Tirtonadi, Blora Mama lahir di Blora, 20 Desember 1957. Blora kota yang sangat sepi, bahkan sampai sekarang. Tidak ada geliat ekonomi, politik, social budaya yang mencolok disana. Semua berjalan sangat flat. Saya rasa hanya kuliner sate dan lontong tahu saja yang dapat dibanggakan. Mama tumbuh dan berkembang sampai SD di Blora. Tepatnya di Jalan Reksodiputro. Rumah Eyang ini sangat istimewa dan penuh sejarah. Ada mushola kecil dari kayu di depan rumah, lengkap dengan kentongannya. Menurut cerita mama, mushola ini digunakan sebagai persembunyian warga saat jaman tahun 60an dimana terjadi peristiwa pergolakan PKI. Selain ada RRI di dekat rumah Eyang, ada tempat yang istimewa, namanya Tirtonadi. Tirtonadi sungguh memberikan kesan tersendiri. Bagi saya, bagi saudara saya dan bagi sepupu-sepupu saya. Tirtonadi adalah kawasan wisata di Blora. Kami bisa berjalan dari belakang rumah eyang menuju kesana. Dari sejarahnya, Tirtonadi adalah sebuah kebun binatang. Dulu sangat lengkap koleksi binatangnya. Hingga suatu saat menurut cerita mama, pengurus Tirtonadi melakukan korupsi. Dana yang seharusnya digunakan untuk membeli makanan binatang, digunakan untuk keperluan pribadinya. Miris. Hingga suatu hari, tentu saja binatang-binatang itu sangat kelaparan dan berusaha lepas dari kandang untuk mencari makanan di luar. Saat itu binatang seperti kera, ular phyton, buaya masuk ke rumah-rumah penduduk. Akhirnya binatang-binatang itu di bunuh daripada membahayakan penduduk. Ada yang tembak atau dipukul. Perkembangannya, waktu saya masih kecil, Tirtonadi menjelma menjadi taman bermain. Namun tetap dengan kondisi yang jauh dari layak dan tidak terurus. Saya dan sepupusepupu kalau ke Blora pasti mainnya ya ke Tirtonadi. Entah main ayunan, atau hanya sekedar berjalan-jalan di bawah rimbunnya tumbuhan. Masih banyak sisa-sisa kandang binatang juga. Namun mama selalu mengingatkan, Tirtonadi itu banyak dihuni setan, jadi kami harus segera pulang bila matahari sudah mulai tenggelam. Dulu mama pernah ada yang melemparnya pakai batu kerikil ketika melewati jembatan kecil di Tirtonadi. Matahari sudah mulai tenggelam saat itu. Keadaan sudah sangat sepi, dan mama tidak melihat seorangpun disana. Agak menakutkan memang. Terakhir entah beberapa tahun lalu, ketika melewati Tirtonadi, saya melihat tempat itu dibangun lumayan bagus. Ada taman bermain, ditambah dengan ada kolam renang dengan ukuran cukup besar di tengah-tengahnya. Semoga akan terus dirawat, karena Tirtonadi merupakan salah satu jantung kota Blora yang sepi akan geliat kehidupan manusia.