BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pendistribusian 2.1.1. Pengertian Pendistribusian Pendistribusian adalah kegiatan pemasaran yang berusaha mempelancar serta mempermudah penyampaian produk dan jasa dari produsen kepada konsumen sehingga penggunaan sesuai (jenis, jumlah, harga, tempat dan saat) dengan yang diperlukan. Distribusi yang efektif akan memperlancar arus atau akses barang oleh konsumen sehingga dapat diperoleh kemudahan memperolehnya. Di samping itu konsumen juga akan dapat memperoleh barang sesuai dengan yang diperlukan. Produsen dan konsumen mempunyai kesenjangan spasial, waktu, nilai, keragaman, dan kepemilikan produk karena perbedaan tujuan serta persepsi masing-masing. Dengan distribusi dapat diatasi kesenjangan antara produsen dan konsumen. 2.1.2. Proses Pendistribusian Proses pendistribusian merupakan kegiatan pemasaran yang mampu : 1. Menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi pemasaran (marketing function), dan 2. Mempelancar arus saluran pemasaran (marketing-channel flow) secara fisik dan nonfisik. 7 Arus pemasaran, meliputi : 1. Arus barang fisik : PEMASOK TRANSPORTER GUDANG PABRIK TRANSPORTER GUDANG DEALER TRANSPORTER GUDANG PELANGGAN 2. Arus kepemilikan : PEMASOK PABRIK DEALER PELANGGAN 3. Arus informasi : PEMASOK TRANSPORTER GUDANG PABRIK TRANSPORTER GUDANG DEALER TRANSPORTER GUDANG PELANGGAN 4. Arus Promosi : PEMASOK AGEN IKLAN PABRIK AGEN IKLAN DEALER PABRIK BANK DEALER PELANGGAN 5. Arus Pembayaran : PEMASOK BANK BANK PELANGGAN Kegiatan proses pendistribusian, secara fungsional dapat dibedakan dalam tiga kegiatan : kegiatan pemilihan, kegiatan pertemuan dan kegiatan pertukaran. PRODUSEN PEMILIHAN PERTEMUAN PERTUKARAN KONSUMEN 1. Kegiatan pemilihan, meliputi : a. Fungsi akumulasi merupakan kegiatan pengumpulan dan penyimpanan persediaan dari beberapa pemasok barang untuk memenuhi kebutuhan permintaan pasar. 8 b. Fungsi klasifikasi, adalah kegiatan mengkelompokan (grading) produkproduk kedalam beberapa tingkatan kualitas atau kriteria lain yang berbeda-beda. c. Fungsi alokasi, adalah kegiatan penguraian (breaking-bulk) besaran atau jumlah unit persediaan yang homogen menjadi besaran jumlah yang lebih kecil. d. Fungsi gabungan, adalah kegiatan pengumpulan (product assortment) bebrapa jenis produk menjadi kelompok produk untuk penggunaan yang berkaitan. 2. Kegiatan pertemuan merupakan usaha mempertemukan produsen dengan konsumen. Kegiatannya meliputi usaha mencari informasi tentang permintaan produk dan informasi pasar yang lain serta mencari pelanggan melalui kegiatan promosi. 3. Kegiatan pertukaran merupakan kegiatan negosiasi dan transaksi yang meliputi pertukaran produk beserta kepemilikannya hingga kegiatan pembayaran dan pengiriman barang. Pertukaran meliputi keputusan-keputusan pembelian tentang jumlah, jenis, saat atau waktu, dan syarat-syarat pembayarannya dengan memperhatikan syarat atau kondisi pertukaran yang wajar. 2.1.3. Sistem Distribusi Secara umum, sistem distribusi dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu : sistem distribusi langsung dan sistem distribusi tidak langsung. Sistem distribusi langsung mendistribusikan barang secara langsung dari produsen ke konsumen. 9 Sistem distribusi tidak langsung menggunakan perantara (midleman) sehingga tidak langsung ketemu dengan konsumen. 