BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian pertama guna mengetahui pengaruh surja tegangan terhadap piranti perlindungan surja OBO V-20C diawali dengan membangkitkan tegangan impuls (1,2/40 µs) dengan puncak tegangan yang bervariasi, yaitu dari 700 V; 1 kV; 1,5 kV; 2 kV; 3 kV; 5 kV; 10 kV; 2O kV; 30 kV; dan 50 kV. Pengujian ini dilakukan untuk membuktikan pelindung surja OBO V-20 bekerja dalam memotong tegangan ketika terjadi tegangan lebih petir yang disimulasikan menggunakan pembangkit tegangan impuls. Pengujian kedua menggunakan arester dilakukan untuk mengetahui kerja dari piranti perlindungan surja OBO V-20 dalam memotong tegangan impuls yang diberikan. Tegangan impuls yang diberikan adalah 700 V; 1 kV; 1,5 kV; 2 kV; 3 kV; 5 kV; 10 kV; 2O kV; 30 kV; dan 50 kV. Cara mengetahui kerja dari piranti perlindungan surja OBO V-20 adalah dengan cara melihat tegangan output yang keluar setelah melewati alat tersebut. Apakah tegangan akan berkurang atau tegangan masih sama seperti tegangan impuls yang diberikan pada awalnya. Selain itu kita dapat mengetahui apakah tegangan impuls yang dipotong akan merusak piranti pelindung surja OBO V-20 pada tegangan impuls berapa. Pengujian ketiga dilakukan dengan menambah beban setelah arester, guna mengetahui apakah pemotongan tegangan yang dilakukan oleh arester pada tegangan impuls 700 V; 1 kV; 1,5 kV; 2 kV; 3 kV; 5 kV; 10 kV; 2O kV; 30 kV; dan 50 kV dapat berpengaruh pada kondisi beban atau tidak. Percobaan keempat yaitu dengan merusak beban dengan langsung membangkitkan tegangan impuls tanpa dilindungi oleh arester. Guna mengetahui apa yang terjadi setelah beban terkena tegangan impuls yang diberikan tanpa dilindungi oleh arester. Pengujian ini dilakukan selama 3 hari, yaitu dari tanggal 5-7 Juli 2017 pukul 10.00-15.00 WIB dengan suhu ruangan 30-31֯C dan tingkat kelembapan 75%. Pengujian ini dilakukan dengan cara memberikan puncak tegangan impuls dengan kenaikan mulai dari 700 V; 1 kV; 1,5 kV; 2 kV; 3 kV; 5 kV; 10 kV; 2O kV; 30 kV; dan 50 kV. Puncak tegangan impuls yang dapat dicapai di Lab. Teknik Tegangan Tinggi DTETI UGM yaitu 140 kV dengan tegangan charging per kapasitor sebesar 42 kV. 4.1 Pengujian Puncak Tegangan Impuls 700 V Pengujian pertama tanpa menggunakan piranti pelindung surja OBO V-20C, puncak tegangan impuls yang akan dicapai sebesar 700 V. Untuk mendapatkan puncak sebesar 700 V dibutuhkan resistor tambahan 400 Ω dan 9 Ω yang dipasang seri untuk memperkecil puncak tegangan impuls. Dengan tegangan charging per kapasitor 28 kV di dapatkan puncak tegangan impuls dengan nilai 26 mV yang tertampil pada layar osiloskop. Pengukuran tegangan output diambil resistor tegangan pembagi 9 Ω. Tegangan input osiloskop berasal dari voltage divider, sehingga perlu dikonversi kenilai sebenarnya dengan mengkalikan 26500. Tegangan Impuls = 26 mV x 26500 = 689 V Tegangan Residu = 26 mV x 26500 = 689 V Perbedaan nilai tegangan antara hasil perhitungan charging per kapasitor dan hasil perhitungan nilai yang tertampil di osiloskop dikarenakan ketidak tepatan penguji dalam mentrigger tegangan saat 27 kV dan