Kemampuan Siswa Menggunakan Konjungsi (Rasmijah) 65 KEMAMPUAN SISWA MENGGUNAKAN KONJUNGSI INTRAKALIMAT DAN EKSTRAKALIMAT DALAM KARANGAN NARASI Rasmijah Madrasah Tsanawiyah Negeri I Bojonegoro Telepon (0353) 881773; Email:mts 1bojonegoro@yahoo,co.id Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan (1) jenis konjungsi intrakalimat, (2) jenis konjungsi ekstrakalimat, (3) kemampuan siswa dalam mendeskripsikan fungsi konjungsi intra kalimat, dan (4) kemampuan siswa mendeskripsikan fungsi konjungsi ekstra kalimat dalam karangan narasi siswa kelas VIII H Madrasah Tsanawiyah Negeri I Bojonegoro. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah model interaktif yang disarankan Milles dan Huberman. Model interaktif tersebut terdiri atas reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam karangan narasi siswa terdapat konjusi intrakalimat dan konjungsi ekstrakalimat. Konjungsi intrakalimat meliputi agar, biarpun karena, walaupun sambil, kalaupun, seolah-olah, gara-gara, tapi, selain, meskipun, sehingga, lalu, selain, kendatipun, jika, ketika, asalkan, seandainya. Konjungsi ekstrakalimat meliputi oleh karena itu, bahkan, meskipun demikian, sekalipun begitu.Fungsi konjungsi meliputi harapan, perlawanan, sebab, syarat, tujuan, perbandingan, waktu, penambahan, urutan, akibat, pengandaian. Kata kunci: konjungsi, konjungsi intrakalimat, konjungsi ekstrakalimat, karangan Abstract: The purpose of the study were to describe (1) the types of conjunction intrasentence, (2) the types of conjunction extra-sentence, (3) the students’ ability in describing the function of conjuction in intra-sentence, and (4) the students’ ability in describing the function of conjunction in extra-sentence of naration text at the eighth graders H of the first state Madrasah Tsanawiyah Bojonegoro. The study was descriptive qualitative research. The data analysis technique used was interactive model from Milles and Huberman. The interactive model consisted of data reduction, data representation, and conclusion. The result showed that in the narration text of the students there are intra-sentence conjuntion and extra-sentence conjunction. The conjunction of intra-sentence included agar, biarpun karena, walaupun sambil, kalaupun, seolah-olah, gara-gara, tapi, selain meskipun sehingga, lalu, selain, kendatipun, jika, ketika, asalkan, seandainya. The conjunction of extra-sentence included oleh karena itu,bahkan, meskipun demikian, sekalipun begitu. The function of conjunction were hope, contrary, cause, requirements, purpose, comparison, time, addition, sequence, effect, supposition. Keywords: conjunction, intra-sentence conjunction, extra-sentence conjunction, text 66 EDU-KATA, Vol. 3, No. 1, Februari 2016 PENDAHULUAN Konjungsi adalah salah satu kelas kata yang terdapat dalam bahasa Indonesia yai- tu jenis preposisi atau kata depan yang sering disebut kata sambung atau konjung tor. Konjungsi termasuk semestaan bahasa, karena ditemukan dalam Konjungsi merupakan kelas kata yang ada dalam bahasa. Penggunaan konjungsi karena penutur ingin menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat atau ingin menghubungkan dua buah benda. Pengguna bahasa sering keliru dalam menggunakan konjungsi misalnya, kerancuan kalimat pada pemakaian (1) dua konjungtor secara bersama-sama contoh:........setelah ditemukan, maka penyemai awan dapat dilakukan oleh pesawat lain yang dilengkapi dengan alat semprot udara yang yang bernama mikroair (B/p/27/10-95/21). Kalimat tersebut terdiri atas dua unsur unsur pertama diawali konjungtor setelah, yang menyatakan hubungan waktu berurutan. Unsur kedua diawali konjungtor maka. Pada kalimat tersebut hanya dapat menggunakan konjungtor yang menyatakan makna hubungan waktu berurutan sehingga konjungtor, “maka” dihilangkan. Kalimat berikut ini, merupakan perbaikan :….Penyemaian awan dapat dilakukan oleh pesawat lain yang dilengkapi denganalat semprot udara yang bernama mikro air setelah ditemukan. (2) kekeliruan dalam penggunaan