2.1.4. Lembaga Saluran Distribusi Menurut Winardi (1989:299) yang dimaksud dengan saluran distribusi adalah sebagai berikut : “Saluran distribusi merupakan suatu kelompok perantara yang berhubungan erat satu sama lain dan yang menyalurkan produk-produk kepada pembeli“. Sedangkan Philip Kotler (1997:140) mengemukakan bahwa : “Saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu barang atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi“. Saluran distribusi pada dasarnya merupakan perantara yang menjembatani antara produsen dan konsumen. Perantara tersebut dapat digolongkan kedalam dua golongan, yaitu ; Pedagang perantara dan Agen perantara. Perbedaannya terletak pada aspek pemilikan serta proses negoisasi dalam pemindahan produk yang disalurkan tersebut. 1. Pedagang perantara Pada dasarnya, pedagang perantara (merchant middleman) ini bertanggung jawab terhadap pemilikan semua barang yang dipasarkannya atau dengan kata lain pedagang mempunyai hak atas kepemilikan barang. Ada dua kelompok yang termasuk dalam pedagang perantara, yaitu ; pedagang besar dan pengecer. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa produsen juga dapat bertindak 10 sekaligus sebagai pedagang, karena selain membuat barang juga memperdagangkannya. 2. Agen perantara Agen perantara (Agent middle man) ini tidak mempunyai hak milik atas semua barang yang mereka tangani. Mereka dapat digolongkan kedalam dua golongan, yaitu : a. Agen Penunjang i. Agen pembelian dan penjulan ii. Agen Pengangkutan iii. Agen Penyimpanan b. Agen Pelengkap i. Agen yang membantu dalam bidang financial ii. Agen yang membantu dalam bidang keputusan iii. Agen yang dapat memberikan informasi iv. Agen khusus Menurut Philip Kotler (1993:174) agar suatu kegiatan penyaluran barang dapat berjalan dengan baik (efektif dan efisien) maka para pemakai saluran pemasaran harus mampu melakukan sejumlah tugas penting, yaitu : 1. Penelitian, yaitu melakukan pengumpulan informasi penting untuk perencanaan dan melancarkan pertukaran. 2. Promosi, yaitu pengembangan dan penyebaran informasi yang persuasive mengenai penawaran. 3. Kontak, yaitu melakukan pencarian dan menjalin hubungan dengan pembeli. 11 4. Penyelarasan, yaitu mempertemukan penawaran yang sesuai dengan permintaan pembeli termasuk kegiatan seperti pengolahan, penilaian dan pengemasan. 5. Negoisasi, yaitu melakukan usaha untuk mencapai persetujuan akhir mengenai harga dan lain-lain sehubungan dengan penawaran sehingga pemindahan pemilikan atau penguasaan bias dilaksanakan. 6. Disrtibusi fisik, yaitu penyediaan sarana transportasi dan penyimpanan barang. 7. Pembiayaan, yaitu penyediaan permintaan dan pembiayaan dana untuk menutup biaya dari saluran pemasaran tersebut. 8. Pengambilan resiko, yaitu melakukan perkiraan mengenai resiko sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan saluran tersebut. Kelima tugas pertama membantu pelaksanaan transaksi dan tiga yang terakhir membantu penyelesaian transaksi. Semua tugas diatas mempunyai tiga persamaan, yaitu menggunakan sumber daya yang langka, dilaksanakan dengan menggunakan keahlian yang khusus, dan bisa dialih-alihkan diantara penyalur. Apabila perusahaan/produsen menjalankan seluruh tugas diatas, maka biaya akan membengkak dan akibatnya harga akan menjadi lebih tinggi. Ada beberapa alternatif saluran (tipe saluran) yang dapat dipakai. Biasanya alternatif saluran tersebut didasarkan pada golongan barang konsumsi dan barang industri. 