1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis pangan merupakan permasalahan nasional yang dihadapi bangsa Indonesia sejak lama. Permasalahan ini akan berdampak pada menurunnya tingkat kesehatan masyarakat yang pada akhirnya juga akan menurunkan kecenderungan angka harapan hidup. Kurangnya perhatian dari pemerintah dan masyarakat tentang pentingnya mengkonsumsi makanan yang bergizi menjadi salah satu faktor terjadinya krisis pangan yang berkepanjangan di Indonesia. Salah satu alternatif untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah meningkatkan ketahanan pangan bangsa. Peningkatan ketahanan pangan ini dilakukan agar bangsa Indonesia dapat bertumpu pada sumberdaya lokal yang melimpah dan beragam. Selain itu, peningkatan ketahanan pangan juga dilakukan untuk menghindari ketergantungan pada produk impor. Ketahanan pangan hendaknya dilakukan secara menyeluruh tidak hanya terbatas pada pemenuhan kebutuhan pangan pokok seperti karbohidrat, tetapi pemenuhan terhadap komponen pangan yang lain seperti protein. Pemenuhan kebutuhan protein masyarakat Indonesia dapat dipenuhi dengan meningkatkan konsumsi protein baik protein hewani maupun protein nabati. Protein hewani dapat dipenuhi salah satunya dengan mengkonsumsi ikan. Sebagai negara yang sebagian besar wilayahnya berupa perairan yang terdiri dari perairan laut dan perairan tawar maka sumberdaya alam perairannya pun akan memberikan hasil yang melimpah. Hasil perairan yang sebagian besar merupakan komodias perikanan ini dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat Indonesia. Ikan merupakan salah satu sumber protein dan asam lemak esensial (omega-3) yang sangat penting bagi tubuh manusia. Protein yang terdapat pada ikan, baik ikan air laut maupun ikan air tawar memiliki kelebihan dibandingkan dengan protein hewani yang terdapat pada daging hewan terestrial. Hal ini dapat disebabkan karena protein yang terdapat pada daging ikan mengandung jaringan ikat yang lebih sedikit sehingga mudah dicerna. Selain mudah dicerna, kandungan 2 asam amino yang terdapat pada daging ikan juga cukup lengkap sehingga daging ikan dipercaya baik untuk pertumbuhan otak anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Kandungan lemak pada ikan tergolong rendah dan asam lemaknya sebagian besar merupakan asam lemak tidak jenuh ganda, seperti omega-3 yang dapat menurunkan kadar kolesterol tubuh, meningkatkan kecerdasan otak, dan mencegah berbagai penyakit degeneratif (DKP 2008). Melimpahnya produksi ikan air tawar khususnya ikan mas dan ikan lele merupakan potensi yang sangat besar bagi pengembangan industri perikanan. Data produksi ikan mas dan ikan lele di daerah Bogor pada kurun waktu 2006 – 2008 mencapai kisaran 10. 840 ton tiap tahunnya (DKP 2008). Produksi tersebut diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap pangan ikani. Selain nilai gizi yang baik, ikan mas dan ikan lele bisa dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai ekonomois tinggi dengan teknologi tepat guna yang efisien, efektif, dan terjangkau. Pemanfaatan ikan budidaya air tawar seperti ikan mas dan ikan lele belum dilakukan secara optimal. Hal ini disebabkan pemanfaatannya masih terbatas dalam konsumsi segar. Seiring dengan kemajuan teknologi yang berimbas pada perubahan gaya hidup (life style) pola konsumsi masyarakat terhadap kebutuhan pangan juga ikut berubah. Masyarakat dunia saat ini lebih memilih makanan yang cepat dalam hal penyajian namun tetap memiliki kandungan gizi yang prima. Masyarakat dunia saat ini sudah mengetahui pentingnya mengkonsumsi ikan bagi kesehatan tubuh sehingga permintaan terhadap produk perikanan maupun turunannya menjadi meningkat. Permintaan terhadap produk surimi yang merupakan produk olah ikan semakin meningkat seiring dengan semakin berkembangnya upaya diversifikasi produk perikanan. Pasar surimi terbesar di dunia adalah Jepang dan Korea Selatan. Oleh karena itu, kedua negara tersebut menjadi negara tujuan ekspor surimi. Selain Jepang dan Korea Selatan, negara-negara di benua Eropa seperti Prancis dan Spanyol juga mengalami peningkatan permintaan surimi yang cepat yaitu dengan tingkat konsumsi masing-masing sebesar 52.200 dan 40.000 ton (Anonim 2007 a). 3 Hingga saat ini pembuatan surimi masih difokuskan pada ikan-ikan teleostei dan ikan berdaging putih seperti Alaska pollock, Pacific whiting, coral fish, wolf herring (Park 2000), tilapia (Mahawanich 2008) dan lainnya. Pembuatan surimi dengan menggunakan ikan tersebut pada umumnya dilakukan secara tunggal. Pada penelitian kali ini proses pembuatan surimi dilakukan dengan menggunakan ikan air tawar. Ikan yang akan digunakan untuk pembuatan surimi ini adalah ikan mas dan ikan lele. Penggunaan kedua jenis ikan ini disebabkan melimpahnya produksi ikan mas dan ikan lele, dan terjangkaunya harga kedua jenis ikan tersebut dikalangan masyarakat (DKP 2008). Pada dasarnya, surimi merupakan protein miofibril yang stabil dari daging ikan yang telah digiling dan dipisahkan dari tulang dan berbagai jenis kotoran yang setelah itu mengalami proses pencucian dan pencampuran dengan cryoprotectant. Menurut (Okada 1992 dalam Jin et al. 2007) surimi juga merupakan produk antara yang bisa digunakan untuk variasi berbagai jenis produk. Produk-produk yang biasanya dibuat dengan bahan baku surimi adalah kamaboko, otak-otak, chikuwa, dan berbagai produk tradisional Jepang lainnya. Sebelum tahun 1960, surimi biasanya disimpan dan digunakan dalam beberapa hari saja. Surimi tersebut biasanya disimpan pada suhu dingin. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya denaturasi protein bila surimi disimpan pada suhu beku (Park 2000). Bertitik tolak dari tingginya permintaan terhadap produk surimi, dan melimpahnya bahan baku (ikan mas dan ikan lele dumbo) maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif solusi terhadap potensi ikan budidaya air tawar yang melimpah namun belum dimanfaatkan dengan optimal. Metode pengkomposisian merupakan metoda yang digunakan pada penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya tentang pengkomposisian daging lumat ikan cucut (Carcharinus falciformis) dan ikan pari (Tryon sephen) pada penyimpanan dingin (Santoso et al. 2008), studi pembuatan surimi multi-species dari ikan demersal (Nugroho 2006), karakteristik surimi hasil pengkomposisian tetelan ikan kakap merah (Lutjanus. sp) dan ikan layang (Decapterus. sp) pada penyimpanan beku (Santoso et al. 2009) dapat diketahui bahwa metode 4 pengkomposisian dapat meningkatkan kekuatan gel surimi. Selain itu, dengan pendinginan diharapkan surimi dapat bertahan lebih lama. Pendinginan merupakan suatu unit operasi yang bertujuan untuk menurunkan suhu suatu bahan (Clucas dan Ward 1996). Selama penyimpanan dingin terjadi perubahan sifat fisika-kimia dan mikrobiologi yang pada akirnya akan memberikan pengaruh terhadap sifat fungsionalnya, sehingga pengaruh penyimpanan dingin dalam hubungannya dengan perubahan karakteristik surimi penting untuk diteliti lebih lanjut. 1.2 Tujuan Tujuan umum dari penelitian ini adalah pemanfaatan ikan mas dan ikan lele sebagai ikan budidaya air tawar untuk pembuatan surimi komposisi. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah : (1) Membuat surimi dengan metode pengkomposisian dari ikan air tawar (ikan mas dan lele) dengan perlakuan faktor pengulangan pencucian dan pengkomposisian. (2) Mengevaluasi perubahan karakteristik fisik, kimia, dan mikrobiologi surimi hasil pengkomposisian terbaik pada penyimpanan dingin (4-5 °C) selama 10 hari.