bahasa sehari-hari, sering ditemukan contoh penggunaan konjungsi” kalau “ yang salah. Penggunaan konjungsi “kalau” yang salah sebagai berikut: (A) : Kamu ikut ke Malang besok? (B): Kalau saya tidak ikut. Penggunaan konjungsi “kalau“ pada percakapan di atas tidak tepat, karena penutur ingin menyatakan ia tidak ikut selain itu kalimat tersebut merupakan klausa utama berubah menjadi klausa subotdinatif yang menyatakan hubungan syarat. Seharusnya kalimat tersebut adalah :” Saya tidak ikut ke Malang”. (3) penggunaan konjungsi yang tidak jelas unsur induk dan anak kalimat dalam kalimat majemuk bertingkat. Contoh : ….Ketika perjuangannya berhasil dan penjajah sudah dapat diusir dari bumi Indonesia, maka beliau mendapat mandat sebagai kepala staf umum angkatan perang republik Indonesia serikat atau RIS (A/T/11-95/11). Pada kalimat di atas, terdiriatas dua unsur, unsur pertama diawali dengan konjungsi” ketika”yang menyata-kan hubungan waktu bersamaan,sedangkan unsur kedua diawali dengan konjungsi “maka”, Makna pengakibatan kedua unsur tersebut sebagai anak kalimat tidak berinduk. Pemakaian kedua konjungtor bersama-sama, tersebut salah dan harus di hilangkan salah satu konjungtornya, menggunakan “ketika” atau “maka” Perbaikan kalimat tersebut adalah: (1) Perjuangannya berhasil dan penjajah sudah dapat diusir dari bumi Indonesia, maka beliau mendapat mandat sebagai Kepala Staf umum Angkatan Perang RIS (Republik Indonesia Serikat). (A/T/1195/11). Atau; (2) ……ketika perjuangan berhasil dan penjajah sudah dapat diusir dari bumi Indone sia, beliau mendapat mandat sebagai Kepala Staf Umum Angkatan Perang RIS (Republik Idonesia serikat) (A/T/11-95/11).Dari data tersebut di atas banyak pe nutur bahasa Indonesia masih kurang memahami penggunaan konjungsi dalambahasa Indonesia. Dalam penelitian ini akan diteliti kemampuan siswa kelas VIII H Madrasah Tsanawiyah Negeri I Bojonegoro tahun pelajaran 2012/2013.Bermacam-macam pengertian konjungsi.Dalam penelitian ini peneliti Kemampuan Siswa Menggunakan Konjungsi (Rasmijah) menggunakan landasan teori konjungsi. Putrayasa (2008:62) mengatakan bahwa , konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi. Konjungsi menghubungkan bagian-bagian ujaran yang setataran maupun yang tidak setataran. Keaneragaman bahasa menyebabkan beberapa konjungsi sulit dibedakan dari preposisi. Putrayasa (2008:62) mengemukakan bahwa, menurut posisinya konjungsi dapat dibagi menjadi dua yaitu: Konjungsi intrakalimat, adalah konjungsi yang menghubungkan satuan-satuan, kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa. Contoh konjungsi, tersebut adalah agar, kemudian, lalu, oleh karena, biarpun, jika, daripada dan lain-lain. Konjungsi ekstrakalimat terbagi menjadi dua yaitu: (1) Konjungsi intratekstual yang menghubungkan kalimat dengan kalimat atau paragraph dengan paragraf, contoh: apalagi, bahkan, sekalipun, demikian, sekalipun begitu, walaupun demikian. (2) konjungsi ekstratektual, yang menghubungkan dunia di luar bahasa dengan wacana. Contoh: adapun, alkisah, begitu, maka, maka itu, mengenahi, syahdan dan. Tugas Konjungsi menurut Kridalaksana (1994:104) mengatakan, sesuai dengan makna satuan-satuan yang dihubungkan oleh konjungsi. Tugas-tugas konjungsi dapat dibedakan sebagai berikut: (1) Penambahan misalnya: dan, selain, tambahan lagi, bahkan; (2) Urutan misalnya: lalu,lantas,kemudian. (3) Pilihan misalnya: atau, entah ... entah (4) gabungan misalnya: baik…maupun. (5) Perlawanan misalnya: terapi, hanya, sebaliknya. (6) Temporal misalnya: ketika, setelah itu. (7) Perbandingan, misalnya: seolah-olah, sebagaimana. (8) 67 Sebab, misalnya: karena, lantaran (9) Akibat, misal: sehingga, sampai-sampai. (10) Syarat misalnya: jikalau, asalkan. (11) Tak bersyarat, missalnya : meskipun, biarpun. (12) Pengandaian, misalnya: andaikata, sekiranya, umpamanya. (13) Harapan misalnya: agar, supaya, biar. (14) Perluasan, misalnya di mana, tempat (15) Pengantar obyek misalnya: bahwa, yang. (16) cara mi salnya: sambil, seraya. (17). Perkecualian misalnya : kecuali, selain (18) Pengantar wacana, misalnya: sebermula, adapun, maka. Karangan Narasi. Keraf (1986 :135) menyatakan ada dua jenis narasi yaitu:(1) narasi ekspotoris narasi tersebut terbagi dua: yaitu narasi yang bersifat khusus dan bersifat generalisasi, narasi sugestif selain itu terdapat narasi bentuk khusus meliputi: biografi, autobiografi, anekdot dan insiden, sketsa, profil. Keraf ( 1986: 135) menyatakan narasi ekspositoris adalah narasi yang bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan dengan sasaran utama rasio yaitu berupa perluasan pengetahuan pembaca, setelah membaca kisah tersebut dan menyampaikan informasi mengenai berlangsungnya suatu peristiwa, Mempersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan kepada para pembaca atau pendengar. Runtun kejadian atau peristiwa yang disajikan dimaksud untuk menyampaikan informasi memperluas pengetahuan atau pengertian pembaca disampaikan secara lisan atau tertulis. Narasi Ekspositoris yang bersifat generalisasi narasi yang menyampaikan suatu proses umum, yang dapat dilakukan siapa saja dan dapat pula dilakukan secara berulang-ulang. Contoh : menceritakan bagaimana seorang menyiapkan nasi goreng, bagaimana membuat roti, bagaimana membangun sebuah kapal. Narasi yang bersifat khusus 68 EDU-KATA, Vol. 3, No. 1, Februari 2016 adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa khas yang hanya terjadi satu kali. Peristiwa yang khas peristiwa yang tidak dapat diulang kembali karena pengalaman atau kejadian pada waktu tertentu saja, contoh pengalaman masuk sekolah. dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah- kan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini merupakan penelitian deskritif. Penelitian deskritif menurut pendapat Arikunto (2010:3) mengatakan bahwa istilah deskritif berasal dari bahasa Inggris to describe memaparkan atau menggambarkan sesuatu hal, seperti, keadaan, kondisi,situasi peristiwa dankegiatan. Penelitian deskritif a-dalah penelitian yang digunakan menyelidiki keadaaan, kondisi atau hal lain yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Penelitian ini dipotret apa yang terjadi dalam diri objek atau wilayah yang diteliti kemudian dipaparkan apa adanya. Data dan Sumber data yang penulis gunakan yaitu konjungsi dan tugas konjungsi. Arikunto (2006:118 ) menyatakan bahwa data adalah hasil pencatatan peneliti baik berupa fakta atau angka, sedangkan sumber data menurut Arikunto ( 2006: 129), yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah karangan narasi yang digunakan siswa kelas VIII H Madrasah Tsanawiyah negeri I Bojonegoro. Sedangkan Instrumen yang digunakan penulis lembar korpus data. Teknik analisis data menggunakan landasan teori Barelson. Barelson (1954:489) mengatakan sistematis dan deskrpitif kualitatif. Teknik deskriptif kualitatif yaitu mendiskripsikan segala yang ada pada saat sekarang yang berwujud katakata atau kalimat, sesuai dengan pendapat Hadi (1990:223) yang mengatakan bahwa deskriptif kualitatif digambarkan HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 20 Agustus 2012, dengan kegiatan pembuatan karangan narasi yang dilengkapi penggunaan konjungsi. Hasil penelitian siswa kelas VIII H dalam karangan narasi terdapat konjungsi Intrakalimat dan, konjungsi Ekstrakalimat serta konjungsi subordinatif. Penelitian dilanjutkan tanggal, 17 Oktober 2012, dengan instrumen korpus data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dalam karangan narasi siswa terdapat konjungsi Intrakalimat dan konjungsi Ekstrakalimat serta beberapa fungsi konjungsi. Pada tabel 1 siswa menggunakan jenis konjungsi Intrakalimat “agar”, tabel kedua jenis konjungsi Intrakalimat “biarpun”, tabel ketiga menggunakan konjungsi Intrakalimat “karena”, tabel keempat menggunakan Konjungsi Intrakalimat “walaupun,: pada tabel kelima siswa menggunakan konjungsi lalu, tabel keenam konjungsi Intrakalimat biarpun, sedangkan tabel ketujuh konjungsi “supaya”, tabel kedelapan