1. Barang konsumsi adalah barang-barang yang dibeli untuk dikonsumsikan. Pembeliannya didasarkan atas kebiasaan membeli dari konsumen. Jadi, 12 pembelinya adalah pembeli/konsumen akhir, bukan pemakai industri karena barang –barang tersebut tidak diproses lagi, melainkan dipakai sendiri (Basu Swasta 1984:96). 2. Barang industri adalah barang-barang yang dibeli untuk diproses lagi atau untuk kepentingan dalam industri. Jadi, pembeli barang industri ini adalah perusahaan, lembaga, atau organisasi, termasuk non laba (Basu Swasta, 1984:97). Berdasarkan pengertian diatas, maka seperti halnya pupuk itu digolongkan kedalam golongan barang industri, sebab pupuk dibeli petani bukan untuk dikonsumsi tetapi untuk digunakan dalam produksi pertaniannya. Dibawah ini digambarkan beberapa tipe saluran untuk barang konsumsi dan barang industri. 2.1.5. Distribusi Fisik Distribusi fisik merupakan aspek penting kedua dalam rangka menjadikan suatu produk tersedia bagi konsumen dalam jumlah, waktu, dan tempat yang tepat. Dalam hubungan itu, Dewan Manajemen Distribusi Fisik Nasional Amerika Serikat mendefinisikan distribusi fisik sebagai berikut : “ Suatu rangkaian aktivitas yang luas mengenai pemindahan barang jadi secara efisien dari akhir batas produksi kepara konsumen, serta didalam beberapa hal mencakup pemindahan bahan mentah dari suatu pembekal keawal batas produksi “. Manajemen distribusi fisik hanyalah satu diantara istilah deskriptif yang digunakan untuk menggambarkan suatu pengendalian atas pemindahan barang seperti didefinisikan dimuka. Hal ini sering pula diistilahkan sebagai manajemen 13 logistik atau logistik pemasaran. Namun demikian, apapun istilah yang digunakan konsep dasarnya adalah sama. Secara terperinci, kegiatan yang ada dalam kegiatan distribusi fisik dapat dibagi kedalam lima macam (Basu Swasta, 1984: 220-229, diringkas) yaitu : 1. Penentuan lokasi persediaan dan sistem penyimpanannya a. Penentuan lokasi penyediaannya Kebijaksanaan terhadap lokasi persediaan didasarkan pada strategi yang diinginkan, apakah secara memusat (konsentrasi) ataukah menyebar (dispersi) dipasarnya. Jika perusahaan mengkonsentrasikan persediaannya, maka akan memudahkan dalam mengadakan pengawasan. Selain itu, juga akan meningkatkan efisiensi penyimpanan dan penanganan barangnya. Namun dari segi lain dapat terjadi bahwa beban pengangkutan akan meningkat dan pengantaran barang kebeberapa segmen pasar akan terlambat. Dan jika perusahan menyebarkan persediaannya kebeberapa lokasi, maka keadaannya akan berlainan, dan merupakan kebalikan dari konsentrasi. b. Sistem penyimpanan persediaan Penyimpanan erat kaitannya dengan pergudangan, biasanya perusahaan yang tidak mempunyai fasilitas penyimpan sendiri umumnya menyewa kepada lembaga atau perusahaan lain atau disebut gudang umum. Besarnya sewa yang harus dibayar ditentukan menurut besarnya ruangan yang digunakan. 14 2. Sistem penanganan barang Sistem penanganan barang yang dapat digunakan antara lain : paletisasi, pengemasan, sistem pengawasan persediaan, prosedur memproses pesanan dan pemilihan metode pengangkutan. a. Paletisasi Dalam paletisasi, penanganan barang-barang baik itu berupa bahan baku maupun barang jadi dipakai suatu alat yang disebut palet. Dengan alat ini barang-barang dapat dipindahkan secara cepat. Penggunaannya akan lebih ekonomis apabila material yang ditangani jumlahnya besar. b. Pengemasan Barang-barang yang ditangani ditempatkan dalam suatu kemasan atau peti kemas baik dari logam, kayu, ataupun bahan yang lain. Biasanya kemasan ini dibuat dalam ukuran-ukuran tertentu sehingga sangat