losses yang terjadi. Gambar 4.1. Gelombang Tegangan Impuls 0,7 kV Gambar 4.2. Gelombang Tegangan Residu Gambar 4.3. Gelombang Tegangan Impuls dan Residu Gambar 4.4. Gelombang Tegangan Residu dan Beban Gambar 4.5. Gelombang Tegangan impuls,residu dan beban Pada percobaan pertama dengan pemberian tegangan impuls sebesar 0,7 kV dapat dilihat pada gambar 4.1 menghasilkan tegangan residu yang masih sama dengan tegangan impuls dapat dilihat pada gambar 4.2. Penggabungan tegangan impuls dan residu dapat dilihat pada gambar 4.3. Selanjutnya diberikan beban setelah arester sehingga menghasilkan tegangan residu dan beban seperti pada gambar 4.4. Penggabungan antara tegangan impuls,residu dan beban dapat dilihat pada gambar 4.5. 4.2 Pengujian Puncak Tegangan Impuls 1 kV Pengujian pertana tanpa menggunakan piranti pelindung surja OBO V-20C, puncak tegangan impuls yang akan dicapai sebesar 1 kV. Pengujian kedua yaitu menggunakan piranti pelindung surja OBO V-20C dengan tegangan impuls 1 kV sedangkan percobaan ketiga dengan menaruh beban yaitu charger handphone. Untuk mendapatkan puncak sebesar 1 kV dibutuhkan resistor tambahan 400 Ω dan 13 Ω yang dipasang seri untuk memperkecil puncak tegangan impuls. Dengan tegangan charging per kapasitor 30 kV di dapatkan puncak tegangan impuls dengan nilai 38 mV yang tertampil pada layar osiloskop. Pengukuran tegangan output diambil resistor tegangan pembagi 13 Ω. Tegangan input osiloskop berasal dari voltage divider, sehingga perlu dikonversi kenilai sebenarnya dengan mengkalikan 26500. Tegangan Impuls = 38 mV x 26500 = 1 kV Tegangan Residu = 28 mV x 26500 = 742 V Perbedaan nilai tegangan antara hasil perhitungan charging per kapasitor dan hasil perhitungan nilai yang tertampil di osiloskop dikarenakan ketidak tepatan penguji dalam mentrigger tegangan saat 30 kV dan losses yang terjadi. Gambar 4.6. Gelombang Tegangan Impuls 1 kV Gambar 4.7. Gelombang Tegangan Residu Gambar 4.8. Gelombang Tegangan Impuls dan Residu Gambar 4.9. Gelombang Tegangan Residu dan Beban Gambar 4.10. Gelombang Tegangan impuls,residu dan beban Pada percobaan kedua dengan pemberian tegangan impuls sebesar 1 kV dapat dilihat pada gambar 4.6 menghasilkan tegangan residu yang berbeda, karena arester mulai bekerja untuk memotong tegangan impuls dapat dilihat pada gambar 4.7. Penggabungan tegangan impuls dan residu dapat dilihat pada gambar 4.8. Selanjutnya diberikan beban setelah arester sehingga menghasilkan tegangan residu dan beban seperti pada gambar 4.9. Penggabungan antara tegangan impuls,residu dan beban dapat dilihat pada gambar 4.10. 4.3 Pengujian Puncak Tegangan Impuls 1,5 kV Untuk mendapatkan puncak sebesar 1,5 kV dibutuhkan resistor tambahan 400 Ω dan 17 Ω yang dipasang seri untuk memperkecil puncak tegangan impuls. Dengan tegangan charging per kapasitor 32 kV di dapatkan puncak tegangan impuls dengan nilai 56 mV yang tertampil pada layar osiloskop. Pengukuran tegangan output diambil resistor tegangan pembagi 17 Ω. Tegangan input osiloskop berasal dari voltage divider, sehingga perlu dikonversi kenilai sebenarnya dengan mengkalikan 26500. Percobaan