PEMBINAAN DISIPLIN GURU UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI KERJA Lukman Agus Kartiko Prodi Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang E-mail : [email protected] Pembimbing: 1. Drs. Suparman Adi Winoto, S.H, M. Hum 2. Drs. Kt. Diara Astawa, S.H, M.Si ABSTRAK: Secara umum penelitian ini untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional pendidikan yang dilakukan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Nganjuk. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam menangani kasus ketidakdisiplinan guru demi terwujudnya tujuan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Hasil penelitian menunjukkan program pembinaan disiplin guru yang diupayakan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Nganjuk pada setiap jenjang pendidikan yaitu: Workshop, MGMP dan Sertifikasi. Penelitian ini tergolong dalam penelitian kualitatif deskriptif, sumber data dari penelitian ini adalah hasil wawancara dan observasi. Kata Kunci : Program pembinaan disiplin guru, kualitas pendidikan. PENDAHULUAN Setiap lembaga pendidikan hendaknya membuka diri terhadap tuntutan perubahan serta berupaya menyusun strategi kebijakan yang selaras dengan perubahan. Lembaga pendidikan yang mampu berkarya adalah lembaga pendidikan yang didukung oleh sumber daya manusia yang maju dan tangguh. Lembaga pendidikan yang berkarya tidak lepas dari peran guru. Guru adalah seorang pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Pada saat ini disiplin guru sering tidak maksimal dalam proses mengajar, misalnya sering jam kosong atau tidak sesuai waktu yang ditentukan, perlunya disiplin guru dalam hal mengajar sesuai dengan kewajibannya.Sastrohadiwiryo (2003) menyatakan bahwa” Disiplin kerja dapat didefinisikan sabagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya. Disiplin mempunyai peranan yang sangat penting untuk pendidikan, digunakan terutama untuk memotivasi guru agar dapat mendisiplinkan diri serta mampu meraih prestasi kerja dalam melaksanakan pengajaran, baik secara perorangan maupun kelompok.Guru yang mempunyai tingkat kedisiplinan yang tinggi akan tetap bekerja dengan baik walaupun tanpa diawasi oleh atasan. Seorang guru yang disiplin tidak akan mencuri waktu kerja untuk melakukan hal-hal lain yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan. Siswanto Sastrohadiwiryo 2003 bahwa “disiplin kerja ialah sebagai suatu sikap menghormati, menghargai patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak menerima sanksi-sanksi apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya. Memelihara kedisiplinan yang baik adalah hal yang sulit, karena banyak indikator-indikator yang mempengaruhinya. Fathoni, 2006 bahwa “ Indikator-indikator tersebut yaitu : tujuan dan kemampuan, teladan pimpinan, balas jasa, keadilan, pengawasan melekat, sanksi hukuman, ketegasan, peraturan dan hubungan kemanusiaan. guru memegang peranan sangat penting dalam pendidikan. Tanpa bantuan dan peran para guru, program kerja yang telah ditetapkan tidak dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Karena guru merupakan pelaku utama pada kegiatan belajar mengajar. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif (PPKI, 2010:28). Menurut Denzin dan Lincoln (2003) bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah. Sumber data adalah subjek dari mana data itu diperoleh. Data berupa kata-kata diperoleh informan melalui wawancara, sedangkan data tindakan atau peristiwa diperoleh dengan mengamati dan mencatat semua tindakan dan peristiwa yang berkaitan dengan data keperluan peneliti. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data kualitatif dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif model Milles dan Huberman (dalam Iskandar, 2009:139) model ini terdiri dari tiga komponen yang dilakukan berurutan, yaitu mereduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Kegiatan ini dilakukan selama penelitian sampai pengumpulan data selesai. Menurut Moleong (2005:326) untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan keabsahan data. Tahap-tahap penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap penyelesaian. Tahap penyelesaian merupakan tahap terakhir dari penelitian, semua data yang telah diolah dan dianalisis oleh penulis dituangkan dalam bentuk karya tulis. HASIL PENELITIAN Program Pembinaan Disiplin Guru di Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Nganjuk Program pembinaan kedisiplinan guru ini di lakukan pada setiap jenjang pendidikan, karena prograsm DIKPORA yang sangat luas untuk itu peneliti memfokuskan program pembinaan disiplin guru untuk jenjang menengah dan kejuruan (SMA/SMK) dengan acuan beberapa indikator yang harus dicapai. Program-program tersebut meliputi:Workshop, adalah program kerja yang diberikan untuk guru melalui seminar-seminar yang berhubungan dengan materi peningkatan kualitas guru sebagai tenaga pendidik untuk menciptakan pendidik yang berkualitas. Workshop ini dilakukan untuk mengembangkan kemamapuan mengajar guru yang harus selalu ditingkatkan dari waktu ke waktu mengikuti perkembangan pendidikan saat ini dan masa yang akan datang. Workshop dilakukan selama 1 kali dalam satu tahun, biasanya workshop ini dilakukan selama 3 bulan yaitu pada bulan Juli-Oktober. MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), adalah suatu organisasi yang dibentuk untuk menjadi forum komunikasi yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi guru di lapangan. Kelompok ini berorientasi pada peningkatan kualitas pengetahuan, penguasaan materi, teknik mengajar, interaksi guru siswa dan metode mengajar. Organisasi ini dibentuk karena guru sering mengalami permasalahan pada saat proses belajar-mengajar oleh karena itu MGMP dibentuk bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi guru tersebut. MGMP ini dilakukan secara rutin, MGMP dilakukan sekali dalam satu tahun yaitu pada bulan Juli-Oktober 2012. Sertifikasi guru, adalah program untuk menentukan tingkat kelayakan seorang guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran di sekolah dan sekaligus memberikan sertifikat pendidik bagi guru yang telah memenuhi persyaratan dan lulus uji sertifikasi. Sertifikasi guru diterapkan karena tenaga pendidik di Indonesia telah dinilai kurang berkualitas sehingga merusak citra profesi pendidik, dan praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan profesional ini dapat menghambat upaya peningkatan kualitas pendidikan dan penyiapan SDM di Negeri ini. Sertifikasi guru dilakukan mulai tahun 2007 hingga saat ini dan akan terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas guru. Sertifikasi guru dilakukan dalam bentuk portofolio, komponen portofolio meliputi: kualifikasi akademik, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, pendidikan dan pelatihan, penilaian dari atasan dan pengawas, prestasi akademik, karya pengembangan profesi, keikutsertaan dalam forum ilmiah, pengalaman organisasi, pendidikan, dan sosial, penghargaan yang relevan dengan pendidikan. Dari uraian lingkup program SMA dan SMK yang telah dijelaskan tersebut maka dapat ditemukan unsur-unsur kedisiplinan pada guru SMA dan SMK, yaitu meliputi: Pemanfaatan fasilitas pendidikan sebagai pedoman pelaksanaan tugas guru secara benar, Peningkatan kemampuanm mengajar guru dan tenaga pendidik lainnya untuk kependidikan menengah dan kejuruan sesuai ketentuan yang berlaku, Mengutamakan ketepatan waktu yang berkaitan dengan tugas dan kewajiban guru sebagai tenaga pendidik yang profesional, Mematuhi segala bentuk peraturan yang berlaku. Untuk dapat mencapai indikator yang telah ditetapkan Dinas melakukan pembinaan kedisiplinan guru melaui Pendekatan klinis yaitu pada program supervisi klinis yang disampaikan Dra. Sri Handariningsih, dimana program ini merupakan konvergensi dari dua metode pendekatan kedisiplinan yaitu pendekatan ilmiah dan pendekatan artistik. Pelaksanaan Program Pembinaan Displin Guru Peningkatkan mutu tenaga pengajar di Kabupaten Nganjuk DIKPORA memberikan program dalam bentuk workshop, MGMP, sertifikasi dan kegiatankegiatan lain yang berhubungan dengan peningkatan kualitas pengajar meskipun pada kenyataannya program yang diupayakan DIKPORA Kabupaten