LAPORAN PENDAHULUAN

advertisement
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN AV BLOK TOTAL DAN
DM TIPE 2 NON OBESITAS
DI RUANG ICCU RS DR SARDJITO YOGYAKARTA
Laporan Tugas Asuhan Keperawatan Kasus Kelolaan
Praktek Profesi Keperawatan Gawat Darurat
Disusun oleh :
ANTOM KURNIA
03/171086/KU/10903
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2007
I. KONSEP PENYAKIT AV BLOK
Blok jantung adalah perlambatan atau pemutusan hantaran atau konduksi impuls antara atrium dan
ventrikel.
Dalam miokardium terdapat jalur konduksi khusus yang menjamin rangsangan ritmik dan sinkron
dari kontraksi otot-otot jantung. Ruangan atau rongga jantung dipisahkan baik secara anatomis
maupun elektris oleh anulus fibrosus yang terletak diantara atrium dan ventrikel. System jaringan
konduksi mempeunyai 4 sifat yaitu:
a. Otomatisasi yaitu kemampuan menghasilkan impuls secara spontan
b. Ritmisasi yaitu pembangkitan impuls yang teratur
c. Konduktivitas yaitu sebuah kemampuan untuk menghantarkan impuls
d. Daya rangsang yaitu kemampuan untuk menanggapi stimulasi
Beberapa jalur konduksi impuls jantung:
a. Nodus SA (sinoatrialis): merupakan pace maker utama jantung. Terletak didinding posterior
atrium kanan dekat muara vena kava superior. Nodus SA mempunyai kecepatan pembangkitan
antara 60 sampai 100 denyut per menit.
b. Nodus AV (atrioventrikularis): merupakan jalur normal transmisi impuls dari atrium ke
ventrikel. Terletak diatas septum interventrikularis dalam atrium kanan dekat sinus koronaria.
Nodus AV mempunyai kecepatan pembangkitan lebih rendah dibandingkan dengan nodus SA
yaitu antara 40 – 60 denyut per menit.
c. Berkas His: suatu berkas serabut yang tebal yang menjulur kebawah disebelah kanan septum
interventrikularis, kemudian bercabang di kiri kanan yang berjalan sepanjang septum.
d. System Purkinje: sebuah serabut halus yang menyebar ke seluruh permukaan kedua ventrikel
jantung. System ini dapat menghasilkan impuls dengan kecepatan sekitar 20 – 40 denyut per
menit. Gelombang rangsang/impuls yang melalui serabut ini berjalan sangat cepat.
Urutan normal rangsangan melalui system konduksi adalah nodus SA menuju jalur khusus atrium
(berkas Bachmann), nodus AV disini impuls ditahan sekitar 0,08 sampai 0,12 detik guna
memberikanwaktu untuk pengisian ventrikel selama kontraksi atrium sehingga jika terjadi
penahanan terlalu lama akan menyebabkan gagal transmisi atau disebut blok jantung. Setelah dari
nodus AV impuls diteruskan ke Berkas His kemudian system Purkinje. Selain system konduksi
tersebut susunan sel miokardium juga mempunyai peranan dalam penyebaran impuls. Sel-sel saling
berdekatan yang dipisahkan oleh discus interkalaris. Dalam discus ini terdapat membrane-mebran
sel yangsaling berdekatan dikenal neksus. Neksus mempercepat transmisi aliran listrik dari sel ke
sel, mengaktifkan dan merangsang kontraksi sel-sel miokardium yang simultan.
Terdapat tiga derajat blockade jantung:
a. AV Blok derajat 1
AV blok derajat satu biasanya berhubungan dengan penyakit jantung organic atau mungkin
disebabkan oleh efek digitalis. Hal ini biasanya terlihat pada pasien dengan infark miokard
dinding inferior. Semua impuls dihantarkan melalui sambungan AV, tetapi waktu hantaran
memanjang ( interval PR memanjang biasanya berdurasi lebih besar dari 0,20 detik), irama
biasanya regular, frekuensi biasanya 60 – 100 denyut per menit.
b. AV Blok derajat 2 tipe 1
Sebagian impuls dihantarkan ke ventrikel tetapi beberapa impuls lainnya dihambat. Pada tipe
satu ini ditandai adanya siklus berulang waktu penghantaran AV yang memanjang secara
progresif (interval PR memanjang secara progresif), yang mencapai puncaknya bila denyut tidak
dihantarkan.
c. AV Blok derajat 2 tipe 2
Sebagian impuls dihantarkan ke ventrikel tetapi beberapa impuls lainnya dihambat. Akan tetapi
pada tipe dua ini penghantaran impuls dengan waktu hantaran AV yang tetap.
d. AV Blok derajat 3
AV blok derajat 3 juga berhubungan dengan penyakit jantung organic, intoksikasi digitalis,
infak miokard. Frekuensi menurunan drastis mengakibatkan penurunanperfusi ke organ vital
seperti otak, jantung, ginjal, paru, kulit. Impuls tidak dihantarkan ke ventrikel, sehingga terjadi
henti jantung kecuali escape pacemaker dari ventrikel ataupun sambungan atrioventrikuler mulai
berfungsi. Frekuensi denyutan antara atrium dan ventrikel tidak sinkron, gelombang P dari
nodus SA biasanya regular sepanjang irama namun tidak ada hubungannya dengan komplek
QRS. Irama biasanya lambat tapi reguler
Terapi dari blok jantung ditujukan untuk memulihkan atau merangsang hantaran normal baik melaui
pemberian obat-obat yang mempercepat hantaran dan denyut jantung seperti atropine atau
isoproterenol (isoprel) atau dengan pasu listrik.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
2. Defisit pengetahuan: proses penyakit dan prosedur terapi b.d kurangnya paparan informasi
3. Resiko Infeksi b.d pertahanan sekunder inadequate dan prosedur invasive
III.RENCANA TINDAKAN ASUHAN KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung b.d disfungsi konduksi listrik
NOC:
Klien dapat memiliki pompa jantung, sirkulasi, perfusi jaringan & status tanda vital yang
normal. Dengan kriteria hasil: Mendemonstrasikan curah jantung yang cukup dilihat dari TD,
nadi, ritme normal, nadi perifer kuat, melakukan aktivitas tanpa dipsnea
NIC:
− Monitor gejala gagal jantung dan CO menurun termasuk nadi perifer yang kualitasnya
menurun, kulit dingin dan ekstremitas, RR ↑, dipsnea, HR↑, distensi vena jugularis, ↓
kesadaran dan adanya edema
− Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, ritme, adanya S3&S4&bunyi baru
− Observasi bingung, kurang tidur, pusing
− Observasi adanya nyeri dada/ketidaknyamanan, lokasi, penyebaran, keparahan, kualitas,
durasi, manifestasi spt mual&factor yang memperburuk&mengurangi
− Jika ada nyeri dada, baringkan klien, monitor ritme jantung, beri oksigen, medikasi&beri
tahu dokter
− Monitor intake&output/24 jam
− Catat hasil EKG&XRay dada
− Kaji hasil lab, nilai AGD, elektrolit termasuk kalsium
− Monitor CBC, [Na], kreatinin serum
− Memberi oksigen sesuai kebutuhan
− Posisikan klen dalam posisi semi fowler atau posisi yang nyaman
− Cek TD, nadi&kondisi sbl medikasi jatung spt ACE inhibitor, digoxin&β bloker.