mudah dalam pengangkutannya. c. Sistem pengawasan persediaan Faktor penting yang lain dalam sistem distribusi fisik adalah mengadakan pengawasan secara efektif terhadap komposisi dan besarnya persediaan. Adapun tujuan dari pengawasan persediaan adalah meminimumkan jumlah persediaan yang diperlukan, dan meminimumkan fluktuasi dalam persediaan sambil melayani pesanan dari pembeli. Besarnya persediaan sangat ditentukan oleh keseimbangan kebutuhan pasar dengan faktor biaya. Sedangkan permintaan pasar dapat diukur dengan menggunakan analisis ramalan penjualan. 15 d. Prosedur memproses pesanan Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk memproses pesanan antara lain : menyelenggarakan kegiatan kantor secara teratur, membuat barang dengan baik, serta menyampaikannya kepada pembeli. Jika perusahaan tidak sanggup atau tidak mampu melaksanakan pesanan, maka ia harus memberitahu kepada pembeli. e. Pemilihan metode pengangkutan Dalam hal ini, rute dan rit pengangkutan merupakan faktor yang penting, dan mempunyai hubungan yang erat dengan pasar atau daerah penjualan, serta lokasi persediaannya. Selain itu fasilitas pengangkutan yang ada juga merupakan faktor penentu. 2.2. Transportasi Pada dasarnya transportasi dapat didefinisikan sebagai pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ketempat lainnya dengan menggunakan sebuah wahana yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Di negara maju, mereka biasanya menggunakan kereta bawah tanah (subway) dan taksi. Penduduk disana jarang yang mempunyai kendaraan pribadi karena mereka sebagian besar menggunakan angkutan umum sebagai transportasi mereka. Transportasi sendiri dibagi 3 yaitu, transportasi darat, laut, dan udara. Transportasi udara merupakan transportasi yang membutuhkan banyak uang untuk memakainya. Selain karena memiliki teknologi yang lebih canggih, transportasi udara merupakan alat 16 transportasi tercepat dibandingkan dengan alat transportasi lainnya. Dalam melakukan suatu proses transportasi pasti menimbulkan suatu keuntungan yang berupa terdistribusikannya barang hasil produksi dan kerugian yang berupa biaya transportasi. Biaya transportasi dipengaruhi oleh beberpa faktor seperti jarak pengiriman dan moda yang digunakan. Prinsip ekonomi, ”mengeluarkan biaya yang seminimal mungkin agar dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal” namapaknya masih dipegang erat oleh para pelaku bisnis di Indonesia. Begitu juga dalam pendistribusian pupuk PUSRI yang berasal dari Palembang, pola distribusi yang dapat menghasilkan biaya yang paling rendah dan dapat mendistribusikan pupuk sesuai dengan permintaan di berbagai daerah. Untuk itu harus diketahui biaya yang muncul akibat pendistribusian pupuk dan komponen biaya apa yang membentuknya. Karena jalur distribusi yang digunakan ialah melalui darat maka harus terdapat definisi yang jelas mengenai biaya transportasi darat. 2.3. Penyusunan Rute Kendaraan Masalah penentuan rute dan sekaligus penjadwalan, merupakan masalah operasional dalam transportasi. Manajer harus memutuskan konsumen mana yang harus dikunjungi terlebih dahulu dan menentukan bagaimana urutan kunjungan mereka. Manajer juga harus menentukan jenis kendaraan yang digunakan untuk mengirim produk ke seluruh konsumen dan rute mana yang harus dilalui setiap kendaraan. Manajer juga harus memastikan tidak adanya kendaraan yang 17 kelebihan muatan dan memastikan pengiriman yang dilakukan tidak melebihi batas