Nganjuk belum dapat terealisasi secara maksimal. Kegiatan-kegiatan tersebut juga membahas tentang bentuk-bentuk kedisiplinan guru yang harus diperbaiki. Ada beberapa bentuk kedisiplinan yang harus dilakukan oleh seorang guru SMA dan SMK sesuai dengan 3 pilar kebijakan dalam pendidikan pada poin peningkatan mutu, relevansi dan daya saing di Kabupaten Nganjuk, diantaranya, Displin dalam hal kehadiran mengajar, ketentuan jam mengajar untuk guru PNS adalah 24 jam dalam satu minggu. Disiplin dalam hal efektivitas waktu, yang dimaksud dengan efektrivitas waktu adalah penggunaan waktu mengajar secara maksimal dengan hasil yang maksimal, guru wajib membuat perencanaan pengajaran yang tujuannya adalah sebagai pedoman pada saat mengajar dimana dalam perencanaan pengajaran materi yang disiapkan dapat disampaikan secara maksimal dan mampu mencapai beberapa indikator yang telah ditetapkan. Disiplin dalam hal berpakaian, ada ketentuan berpakaian bagi seorang guru. Berpakaian harus sopan dan rapi sesuai dengan kriteria seorang pengajar yang baik. Untuk menghindari terjadinya kesenjangan sosial pemerintah daerah memberikan kebijakan berpakaiana bagi guru di Kabupaten Nganjuk untuk memakai seragam yang sama. Disiplin dalam hal melakukan pembelajaran, guru harus menyusun perangkat pembelajaran sebelum melakukan pembelajaran, serta menguasai kompetensi mengajar sesuai dengan profesinya. Guru harus relevan dalam menggunakan sumber-sumber pembelajaran dan menggunakan media pembelajaran yang ada serta memilih metode-metode pembelajaran yang sesuai. Program pembinaan disiplin guru yang dilakukan melalui workshp, MGMP dan sertifikasi belum dapat terealisasi secara secara maksimal. Pada program MGMP tiap peserta mendapatkan tunjuangan senilai Rp 20.000,00. Yang dipanggil DIKPORA untuk mewakili MGMP tiap mata pelajaran adalah 1 orang di SMAN 1 Nganjuk total peserta MGMP nya adalah 24 orang guru. Yang dibahas dalam MGMP adalah peningkatan kualitas pengetahuan, penguasaan materi, teknik mengajar, interaksi guru siswa dan metode mengajar. Hambatan utama pada MGMP sebenarnya terletak pada absensi guru, guru sering datang terlambat dan bahkan ada beberapa guru yang tidak hadir hanya menitip absen saja. Workshop di tingkat Kabupaten, adalah program kerja guru dalam menjalankan pembelajaran seperti: menyusun perangkat pembelajaran. Tujuan workshop sebenarnya adalah agar guru disiplin dalam menyusun perangkat pembelajaran dan dapat menyusun perangkat pembelajaran tersebut secara sistematis. Peserta workshop tiap sekolahan minimal 4 guru dan undangan bagi peserta workshop diberitahukan melalui surat tugas oleh DIKPORA. Sementara kendala yang dialami dalam pelaksanaan program workshop adalah biaya, guru tidak mendapat tunjangan bahkan guru harus membayar sendiri untuk program ini. Banyak guru yang sering tidak hadir bahkan ada beberapa yang hanya menitip absen saja. Program sertifikasi dilakukan dalam bentuk portofolio. Sertifikasi guru, adalah program untuk menentukan tingkat kelayakan seorang guru. Peserta yang lulus sertifikasi akan mendapatkan tunjangan untuk membeli fasilitas yang diperlukan guru, seperti laptop. peserta sertifikasi Kab. Kediri sebanyak 819 orang. bertempat di : Gedung Bogowonto Bahari. tanggal : November-Desember terdiri dari : - Kota. Kediri. - Kab. Kediri. - Kab. Nganjuk. Kendalanya, banyak guru yang melakukan manipulasi data portofolio untuk dapat lulus uji sertifikasi. Hambatan dalam Pelaksanaan Program Pembinaan Displin Guru Hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan pembinaan kedisiplinan guru di kabupaten Nganjuk pada dasarnya berawal dari faktor intern atau kepribadian dari masing-masing individu. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Nganjuk sudah berupaya maksimal melakukan pembinaan kedisiplinan guru melalui program-program yang telah dijelaskan, namun banyak guru yang tidak sadar akan arti pentingnya program tersebut. Bahkan mereka melakukan kegiatan program hanya sebagai formalitas saja, banyak guru yang hanya mengarang perihal catatan kinerja agar dianggap telah melaksanakan program pembinaan sesuai prosedural. Padahal pada kenyataannya program tersebut belum terealisasi secara maksimal. Temuan penelitian berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan peneliti mengenai faktor-faktor yang menghambat proses pembinaan kedisiplinan guru meliputi: Kebiasaan guru yang kurang disiplin menjadi hambatan pembinaan. PNS yang melanggar peraturan dengan seijin tidak tepat waktu Sering mendahulukan kepentingan pribadinya Banyak guru yang mulai kehilangan hati nurani Namun dari sekian banyak faktor yang tergolong intern terdapat juga faktor ekstern yang menghambat proses pembinaan kedisiplinan guru yaitu tuntutan dinas yang mengharuskan guru untuk memenuhi syarat administratif sehingga harus mengkesampingkan kedisiplinan kinerjanya. Upaya untuk Mengatasi Hambatan dalam Program Pembinaan Disiplin Guru Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada semua guru baik PNS maupun Non PNS untuk selalu mempelajari PP no 53 Tahun 2010 agar para guru dapat mengetahui fungsi, hakikat dan sanksi yang tertera dalam Peraturan Pemerintah tersebut. Peraturan yang sangat kuat dan bersifat memaksa wajib ditaati oleh semua pihak yang terkait. Dengan demikian guru akan merasa mempunyai kewajiban yang harus dipenuhi dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh karena jika dilanggar maka akan dikenakan sanksi. Program disiplin guru harus mencakup beberapa indikator yaitu: bisa dilihat dari kehadiran mengajar, efektifitas waktu, kehadiran dalam memenuhi pembelajaran sesuai waktu dan harapan dan dapat menjadi tolak ukur yang lebih mudah diketahui. Kemampuan anak didik meningkat dalam arti meningkatnya nilai tata-tata dikarenakan pembinaan disiplin itu berhasil (secara praktek dan keterampilan). Secara khusus tingkat kedisiplinan guru dalam mengajar meningkat, misalkan 24 jam per minggu. Tingkat kehadiran guru dalam mengajar, kemauan untuk berubah. Indikator-indikator tersebut dapat tercapai secara maksimal dengan kunci utama jika guru sebagai pelaku dalam pendidikan mempunyai kesadaran menerapkan program pembinaan disiplin guru yang diupayakan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Nganjuk dengan sungguh-sungguh. PEMBAHASAN Program Pembinaan Disiplin Guru di Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Nganjuk Guru merupakan salah satu komponen dalam pendidikan yang dianggap sangat berperan penting. Guru adalah promotor bagi siswa pada saat berada di lingkungan sekolah. Dalam mendidik siswa untuk menjadi manusia yang hakiki sangat diperlukan sosok guru yang profesional dan dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif. Pernyataan yang disampaikan Bapak Suyatno, S.Pd mengenai ketidaksadaran guru akan kewajibannya sebagai tenaga pendidik terjadi karena keinginan untuk mementingkan kebutuhan pribadinya yang berakibat siswa menjadi korban dari ketidadsiplinan guru. Bapak Drs. Supiyanto juga membenarkan pernyataan tersebut dan menambahkan tidak semua guru bersikap demikian, ada beberapa guru yang belum bisa menjalakan kewajibannya secara optimal dikarenakan suatu hal, yakni tuntutan peraturan. Dari pernyataan tersebuat menunjukkan bahwa teori yang dipaparkan Sastrohadiwiryo (2003:291) mengenai disiplin kerja yang didefinisikan sebagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan kurang dapat diterapkan. Pernyataan yang disampaikan Dra. Sri Handariningsih, MM mengenai program pembinaan disiplin guru yang dilakukan melalui supervisi klinis adalah untuk perbaikan pengajaran dengan mengobservasi, menganalisis dan akhirnya mengubah perilaku di kelas yang mencakup: disiplin terhadap waktu, disiplin terhadap target, disiplin terhadap kualitas, disiplin terhadap prioritas kerja dan disiplin terhadap prosedur. Pernyataan tersebut selaras dengan teori Sundari (2002:20-33) tentang pendekatan pembinaan guru yaitu: a. Pendekatan ilmiah : rasional, objektif dan empirik b. Pendekatan artistik : kepekaan, persepsi, wawasan pembina c. Pendekatan klinis : konvergensi dari keduanya Maksud dari konvergensi dari keduanya adalah, penerapan dari pendekatan secara ilmiah dan artistik ini dievaluasi