metode bel meningkatkan penguasaan kosakata

advertisement
J. Penelit. Din. Sos. Vol. 7, No. 1, April 2008: 61-70
METODE BEL MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA
BAHASA INDONESIA ANAK TK B1 SURABAYAN SURABAYA
BEL METHOD INCREASES BAHASA INDONESIA’S VOCABULARY ABILITY OF
STUDENT AT B1 CLASS IN SURABAYAN KINDERGARTEN SURABAYA
Retno Danu Rusmawati 1)
ABSTRACT
Study of child in the early age requires particular method which orienting of child’s
requirement. Public phenomenon most claiming child after passing kindergarten should be able to
read, writes, and matemathic. Most of Elementary School also does the same thing to child which
graduated from kindergarten, they require the existence of admission test SD as one of condition,
even governmental targets is obliged to learn nine years.
Unconsciously this thing has disregarded requirement of fundamental child of early age, it
is including child of age kindergarten that is playing. Child of kindergarten is forced [by] learning
with situation of strained, depress, not balmy, teacher creativity kindergarten need to innovate.
Area of child, school, public, a lot exploration or exploited without having to releases much cost.
Study method in kindergarten is not finding must be new, by allying various the methods and
requirement base of child fundamental, that is playing, of course makes child of happy
kindergarten, fun, blithe, independences, ready to learn as great as playing, with " BEL" method,
Acronym of bermain explorasi lingkungan, or “EEG” Exploration Environment Game.
Area of child of maximized its(the utilization, as supporting facilities for learning full of
playing, causing creates happiness, cheerfulness, fun, freedom of child’s expression, any
unstressed become capital child of kindergarten to grow and rounds into august mankind and
with quality, dare to lay open desire, can receive message, can communicate with teacher, friend
humanity, and or others.
Keywords: method, BEL, kosakata, Indonesia Language, Child of kindergarten
PENDAHULUAN
Pembelajaran Taman Kanak-Kanak (TK)
merupakan gerbang awal pembelajaran
formal
yang
menggunakan
Bahasa
Indonesia sebagai alat komunikasi di
Lingkungan TK. Kedudukan bahasa
Indonesia di Taman Kanak-kanak adalah
bahasa kedua setelah bahasa ibu, hal ini
perlu cara tersendiri untuk membelajarkan
anak di TK menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa komunikasi di kelas dan
diluar
kelas. Untuk melatih anak
berkomunikasi dengan bahasa Indonesia
Guru dituntut kreatif melakukan kegiatan
pembelajaran yang memungkinkan anak
dapat berinteraksi dengan teman dan orang
lain sebagai sarana mengungkapkan ide,
perasaan, dan emosinya (Suyanto,2005:172).
Kegiatan pembela-jaran di TK tentu sama
dengan kegiatan pembelajaran dijenjang
yang lainnya yaitu memerlukan metode.
Metode yang dipilih untuk pembelajaran
TK harus memperhatikan karak-teristik
tujuan kegiatan dan karakteristik anak yang
diajar. Karkteristik tujuan kegiatan adalah
pengembangan kreativitas, pengembangan
bahasa, pengembangan emosi, pengembangan motorik, dan pengembangan nilai,
serta pengembangan sikap dan nilai.
Khusus untuk pengembangan bahasa anak,
Guru dapat menggunakan metode yang
dapat meningkatkan kemampuan berbicara, mendengar, membaca, dan menulis.
Disini Guru memberi kesempatan anak
1) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
61
Metode BEL Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia Anak TK (Retno DR)
memperoleh pengalaman yang luas dalam
mendengarkan dan berbicara. Disamping
hal tersebut karakteristik anak didik ikut
menentukan. Anak TK pada umumnya
adalah anak yang selalu bergerak,
mempunyai rasa ingin tahu yang kuat,
senang bereksperimen dan menguji,
mampu meng-ekspresikan diri secara
kreatif, punya imajinasi, dan senang
berbicara (Moeslichatoen,2005:10).
Berdasarkan hasil wawancara dengan
Guru TK B1 Surabayan Surabaya yang
bernama Siti Fatimah dan Kepala TK
Surabayan Surabaya yang bernama Lies
Shofia, S.Pd diperoleh informasi bahwa
dalam proses pembelajaran masih banyak
permasalahan yang dihadapinya. Salah satu
permasalahan yang dihadapi adalah
berkaitan dengan kemampuan anak
berkomunikasi
bahasa
Indonesia
khususnya penguasaan kosakata bahasa
Indonesia.
Rumusan
hasil
diskusi
teridentifikasi beberapa masalah yang
berkaitan dengan penguasaan kosakata
bahasa Indonesia anak TK B1 Surabayan
Surabaya,
masalah-masalah
tersebut
diataranya sebagai berikut (1) anak belum
maksimal mengutarakan keinginannya, (2)
anak belum mampu menyampaikan
pendapatnya, (3) anak belum maksimal
mendengarkan dan memahami perintah,
(4) Anak belum mampu berkomunikasi
aktif sesama teman dan orang lain. Asumsi
munculnya
permasalahan
tersebut
disebabkan oleh (1) anak belum mampu
mengidentifikasi
kosakata
bahasa
Indonesia, (2) anak belum mampu
menyerap
banyak
perbendaharaan
kosakata bahasa Indonesia (3) Anak belum
mampu memahami perintah dengan
kosakata bahasa Indonesia, (4) anak belum
mampu berkomunikasi dengan kosakata
bahasa Indoneia dengan lancar, (5)
Pembelajaran yang kurang memaksimalkan
bermain.