waktu. Tujuan utama dari pemilihan rute yang tepat dan penjadwalan yang baik adalah menetukan kombinasi yang tepat, yang akan meminimasi biaya dengan mengurangi jarak yang ditempuh kendaraan dan lama waktu pengiriman setiap kendaraan, serta mengurangi kesalahan pelayanan seperti pengiriman yang tertunda. Biaya yang dimaksud adalah biaya modal dan biaya perjarak yang ditempuh. Klasifikasi masalah penentuan rute dan penjadwalan didasarkan karakteristik sistem pengiriman, misalnya ukuran armada pengiriman, dimana pangkalan / depot armada berada, kapasitas kendaraan, tujuan penentuan rute dan penjadwalan. Secara sederhana klasifikasi masalah penetuan rute dan penjadwalan sebagai berikut : 1. Travelling Salesman Problem (TSP), merupakan kasus yang paling sederhana dimana sebuah kendaraan mangunjungi semua node yang ada. 2. Multiple Traveling Salesman Problem (MTSP), kateristik MTSP adalah setian node dapat hanya dilayani satu kendaraan namun satu kendaraan dpat melayani lebih dari satu node. 3. Vehicle Routing Problem (VRP), merupakan masalah penentuan rute dan penjadwalan dimana diadakan bebrapa pembatasan misalnya kapasitas dari bebrapa kendaraan atau waktu pengiriman serta ada kemungkinan permintaan atau situasi yang berubah-ubah. 18 4. Chinese Postman Problem (CPP), pada masalah ini permintaan pelayanann lebih banyak terjadi di sepanjang arc daripada yang terjadi di node atau permintaan sangat tinggi sehingga permintaan tiap node sukar dikelompokkan. Walaupun terdapat berbagai macam cara untuk menyelesaikan permasalahan distribusi, satu hal yang pasti adalah penentuan rute dan penjadwalan sangatlah sulit untuk diselesaikan, yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pendekatan-pendekatan perhitungan. 2.3.1. Vehicle Routing Problem (VRP) Menurut Robert “Vehicle Routing Problem (VRP) dapat didefinisikan sebagai penentuan sejumlah rute untuk sekumpulan kendaraan yang harus melayani sejumlah pemberhentian (node) dari depot pusat”. Vehicle Routing Problem merupakan masalah pencarian rute optimal untuk pengiriman atau pengumpulan barang dan jasa dari satu atau lebih depot ke sejumlah kota atau pelanggan dengan memenuhi kendala tertentu (Priwarnela, 2012). Tujuan dari VRP adalah mengantarkan produk pada sekelompok konsumen yang diketahui permintaannya denga hanya menghabiskan biaya yang minimum serta berwal dan berakhir pada sebuah atau lebih depot. Output dari masalah ini adalah rute yang berbiaya rendah dan layak untuk setiap kendaraan. Terdapat bermacam-macam metode yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah ini serta dikelompokkan kedalam tiga klasifikasi, yaitu ; 19 1. Contructive Heuristic Metode ini dibagi dalam 2 jenis, yaitu sequential dan parallel. Contoh metode yang termasuk kedalamnya adalah Clarke-Wright Algorithm (Clarke-Wright Savings Method), Matching Based Algoritm, Insertion Heuristic, dan Christofides, Mingozzi, Toht Heuristic. 2. Two Phase Heuristic Metode ini dibagi dalam 2 jenis, yaitu Cluster First-Route Second (yang termasuk didalamnya adalah Sweep, Fisher and Jaikumar Algorithm dan Petal) dan Route First-Cluster Second. 3. Improvement Heuristic Yang termasuk dalam metode ini misalnya Local Search Algorithm. Tujuan dari metode “savings” adalah untuk meminimisasi total jarak perjalanan semua kendaraan dan untuk meminimisasi secara tidak langsung jumlah kendaraan yang diperlukan untuk melayani semua tempat perhentian. Logika dari metode ini bermula dari kendaraan yang melayani setiap tempat perhentian dan kembali ke depot. Hal ini memberikan jarak maksimum dalam masalah penentuan rute. Kemudian, dua tempat perhentian digabung dalam satu rute yang sama sehingga satu kendaraan tersebut dieliminasi dan jarak tempuh/perjalanan dapat dikurangi. Pendekatan “savings” mengizinkan banyak pertimbangan yang sangat penting dalam aplikasi yang realistis. Sebelum tempat perhentian dimasukkan ke dalam sebuah rute, rute dengan tempat perhentian berikutnya harus dilihat. Sejumlah pertanyaan tentang perancangan rute dapat ditanyakan, seperti apakah 20 waktu rute melebihi waktu distribusi maksimum pengemudi yang diizinkan, apakah waktu untuk istirahat pengemudi telah dipenuhi, apakah kendaraan cukup besar untuk melakukan volume rute yang tersedia. Pelanggaran terhadap kondisikondisi tersebut dapat menolak tempat perhentian dari rute keseluruhan. Tempat perhentian selanjutnya dapat dilihat menurut nilai “savings” terbesar dan proses pertimbangan diulangi. Pendekatan ini tidak menjamin solusi yang optimal, tetapi dengan mempertimbangkan masalah kompleks yang ada, solusi yang baik dapat dicari. 2.3.2. Metode Clarke-Wright Algorithm Metode Penghematan Clarke-Wright (Clarke-Wright Savings Method) merupakan suatu metode yang ditemukan oleh Clarke dan Wright pada tahun 1964 yang kemudian dipublikasikan sebagai suatu algoritma yang digunakan sebagai solusi untuk permasalahan rute kendaraan dimana sekumpulan rute pada setiap langkah ditukar untuk mendapatkan sekumpulan rute yang lebih baik, dan metode ini digunakan untuk mengatasi permasalahan yang cukup besar, dalam hal ini adalah jumlah rute yang banyak. Menurut Rikeu dkk savings method pada hakekatnya adalah metode untuk meminimukan jarak atau waktu atau ongkos dengan mempertimbangkan kendala-kendala yang ada. Inti dari metode ini adalah melakukan perhitungan penghematan yang diukur dari seberapa banyak dapat dilakukan pengurangan jarak tempuh dan waktu yang digunakan dengan mengaitkan node-node yang ada dan menjadikannya sebuah rute berdasarkan nilai saving yang terbesar yaitu jarak tempuh antara source node dan node tujuan. 21 Metode tersebut digunakan karena dalam proses perhitungannya, metode ini tidak hanya menggunakan jarak sebagai parameter, tetapi juga waktu untuk memperoleh nilai savings yang terbesar untuk kemudian disusun menjadi sebuah rute yang terbaik. Metode ini telah dirancang sesuai dengan karakteristik Vehicle Routing Problem (VRP), yaitu barang dari depot harus diantarkan kepada sejumlah pelanggan. Permasalahannya adalah dalam hal menentukan pelanggan yang harus didatangi terlebih dahulu yang kemudian menjadi suatu rute yang berawal dari depot sampai kembali lagi ke depot. Hal ini bertujuan untuk mencapai suatu solusi yaitu salah satunya untuk meminimalisasi biaya transportasi. Dalam penentuan rute tersebut diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menentukan node sebagai node central atau disebut depot dan node-node tujuan. 2. Membuat matriks jarak yaitu matriks jarak antara depot dengan node dan jarak antar node. Pada tugas akhir ini akan dibuat matrik jarak yang simetris. 3. Membuat matriks penghematan. 4. Nilai saving tertinggi merupakan rute awal. Pada tahap selanjutnya proses berulang itu digerakkan dari yang matrik terbesar ke matriks yang bernilai kecil, sampai masing-masing matriks penghematan itu dievaluasi untuk perbaikan rute lebih lanjut. 