MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XI BAB III TEKS CERITA ULANG OLEH NI KADEK SRI WEDARI, S.Pd. TEKS CERITA ULANG 1. Pengertian teks cerita ulang Teks cerita ulang adalah teks yang mendeskripsikan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi secara berurutan. Teks tersebut menggambarkan pertanyaan apa, kapan, di mana, mengapa, bagaimana, dan siapa dalam suatu peristiwa. Teks cerita ulang ditulis baik sebagai sarana informasi maupun hiburan. Selain itu, cerita ulang berkarakteristik berfokus pada tokoh atau peristiwa. 2. Struktur Teks Cerita Ulang a. Orientasi (Pengenalan) Orientasi memberikan informasi tentang siapa, di mana, dan kapan peristiwa atau kegiatan terjadi di masa lampau. Latar belakang berfungsi untuk memberikan suatu gambaran umum kepada pembaca sebelum memasuki detail cerita. b. Rangkaian Peristiwa (Events) Rangkaian peristiwa mendeskripsikan rekaman peristiwa yang terjadi, yang biasa disampaikan dalam urutan kronologis. Peristiwa-peristiwa itu disusun dengan memperhatikan urutan waktu, seperti "pada hari pertama, saya ..., dan pada hari berikutnya, saya ..., dan pada hari terakhir, saya ...". penulis harus mampu mengaitkan suatu peristiwa satu dengan peristiwa lainnya. Dalam rangkaian peristiwa juga dijelaskan apa, siapa, di mana, bagaimana, mengapa, dan kapan. Kelengkapan unsur cerita akan memudahkan pembaca menerima informasi yang disampaiakan. Selain itu, untuk memudahkan pemahaman pembaca, sebaiknya penulis juga mengungkapkan cerita secara efektif. Di bagian rangkaian peristiwa ini juga biasanya terdapat komentar pribadi tentang peristiwa atau kejadian yang diceritakan. c. Reorientasi (Pengulangan Pengenalan) Pada reorientasi terdapat pengulangan pengenalan yang ada di orientasi, pengulangan yang merangkum rentetan peristiwa, kejadian atau kegiatan yang diceritakan. Atau dapat dikatakan sebagai simpulan atau opini personal terkait peristiwa yang terjadi. Judul Orientasi Chairil Anwar (1922-1949) Penyair Legendaris Indonesia Chairil Anwar lahir di Medan pada tanggal 26 Juli 1922. Chairil menekuni pendidikan HIS dan MULO, walau pendidikan MULO-nya tidak tamat. Ia kemudian pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) dengan ibunya pada tahun 1940, tempat di mana ia mulai menggeluti dunia sastra. Setelah mempublikasikan puisi pertamanya pada tahun 1942, Chairil terus menulis. Pusinya menyangkut berbagai tema, mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, dan eksistensialisme, hingga tak jarang multi-interpretasi. Peristiwa Chairil memang penyair besar yang menginspirasi dan mengapresiasi upaya manusia meraih kemerdekaan, termasuk perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan. Hal ini, antara lain tercermin dari sajaknya bertajuk: “KrawangBekasi”, yang disadurnya dari sajak “The Young Dead Soldiers”, karya Archibald MacLeish (1948). Dia juga menulis sajak “Persetujuan dengan Bung Karno”, yang merefleksikan dukungannya pada Bung Karno untuk terus mempertahankan proklamasi 17 Agustus 1945. Bahkan sajaknya yang berjudul “Aku” dan “Diponegoro” juga banyak diapresiasi orang sebagai sajak perjuangan. Kata Aku binatang jalang dalam sajak Aku, diapresiasi sebagai dorongan kata hati rakyat Indonesia untuk bebas merdeka. Chairil Anwar yang dikenal sebagai “Si Binatang Jalang” (dalam karyanya berjudul Aku) adalah pelopor Angkatan ’45 yang menciptakan trend baru pemakaian kata dalam berpuisi yang terkesan sangat lugas, solid dan kuat. Dia bersama Asrul Sani dan Rivai Apin memelopori puisi modern Indonesia. Puisi-puisinya digemari hingga saat ini. Salah satu puisinya yang paling terkenal sering dideklamasikan berjudul Aku ( “Aku mau hidup Seribu Tahun lagi!”). Selain menulis puisi, ia juga menerjemahkan karya sastra asing ke dalam bahasa Indonesia. Dia juga pernah menjadi redaktur ruang budaya Siasat “Gelanggang” dan Gema Suasana. Dia