secara keseluruhan melalui pendekatan klinis untuk perbaikan pengajaran. Jika dilihat dari penjelasan yang disampaiakan beberapa responden mengenai kedisiplinan guru dan upaya pembenahan kualitas guru melalui program pembinaan disiplin guru Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Nganjuk dapat diketahu bahwa program ini tergolong dalam pendekatan disiplin moder dan pendekatan disiplin dengan tradisi. Dikatakan demikian karena dalam pendekatan disiplin modern DIKPORA Kabupaten Nganjuk berupaya menemukan sejumlah kebutuhan dan keperluan di luar hukuman, dan dikatakan pendekatan dengan tradisi karena dalam proses pelaksanaan program diterpkan sanksi yang kuat atas setiap pelanggaran yang terjadi sesuai dengan kadaa atau jenis pelanggarannya, baik pelanggaran ringan, sedang maupun berat sesuai dengan PP no 53 tahun 2010. Pelaksanaan Pembinaan Disiplin Guru di Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Nganjuk Program pembinaan disiplin guru yang dilaksanakan secara umum dan sesuai dengan prosedur yang berlaku dalam rencana stratejik DIKPORA merupakan upaya dari pemerintah Daerah Kabupaten Nganjuk untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Suyatno S.Pd tentang tiga pendekatan program disiplin guru yang diterapkan oleh DIKPORA Kabupaten Nganjuk yakni pendekatan ilmiah, artistik dan klinis belum dapat direalisasikan secara optimal, hal ini terjadi karena adanya beberapa faktor yaitu dari faktor intern (kepribadian yang kurang baik dari individu) atau ekstern (keterpaksanaan karena sistem). Menurut Bapak Suyatno S.Pd Program pembinaan disiplin kerja guru ini ini dilaksanakan secara berkala dengan tujuan agar guru PNS maupun Non PNS dapat melaksanakan tugas itu dengan sepenuh hati dengan penuh tanggungjawab, guru dapat menunjukkan kesetiaan dan kepatuhan terhadap system atau aturan-aturan yang berlaku dalam pendidikan. Menurut hasil wawancara dengan guru SMAN 1 Nganjuk yaitu, Ibu Titik, S.Pd dan Ibu Suwarni, S.Pd menunjukkan bahwa pelaksanaan disiplin guru Kabupaten Nganjuk terprogram dalam MGMP, Workshop dan Sertifikasi yang dilakukan oleh Departermen Pendidikan Nasional yang difasilitasi oleh DKPORA Kabupaten Nganjuk. Program-program tersebut pada dasarnya sudah dilakukan sesuai prosedur yang ada namun secara umum masih menemui kendala dimana kendala utamanya terletak pada kepribadian guru yang kurang mengerti tentang hakikat dan manfaat program program Pernyataan tersebut selaras dengan teori yang disampaikan oleh Triguna (1997:50-51) yang menyatakan ada tiga bentuk teori yaitu: (1) disiplin preventif, (2) disiplin korektif, (3) disiplin progresif. Dari ketiga bentuk tersebut pelaksanaan program pembinaan disiplin guru di DIKPORA Kabupaten Nganjuk lebih mengarah pada bentuk teori disiplin preventif yaitu tindakan SDM agar terdorong untuk menaati standar atau peraturan. Tujuan pokoknya adalah mendorong SDM agar memiliki disiplin pribadi yang tinggi, agar peran kepemimpinan tidak terlalu berat dengan pengawasan atau pemaksaan, yang dapat mematikan prakarsa dan kreativitas serta partisipasi SDM. SDM yang dimaksud yaitu guru sebagai tenaga pendidik, peraturan yang termaktub dalam rencana stratejik DIKPORA dan di dasarkan pada PP 53 mengenai kedisiplinan guru merupakan tindakan pencegahan ketidakdisiplinan guru. Namun demikian bentuk preventif juga tidak terlepas dari bentuk korektif dan progresif, artinya tindakan yang dilakukan setelah terjadi pelanggaran memiliki tujuan agar tidak terjadi pelanggaran lebih lanjut, serta setiap pelanggaran tentu akan dikenakan sanksi dimana jika pelanggaran disiplin terjadi berulang kali akan dikenakan sanksi yang lebih berat agar kedisiplinan tetap terjaga. Pernyataan tersebut juga selaras dengan PP 53 pasal 1 ayat 1 mengenai Disiplin Pegawai Negeri Sipil yaitu kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin. Hambatan dalam Pelaksanaan Disiplin Guru di Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Nganjuk Pelaksanaa program pembinaan disiplin guru mengalami banyak hambatan, hambatan tersebut dapat terjadi karena faktor kesengajaan (intern) dan