1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan Indonesia memiliki sumberdaya pangan ikani yang potensial dalam pemenuhan gizi masyarakat, khususnya pemenuhan protein hewani; seiring dengan kontribusinya dalam pertumbuhan perekonomian. Produksi perikanan budidaya pada tahun 2006 mencapai 919.940 ton yang didominasi oleh ikan mas 285.250 ton, ikan bandeng 269.530 ton, ikan nila 227.000 ton, ikan lele 94.160 ton, ikan gurame 35.570 ton dan ikan kerapu 8.430 ton (Ditjen Perikanan Budidaya 2007). Jumlah produksi ikan nila masih menempati tiga besar yakni 24,68% dari total produksi ikan budidaya Indonesia. Peningkatan jumlah produksi ikan setiap tahunnya mendorong pula usaha peningkatan penganekaragaman produk berbasis ikan sehingga konsumsi ikan selalu diminati. Produk surimi merupakan salah satu bentuk diversifikasi hasil perairan yang teknologinya memungkinkan diterapkan untuk pemanfaatan segala jenis ikan terutama ikan berdaging putih. Saat ini surimi secara komersial telah diproduksi secara mekanis, dimana pabrik surimi dapat ditemukan di beberapa lokasi di Indonesia. Permintaan surimi dunia dari tahun 2001 hingga 2005 mengalami peningkatan. Tahun 2001 volume impor dunia terhadap surimi sebesar 624.743 ton dan meningkat hingga mencapai 809.413 ton pada tahun 2005. Permintaan surimi terbesar berasal dari Uni Eropa kemudian Jepang, diikuti Korea Selatan, Rusia, China, USA, dan Kanada (FAO 2007 dalam Djazuli et al. 2009). Zhou et al. (2006) menyebutkan bahwa ikan tilapia (Sarotherodon nilotica) telah dimanfaatkan menjadi produk surimi karena kemampuannya membentuk gel yang baik. Surimi yang dihasilkan tersebut menjadi produk setengah jadi yang dapat diolah menjadi berbagai jenis produk, seperti bakso, sosis, nugget, burger, sate lilit, otak-otak, dan pempek (Irianto dan Soesilo 2007). Surimi pada umumnya disimpan dalam keadaan beku. Suhu penyimpanan surimi -35°C sangat stabil mempertahankan sifat ashi, sedangkan pada suhu penyimpanan -20°C mengalami sedikit penurunan sifat ashi. Beberapa pengujian menyatakan bahwa suhu -20°C dijadikan standar suhu penyimpanan surimi yang paling efisien dengan fluktuasi minimum (Sonu 1986). 2 Selama penyimpanan beku, surimi akan mengalami perubahan di dalam protein otot, yakni denaturasi, kristalisasi es, dehidrasi, dan perubahan intramolekular seperti protein miofibril, pH, dan kekuatan ionik (Park JW 1994). Denaturasi protein terhadap aktomiosin selama penyimpanan beku disebabkan oleh hasil akumulasi (intramolekuler) crosslink miosin yang semakin meningkat (Jiang dan Lee 1985). Untuk mengurangi denaturasi protein selama penyimpanan beku dibutuhkan bahan anti-denaturasi yakni cryoprotectant. Umumnya cryoprotectant berupa sukrosa (4%) dan sorbitol (4-5%), terkadang ditambahkan sodium fosfat 0,3% (Pipatsattayanuwong et al. 1995). Cryoprotectant sukrosa atau sorbitol dapat mengakibatkan munculnya rasa manis, dan hal tersebut tidak diharapkan oleh sebagian konsumen. Beberapa penelitian telah dan terus dilakukan dalam upaya penggantian sukrosa dan sorbitol dengan bahan polisakarida rendah gula atau hidrokoloid sebagai cryoprotectant. Uju et al. (2009) melaporkan bahwa penambahan cryoprotectant karagenan semimurni dapat mempertahankan mutu surimi dibandingkan surimi tanpa penambahan karagenan semimurni, selain itu penambahan karagenan juga dapat meningkatkan kekuatan gel. Secara umum, penambahan karagenan semimurni sebanyak 4% merupakan konsentrasi terbaik sebagai cryoprotectant. Sementara itu penambahan garam KCl pada surimi (produk berbasis gel) akan membantu meningkatkan kekuatan gel produk tersebut, oleh karena adanya ion K+. Telah diketahui pula bahwa kombinasi karagenan dengan garam kalium menghasilkan gel pengikat atau gel pelapis pada produk daging (Winarno 1990). Penambahan sodium tripolyphosphate (STPP) pada surimi berfungsi sebagai garam, yang meningkatkan daya ikat air produk dan menahan air tetap di dalam produk pangan tersebut, sehingga membantu dalam memperbaiki tekstur dan meningkatkan kekuatan gel (Peranginangin et al. 1999). Penambahan KCl dan STPP pada surimi diharapkan akan meningkatkan kinerja karagenan, baik sebagai cryoprotectant maupun sebagai gelling agent. 3 1.2 Tujuan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan: 1. Menentukan formulasi cryoprotectant berbasis karagenan (dengan kalium klorida dan sodium tripolyphosphate). 2. Mempelajari karakteristik kimia surimi cryoprotectant berbasis karagenan tersebut. beku dengan penambahan