Permasalahan yang penting dari TK B1
Surabayan Surabaya adalah penguasaan
kosakata bahasa Indonesia sangat rendah.
Kosakata merupakan bentuk dasar bahasa,
dan bahasa Indonesia sebagai bahasa
komunikasi dalam proses pembelajaran,
karena pentingnya kosakata yang harus
62
dikuasai anak, perlu segera men-dapatkan
tindakan penyelesaian agar pem-belajaran
berjalan lancar dan tujuan pembelajaran
berhasil maksimal.
Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun
2004 untuk TK terdapat standar kompetensi
Dasar
yang
berhubungan
dengan
perbendaharaan kata yang diperlukan
untuk berkomunikasi sehari-hari. Standar
kompetensi tersebut yaitu anak mampu
mendengarkan, berkomunikasi secara lisan,
memiliki
perbendaharaan kata, dan
mengenal
simbol-simbol
yang
melambangkannya
untuk
persiapan
membaca dan menulis.
Berdasarkan hasil diskusi peneliti
dengan dua orang Guru TK Surabayan
Surabaya disepakati untuk mengatasi
permasalahan tersebut dilakukan penelitian
tindakan kelas dengan berkolaborasi untuk
bermain
mengeksplorasi
lingkungan
sekolah. Adapun tindakan pemecahan
masalah yang dipilih adalah menerapkan
metode “BEL”, yang merupakan singkatan
dari “Bermain Eksplorasi Lingkungan”
merupakan akronim bermain
yang
diadopsi dari konsep (Gordon & Browne)
melalui kegiatan bermain anak dapat
melatih kemampuan bahasanya dengan
cara mendengarkan beraneka bunyi,
mengucapkan
kosakata
atau
kata,
memperluas kosakata, berbicara sesuai
dengan tata bahasa Indonesia. Eksplorasi
Lingkungan
merupakan
akronim
pemberdayaan sekeliling anak yang
mengadopsi konsep pembelajaran untuk
anak TK (Suyanto,2006:172-174) tentang
kegiatan
untuk
melatih
anak
berkomunikasi adalah (1) dramatic play
(bermain drama) seperti bermain dokterpasien, bermain keluarga, bermain jual-beli.
(2) Show and tell (menunjukan dan
menceritakan) setiap hari, secara bergilir,
Guru
menyuruh satu-dua anak untuk
bercerita
tentang
pengalamannya.
Pengalaman tersebut meliputi berbagai hal
yang menurut anak perlu diceritakan. (3)
parallel and cooperative play (bermain
paralel dan kooperatif) bermain dengan
pasir, air, dan balok dimana anak-anak
bermain sendiri-sendiri ditempat yang
sama dengan media yang sama akan
J. Penelit. Din. Sos. Vol. 7, No. 1, April 2008: 61-70
memungkinkan anak bermain paralel.
Dipilih metode ini karena secara teoritis
“BEL” terbukti mampu membantu anak TK
fun dalam pembelajaran dan tujuan
pembelajaran tercapai maksimal.
Penerapan metode yang inovatif tidak
harus baru dan mahal, tetapi kecerdasan
Guru mengeksplorasi lingkungan, media,
metode yang ada di sekeliling anak seraya
bermain dalam proses pembelajaran dapat
menciptakan situasi lingkungan anak yang
menstimulasi bahasa. Sejak tahun 1981
Hirsh-Pasek
(2005,39)
mengadakan
penelitian tentang anak prasekolah telah
banyak kehilangan waktu bermain tinggal
40%, pada tahun 1997, waktu untuk
bermain anak juga menyusut lagi tinggal
25%. Berarti waktu anak bermain telah
hilang sebesar 75%, oleh sebab itu
diperlukan usaha yang pas dalam
pembelajaran anak TK khususnya dalam
hal ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan kosakata bahasa Indonesia
dengan
penerapan
metode
“BEL”
kepanjangan dari Bermain Eksplorasi
Lingkungan.
Masalah penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut: “Apakah penerapan
metode “BEL”
dapat Meningkatkan
Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia
Anak TK B1 Surabayan Surabaya?”
atau perubahan ke arah yang lebih baik
dari praktek pembelajaran yang dilakukan
untuk mencapai hasil yang optimal atau
memuaskan.
METODE PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik anak TK B1 Surabayan Surabaya
Penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas, yang mengadopsi dari aplikasi
tindakan kelas ( Soedarsono, 2005).
Tahap pertama.
Peneliti
melakukan
penjajagan
(
assessment) menentukan masalah yaitu
penguasaan kosakata sangat minim di TK
B1 Surabayan Surabaya selama ini. Pada
tahap ini peneliti menimbang dan
mengidentifikasi masalah-masalah dalam
praktek
pembelajaran
(memfokuskan
masalah) kemudian melakukan analisis dan
merumuskan masalahnya tersebut.
Tahap ke dua
Pada tahap kedua, berdasarkan masalahnya
itu, peneliti menyusun rencana berupa
skenario tindakan atau aksi untuk
melakukan perbaikan, peningkatan dan
Tahap ke tiga
Kegiatan
tahap
ketiga
melakukan
implementasi rencana atau skenario
tindakan.
Peneliti
bersama-sama
kolaborator atau partisipan ( yaitu: guru
dan siswa TK B1 Surabayan Surabaya)
melaksanakan kegiatan sebagaimana yang
tertulis dalam skenario. Pemantauan atau
monoitoring dilakukan segera setelah
kegiatan dimulai (on going process
monitoring).