22 Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi matriks jarak, mengidentifikasi matrik penghematan, mengalokasikan toko ke kendaraan atau rute, mengurutkan tujuan dalam rute yang sudah terdefinisi. 1. Mengidentifikasi Matriks Jarak Pada langkah ini diperlukan jarak antara gudang ke masing-masing agen dan jarak antar agen. Hasil penentuan jarak tersebut kemudian akan digunakan untuk menentukan matriks penghematan (savings matrix) yang akan dikerjakan pada langkah berikutnya. 2. Mengidentifikasi Matriks Penghematan (Savings Matrix) Pada awal langkah ini diasumsikan bahwa setiap agen akan dikunjungi oleh satu kendaraan secara eksklusif. Maka akan ada penghematan yang akan diperoleh jika dua atau lebih rute bila digabungkan menjadi satu rute. 3. Menghitung matriks penghematan menggunakan persamaan, S(i,j) = a(0,i) + a (0,j) – a(i,j) ………………..……………………………..(2.1) Dimana, S(i,j) : Matriks penghematan a : Jarak i : Pelanggan ke-i j : Pelanggan ke-j 0 : Gudang 4. Mengalokasikan Agen ke Kendaraan atau Rute Dengan berbekal tabel matriks penghematan, dapat dilakukan alokasi agen ke kendaraan atau rute. Agen-agen yang digabungkan ke dalam satu rute 23 5. Mengurutkan Agen (Tujuan) Dalam Rute yang Sudah Terdefinisi Jika semua iterasi selesai dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah memilih rute dengan total terkecil. Contoh perhitungan Clarke-Wright Savings Method : 1. Langkah – langkah penghitungan sebagai berikut bila kita akan menghitung s (0, 1), misal jarak dari depot ke node 0 adalah 0, kemudian jarak dari depot ke node 1 adalah 25, dan jarak dari depot ke node 1 adalah 25, maka : s ( 0,1 ) = d ( 0,0 ) + d ( 0,1 ) – d ( 0,1 ) = 0 + 25 - 25 =0 2. Sama seperti perhitungan pada s (0,1), bila kita menghitung s (1,2) maka langkah pertama yang harus kita lakukan adalah mencari data jarak dari depot ke node 1, jarak dari depot ke node 2, dan jarak dari node 1 ke node 2, sehingga : s ( 1,2 ) = d ( 0,1 ) + d ( 0,2 ) – d ( 1,2 ) = 25 + 43 – 29 = 39 Lakukan perhitungan untuk masing – masing node. Setelah dilakukan perhitungan keseluruhan, didapat hasil savings yang terbesar. Kemudian buatlah list dari perhitungan savings sesuai dengan tahapan kedua pada algoritma Savings Heuristic. 24 2.4. Menentukan Biaya Transportasi Ongkos transportasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan untuk kegiatan distribusi yang menggunakan alat angkut tertentu. Ongkos transportasi terbagi menjadi dua yaitu fixed cost dan variable cost. Total ongkos berdasarkan pada jarak yang ditempuh Biaya, Rp. Fixed Coas :Administrasi, dll Variable Cost :bahan bakar, perawatan ban, dll 0 Jarak, titik awal ke tujuan Gambar 2.1. Fungsi Biaya Angkut Terhadap Jarak Rumusan dalam penyelesaian ongkos transportasi adalah : Transportation Cost = Fixed Cost + Variable Cost = a + b . Xi Dimana : a = fixed cost / bulan ( Rp. ) b = variable cost / km ( Rp. ) x = jarak yang ditempuh ( km ) Yang termasuk dalam fixed cost dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Biaya tetap kendaraan ( penurunan nilai jual motor ) 2. Biaya pengemudi ( gaji pengemudi ) 25 Sedangkan yang termasuk dalam variable cost dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Biaya bahan bakar 2. Biaya penggantian ban 3. Biaya penggantian minyak pelumas ( oli ) 4. Biaya perawatan ( kampas rem, minyak rem, dan lain – lain ) 5. Biaya upah tenaga pemeliharaan 2.4.1. Perhitungan Komponen Biaya Tetap (Fixed Cost) Besaran Biaya Operasi Kendaraan Pada buku Logistical Management