juga mendirikan “Gelanggang Seniman Merdeka” (1946). Kumpulan puisinya antara lain: Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus (1949); Deru Campur Debu (1949); Tiga Menguak Takdir (1950 bersama Asrul Sani dan Rivai Apin); Aku Ini Binatang Jalang (1986); Koleksi sajak 1942-1949", diedit oleh Pamusuk Eneste, kata penutup oleh Sapardi Djoko Damono (1986); Derai-derai Cemara (1998). Buku kumpulan puisinya diterbitkan Gramedia berjudul Aku ini Binatang Jalang (1986). Karya-karya terjemahannya adalah: Pulanglah Dia Si Anak Hilang (1948, Andre Gide); Kena Gempur (1951, John Steinbeck). Sementara karya-karyanya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman dan Spanyol adalah: “Sharp gravel, Indonesian poems”, oleh Donna M. Dickinson (Berkeley, California, 1960); “Cuatro poemas indonesios, Amir Hamzah, Chairil Anwar, Walujati” (Madrid: Palma de Mallorca, 1962); Chairil Anwar: Selected Poems oleh Burton Raffel dan Nurdin Salam (New York, New Directions, 1963); “Only Dust: Three Modern Indonesian Poets”, oleh Ulli Beier (Port Moresby [New Guinea]: Papua Pocket Poets, 1969); The Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar, disunting dan diterjemahkan oleh Burton Raffel (Albany, State University of New York Press, 1970); The Complete Poems of Chairil Anwar, disunting dan diterjemahkan oleh Liaw Yock Fang, dengan bantuan HB Jassin (Singapore: University Education Press, 1974); Feuer und Asche: sämtliche Gedichte, Indonesisch/Deutsch oleh Walter Karwath (Wina: Octopus Verlag, 1978); The Voice of the Night: Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar, oleh Burton Raffel (Athens, Ohio: Ohio University, Center for International Studies, 1993) Reorientasi Chairil Anwar meninggal dalam usia muda karena penyakit TBC dan dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta. Hari meninggalnya diperingati sebagai Hari Chairil Anwar. Walau telah tiada, puisi-puisi “Si Binatang Jalang” ini telah menjadi inspirasi bagi perjuangan kemerdekaan bangsanya. Ia seorang penyair legendaris Indonesia yang karya-karyanya hidup dalam batin (digemari) sepanjang zaman. Salah satu bukti keabadian karyanya, pada Jumat 8 Juni 2007, Chairil Anwar masih dianugerahi penghargaan Dewan Kesenian Bekasi (DKB) Award 2007 untuk kategori seniman sastra. Penghargaan itu diterima putrinya, Evawani Alissa Chairil Anwar. 3. Ciri Kebahasaan Teks Cerita Ulang a. Menggunakan keterangan waktu bentuk lampau (peristiwa telah terjadi). Cerita ulang merupakan jenis cerita yang dikisahkan berdasakan pengalaman sebelumnya. Oleh kerena itu, jenis keterangan yang sering terdapat dalam teks cerita ulang adalah keterangan waktu lampau, seperti kemarin, mnggu lalu, dua hari yang lalu, tiga tahun yang lalu, dan lain-lain. b. Menggunakan konjungsi untuk mengurutkan peristiwa atau kejadian Untuk menata urut-urutan peristiwa yang diceritakan, teks cerita ulang banyak memanfaatkan konjungsi (kata sambung) temporal, seperti ketika, kemudian, dan setelah. Namun, tidak tertutup kemungkinan bagi konjungsi lainnya untuk dimunculkan pada teks tersebut, seperti dan, tetapi, karena, dan meskipun. Konjungsi digunakan untuk merangkaikan satu klausa dengan klausa yang lain dalam satu kalimat. Konjungsi ini dikenal dengan konjungsi intrakalimat. Selain itu, konjungsi juga digunakan untuk merangkaikan kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya disebut dengan konjungsi antarkalimat, misalnya sementara itu, selanjutnya, dan selain itu. Jenis Konjungsi Berdasarkan fungsinya konjungsi dikelompokan ke dalam tiga bentuk, diantaranya adalah: Konjungsi antar klausa Konjungsi antar klausa adalah kata hubung yang mengubungkan dua buah klausa atau lebih. Ada tiga macam konjungsi antara klausa, yaitu, korelatif, subordinatif, dan koordinatif. o Konjungsi korelatif konjungsi ini menghubungkan dua buah klausa yang memiliki hubungan sintaksis