Semua
kejadian
dan
perubahan direkam dengan alat dan cara
sesuai situasi kondisi kelas.
Tahap ke empat
Pada tahap ke empat, menganalisis data
dari hasil monitoring sebagai bahan acuan
untuk mengevaluasi apakah tujuan yang
dirumuskan telah tercapai. Jika belum
memuaskan maka dilakukan revisi atau
modifikasi dan perencanaan ulang untuk
memperbaiki
tindakan
pada
siklus
sebelumnya.Proses daur ulang diakhiri
apabila peneliti puas terhadap hasil dari
tindakan yang dilakukan sesuai dengan
rencana.
Karakteristik anak TK B1 Surabayan
Surabaya termasuk dalam karakteristik
masyarakat kurang mampu. Dengan
sebagaian besar anak TK B1 Surabayan
Surabaya dari keluarga berpenghasilan
pekerjaan tidak tetap, seperti orang tua:
sopir angkot, pembantu rumah tangga,
pedagang kecil yaitu jual kelontong dan
atau makanan, dan ada 2 siswa yang orang
tuanya TNI AL, serta 1 siswa orang tuanya
pegawai pemkot, jumlah ini apabila
diprosentasikan adalah sebagai berikut:
anak dari keluarga kurang mampu sekitar
80 %, 19,88% berkemampuan diatasnya
sedikit dari yang kurang mampu,
sedangkan 0,12% orang tua TNI AL dan
Pegawai Pemkot dari jumlah 25 anak TK B1
Surabayan Surabaya.
63
Metode BEL Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia Anak TK (Retno DR)
Karakteristik Guru TK B1 Surabayan Surabaya
Karakteristik guru TK B1 Surabayan
Surabaya termasuk seorang guru kelas
tunggal, dan dari lulusan SMK, mengajar
karena kebiasaan yang sudah lama
berkecimpung di TK, profesionalismenya
sebagai pembelajar anak TK perlu
peningkatan dan pengembangan tersendiri.
Ibu Siti sebagai guru TK B1 Surabayan
Surabaya sudah mengabdi lama lebih dari
20 tahun di TK tersebut, dalam paparan
lisannya menyebutkan bahwa mengajar di
TK khususnya TK Surabayan Surabaya
diperlukan pendisiplinan yang cenderung
menggunakan bahasa Surabayan (bahasa
daerah surabaya) seperti teguran guru
kepada siswanya sebagai berikut:: //he rek
menenga sik ta lah//, //rame terus ae rek
!// dan dengan intonasi tinggi serta keras,
apabila hal itu tidak dilakukan anak-anak
TK nya tidak mau mendengarkan, dan sulit
kosentrasi ke guru dalam pembelajaran
Karakteristik Kepala TK Surabayan Surabaya
Karakteristik Kepala TK Surabayan
Surabaya, adalah seorang tokoh yang
dipercaya guru-guru TK se Surabaya
menjadi ketua Ikatan Guru Taman Kanakkanak, dari lulusan sarjana pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah dari
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
(UNIPA Surabaya). Bernama lengkap Lies
Sofia, SPd. Mengajar di TK tersebut sudah
lebih dari 25 Tahun, dan sering
menggantikan posisi guru di kelas yang
dipimpinnya
apabila
guru-gurunya
berhalangan hadir karena sakit dan atau hal
lainnya.
Karakteristik TK Surabayan Surabaya
Secara geografis letak TK Surabayan
Surabaya di tengah perkampungan lama
kota Surabaya, di gang sempit dikelilingi
rumah penduduk yang padat, sekolah
tersebut tidak memiliki halaman sekolah
TK, diseberang gang ada Sekolah Dasar
Negeri yang dapat dieksplorasi halamannya untuk bermain anak TK pada saat tidak
dipergunakan SDN sendiri. Alat bermain
diletakkan di dalam ruang bersebelahan
dengan kelas. Jika dilihat dari fisik dan
kondisi sekolah TK kurang memadai untuk
pebelajaran seraya bermain usia anak TK.
64
Secara Administrasi Sekolah, taat pada
kurikulum, proses pembelajarannya kurang
maksimal dikarenakan situasi kondisi
ruang kelas tembok luarnya langsung gang,
alat permainan kurang mendukung, dan
halaman sekolah yang tidak dimiliki.
Kegiatan Tahap pertama
Tahap pertama, melakukan penjajagan
(assessment) di kelas TK B1 Surabayan
Surabaya dengan mempersiapkan tema
pembelajaran ”aku dan Keluargaku”. Guru
melaksanakan pem-belajaran dengan tema”
Aku dan Keluargaku”. Pada gilirannya
siswa secara acak dimotivasi maju kedepan
agar berani mengungkapkan dian-taranya:
siapa namanya, berapa umurnya, tanggal
bulan tahun berapa dia lahir, apa citacitanya, anak nomer berapa, nama Ayah
nama Ibu, dimana alamat rumahnya, punya
kakak atau punya adik dan namanya siapa,
hobi apa, makanan kesukaannya apa,
pekerjaan orang tua apa, benda-benda apa
saja yang ada di rumahnya dan sebagainya
apa yang tidak disukai.