menggunakan kon jungsi Intrakalimat “begitu”, tabel Sembilan menggunakan konjungsi intrakalimat “gara-gara. Tabel sepuluh menggunakan konjungsi “sambil”, tabel sebelas terdapat konjungsi “tapi”, tabel dua belas menggunakan konjungsi ”bahkan”, dan tabel tiga belas menggunakan konjungsi intrakalimat “lalu”, tabel empat belas menggunakan konjungsi “meskipun,” tabel lima belas menggunakan konjungsi Kendatipun, tabel enam belas menggunakankonjungsi “jika,” tabel Tujuh belas meng- gunakan Kemampuan Siswa Menggunakan Konjungsi (Rasmijah) konjungsi “ketika”, tabel delapan belas menggunakan konjungsi intrakalimat sehingga, tabel Sembilan belas menggunakan konjungsi” sampaisampai tabel dua puluh menggunakan konjungsi” asalkan” tabel dua puluh satu konjung si seandainya, dua puluh dua menggunakan konjungsi ekstrakalimat “oleh karena itu” dan konjungsi “apalagi, meskipun, demikian, sekalipun begitu”, Selain itu konjungsi yang menyatakan “harapan” terdapat pada tabel, dua puluh enam, dan konjungsi yang menyatakan fungsi perlawanan terdapat pada tabel: dua puluh tujuh sampai dengan tabel: tiga puluh. Tabel tiga puluh satu sampai dengan tabel tiga puluh tiga adalah Konjungsi yang menyatakan:sebab, sedangkan konjungsi yang menyatakan perbandingan terdapat pada tabel: tiga puluh empat. Pada tabel: tiga puluh lima konjungsi yang digunakan mempunyai fungsi tujuan, tabel tiga puluh enam sampai dengan tabel: tiga puluh delapan, menyatakan waktu, tabel: tiga puluh sembilan sampai tabel empat puluh menyatakan makna penambahan, tabel: empat puluh satu menyatakan urutan, sedangkan tabel: empat puluh dua, dan empat puluh tiga menyatakan fungsi syarat, tabel: empat puluh empat dan empat puluh lima menyatakan fungsi akibat, dan tabel empat puluh enam menyatakan fungsi pengandaian. PENUTUP Dari hasil penelitian Kemampuan siswa menggunakan konjungsi Intrakalimat dan Ekstrakalimat dalam karangan narasi di kelas VIII H Madrasah Tsanawiyah Negeri I Bojonegoro tahun pelajaran 2012/2013 menunjukan bahwa,siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri I telah mampu mengunakan konjungsi Intrakalimat seperti: agar, 69 biarpun, karena, walaupun, seolah-olah, kalaupun, supaya, gara-gara, sambil, tapi, selain, bahkan lalu, meskipun, kendatipun, jika, ketika, sehingga, sampai-sampai, asalkan, seandainya. Sedangkan konjungsi Ekstrakalimat yang digunakan seperti:oleh karena itu, meskipun demikian, sekalipun begitu. Fungsi konjungsi yang telah digunakan yaitu menyatakan : Harapan, perlawanan, sebab, perbandingan, tujuan, waktu, penambahan urutan, Syarat, akibat, pengandaian.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan siwa mendiskripsi jenis-jenis konjungsi Intrakalimat dan Ekstrakalimat serta mendiskripsikan fungsi konjungsi karena fungsi konjungsi sangat penting sebagai kunci mempelajari pembelajaran lain (kalimat majemuk) dan untuk menghubungkan kata dengan kata, kata dengan kalimat, kalimat dengan kalimat, klausa dengan klausa. Penelitian ini menggunakan pendekatan Deskkritifkualitatif dengan Data penelitian Konjungsi dan makna/ fungsi konjungsi dengan sumber data karangan narasi siswa, Analisis data analisis isi(Conten analysis) yaitu teknik penelitian yang bersifat objektif, sistematis. Deskritif kualitatif digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang disahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan’ Saran Peneliti menyarankan para guru bahasa Indonesia untuk memberikan perhatian pada materi konjungsi di sekolah, agar siswa mampu menguasai konjungsi dan terampil, membuat wacana-wacana yang lebih luas daripada kalimat tunggal baik secara lisan atau tulis. Materi konjungsi seharusnya diberikan secara eksplisit dan disertai contoh contoh penggunaannya. 70 EDU-KATA, Vol. 3, No. 1, Februari 2016 DAFTAR PUSTAKA Kridalaksana, Harimurti 1994. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Keraf, Gorys. 1986. Argumentasi dan Narasi. Jakarta : Gramedia Putrayasa, Ida Bagus. 2008. Kajian Morfologi. Bandung: Aditama.