setara. Macam-macam konjungsi korelatif: baik … maupun … tidak hanya …, tetapi ( …) juga … bukan hanya …, melainkan … (se)demikian (rupa) … sehingga… apa(kah) … atau … entah … entah … jangankan…,…pun… . o Konjungsi subordinatif Konjungsi ini menghubungkan dua buah klausa yang memiliki hubungan sintaksis yang tidak sama (bertingkat). Macam-macam konjungsi subordinatif: sesudah, setelah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, sewaktu, sementara, sambil, seraya, selagi, selama, hingga, sampai (menyatakan waktu). Jika, kalau, jikalau, asal (kan), bila, manakala (menyatakan syarat ). Andaikan, seandainya, andaikata, umpamanya, sekiranya (menyatakan pengandaian). agar, supaya, biar ( menyatakan tujuan ) biarpun, meskipun, sekalipun, walaupun, sungguhpun, kendatipun ( menyatakan konsesif ). seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana ( menyatakan pemiripan ). sebab, karena, oleh karena ( menyatakan sebab ) hingga, sehingga, sampai(-sampai), maka(nya) ( menyatakan akibat ). bahwa ( menyatakan penjelasan ). o Konjungsi koordnatif Konjungsi ini sama seperti korelatif yaitu menghubungkan dua buah klausa yang sejajar, tetapi konjungsi ini hanya terjadi pada klausa-klausa yang sederhana. Macam-macam konjungsi koordinatif …. dan … … tetapi … … atau … Konjungsi antar kalimat Konjungsi antar kalimat adalah kata hubung yang menghubungkan antara satu kalimat dengan kalimat yang lain sehingga kalimat menjadi logis. Macam-macam konjungsi antar kalimat: o Menyatakan konsekuensi/akibat: Dengan demikian, akibatnya, konsekuensinya. o Menyatakan kesediaan untuk melakukan sesuatu: Biarpun demikian/begitu, walaupun demikian/begitu, Meskipun demikian/begitu o Menyatakan suatu kebalikan dari pernyataan sebelumnya: Sebaliknya, berbeda dengan o Menyatakan peristiwa, atau keadaan lain di luar hal yang telah dinyatakan sebelumnya: Kemudian, sesudah/setelah itu, selanjutnya o Menyatakan keadaan yang sebenarnya terjadi: Bahwasanya, sebenarnya , sesungguhnya o Menguatkan keadaan yang dinyatakan sebelumnya: Bahkan, Tak hanya itu, malahan o Mempertentangkan keadaan sebelumnya: Sayangnya, Akan tetapi, namun, kecuali Konjungsi antar paragraph Konjungsi antar paragraf adalah kata-kata penghubung yang menghubungkan antar paragraf. Konjungsi ini berguna untuk menjadikan suatu paragrag unity, coherent, dan sistematis. Macam-macam konjungsi antar paragraf: Terlebih lagi Disamping….. Tak hanya sebagai … Oleh karena itu… Berdasarkan … c. Menggunakan Verba atau Kata Kerja Dalam teks cerita ulang, kita akan banyak menemukan kata kerja (verba) material untuk menunjukkan aktivitas atau perbuatan nyata yang dilakukan oleh partisipan. Kata kerja material menunjukkan perbuatan fisik atau peristiwa, misalnya membaca, menulis, dan memukul. Pada kata kerja material terdapat partisipan yang melakukan sesuatu yang disebut aktor dan partisipan yang lain (tidak selalu ada) yang dituju oleh kata kerja itu atau yang disebut sasaran. Misalnya, Ayah (aktor) membaca (kata kerja material) koran (sasaran). Kata Kerja Kata kerja adalah kata yang menggambarkan proses, perubahan, atau keadaan yang bukan merupakan sifat. Dalam kalimat, kata kerja biasanya berfungsi sebagai predikat. Ciri-ciri Kata Kerja (Verb) Seperti halnya dengan kata benda , untuk menentukan apakah sebuah kata adalah kata kerja atau tidak , kita mengikuti dua prosedur yaitu prosedur pencalonan dengan kriteria bentuk dan prosedur penetapan dengan kriteria morfologis. o Bentuk Morfologis Secara potensial semua kata yang mengandung imbuhan me-,ber-,di-,-kan, dan – i atau penggabungannya dapat dicalonkan sebagai kata kerja. Di samping itu ada sejumlah kata kerja yang tidak mengandung bentuk-bentuk tersebut, tetapi secara tradisional dimasukkan dalam kelompok kata kerja. Contohnya; tidur, bangun, mandi, makan, pergi, datang, pulang, duduk, turut, naik, turun, ikut, lupa dan ingat. o Kelompok Kata Segala macam kata yang disebut di atas , baik yang memiliki imbuhan sebagai penanda kata kerja maupun yang tidak memiliki imbuhan manapun, dari segi kelompok kata (fraseologis), memunyai suatu kesamaan struktur yaitu dapat diperluas dengan kelompok kata dengan + kata sifat. Contohnya; Ia berjalan dengan cepat. Gadis itu menyanyi dengan nyaring. Anak itu tidur dengan nyenyak. Segala macam kata yang dapat diperluas dengan kelompok kata dengan + kata sifat adalah kata kerja . Jenis Kata Kerja(Verb) Ada begitu banyak jenis kata kerja, bahkan kerap digunakan saat kita melakukan percakapan. Karena kata kerja berjumlah banyak, maka kata kerja dibagi dalam dua jenis yaitu kata kerja material dan kata kerja relasional. o Kata kerja material adalah kata yang menunjukkan subjek melakukan sesuatu atau kata kerja yang menunjukan aktifitas fisik yang dapat dilihat secara nyata. Contohnya; Menari,Membaca, dan Menulis. Struktur kalimat dari verba material adalah Subjek (aktor) + Verba Material + objek (sasaran) Contoh kalimat; a. Ibu memasak nasi. b. Aryo menulis cerpen setelah sembahyang malam. o Kata kerja rasional adalah kata kerja yang lebih menekankan pada verba atau kata kerja yang berfungsi sebagai penghubung antara subjek dan pelengkap. Kalimat yang mengandung verba relasional harus memiliki pelengkap, jika tidak maka kalimatnya akan terlihat rancu. Contohnya; Menyebabkan, Sehingga, Ketika, dan Merupakan Struktur kalimat dari verba relasional adalah Subjek + Verba relasional + pelengkap Contoh Kalimat : a. Kakak merupakan anak tertua Kakak sebagai Objek, merupakan sebagai verba relasional, dan anak tertua merupakan pelengkap yang harus ada. d. Menggunakan Pronomina atau Kata Ganti Dalam cerita ulang sering terdapat pronominal. Pronomina atau dikenal juga dengan kata ganti merupakan kata yang digunakan untuk menggantikan benda dan menamai seseorang atau sesuatu secara tidak langsung, misalnya ia, -nya, mereka, kita, dan kami. Kata Ganti Kata ganti adalah kata yang dipergunakan untuk menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan. Kata ganti dibedakan menjadi : Kata ganti orang Ialah kata ganti yang digunakan untuk menggantikan nama orang atau nama benda-benda lain. Kata ganti orang dibagi lagi menjadi : Kata ganti orang pertama tunggal, yaitu : aku, saya, hamba, dan sebagainya Kata ganti orang pertama jamak, yaitu : kami, kita. Kata ganti orang kedua tunggal, yaitu : kamu, dikau, kau, anda, dan sebagainya. Kata ganti orang kedua jamak, yaitu : kalian Kata ganti orang ketiga tunggal, yaitu : ia, dia, beliau Kata ganti orang ketiga jamak, yaitu : mereka Kata ganti kepunyaan Kata ganti kepunyaan ialah kata ganti yang digunakan untuk menyatakan kepemilikan. Contoh : Baju saya, sepatu kamu, sepedaku, mobilnya, dan sebagainya. Kata ganti petunjuk Kata ganti petunjuk ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjuk suatu tempat atau benda. Contoh : ini, itu, sana, dan sebagainya. Kata ganti penghubung Kata ganti penghubung ialah kata ganti yang dipakai untuk menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat. Kata penghubung yang biasanya dipakai yaitu : yang, tempat, waktu. Contoh : Baju Rafi yang berwarna merah itu mahal harganya. Kantor Kabupaten tempat ayahku bekerja, dikunjungi oleh gubernur. Tadi pagi, waktu ayah pergi tergesa-gesa, hujan lebat sekali. Kata ganti tanya Kata ganti tanya ialah kata ganti yang digunakan untuk menanyakan tentang benda, orang atau tentang suatu hal. Contoh : apa, mana, siapa. Kata ganti tak tentu Kata ganti tak tentu ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan atau menggantikan benda atau orang yang jumlahnya tak tentu. Contoh : masingmasing, seseorang, sesuatu, para, dan sebagainya. e. Penggunaan Kalimat Simplek Dalam teks cerita ulang sering menggunakan kalimat simplek (kalimat tunggal). Kalimat simplek adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu verba utama yang menggambarkan satu aksi, peristiwa, atau keadaan kerap terdapat dalam teks cerita ulang atau teks biografi. Kalimat simlek hanya mengandung satu struktur : subjek ^ predikat ^ (pelengkap) ^ (keterangan). Unsur yang terdapat dalam kurung belum tentu ada dalam sebuah kalimat. 