Analisis hasil observasi awal dan
informasi dari Guru menunjukkan bahwa
kemampuan kosakata bahasa Indonesia
anak masih rendah. Dari hasil observasi
pembelajaran dikelas terdata bahwa
kosakata rerata anak TK B1 Surabayan
Surabaya per sepuluh menit hanya 14-24
kosakata, sedangkan minimal yang harus
dicapai anak per jam adalah 616 kata (
Hirsh-Pasek,2005:151) jika dihitung per
sepuluh menit rerata anak usia TK B
seharusnya adalah 102 kosakata. Kenyataan
yang terjadi di TK B1 Surabayan Surabaya
persepuluh menit hanya mencapai 14-24
kosakata.
Kegiatan tahap kedua
Membuat rencana belajar (Learning Plan)
yang merupakan penjabaran kurikulum ke
dalam kegiatan belajar TK. Rencana Belajar
memiliki keunikan, dimana setiap pembelajaran tidak berisi satu kegiatan belajar
dari satu bidang studi, tetapi merupakan
rangkaian tema yang terintegrasi (Elkin,
1982 dalam Slamet Suyanto,2005;145).
Kondisi pembelajaran di TK B1
Surabayan Surabaya belum maksimal
J. Penelit. Din. Sos. Vol. 7, No. 1, April 2008: 61-70
mengeksplorasi ling-kungan dan bermain
karena itu peneliti mencoba menggunakan
metode ”BEL” untuk meningkatkan
penguasaan kosakata TK B1 Surabayan
Surabaya. Bermain menurut Schinkedanz,at.al
(1990)
dalam
Solehuddin
(1997;79)
memungkinkan anak untuk membangun
suatu pengetahuan baru, mengem-bangkan
keterampilan
sosial,
mengembangkan
kecakapan untuk mengatasi kesulitan,
mengem-bangkan rasa memiliki kemampuan, dan dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan motorik. Sependapat
dengan mereka, Maxim (1985) juga
meyakini bahwa bermain membantu anak
dalam mengembangkan banyak aspek
fundamental dari perkembangan anak-fisik,
intelektual, sosial, dan emosional.
Eksplorasi merupakan kegiatan menggali lebih dalam dan memanfaatkan
lingkungan sekeliling anak didik di dalam
maupun di luar kelas (Hirsh-Pasek) karena
itu terpadunya beberapa metode mendukung pembelajaran yang memanfaatkan
lingkungan
anak
sehingga
dapat
menciptakan situasi kondisi pembelajaran
untuk menstimulasi bahasa.
Eksplorasi lingkungan suatu kegiatan
mendayagunakan, memanfaatkan situasi
kondisi sekeliling anak di dalam dan di luar
kelas sehingga menstimulasi bahasa.
Penerapan metode bermain eksplorasi
lingkungan merupakan gabungan dari
beberapa metode yang
dimanfaatkan
semaksimal mungkin untuk proses pembelajaran
dan
diharapkan
dapat
menstimulasi
bahasa
agar
tujuan
pembelajaran berhasil maksimal.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK
TK/ RA
tahun 2004) pengembangan
kemampuan dasar berbahasa bertujuan
agar
anak
mampu
mendengarkan,
berkomunikasi secara lisan memiliki
perbendaharaan kata dan mengenal simbolsimbol yang melambangkannya untuk
persiapan membaca dan menulis. GBPKB
(Garis – garis Besar Program Kegiatan
Belajar) TK tahun 1998, pengembangan
kemampuan berbahasa di TK bertujuan
agar anak didik mampu berkomunikasi
secara lisan dengan lingkungannya.
Lingkungan yang dimaksud adalah
lingkungan di sekitar anak yang dapat
menstimulasi bahasa.
Depdikbud (1998, 7, 8, 9) menetapkan
sembilan prinsip kemampuan berbahasa,
agar dapat mencapai tujuan pembelajaran
yag telah ditentukan sebagai berikut: a).
Bahan latihan, percakapan, diambil dari
tema dan atau ling-kungan anak, b).
Kegiatan belajar mengajar berorientasi pada
kemampuan yang hendak dicapai dan
sedapat mungkin dikaitkan dengan tema,
c). Anak diberi kebebasan dalam menyatakan
pikiran
dan
perasaan
serta
ditekankan pada spontanitas, d). Guru
menguasai metode/teknik pelaksanaan, e).
Komunikasi antar guru dan anak
dilaksanakan secara akrab, f). Guru
memberi contoh/teladan dalam cara
menggunakan
bahasa, g). Bahan
mengandung isi untuk pengembangan
intelektual, emosional, serta sesuai dengan
taraf
perkembangan
anak
dan
lingkungannya, h). Tidak dibenarkan
memberikan huruf beserta bunyinya secara
satu persatu (per huruf), melainkan melalui
kata yang didalamnya mengandung huruf
yang akan diperkenalkan, i). Tidak
diberikan pelajaran membaca dan menulis
seperti pelajaran di sekolah dasar.
Pelaksanaan pembelajaran pengembangan kemampuan berbahasa dapat
menggunakan metode mengajar sebagai
berikut : a) Bercerita, b) Pemainan Bahasa,
c) Sandiwara Boneka, d) Bercakap-cakap, e)
Tanya Jawab, f) Dramatisasi, g) Mengucap
Syair, h) Bermain Peran, i) Karyawisata.
Dalam menggunakan metode tersebut,
guru dapat memilih salah satu atau
gabungan dari beberapa metode yang
sesuai dengan kemampuan yang ingin
dicapai, fasilitas, kegiatan belajar mengajar
yang disajikan, dan disesuaikan pula
dengan
bahan
pengembangan
dan
kebutuhan minat, kemampuan anak serta
lingkungannya, hal ini sebagai dasar
perpaduan pelaksanaan “BEL” (HirshPasek, Kathy, 2005: 110,111,155).