faktor ketidaksengajaan (ekstern/sistem yang memaksa). Pengaruh dari faktor intern yaitu banyak guru yang belum mengerti tentang makna yang termaktub dalam PP53 tahun 2010 tentang disiplin pegawai. Menurut Bapak Suyatno, S.Pd Pelanggaran PP 53 tahun 2010 tersebut terjadi karena: a. Kebiasaan guru yang kurang disiplin menjadi hambatan pembinaan. b. PNS yang melanggar peraturan dengan seijin tidak tepat waktu c. Sering mendahulukan kepentingan pribadinya d. Banyak guru yang mulai kehilangan hati nurani e. Keterlibatan pengurus MGMP dan peserta yang kurang optimal f. Dana operasional yang terbatas Hasil yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Bapak Suyatno S.Pd selaras dengan PP 53 tahun 2010 pasal 4 ayat 1-11 yang berbunyi: Setiap PNS dilarang: 1. Menyalahgunakan wewenang; 2. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain; 3. Tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/atau lembaga atau organisasi internasional; 4. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat asing; 5. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah; 6. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara; 7. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan; 8. Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya; 9. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya; 10. Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani; 11. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan. Upaya untuk Mengatasi Hambatan dalam Pembinaan Disiplin Guru terhadap Prestasi Kerja Guru di Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten nganjuk. Dalam mengatasi hambatan yang terjadi dalam pelaksaan program pembinaan disiplin guru guna meningkatkan prestasi kerja DIKPORA Kabupaten Nganjuk melakukan himbauan dan menegaskan tentang makna PP 53 tahun 2010 yang harus benar-benar dipatuhi karena peraturan tersebut bersifat mengatur dan mengikat, apabila PNS melanggar maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan PP 53 tahun 2010, demikian yang disampaikan Bapak Suyatno S.Pd. Ungakapan tersebut selaras dengan bunyi PP 53 tahun 2010 Pasal 6 yaitu sebagai berikut “Dengan tidak mengesampingkan ketentuan dalam peraturan perundangundangan pidana, PNS yang melakukan pelangggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin”. Upaya untuk mengatasi hambatan yang dilakukan memang belum tentu bisa dipastikan tingkat keberhasilannya. Uapaya pembinaan displin guru yang telah dijelaskan di atas diharapkan dapat memenuhi tujuan pendidikan sesuai dengan rencana stratejik DIKPORA Kabupaten nganjuk yang mengacu pada tiga pilar kebijakan pendidikan yaitu : (1) pemerataan dan perluasan akses pendidikan; (2) peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing; dan (3) penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil paparan data dan temuan penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Program pembinaan disiplin guru yang dilakukan menggunakan tiga metode yaitu metode ilmiah, artistik dan klinis pada masing-masing program jenjang pendidikan. Program pembinaan tersebut meliputi:Workshop : dilakukan untuk mengembangkan kemampuan mengajar guru yang dilakukan sekali dalam satu tahun yaitu pada bulan Juli-Oktober 2012. MGMP : organisasi yang dibentuk untuk menjadi forum komunikasi yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi guru di lapangan, berorientasi pada peningkatan kualitas pengetahuan, penguasaan materi, teknik mengajar, interaksi guru dan siswa, metode mengajar yang dilaksanakan sekali dalam satu satuh yaitu pada bulan JuliOtober 2012. Sertifikasi : dilakukan dalam bentuk portofolio yang komponennya meliputi; kualifikasi akademik, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, pendidikan dan pelatihan, penilaian dari atasan dan pegawai, prestasi akademi, karya pengalaman profesi, keikutsertaan dalam forum ilmiah, pengalaman organisasi pendidikan dan sosiologi,penghargaan yang relevan dengan pendidikan. Sertifikasi dilaksanakan pada bulan November-Desember. Pelaksanaan disiplin guru terprogram dalam Rencana Stratejik Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Nganjuk