4. Jenis-jenis Cerita Ulang Cerita ulang terdiri atas tiga jenis, yaitu rekon pribadi, rekon faktual (informasional), dan rekon imajinatif. a. Cerita Ulang Personal Cerita ulang personal adalah cerita ulang yang melibatkan penulis atau pencerita secara personal. Cerita ulang personal berfungsi untuk membangun keakraban antara penulis dan pembaca. Contoh teks cerita ulang personal adalah anekdot, buku harian, surat pribadi, dan percakapan. Ciri-ciri teks cerita ulang personal, yaitu: - Berupa pengalaman personal pengarang. - Ditulis secara subjektif. - Menggunakan kata ganti orang pertama ( aku atau kami) dan orang ke tiga (dia atau mereka). b. Cerita Ulang Fakta Cerita ulang fakta adalah cerita ulang yang merekam suatu peristiwa berdasarkan kenyataan. Contoh cerita ulang fakta adalah catatan sejarah, biografi, autobiografi, laporan penelitian ilmiah, dan berita di media masa. Ciri-ciri teks cerita ulang fakta, yaitu: - Penulisan waktu dilakukan secara detail untuk memudahkan pembaca memahami urutan suatu peristiwa. - Akhir cerita ulang dapat diketahui dari hasil aktivasi atau kejadian, misalnya pada aktivitas ilmiah. - Pendeskripsian fakta dilakukan secara detail untuk menyediakan informasi secara lengkap. c. Cerita Ulang Imajinasi Cerita ulang imajinasi adalah cerita ulang yang diciptakan berdasarkan pengalaman imajinaasi. Contoh cerita ulang imajinasi adalah cerpen dan novel. Cerita ulang imajinasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut. - Berdasarkan pengalaman imajinasi penulis. - Menggunakan gaya Bahasa tertentu. 5. Memproduksi Teks Ulang Biografi Menulis teks cerita ulang biografi artinya menulis perihal perjalanan kehidupan seseorang. Dalam penulisan ini kita harus menganalisis dan menginterpretasi sejumlah peristiwa dalam kehidupannya, termasuk peristiwa luar biasa yang pernah dialaminya. Langkah-langkah memproduksi teks ulang biografi a. Memilih tokoh yang akan dibuatkan biografi. b. Kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang tokoh yang akan ditulis biografinya, mulai dari kelahiran, peristiwa, sampai kematian tokoh (jika sudah meninggal). Informasi dapat dikumpulkan dengan bertemu langsung mewawancarai tokoh dan orang-orang yang mengenal tokoh dengan baik. c. Kumpulkan data-data yang akurat dan legal sebagai pendukung, baik dalam bentuk tulisan media yang mengulas tentang sang tokoh atau dalam bentuk video, foto, dan lain-lain. d. Minta pendapat sang tokoh mengenai hal yang ingin atau tidak ingin diketahui public tentang dirinya. e. Setelah semua data siap, yang harus dilakukan adalah merangkai setiap peristiwa hingga membentuk kronologi peristiwa. Disini kaidah teks biografi yang berperan, misalnya konjungsi, promina, kata kerja, dan sebagainya. f. Menuliskan pandangan penulis terhadap tokoh. Reorientasi merupakan pandangan kita terhadap tokoh, kesan apa yang muncul setelah menemukan berbagai iinformasi dari tokoh itulah yang Anda tuliskan di sini. Mulai menyusun teks cerita ulang biografi berdasarkan data yang telah terkumpul sesuai dengan struktur teks cerita ulang (biografi). g. Setelah penulisan selesai, mintalah tokoh untuk membaca draf naskah, dan menyetujui kalimat yang kita gunakan. 