Interaksi sehari-hari yang umum, biasa
dan sederhana dengan anak adalah hal
yang diperlukan untuk meningkatkan
pertumbuhan bahasa yang baik, juga
percakapan
sehari-hari
memberikan
65
Metode BEL Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia Anak TK (Retno DR)
motivasi kepada anak dan penyediaan
waktu bagi mereka untuk menanggapinya
karena saat anak berinteraksi dengan orang
lain dengan konteks sosial anak termotivasi
untuk mengungkapkan kebutuhannya,
pemikirannya dan perasaannya. Guru dan
pengasuh di lingkungan sekolah perlu
sering berbicara dengan anak-anak –
berbagai aktifitas narasi, mengajukan
pertanyaan dan membaca buku sebagai
bentuk penyediaan lingkungan stimulasi
bahasa dan tingkat tanggapan yang cerdas.
Berdasarkan paparan tersebut diatas
maka “BEL” merupakan metode yang
cocok untuk pembelajaran di TK karena
“BEL” mengajak anak-anak bermain main
dan memanfaatkan ling-kungan sekeliling
anak
untuk
mengayaan
kosakata
sebagaimana
kegiatan
bermain
Moeslichatoen (2004:60-63), yang perlu
dipersiapkan dalam kegiatan bermain
adalah 1) Menentukan tujuan dan tema
kegiatan bermain, 2) Menentukan macam
kegiatan bermain, 3) Menentukan tempat
dan ruang bermain, 4) Menentukan bahan
dan peralatan bermain, 5) Menentukan
urutan langkah bermain yang dibagi
menjadi (a) Kegiatan pra bermain, (b)
Kegiatan bermain, (c) Kegiatan penutup., 6)
Evaluasi Kegiatan bermain.
Dalam kegiatan pengenalan bahasa
yaitu berkomunikasi dengan lisan yang
perlu diperhatikan guru adalah melakukan
kegiatan yang memungkinkan anak
berinteraksi dengan teman dan orang lain,
anak mudah untuk mengungkapkan ide,
perasaan, dan emosinya. Kegiatan untuk
melatih komunikasi diantaranya adalah (1)
Bermain drama (dramatic play) bermain
pura-pura,
(2)
Menunjukkan
dan
menceritakan (Show and tell), Bermain
Paralel dan Kooperatif (Parallel and
Cooperative play).
Sebagai langkah Pertama di tahap kedua
ini menata kelas secara fleksibel sehingga
mudah diubah-ubah sesuai tema, dinding
dipenuhi gambar-gambar dan tulisan
warna-warni yang menarik, di atas papan
tulis diberi huruf, abjad yang berukuran
besar agar siswa mulai mengenal huruf,
abjad, sehingga kelas dibuat sebagai
66
lingkungan belajar, artinya pandangan,
aktivitas anak kemanapun adalah belajar.
Langkah kedua adalah diadakan
kesepakatan antara pihak sekolah dengan
orang tua untuk, 1) menggunakan bahasa
Indonesia di lingkungan: rumah, sekolah,
dan atau melaksanakan kegiatan apapun
menggunakan
bahasa
Indonesia.
2)
Gerakan kolaborasi intensif dua minggu
penuh, dimaksudkan untuk berkerjasama
yang disepakati dua minggu penuh secara
keseluruhan orang tua siswa dengan Guru
TK
B1
Surabayan
Surabaya
agar
memotivasi,
mencurahkan
segenap
perhatian, waktu, kasih sayang, hanya
untuk anak dengan mengajak berbincangbincang, bermain-main dan mendengarkan
anak berbicara dengan sungguh-sungguh
selama dua minggu penuh.
Langkah
ketiga
adalah
sekolah
melaksanakan pembelajaran rutin terpadu
dengan tema dasar yang telah ditentukan
TK
dikenal dengan Tematik unit
berorientasi pada kebutuhan siswa dan
Guru harus mampu berkomunikasi akrab
dengan siswa. Pembelajaran diawali do’a
belajar sebelum melaksanakan gerakan fisik
yang menyenangkan (bernyanyi, senam
berirama, baris-berbaris, upacara bendera
atau aktivitas lain yang membuat siswa
fun) dilanjutkan kegiatan inti: memadukan
bidang studi yang ada dalam rangkaian
tema, pelaksanaan kegiatan inti diawali
dengan bermain sepenuhnya melaksanakan
pembelajaran inti, bentuk permainan
disesuaikan tema dan alat permainan
dibawa pulang siswa dengan jangka waktu
dua minggu untuk belajar siswa di rumah,
setelah dilihat ada perubahan perilaku
siswa yaitu adanya peningkatan kosakata
selama membawa alat permainan TK maka
alat permainan diminta dikembalikan di
Sekolah. Kegiatan selanjutnya siswa
diistirahatkan dan makan ringan.
Langkah ke empat adalah aktivitas yang
membuat anak tenang (menggambar,
mewarnai, mengkopi daun diatas kertas
gambar, melipat kertas dengan berbagai
bentuk sesuai tema) dan memajang hasil
karya siswa di kelas, penutup usai belajar
siswa diajak berdo’a dan berjabat tangan
dengan guru dan sesama siswa.
J. Penelit. Din. Sos. Vol. 7, No. 1, April 2008: 61-70
Kegiatan rutin ini disusun secara variatif
antar hari, dan berulang secara mingguan.