Beritahu dokter bila nadi&TD rendah sebelum medikasi
− Selama fase akut, pastikan klien bedrest&melakukan aktivitas yang dapat ditoleransi
jantung
− Berikan makanan rendah garam, kolesterol
− Berikan lingkungan yang tenang dgn meminimalkan gangguan&stressor. Jadwalkan
istirahat stlh makan & aktivitas
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
NOC:
Penghematan energi
- Keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
- Menggunakan teknik penghematan energi
- Merubah gaya hidup sesuai dengan tingkat energi
- Menjaga keadekuatan nutrisi
NIC:
a. Pengelolaan energi
− Pantau respon kardiorespirasi terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, pucat, frekuensi
respirasi)
− Pantau respon oksigenasi pasien ( nadi, irama jantung, dan frekuensi respirasi)
− Pantau asupan nutrisi untuk memastikan keadekuatan energi
− Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik menejemen waktu untuk mencegah
kelelahan
− Bantu pasien dalam aktivitas fisik secara teratur
− Bantu pasien dalam mengidentifikasi pilihan aktivitas
b. Terapi aktivitas
- Kaji kemampuan klien melakukan aktivitas
- Evaluasi motivasi dan keinginan klien untuk meningkatkan aktivitas
- Jelaskan pada klien manfaat aktivitas secara bertahap
- Bantu dalam pemenuhan aktivitas perawatan diri jika klien belum dapat mentoleransi
aktivitas tersebut
- Orientasikan klien beraktivitas secara bertahap sesuai toleransi
- Tetap sertakan O2 selama aktivitas
- Bantu klien mengidentifikasi pilihan aktivitas
3. Defisit pengetahuan: proses penyakit dan prosedur terapi b.d kurangnya paparan informasi
NOC:
Pengetahuan: proses penyakit dan prosedur terapi
- Familiar terhadap nama penyakit
- Mampu mendiskripsikan proses penyakit
- Mampu mendiskripsikan penyeban, tanda dan gejala, komplikasi dari penyakit
NIC:
a. Pembelajaran : proses penyakit
- Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit
- Jelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana kaitannya dengan anatomi dan fisiologi
tubuh
- Identifikasi kemungkinan penyebab dan tanda dan gejala umum penyakit
- Berikan informasi tentang kondisi klien dan hasil pemeriksaan diagnostik
- Instruksikan klien untuk melaporkan tanda dan gejala kepada petugas
b. Pembelajaran : prosedur/perawatan
- Informasikan klien waktu dan lama waktu pelaksanaan prosedur/perawatan
- Kaji tingkat pengetahuan klien tentang prosedur yang akan dilakukan
- Jelaskan tujuan prosedur/perawatan dan hal-hal yang perlu dilakukan setelah
prosedur/perawatan
- Instruksikan klien menggunakan tehnik koping untuk mengontrol beberapa aspek selama
prosedur/perawatan (relaksasi da imagery)
4. Resiko Infeksi b.d pertahanan sekunder inadequate dan prosedur invasive
NOC:
a. Pengendalian risiko
- Monitor factor risiko lingkungan
- Monitor perubahan status kesehatan
- Pengguanaan strategi kontrolrisikoyang efektif
b. Deteksi risiko
- Mengenali tanda dan gejala timbulnya risiko
- Mengidentifikasi risiko potensial kesehatan
- Menggunakan perawatan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
NIC:
a. Pengendalian infeksi
- Ajarkan kepada pengunjung untuk cuci tangan sewaktu masuk dan meninggalkan
ruangan
- Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang tanda/gejala infeksi
- Kolaborasi pemberian antibiotic bila diperlukan
- Lakukan tindakan perawatan secara aseptic
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
- Gunakan universal precaution
b.
-
Batasi jumlah pengunjung
Perlindungan terhadap infeksi
Pantau tanda dan gejala adanya infeksi
Monitor hasil laboratorium (limfosit, leukosit, granulosit, DPL, protein serum)
Monitor tanda-tanda vital
Monitor kulit dan membrane mukosa adannya kemerahan, panas, dan drainase
Anjurkan untuk meningkatkan intake cairan sesuai dengan kebutuhan
Anjurkan untuk istirahat yang cukup
Anjurkan untuk meningkatkan mobilitas dan latihan
Ajarkan pada pasien dan keluarga bagaimana menghindari infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, etc.1997. Nursing Outcome Classification. Philadelphia: Mosby
Joane C, etc. 1996. Nursing Intervention Classification. Philadelphia : Mosby
NANDA, 2001. Nursing Diagnosis : Defenition & Classification 2001-2002. Philadelphia:
America Nursing Diagnosis Assosiation
Price & Wilson, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta: EGC
North
Download