6. Menyunting Teks Cerita Ulang Menyunting dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti menyiapkan naskah siap cetak atau siap untuk diterbitkan dengan memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi atau piliihan kata, dan struktur kalimat). Berdasarkan definisi tersebut terkandung pengertian bahwa menyunting merupakan kegiatan memeriksa dan memperbaiki naskah. Penyuntingan teks tidak hanya pada aspek mekanis kebahasaan namun juga memperhatikan aspek isi dan ide yang dikembangkan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyuntingan aspek isi dan ide yakni kelogisan, kepaduan dan kesatuan gagasan, dan sarana estetik. Menyunting aspek mekanis kebahasaan dan teknis penulisan dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut: 1. Ketetapan penulisan huruf, kata, lambang bilangan, serta ketetapan penggunaan kata baca 2. Ketetapan penggunaan kata-kata untuk mengungkapkan suatu maksud sesuai situasi dan kondisi. 3. Keefektifan kalimat untuk mewakili gagasan atau perasaan penulis yang ingin disampaikan kepada pembaca Kaidah-kaidah yang harus diperbaiki atau diperhatikan dalam cerita ulang tersebut adalah sebagai berikut. a. Ejaan, hendakya menggunakan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) b. Tanda baca, ketepatan penggunaan dan penempatan tanda baca, misalnyan tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik koma (;), tanda titik dua (:), tanda petik satu (’….’), tanda petik dua (”….”), dan sebagainya. c. Diksi, yaitu pilihan kata yang sesuai dengan konteks kalimat. d. Kalimat, yaitu keefektifan kalimat. e. Paragraf, yaitu keterpaduan dan keruntutan paragrraf. f. Keterbacaan karangan. g. Sistematika penyajian. Berdasarkan hal tersebut menyunting dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut: a. Membaca kalimat demi kalimat untuk menentukan kesalahan penggunaan ejaan,pemilihan kata atau pola kalimat. b. Membetulkan kesalahan penggunaan ejaan, mengganti kata yang tidak tepat dan memperbaiki kalimat yang tidak tepat. c. Membetulkan kalimat dapat dilakukan dengan cara : Menambah kata Mengganti kata Mengurangi kata d. Mengubah susunan kata dalam kalimat tersebut sehingga menjadi kalimat yang baku. e. Memeriksa keterpaduan paragraff untuk menemukan kesalahan. f. Memperbaiki kesalahan dalam paragraf dengan cara: Membuang kalimat yang tidak yang tidak baku Mengganti kaimat yang tidak padu dengan kalimat yang padu Menambah kalimat agar paragraf tersebut runtut g. Memperbaiki keruntutan paragraf dapat dilakukan dengan cara: Menbuang paragraf yang tidak padu Menempatkan paragraf pada urutan yang tepat Menambah paragraf diantara paragraf yang tidak runtut 7. Mengabstraksi Teks Cerita Ulang Pengertian Abstraksi Abstraksi adalah ringkasan, intisari, atau garis besar. Mengabstraksi teks cerita ulang adalah meringkas teks tersebut dengan menuliskan garis besar teks tersebut dalam beberapa kalimat yang padu. Abtsraksi harus memperhatikan bagian-bagian penting dari suatu teks untuk disusun menjadi sebuah garis besar yang lengkap. Langkah-langkah Membuat Abstraksi Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mengabstraksi teks cerita ulang adalah sebagai berikut. a. Membaca dengan cermat teks cerita ulang yang akan diabstraksi b. Mencatat gagasan utama dengan menggaris bawahi gagasan-gagasan penting c. Menyusun bagian-bagian penting berdasarkan struktur teks cerita ulang d. Menuliskan kembali bagian-bagian penting tersebut menjadi paragraf abstraksi yang padu 8. Mengkonversi Teks Cerita Ulang Teks cerita ulang dapat diubah menjadi teks lain sesuai dengan kebutuhan. Proses untuk mengubah teks cerita ulang menjadi bentuk teks lain dinamakan dengan istilah mengonversi. Dalam mengonversi cerita ulang menjadi teks lain, yang berubah hanya model teks, sedangkan bagian isi tetaplah sama. Proses yang harus dilakukan dalam mengonversi teks cerita ulang, berikut: 1. membaca teks ulang secara keseluruhan 2. mencermati pilihan kata (diksi) yang tepat dalam teks cerita ulang 3. merangkum isi teks cerita ulang secara menyeluruh 4. menentukan jenis teks apa yang digunakan sebagai konversi 5. menulis ulang teks cerita ulang dalam bentuk lain 6. merevisi bentuk teks baru jika memungkinkan ada kesalahan