Kegiatan rutin dituangkan dalam jadwal
rutin TK B1 Surabayan Surabaya.
Kegiatan tahap ketiga
Pada tahap ketiga, adalah tahap
pelaksanaan tindakan, yaitu menerapkan
metode
”BEL”,
bermain
eksplorasi
lingkungan untuk mening-katkan kosakata
anak
TK,
pelaksanaan
kegiatan
pembelajaran di TK B1 Surabayan Surabaya
selama dua minggu, mengikuti kegiatan
rutin TK B1 Surabayan Surabaya yang
sudah direncanakan.
Metode adalah cara yang dalam
fungsinya merupakan alat untuk mencapai
tujuan kegiatan (Moeslichatoen,2004:9).
Metode merupakan bagian dari strategi
kegiatan. Metode dipilih berdasarkan
strategi kegiatan yang sudah dipilih dan
ditetapkan. Metode merupakan cara, yang
dalam bekerjanya merupakan alat untuk
mencapai
tujuan
kegiatan.
Untuk
mengembangkan kemampuan bahasa anak
dengan menggunakan metode yang dapat
meningkatkan perkembangan kemampuan
berbicara, mendengar, membaca, dan
menulis. Anak diberi kesempatan yang luas
untuk memperoleh pengalaman dalam
mendengar dan berbicara.
Metode bermain merupakan keharusan
dalam pembelajaran di Taman Kanakkanak (KBK TK/RA tahun 2004). Dengan
bermain
anak
akan
memperoleh
kesempatan
memilih
kegiatan
yang
disukainya,
bereksperimen
dengan
bermacam bahan dan alat, berimajinasi,
memecahkan masalah dan bercakap-cakap
secara bebas, berperan dalam kelompok,
bekerja sama dalam kelompok, dan
memperoleh
pengalaman
yang
menyenangkan. Moeslichatoen (2004, 33).
Bermain
merupakan kegiatan dengan
segala aspek yang membuat anak didik
senang,
bergembira,
tertarik,
dapat
membuat peserta didik aktif, ekspresif,
atraktif.
Kosakata adalah alat peramal paling
akurat untuk kemampuan membaca
literatur dikemudian hari, cara terbaik
membangun kosakata adalah dengan
bicara, bicara – bicara yang lebih banyak
lagi. ( Hirsh-Pasek, 2005,169).
Kosakata sebagai dasar-dasar membaca,
mem-bacakan cerita sadar fonologi, dan
memecahkan kode tertulis, terpenting
menciptakan suasana yang menyenangkan
saat membaca – bukan suasana kerja.
(Hirsh-Pasek, 2005,153).
Membaca tidak terjadi begitu saja anak
masuk sekolah tetapi banyak pengalaman
kemampuan membaca mendorong anak
untuk mulai membaca. 20 persen anak –
anak mengalami masalah dalam membaca
cenderung dari lingkungan yang miskin
karena orang tua tidak cukup sering
membacakan
buku
kepada
mereka.
Masalah membaca dapat teratasi jika ada
pemberian pengalaman konteks dan
kemampuan membaca tinggi terhadap
anak – anak di lingkungan miskin. Saat
guru menyediakan sebuah model kepada
anak – anak untuk menggunakan bahasa
dalam berkomunikasi dan dapat dipahami,
dan saat guru/ orangtua/ pengasuh
membacakan buku pada anak – anak dan
mendiskusikan isi buku tersebut, mereka
telah menuangkan resep untuk kesuksesan
dalam membaca. Newman dan Dickinson
dalam (Hirsh-Pasek, 2005, 166 - 168).
Penguasaan kosakata pada peserta didik
usia TK (5-6 tahun) menurut Carey dalam (
Suyanto,2005,162 ) adalah 14.000 kosakata
Temlin dalam (Suyanto, 2005, 162) sehingga
pada prinsipnya anak sudah dapat
berkomunuikasi dengan baik dan benar.
Hart
dan
Risley
dalam
(HirshPasek,2005,151) memiliki data bahwa
seorang anak dari keluarga miskin rata-rata
mendengar 616 kata setiap jamnya,
sementara anak dari keluarga yang bekerja
mendengar 1.251 kata dan anak-anak dari
keluarga profesional mendengar rata-rata
2.153 kata setiap jamnya, karena orang tua
keluarga miskin jarang berbicara kepada
anak-anaknya
dibandingkan
dengan
orangtua
golongan
menengah
atau
orangtua profesional. Jika dihitung angka
tersebut dalam setahun, angka tersebut
menjadi : 3 juta kata dari pengalaman
berbahasa bagi anak-anak miskin, 6 juta
kata bagi anak keluarga menengah, dan 11
67
Metode BEL Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia Anak TK (Retno DR)
juta kata bagi anak-anak dari keluarga
profesional.
Tahap implementasi, pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas dengan tema” gigi
sehat
putih
dan
kuat”,
sebagai
berikut:1).Guru mengatur kursi anak
membentuk formasi setengah lingkaran di
dalam kelas, dan kursi guru ada di depan
tengah. 2).Guru mengajak anak bersamasama
memperlihatkan gigi. 3).Guru
berdialog dengan anak memperbincangkan
gigi, apa warnanya, berapa jumlahnya, ada
yang lubang atau tidak, ada yang gigis
berwarna
hitam
atau
warna
lain,
pertanyannya berkembang, ada yang
pernah merasakan sakit gigi? bagaimana
rasanya, mengajak anak didik yang pernah
sakit gigi untuk mengekspresikan, anak
dimotivasi
untuk
dapat
mengungkapkannya rasa sakit. 4). Guru
menunjukkan gambar-gambar gigi yang
sehat, bertanya ke anak, maukah memiliki
gigi yang sehat putih dan kuat ?
5).Bagaimana caranya memiliki gigi
sehat,putih dan kuat, bertanya ke peserta
didik, dan direspon reaksinya. 6).Guru
membagikan sikat gigi ke siswa, sambil
menyebutkan, benda ini adalah “ sikat “
gunanya untuk apa ? ditanyakan ke anak,
anak ditanya warna sikat yang dipegang
masing-masing
untuk benyebutkan
warnanya, menjelaskan bagaimana cara
memegang dan menggunakannya, begitu
pula tapal gigi dijelaskan kegunaannya dan
dikembangkan kosakata yang digali dari
anak. 7) Anak diajak berpura-pura untuk
memprak-tekkan
orang
yang
akan
menggosok gigi, berkumur, dan dijelaskan
tentang gerakkan menyikat gigi yang benar,
kegunaan menyikat gigi dengan benar
adalah merawat gigi agar sehat putih dan
kuat.8).Guru mengajak siswa terfokus
mendengarkan cerita tentang gigi sehat,
anak mau? 9). Guru bercerita tentang gigi
sehat putih kuat dengan menggunakan
ilustrasi gambar berbagai jenis gigi
manusia, membacakan buku-buku tentang
gigi. 10). Dengan gigi sehat putih kuat
membuat badan sehat, manfaatnya adalah :
kelak jika anak lulus SMA yang ingin
menjadi POLRI, AD, AL, AU, Astronot,
68
Penerjun payung dan lain sebagainya yang
salah satu syaratnya adalah memiliki gigi
sehat, gigi bisa sehat putih dan kuat harus
rajin dirawat dengan : menggosok gigi pagi,
sore dan selesai makan, menjauhi makanan
manis (permen), makanan panas atau
dingin, jika gigi sakit harus berobat ke
dokter gigi, periksa gigi secara rutin setiap
enam bulan sekali ke dokter gigi sebelum
sakit gigi menyerang adalah perbuatan
mulia menjaga kesehatan gigi. 11). Guru
mendemonstrasikan menyikat gigi dengan
baik dan benar. 12).Guru mengajak anak
menyikat gigi dengan baik dan benar
dalam bentuk kelompok tiap kelompok
terdiri dari lima anak, demonstrasi ini
dilakukan di tempat yang sudah disiapkan
di luar kelas, anak yang belum mendapat
giliran mendemonstrasikan menyikat gigi,
tetap didalam kelas dibimbing dan
diarahkan guru lainnya, dengan kegiatan
anak diberi kesempatan memainkan peran
berpura-pura menyikat gigi. 13) siswa
diarahkan guru untuk bermain drama
memerankan dokter dan pasien secara
berkelompok 14). Guru mengajukan
pertanyaan – pertanyaan yang berkaitan
dengan merawat gigi agar sehat putih dan
kuat serta memotivasi anak untuk bersikap
merawat gigi dan dapat mengkomunikasikan kembali bagaimana merawat gigi
agar sehat putih dan kuat. Tempat Kegiatan
ada di dalam kelas dan di luar kelas.
Media yang digunakan :Ilustrasi gambar
– gambar gigi, ilustrasi langkah – langkah
menggosok gigi, Buku-buku cerita tentang
gigi, cermin untuk melihat gigi masingmasing siswa; Bahan dan Alat Yang perlu
dipersiapkan adalah: (1) materi pembelajaran tentang merawat gigi, agar gigi
sehat kuat untuk satu siklus empat kali
pertemuan, (2) sikat gigi, (3) tapal gigi, (4)
gayung air, (5) air, (6) air bersih dan sehat,
(7) serbet atau tisu.
Kegiatan tahap keempat
Pada tahap ke empat, menganalisis data
dari hasil monitoring sebagai bahan acuan
untuk mengevaluasi apakah tujuan yang
dirumuskan telah tercapai. Jika belum
memuaskan maka dilakukan revisi atau
modifikasi dan perencanaan ulang untuk
J. Penelit. Din. Sos. Vol. 7, No. 1, April 2008: 61-70
memperbaiki
tindakan
pada
siklus
sebelumnya. Proses daur ulang diakhiri
apabila peneliti puas terhadap hasil dari
tindakan yang dilakukan sesuai dengan
rencana.
Data diperoleh dari 25 siswa TK B1
Surabayan Surabaya setelah tindakan
adalah sebagai berikut: 10 siswa mampu
berkosakata 102 kosakata, 5 siswa mampu
berkosakata 60 kosakata, 5 siswa mampu
berkosakata 50 kosakata, 5 siswa mampu
berkosakata
40 kosakata, prosentase
pencapaian keberhasilan adalah sebagai
berikut: 40% siswa telah mampu mencapai
100% kosakata batas minimal yang diacu
Hirsh Pasek (2005,151) bahwa keharusan
anak berkosa kata untuk keluarga miskin
adalah 616 kosakata dalam satu jam, karena
itu jika dihitung penguasaan kosakata
siswa TK B1 Surabayan Surabaya per
sepuluh menit adalah 102 kata dikalikan 60
menit adalah 616 kosakata. 20% siswa yang
mencapai prosentase 58,82% kosakata batas
minimal. 20% siswa mencapai prosentase
49,09% kosakata batas minimal dan 20%
siswa mencapai 39,21% kosakata batas
minimal.