dan diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010. PP53 dilaksanakan dengan sungguhsungguh demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui kualitas pendidikan yang baik, tolak ukur keberhasilan pelaksanaan program pembinaan guru yang dilakukan melalui workshop, MGMP dan sertifikasi berdasarkan kendala yang sering terjadi adalah berhubungan dengan poin disiplin dalam hal efektifitas waktu. Hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan program pembinaan disiplin guru terjadi karena beberapa faktor, yaitu Kebiasaan guru yang kurang disiplin menjadi hambatan pembinaan, PNS yang melanggar peraturan dengan seijin tidak tepat waktu, Sering mendahulukan kepentingan pribadinya, Banyak guru yang mulai kehilangan hati nurani, Sistem yang bersifat memaksa Upaya mengatasi hamabatan pelaksanaan program pembinaan disiplin guru adalah dengan himbauan dan menegaskan tentang makna PP 53 tahun 2010 yang harus benar-benar dipatuhi karena peraturan tersebut bersifat mengatur dan mengikat, apabila PNS melanggar maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan PP 53 tahun 2010. B. Saran Demi membantu mewujudkan kelancaran program pembinaan disiplin guru ada beberapa saran berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang ditujukan kepada beberapa pihak, yaitu sebagai berikut: Pemerintah Untuk mencegah terjadinya ketidakdisiplinan guru PNS maupun Non PNS sebagai tenaga pendidik hendaknya pemerintah lebih tegas terhadap UUD dan PP yang berlaku dengan menerapkan sanksi yang yang sebenarnya. DIKPORA Kabupaten Nganjuk. Untuk membantu kelancaran program pembinaan disiplin guru di Kabupaten nganjuk hendaknya DIKPORA berupaya keras melaksanakan program tersebut sesuai dengan rencana stratejik yang telah disusun sedemikian. Dan selalu memberikan himbauan kepada semua guru baik PNS maupun Non PNS tentang makna pentingnya Peraturan pemerintah no 53 tahun 2010 tentang kedisiplin guru. Guru sebagai Tenaga Pendidik Demi terwujudnya tujuan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, guru hendaknya menyadari akan hakikatnya sebagai tenaga pengajar yang harus konsisten denfgan sumpah dan janjinya, tidak mementingkan kebutuhan pribadi, dan mematuhi peraturan yang berlaku. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsini. 2004. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional. 2012. Arsip Mendiknas No 18 Tahun 2007 Tentang Sertifikasi Guru Kabupaten Nganjuk. Nganjuk: Mendiknas. Depdikbud. 1993. Strategi Dasar Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Guru. Jakarta: Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Nganjuk. 2009. Rencana Stratejik, Nganjuk: DIKPORA Kabupaten Nganjuk. Hadiwiryo, Sastro. 2003. Disiplin Kerja. (Jurnal Online). (www.disiplinkerja.com), diakses tanggal 27 April 2012. Helmi, Avin Fadilla. 1996. Disiplin Kerja, (Online), (www.buletinpsikologi.com) diakses tanggal 27 April 2012. Imron, Ali. 1995. Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya. Mangkunegara. 2001. Disiplin Kerja. (Jurnal Online), (www.mangkunegarakonsepdisiplinkerja.com), diakses tanggal 27 April 2012. Mendiknas Kabupaten Nganjuk. 2012. Arah dan Tujuan MGMP. Nganjuk: Mendiknas. Moekijat. 1989. Penerapan Disiplin. (Online), (www.disiplinpenerapan.com), diakses tanggal 27 April 2012. Moleong, Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Moleong, Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Peraturan Pemerintah No. 53.2010.Sosialisasi Disiplin Pegawai Negeri Sipil, Nganjuk: DIKPORA Kabupaten Nganjuk. Satori, Djam’an. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sundari, Sri. 2002. Upaya Meningkatkan Mutu Proses Belajar Mengajar Di Sd Pertiwi Ii Dengan Pemahaman Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Online), (www.disiplinkerja.com) dikses tanggal 27 April 2012. Sundari, Sri. 2002. Pembinaan Kemampuan Profesional Guru. Bandung: Dinas Pendidikan Kota Bandung. Syarif, Rusli. 1991. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Kerja. Jakarta: Batavia Press. Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang.