban setelah arester
sehingga menghasilkan tegangan residu dan beban seperti pada gambar 4.29. Penggabungan
antara tegangan impuls,residu dan beban dapat dilihat pada gambar 4.30.
4.7
Pengujian Puncak Tegangan Impuls 10 kV
Untuk mendapatkan puncak sebesar 10 kV tidak dibutuhkan resistor tambahan. Resistor
dipasang seri untuk memperkecil puncak tegangan impuls. Dengan tegangan charging per
kapasitor 12 kV di dapatkan puncak tegangan impuls dengan nilai 380 mV yang tertampil pada
layar osiloskop.
Pengujian yang pertama dilakukan yaitu dengan mambangkitkan tegangan impuls sebesar
10 kV. Setelah tegangan impuls 10 kV didapatkan lalu pasangkan arester guna menghasilkan
tegangan residu. Setelah tegangan residu di dapatkan lalu pasangkan beban guna mengetahui
tegangan yang dirasakan oleh beban.
Tegangan Impuls = 380 mV x 26500 = 10 kV
Tegangan Residu = 32 mV x 26500 = 848 V
Perbedaan nilai tegangan antara hasil perhitungan charging per kapasitor dan hasil
perhitungan nilai yang tertampil di osiloskop dikarenakan ketidak tepatan penguji dalam
mentrigger tegangan saat 12 kV dan losses yang terjadi.
Gambar 4.31. Gelombang Tegangan Impuls 10 kV
Gambar 4.32. Gelombang Tegangan Residu
Gambar 4.33. Gelombang Tegangan Impuls dan Residu
Gambar 4.34. Gelombang Tegangan Residu dan Beban
Gambar 4.35. Gelombang Tegangan impuls, residu dan beban
Pada percobaan kedua dengan pemberian tegangan impuls sebesar 10 kV dapat dilihat
pada gambar 4.31 menghasilkan tegangan residu yang berbeda, karena arester mulai bekerja
untuk memotong tegangan impuls dapat dilihat pada gambar 4.32. Penggabungan tegangan
impuls dan residu dapat dilihat pada gambar 4.33. Selanjutnya diberikan beban setelah arester
sehingga menghasilkan tegangan residu dan beban seperti pada gambar 4.34. Penggabungan
antara tegangan impuls,residu dan beban dapat dilihat pada gambar 4.35.
4.8
Pengujian Puncak Tegangan Impuls 20 kV
Untuk mendapatkan puncak sebesar 20 kV tidak dibutuhkan resistor tambahan. Resistor
dipasang seri untuk memperkecil puncak tegangan impuls. Dengan tegangan charging per
kapasitor 24 kV di dapatkan puncak tegangan impuls dengan nilai 752 mV yang tertampil pada
layar osiloskop.
Pengujian yang pertama dilakukan yaitu dengan mambangkitkan tegangan impuls sebesar
20 kV. Setelah tegangan impuls 20 kV didapatkan lalu pasangkan arester guna menghasilkan
tegangan residu. Setelah tegangan residu di dapatkan lalu pasangkan beban guna mengetahui
tegangan yang dirasakan oleh beban.
Tegangan Impuls = 752 mV x 26500 = 20 kV
Tegangan Residu = 56 mV x 26500 = 1,48 kV
Perbedaan nilai tegangan antara hasil perhitungan charging per kapasitor dan hasil
perhitungan nilai yang tertampil di osiloskop dikarenakan ketidak tepatan penguji dalam
mentrigger tegangan saat 24 kV dan losses yang terjadi.
Gambar 4.36. Gelombang Tegangan Impuls 20 kV
Gambar 4.37. Gelombang Tegangan Residu
Gambar 4.38. Gelombang Tegangan Impuls dan Residu
Gambar 4.39. Gelombang Tegangan Residu dan Beban
Gambar 4.40. Gelombang Tegangan impuls, residu dan beban
Pada percobaan kedua dengan pemberian tegangan impuls sebesar 20 kV dapat dilihat
pada gambar 4.36 menghasilkan tegangan residu yang berbeda, karena arester mulai bekerja
untuk memotong tegangan impuls dapat dilihat pada gambar 4.37. Penggabungan tegangan
impuls dan residu dapat dilihat pada gambar 4.38. Selanjutnya diberikan beban setelah arester
sehingga menghasilkan tegangan residu dan beban seperti pada gambar 4.39. Penggabungan
antara tegangan impuls,residu dan beban dapat dilihat pada gambar 4.40.
4.9
Pengujian Puncak Tegangan Impuls 30 kV
Untuk mendapatkan puncak sebesar 30 kV tidak dibutuhkan resistor tambahan. Resistor
dipasang seri untuk memperkecil puncak tegangan impuls. Dengan tegangan charging per
kapasitor 36 kV di dapatkan puncak tegangan impuls dengan nilai 1130 mV yang tertampil pada
layar osiloskop.
Pengujian yang pertama dilakukan yaitu dengan mambangkitkan tegangan impuls sebesar
30 kV. Setelah tegangan impuls 30 kV didapatkan lalu pasangkan arester guna menghasilkan
tegangan residu. Setelah tegangan residu di dapatkan lalu pasangkan beban guna mengetahui
tegangan yang dirasakan oleh beban.
Tegangan Impuls = 1130 mV x 26500 = 30 kV
Tegangan Residu = 64 mV x 26500 = 1,69 kV
Perbedaan nilai tegangan antara hasil perhitungan charging per kapasitor dan hasil
perhitungan nilai yang tertampil di osiloskop dikarenakan ketidak tepatan penguji dalam
mentrigger tegangan saat 36 kV dan losses yang terjadi.
Gambar 4.41. Gelombang Tegangan Impuls 30 kV
Gambar 4.42. Gelombang Tegangan Residu
Gambar 4.43. Gelombang Tegangan Residu dan Beban
Gambar 4.44. Gelombang Tegangan Residu dan beban
Gambar 4.45. Gelombang Tegangan impuls, residu dan beban
Pada percobaan kedua dengan pemberian tegangan impuls sebesar 30 kV dapat dilihat
pada gambar 4.41 menghasilkan tegangan residu yang berbeda, karena arester mulai bekerja
untuk memotong tegangan impuls dapat dilihat pada gambar 4.42. Penggabungan tegangan
impuls dan residu dapat dilihat pada gambar 4.43. Selanjutnya diberikan beban setelah arester
sehingga menghasilkan tegangan residu dan beban seperti pada gambar 4.44. Penggabungan
antara tegangan impuls,residu dan beban dapat dilihat pada gambar 4.45.
4.10
Pengujian Puncak Tegangan Impuls 50 kV
Untuk mendapatkan puncak sebesar 50 kV harus dikurangi satu resistor. Resistor
dipasang seri untuk memperkecil puncak tegangan impuls. Dengan tegangan charging per
kapasitor 30 kV di dapatkan puncak tegangan impuls dengan nilai 1880 mV yang tertampil pada
layar osiloskop.
Pengujian yang pertama dilakukan yaitu dengan mambangkitkan tegangan impuls sebesar
50 kV. Setelah tegangan impuls 50 kV didapatkan lalu pasangkan arester guna menghasilkan
tegangan residu. Setelah tegangan residu di dapatkan lalu pasangkan beban guna mengetahui
tegangan yang dirasakan oleh beban.
Tegangan Impuls = 1880 mV x 26500 = 50 kV
Tegangan Residu = 80 mV x 26500 = 2,12 kV
Perbedaan nilai tegangan antara hasil perhitungan charging per kapasitor dan hasil
perhitungan nilai yang tertampil di osiloskop dikarenakan ketidak tepatan penguji dalam
mentrigger tegangan saat 30 kV dan losses yang terjadi.
Gambar 4.46. Gelombang Tegangan Impuls 50 kV
Gambar 4.47. Gelombang Tegangan Residu
Gambar 4.48. Gelombang Tegangan Impuls dan Residu
Gambar 4.49. Gelombang Tegangan Residu dan Beban
Gambar 4.50. Gelombang Tegangan impuls, residu dan beban
Pada percobaan kedua dengan pemberian tegangan impuls sebesar 50 kV dapat dilihat
pada gambar 4.46 menghasilkan tegangan residu yang berbeda, karena arester mulai bekerja
untuk memotong tegangan impuls dapat dilihat pada gambar 4.47. Penggabungan tegangan
impuls dan residu dapat dilihat pada gambar 4.48. Selanjutnya diberikan beban setelah arester
sehingga menghasilkan tegangan residu dan beban seperti pada gambar 4.49. Penggabungan
antara tegangan impuls,residu dan beban dapat dilihat pada gambar 4.50.
4.11
Pengujian Ketahanan Catu Daya Handphone Tanpa Menggunakan Arester
Pengujian ini termasuk dalam jenis pengujian merusak, karena bertujuan untuk
membuktikan bahwasanya sebuah peralatan listrik yang pada pengujian ini diwakili oleh catu
daya pengisi baterai handphone Lenovo A6000 akan rusak jika dikenai tegangan impuls yang
melebihi syarat maksimum dari tahanan isolasi dalam suatu peralatan listrik, dalam hal ini tidak
semua jenis peralatan listrik mempunyai batasan tahanan isolasi yang sama, terdapat 4 jenis
pembagian, yaitu VW1, VW2, VW3 dan VWx. Catu daya pengisi baterai handphone Lenovo
A6000 termasuk dalam kelas VW1 yaitu peralatan yang beroperasi pada tegangan DC dibawah
60V DC.
Pengujian ini dilakukan pada hari Kamis 6 Juli 2017 pada pukul 09.00-15.00 WIB
dengan suhu ruangan sebesar 31oC, tekanan udara 984 mmHg, dan tingkat kelembaban 60 %.
Pengujian dilakukan dengan cara memberikan tegangan puncak impuls secara bertahap naik
mulai dari 606,96V, 865,48V, 887,96V, dan 966,64V Pemberian puncak tegangan impuls yang
kecil, yaitu dibawah 1kV karena disesuaikan dengan tingkat isolasi dari catu daya pengisi baterai
handphone yang mempunyai batasan maksimum tegangan impuls yaitu 1kV. Pada percobaan ini,
untuk melihat catu daya pengisi baterai masih baik atau tidaknya dilihat dari tegangan keluaran
catu daya pengisi baterai, dan berikut adalah hasil pengujian :
Puncak Tegangan Impuls
698 V
Gambar 4.51. Gelombang Tegangan Impuls 698 V
Puncak Tegangan Impuls
950 V
Gambar 4.52. Gelombang Tegangan Impuls 950 V
Gambar 4.53. Keluaran Tegangan Catu Daya Keadaan Normal
Gambar 4.54. Keluaran Tegangan Catu Daya Setelah Terkena Tegangan Impuls 950 V
Gambar 4.51 merupakan gelombang impuls pertama yang dilewatkan pada catu daya
pengisi baterai Lenovo A6000. Pemberian tegangan impuls yang pertama ini catu daya pengisi
baterai masih dapat menahan tegangan impuls, ini dapat dilihat dari tegangan keluaran catu daya
baterai yaitu 5,11 V DC terlihat pada gambar 4.53 dan masih dapat digunakan untuk mengcharge HP Lenovo A6000 dengan baik. Namun saat dilewatkan tegangan impuls sebesar 950 V
seperti pada gambar 4.52, tegangan keluaran catu daya pengisi baterai terjadi penurunan. Bila
saat kondisi normal tegangan keluaran adalah 5,11 V DC, namun setelah diterpa tegangan impuls
sebesar 950 V tegangan keluaran catu daya turun menjadi 1,4 V DC dapat dilihat pada gambar
4.54. Setelah penurunan tegangan keluaran catu daya menjadi 1,4 V DC, catu daya pengisi
baterai tidak dapat digunakan lagi.
Download