Perlu
diketahui
bahwa
peneliti
menggunakan kata batas minimal karena
yang diacu peneliti adalah kosakata anak
dari keluarga miskin setiap jamnya. Anak
dari keluarga bekerja mampu berkosakata
1.251. anak dari keluarga golongan
menengah atau orangtua profesional
mampu berkosakata 2.153. peneliti yakin
bahwa pembelajaran TK yang terus
menerus menggunakan metode BEL ,
memudahkan anak meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Indonesia.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pembiasaan
menggunakan
bahasa
Indonesia untuk berkomunikasi adalah
media menyimak anak yang baik sehingga
anak
dengan
mudah meningkatkan
kosakata bahasa Indonesia.
Pembelajaran di TK penuh dengan
metode bermain dan alat permainannya
dibawa pulang, membuat anak senang,
bahagia, membuat anak nyaman mudah
berkomunikasi,
mampu
ber-imajinasi,
mengekspresikan keinginan dan mampu
menerima informasi guru, teman sebaya
dan atau orang lain, hal ini memudahkan
peningkatan kemampuan kosakata.
Mengeksplorasi lingkungan merupakan
kegiat-an mudah dan murah namun
menuntut kreativitas guru untuk mampu
memanfaaatkan
dalam
pem-belajaran,
karena dengan memanfaatkan ling-kungan
sekitar
sekolah
seperti
misalnya
bekerjasama dengan orangtua siswa dalam
membina
komunikasi
menggunakan
bahasa
Indonesia,
hal
ini
efektif
menigkatkan kosakata siswa dan orang tua
serta guru.
Bentuk eksplorasi lingkungan tidak
hanya berkolaborasi dengan orangtua
siswa, dapat pula dengan tokoh-tokoh
masyarakat sekitar yang mendukung,
bentuk eksplorasi yang lain adalah
memanfaatkaan lingkungan sekitar, bendabenda, kebiasaan, sosial, gedung, halaman,
alam, peralatan dan lain sebagainya apa
saja yang dapat dimanfaatkan dalam
pembelajaran TK tentu saja memudahkan
siswa
mengakses
kosakata
dan
menggunakannya.
Saran
Pembelajaran anak TK B1 Surabayan
Surabaya mengikuti kurikulum KBK 2004,
tetapi ada beberapa kendala diantaranya:
media berkomu-nikasi berbahasa campuran
daerah Surabaya, Madura dan bahasa
Indonesia. Oleh karena itu diperlukan
kesepakatan orang tua siswa dengan guru
untuk menggunakan bahasa Indonesia
disemua kesempatan agar perbendaharaan
kosa-kata bahasa Indonesia
siswa
meningkat.
Semua
kegiatan
pembelajaran
hendaknya menggunakan metode bermain,
karena metode bermain banyak ragamnya
dan guru tinggal berkreasi menggunakannya
sesuai
dengan
tema
pembelajaran. Yang perlu diingat guru
adalah masa TK merupakan masa emas
dalam per-tumbuhan dan perkembangan
menjadi
manusia
seutuhnya,
anak
membutuhkan bermain penuh walapun
pembelajaran.
Guru harus berkreasi mengeksplorasi
ling-kungan, agar pembelajaran mudah
murah berdaya guna tinggi mampu
69
Metode BEL Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia Anak TK (Retno DR)
mencapai target pembelajaran yang
memuaskan tanpa harus mengurangi hak
anak untuk bermain.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. (2006). Penelitian Tindakan
Kelas Bagi Pengembangan Profesi Guru.
Bandung: Yrama Widya.
Depdikbud.
(1998).
Metodik
Khusus
Pengembangan Kemampuan Berbahasa di
Taman Kanak – Kanak. Jakarta:
Depdikbud.
Depdiknas. (2004). Kurikulum Berbasis
Kompetensi
(KBK
TK/RA
Th
2004):Matriks Hubungan Kompetensi
Dasar, Hasil belajar, Indikator dalam
Tema kelompok B. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. (2002). Pelatihan Terintegrasi
berbasis
Kompetensi
Guru
Mata
Pelajartan Bahasa Indonesia: Metode
Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas. (2004). Spider Web Satuan
Kegiatan Mingguan Semester I kelompok
B. Jakarta: Depdiknas.
Hirsh-Pasek dkk. (2005). Einstein Never Used
Flash Cards: Bagaimana Sesungguhnya
70
Anak – anak Belajar dan Mengapa Mereka
harus Banyak Bermain dan Sedikit
Menghafal. Bandung: Kaifa. Cet 1.
MenPenNas. (2006). Peraturan Menteri
Pendidikkan Nasional Nomor 22, 23, dan
24 tahun 2006 untuk Sekolah Dasar (SD)
dan
Madrasah
Ibtidaiyah
(MI).
Semarang:Bina Cendekia. Cet. 1
Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran Di
Taman Kanak-kanak. Jakarta: Rineka
Cipta.
Solehuddin,M.
(1997). Konsep Dasar
Pendidikan Prasekolah. Bandung: FKIPIKIP Bandung.
Sudarsono,FX. (2005). Aplikasi Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta:DepdiknasDirjen Dikti.
Suyanto. (2005). Pembelajaran untuk Anak
TK. Jakarta: Depdiknas.
Suyanto, Slamet. (2005). Konsep Dasar
Pendidikan
Anak
Usia
Dini.
Jakarta:Depdiknas-Dirjen Dikti.
Download