pertama adalah membangkitkan tegangan impuls sebesar 1,5 kV. Setelah mencapai tegangan impuls 1,5 kV lalu pasangkan arester untuk menghasilkan tegangan residu. Setelah menghasilkan tegangan residu lalu pasangkan beban untuk melihat perubahan tegangan pada beban. Tegangan Impuls = 56 mV x 26500 = 1,5 kV Tegangan Residu = 28 mV x 26500 = 742 V Perbedaan nilai tegangan antara hasil perhitungan charging per kapasitor dan hasil perhitungan nilai yang tertampil di osiloskop dikarenakan ketidak tepatan penguji dalam mentrigger tegangan saat 32 kV dan losses yang terjadi. Gambar 4.11. Gelombang Tegangan Impuls 1,5 kV Gambar 4.12. Gelombang Tegangan Residu Gambar 4.13. Gelombang Tegangan Impuls dan Residu Gambar 4.14. Gelombang Tegangan Residu dan Beban Gambar 4.15. Gelombang Tegangan impuls,residu dan beban Pada percobaan kedua dengan pemberian tegangan impuls sebesar 1,5 kV dapat dilihat pada gambar 4.11 menghasilkan tegangan residu yang berbeda, karena arester mulai bekerja untuk memotong tegangan impuls dapat dilihat pada gambar 4.12. Penggabungan tegangan impuls dan residu dapat dilihat pada gambar 4.13. Selanjutnya diberikan beban setelah arester sehingga menghasilkan tegangan residu dan beban seperti pada gambar 4.14. Penggabungan antara tegangan impuls,residu dan beban dapat dilihat pada gambar 4.15. 4.4 Pengujian Puncak Tegangan Impuls 2 kV Untuk mendapatkan puncak sebesar 2 kV dibutuhkan resistor tambahan 100 Ω yang dipasang seri untuk memperkecil puncak tegangan impuls. Dengan tegangan charging per kapasitor 5,5 kV di dapatkan puncak tegangan impuls dengan nilai 76 mV yang tertampil pada layar osiloskop. Pengujian yang pertama dilakukan yaitu dengan mambangkitkan tegangan impuls sebesar 2 kV. Setelah tegangan impuls 2 kV didapatkan lalu pasangkan arester guna menghasilkan tegangan residu. Setelah tegangan residu di dapatkan lalu pasangkan beban guna mengetahui tegangan yang dirasakan oleh beban. Tegangan Impuls = 76 mV x 26500 = 2 kV Tegangan Residu = 26 mV x 26500 = 689 V Perbedaan nilai tegangan antara hasil perhitungan charging per kapasitor dan hasil perhitungan nilai yang tertampil di osiloskop dikarenakan ketidak tepatan penguji dalam mentrigger tegangan saat 5,5 kV dan losses yang terjadi. Gambar 4.16. Gelombang Tegangan Impuls 2 Gambar 4.17. Gelombang Tegangan Residu Gambar 4.18. Gelombang Tegangan Impuls dan Residu Gambar 4.19. Gelombang Tegangan Residu dan Beban Gambar 4.20. Gelombang Tegangan impuls,residu dan beban Pada percobaan kedua dengan pemberian tegangan impuls sebesar 2 kV dapat dilihat pada gambar 4.16 menghasilkan tegangan residu yang berbeda, karena arester mulai bekerja untuk memotong tegangan impuls dapat dilihat pada gambar 4.17. Penggabungan tegangan impuls dan residu dapat dilihat pada gambar 4.18. Selanjutnya diberikan beban setelah arester sehingga menghasilkan tegangan residu dan beban seperti pada gambar 4.19. Penggabungan antara tegangan impuls,residu dan beban dapat dilihat pada gambar 4.20. 4.5 Pengujian Puncak Tegangan Impuls 3 kV Untuk mendapatkan puncak sebesar 3 kV dibutuhkan resistor tambahan 100 Ω yang dipasang seri untuk memperkecil puncak tegangan impuls. Dengan tegangan charging per kapasitor 8 kV di dapatkan puncak tegangan impuls dengan nilai 114 mV yang tertampil pada layar osiloskop. Pengujian yang pertama dilakukan yaitu dengan mambangkitkan tegangan impuls sebesar 3 kV. Setelah tegangan impuls 3 kV didapatkan lalu pasangkan arester guna menghasilkan tegangan residu. Setelah tegangan residu di dapatkan lalu pasangkan beban guna mengetahui tegangan yang dirasakan oleh beban. Tegangan Impuls = 114 mV x 26500 = 3 kV Tegangan Residu = 48 mV x 26500 = 1,27 kV Perbedaan nilai tegangan antara hasil perhitungan charging per kapasitor dan hasil perhitungan nilai yang tertampil di osiloskop dikarenakan ketidak tepatan penguji dalam mentrigger tegangan saat 8 kV dan losses yang terjadi. Gambar 4.21. Gelombang Tegangan Impuls 3 kV Gambar 4.22. Gelombang Tegangan Residu Gambar 4.23. Gelombang Tegangan Impuls dan Residu Gambar 4.24. Gelombang Tegangan Residu dan Beban Gambar 4.25. Gelombang Tegangan impuls, residu dan beban Pada percobaan kedua dengan pemberian tegangan impuls sebesar 3 kV dapat dilihat pada gambar 4.21 menghasilkan tegangan residu yang berbeda, karena arester mulai bekerja untuk memotong tegangan impuls dapat dilihat pada gambar 4.22. Penggabungan tegangan impuls dan residu dapat dilihat pada gambar 4.23. Selanjutnya diberikan beban setelah arester sehingga menghasilkan tegangan residu dan beban seperti pada gambar 4.24. Penggabungan antara tegangan impuls,residu dan beban dapat dilihat pada gambar 4.25. 4.6 Pengujian Puncak Tegangan Impuls 5 kV Untuk mendapatkan puncak sebesar 5 kV tidak dibutuhkan resistor tambahan. Resistor dipasang seri untuk memperkecil puncak tegangan impuls. Dengan tegangan charging per kapasitor 6 kV di dapatkan puncak tegangan impuls dengan nilai 188 mV yang tertampil pada layar osiloskop. Pengujian yang pertama dilakukan yaitu dengan mambangkitkan tegangan impuls sebesar 5 kV. Setelah tegangan impuls 5 kV didapatkan lalu pasangkan arester guna menghasilkan tegangan residu. Setelah tegangan residu di dapatkan lalu pasangkan beban guna mengetahui tegangan yang dirasakan oleh beban. Tegangan Impuls = 188 mV x 26500 = 5 kV Tegangan Residu = 28 mV x 26500 = 742 V Perbedaan nilai tegangan antara hasil perhitungan charging per kapasitor dan hasil perhitungan nilai yang tertampil di osiloskop dikarenakan ketidak tepatan penguji dalam mentrigger tegangan saat 6 kV dan losses yang terjadi. Gambar 4.26. Gelombang Tegangan Impuls 5 kV Gambar 4.27. Gelombang Tegangan Residu Gambar 4.28. Gelombang Tegangan Impuls dan Residu Gambar 4.29. Gelombang Tegangan Residu dan Beban Gambar 4.30. Gelombang Tegangan impuls, residu dan beban Pada percobaan kedua dengan pemberian tegangan impuls sebesar 5 kV dapat dilihat pada gambar 4.26 menghasilkan tegangan residu yang berbeda, karena arester mulai bekerja untuk memotong tegangan impuls dapat dilihat pada gambar 4.27. Penggabungan tegangan impuls dan residu dapat dilihat pada gambar 4.28. Selanjutnya diberikan beban setelah arester sehingga menghasilkan tegangan residu dan beban seperti pada gambar 4.29. Penggabungan antara tegangan impuls,residu dan beban dapat dilihat pada gambar 4.30. 4.7 Pengujian Puncak Tegangan Impuls 10 kV Untuk mendapatkan puncak sebesar 10 kV tidak dibutuhkan resistor tambahan. Resistor dipasang seri untuk memperkecil puncak tegangan impuls. Dengan tegangan charging per kapasitor 12 kV di dapatkan puncak tegangan impuls dengan nilai 380 mV yang tertampil pada layar osiloskop. Pengujian yang pertama dilakukan yaitu dengan mambangkitkan tegangan impuls sebesar 10 kV. Setelah tegangan impuls 10 kV didapatkan lalu pasangkan arester guna menghasilkan tegangan residu. Setelah tegangan residu di dapatkan lalu pasangkan beban guna mengetahui tegangan yang dirasakan oleh beban. Tegangan Impuls = 380 mV x 26500 = 10 kV Tegangan Residu = 32 mV x 26500 = 848 V Perbedaan nilai tegangan antara hasil perhitungan charging per kapasitor dan hasil perhitungan nilai yang tertampil di osiloskop dikarenakan ketidak tepatan penguji dalam mentrigger tegangan saat 12 kV dan losses yang terjadi. Gambar 4.31. Gelombang Tegangan Impuls 10 kV Gambar 4.32. Gelombang Tegangan Residu Gambar 4.33. Gelombang Tegangan Impuls dan Residu Gambar 4.34. Gelombang Tegangan Residu dan Beban Gambar 4.35. Gelombang Tegangan impuls, residu dan beban Pada percobaan kedua dengan pemberian tegangan impuls sebesar 10 kV dapat dilihat pada gambar 4.31 menghasilkan tegangan residu yang berbeda, karena arester mulai bekerja untuk memotong tegangan impuls dapat dilihat pada gambar 4.32. Penggabungan tegangan impuls dan residu dapat dilihat pada gambar 4.33. Selanjutnya diberikan beban setelah arester sehingga menghasilkan tegangan residu dan beban seperti pada gambar 4.34. Penggabungan antara tegangan impuls,residu dan beban dapat dilihat pada gambar 4.35. 4.8 Pengujian Puncak Tegangan Impuls 20 kV Untuk mendapatkan puncak sebesar 20 kV tidak dibutuhkan resistor tambahan. Resistor dipasang seri untuk memperkecil puncak tegangan impuls. Dengan tegangan charging per kapasitor 24 kV di dapatkan puncak tegangan impuls dengan nilai 752 mV yang tertampil pada layar osiloskop. Pengujian yang pertama dilakukan yaitu dengan mambangkitkan tegangan impuls sebesar 20 kV. Setelah tegangan impuls 20 kV didapatkan lalu pasangkan arester guna menghasilkan tegangan residu. Setelah tegangan residu di dapatkan lalu pasangkan beban guna mengetahui tegangan yang dirasakan oleh beban. Tegangan Impuls = 752 mV x 26500 = 20 kV Tegangan Residu = 56 mV x 26500 = 1,48 kV Perbedaan nilai tegangan antara hasil perhitungan charging per kapasitor dan hasil perhitungan nilai yang tertampil di osiloskop dikarenakan ketidak tepatan penguji dalam mentrigger tegangan saat 24 kV dan losses yang terjadi. Gambar 4.36. Gelombang Tegangan Impuls 20 kV Gambar 4.37. Gelombang Tegangan Residu Gambar 4.38. Gelombang Tegangan Impuls dan Residu Gambar 4.39. Gelombang Tegangan Residu dan Beban Gambar 4.40. Gelombang Tegangan impuls, residu dan beban Pada percobaan kedua dengan pemberian tegangan impuls sebesar 20 kV dapat dilihat pada gambar 4.36 menghasilkan tegangan residu yang berbeda, karena arester mulai bekerja untuk memotong tegangan impuls dapat dilihat pada gambar 4.37. Penggabungan tegangan impuls dan residu dapat dilihat pada gambar 4.38. Selanjutnya diberikan beban setelah arester sehingga menghasilkan tegangan residu dan beban seperti pada gambar 4.39. Penggabungan antara tegangan impuls,residu dan beban dapat dilihat pada gambar 4.40. 4.9 Pengujian Puncak Tegangan Impuls 30 kV Untuk mendapatkan puncak sebesar 30 kV tidak dibutuhkan resistor tambahan. Resistor dipasang seri untuk memperkecil puncak tegangan impuls. Dengan tegangan charging per kapasitor 36 kV di dapatkan puncak tegangan impuls dengan nilai 1130 mV yang tertampil pada layar osiloskop. Pengujian yang pertama dilakukan yaitu dengan mambangkitkan tegangan impuls sebesar 30 kV. Setelah tegangan impuls 30 kV didapatkan lalu pasangkan arester guna menghasilkan tegangan residu. Setelah tegangan residu di dapatkan lalu pasangkan beban guna mengetahui tegangan yang dirasakan oleh beban. Tegangan Impuls = 1130 mV x 26500 = 30 kV Tegangan Residu = 64 mV x 26500 = 1,69 kV Perbedaan nilai tegangan antara hasil perhitungan charging per kapasitor dan hasil perhitungan nilai yang tertampil di osiloskop dikarenakan ketidak tepatan penguji dalam mentrigger tegangan saat 36 kV dan losses yang terjadi. Gambar 4.41. Gelombang Tegangan Impuls 30 kV Gambar 4.42. Gelombang Tegangan Residu Gambar 4.43. Gelombang Tegangan Residu dan Beban Gambar 4.44. Gelombang Tegangan Residu dan beban Gambar 4.45. Gelombang Tegangan impuls, residu dan beban Pada percobaan kedua dengan pemberian tegangan impuls sebesar 30 kV dapat dilihat pada gambar 4.41 menghasilkan tegangan residu yang berbeda, karena arester mulai bekerja untuk memotong tegangan impuls dapat dilihat pada gambar 4.42. Penggabungan tegangan impuls dan residu dapat dilihat pada gambar 4.43. Selanjutnya diberikan beban setelah arester sehingga menghasilkan tegangan residu dan beban seperti pada gambar 4.44. Penggabungan antara tegangan impuls,residu dan beban dapat dilihat pada gambar 4.45. 4.10 Pengujian Puncak Tegangan Impuls 50 kV Untuk mendapatkan puncak sebesar 50 kV harus dikurangi satu resistor. Resistor dipasang seri untuk memperkecil puncak tegangan impuls. Dengan tegangan charging per kapasitor 30 kV di dapatkan puncak tegangan impuls dengan nilai 1880 mV yang tertampil pada layar osiloskop. Pengujian yang pertama dilakukan yaitu dengan mambangkitkan tegangan impuls sebesar 50 kV. Setelah tegangan impuls 50 kV didapatkan lalu pasangkan arester guna menghasilkan tegangan residu. Setelah tegangan residu di dapatkan lalu pasangkan beban guna mengetahui tegangan yang dirasakan oleh beban. Tegangan Impuls = 1880 mV x 26500 = 50 kV Tegangan Residu = 80 mV x 26500 = 2,12 kV Perbedaan nilai tegangan antara hasil perhitungan charging per kapasitor dan hasil perhitungan nilai yang tertampil di osiloskop dikarenakan ketidak tepatan penguji dalam mentrigger tegangan saat 30 kV dan losses yang terjadi. Gambar 4.46. Gelombang Tegangan Impuls 50 kV Gambar 4.47. Gelombang Tegangan Residu Gambar 4.48. Gelombang Tegangan Impuls dan Residu Gambar 4.49. Gelombang Tegangan Residu dan Beban Gambar 4.50. Gelombang Tegangan impuls, residu dan beban Pada percobaan kedua dengan pemberian tegangan impuls sebesar 50 kV dapat dilihat pada gambar 4.46 menghasilkan tegangan residu yang berbeda, karena arester mulai bekerja untuk memotong tegangan impuls dapat dilihat pada gambar 4.47. Penggabungan tegangan impuls dan residu dapat dilihat pada gambar 4.48. Selanjutnya diberikan beban setelah arester sehingga menghasilkan tegangan residu dan beban seperti pada gambar 4.49. Penggabungan antara tegangan impuls,residu dan beban dapat dilihat pada gambar 4.50. 4.11 Pengujian Ketahanan Catu Daya Handphone Tanpa Menggunakan Arester Pengujian ini termasuk dalam jenis pengujian merusak, karena bertujuan untuk membuktikan bahwasanya sebuah peralatan listrik yang pada pengujian ini diwakili oleh catu daya pengisi baterai handphone Lenovo A6000 akan rusak jika dikenai tegangan impuls yang melebihi syarat maksimum dari tahanan isolasi dalam suatu peralatan listrik, dalam hal ini tidak semua jenis peralatan listrik mempunyai batasan tahanan isolasi yang sama, terdapat 4 jenis pembagian, yaitu VW1, VW2, VW3 dan VWx. Catu daya pengisi baterai handphone Lenovo A6000 termasuk dalam kelas VW1 yaitu peralatan yang beroperasi pada tegangan DC dibawah 60V DC. Pengujian ini dilakukan pada hari Kamis 6 Juli 2017 pada pukul 09.00-15.00 WIB dengan suhu ruangan sebesar 31oC, tekanan udara 984 mmHg, dan tingkat kelembaban 60 %. Pengujian dilakukan dengan cara memberikan tegangan puncak impuls secara bertahap naik mulai dari 606,96V, 865,48V, 887,96V, dan 966,64V Pemberian puncak tegangan impuls yang kecil, yaitu dibawah 1kV karena disesuaikan dengan tingkat isolasi dari catu daya pengisi baterai handphone yang mempunyai batasan maksimum tegangan impuls yaitu 1kV. Pada percobaan ini, untuk melihat catu daya pengisi baterai masih baik atau tidaknya dilihat dari tegangan keluaran catu daya pengisi baterai, dan berikut adalah hasil pengujian : Puncak Tegangan Impuls 698 V Gambar 4.51. Gelombang Tegangan Impuls 698 V Puncak Tegangan Impuls 950 V Gambar 4.52. Gelombang Tegangan Impuls 950 V Gambar 4.53. Keluaran Tegangan Catu Daya Keadaan Normal Gambar 4.54. Keluaran Tegangan Catu Daya Setelah Terkena Tegangan Impuls 950 V Gambar 4.51 merupakan gelombang impuls pertama yang dilewatkan pada catu daya pengisi baterai Lenovo A6000. Pemberian tegangan impuls yang pertama ini catu daya pengisi baterai masih dapat menahan tegangan impuls, ini dapat dilihat dari tegangan keluaran catu daya baterai yaitu 5,11 V DC terlihat pada gambar 4.53 dan masih dapat digunakan untuk mengcharge HP Lenovo A6000 dengan baik. Namun saat dilewatkan tegangan impuls sebesar 950 V seperti pada gambar 4.52, tegangan keluaran catu daya pengisi baterai terjadi penurunan. Bila saat kondisi normal tegangan keluaran adalah 5,11 V DC, namun setelah diterpa tegangan impuls sebesar 950 V tegangan keluaran catu daya turun menjadi 1,4 V DC dapat dilihat pada gambar 4.54. Setelah penurunan tegangan keluaran catu daya menjadi 1,4 V DC, catu daya pengisi baterai tidak dapat digunakan lagi.