komponen dari biaya transportasi salah satunya adalah fixed Cost. Fixed cost adalah biaya yang sudah dipastikan tetap ada meskipun tidak ada aktifitas pengiriman. Yang termasuk dalam fixed cost dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Biaya tetap kendaraan ( penurunan nilai jual motor ) 2. Biaya pengemudi ( gaji pengemudi ) 2.4.2. Perhitungan Komponen Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) Besaran Biaya Operasi Kendaraan Biaya tidak tetap merupakan komponen yang terdiri dari bebrapa komponen, yaitu : biaya bahan bakar, biaya penggantian ban, biaya penggantian minyak pelumas ( oli ), biaya perawatan ( kampas rem, minyak rem, dan lain – lain ) dan biaya upah tenaga pemeliharaan. Biaya tidak tetap dihitung dengan menjumlahkan biaya konsumsi bahan bakar, biaya penggantian ban, biaya 26 konsumsi oli, biaya perawatan dan biaya upah tenaga pemeliharaan. Dan Biaya Operasi Kendaraan dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut : BTT = BBBM + BO + BP + BU + BB Dimana : 1. BTT = Besaran biaya tidak tetap (Rupiah/Km) BBBM = Biaya konsumsi bahan bakar minyak (Rupiah/Km) BO = Biaya konsumsi oli (Rupiah/Km) BP = Biaya Pemeliharan (Rupiah/Km) BU = Biaya upah tenaga pemeliharaan (Rupiah/Km) BB = Biaya konsumsi ban (Rupiah/Km) Biaya bahan bakar (BBBM) Untuk perhitungan biaya konsumsi bahan bakar, jenis bahan bakar yang digunakan adalah solar. Biaya Konsumsi Bahan Bakar Minyak dapat dicari dengan cara : BBBM = KBBM x HBBM Dimana : BBBM = Biaya konsumsi bahan bakar minyak untuk kendaraan (Rupiah/Km) KBBM = Konsumsi bahan bakar minyak untuk kendaraan (Liter/Km) HBBM = Harga bahan bakar untuk kendaraan (Rupiah/liter) 27 a. Harga bahan bakar untuk kendaraan (HBBM) Harga bahan bakar untuk kendaraan (HBBM) yang digunakan adalah solar, dimana saat ini harga solar Rp. 5.500,-/Liter. b. Konsumsi bahan bakar minyak (KBBM) Konsumsi bahan bakar minya untuk masing-masing kendaraan dihitung dengan rumus persamaan berikut, yaitu : KBBM ( 1 VR 2 x VR 2 3 x RR 4 x FR 5 x FR 6 x DTR 2 7 x AR 8 x SA 9 x BK 10 x BK x AR 11 x BK x SA) / 1000 Dimana : i. = Konstanta 1 … 11 = Koefisien-koefisien parameter VR = Kecepatan rata-rata RR = Tanjakan rata-rata DTR = Derajat Tikungan rata-rata AR = Percepatan rata-rata SA = Simpangan baku percepatan BK = Berat Kendaraan Berat Kendaraan (BK) Batasan berat kendaraan total (dalam ton) yang dicakup oleh persamaan adalah : 28 Tabel. 2.1. Berat Kendaraan Total yang direkomendasikan Jenis Kendaraan Nilai Minimum (ton) Nilai Maksimum (ton) Truk Ringan 3,5 8 Truk Sedang 10 15 Truk Berat 15 25 ii. Kecepatan rata-rata (VR) Batasan kecepatan rata-rata kendaraan (dalam Km/jam) yang dicakup oleh persamaan adalah : Tabel. 2.2. Kecepatan rata-rata Kendaraan yang direkomendasikan Jenis Kendaraan Nilai Minimum (Km/jam) Nilai Maksimum (Km/jam) Truk Ringan 5 100 Truk Sedang 5 100 Truk Berat 5 100 iii. Tanjakan rata-rata (RR) Geometri jalan yang diperhitungkan dalam model persamaan hanya faktor alinyemen vertikal yang terdiri dari tanjakan dan turunan. Batasan tanjakan dan turunan yang dicakup oleh model persamaan adalah : 29 Tabel. 2.3. Alinyemen Vertikal yang Direkomendasikan Pada Berbagai Medan Jalan Kondisi Medan Tanjakan rata-rata (m/km) Turunan rata-rata (m/km) Datar 2,5 - 2,5 Bukit 12,5 -12,5 Pegunungan 22,5 -22,5 iv. Percepatan rata-rata (AR) Percepatan rata-rata lalu lintas dalam suatu ruas jalan dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : AR 0,0128 x V , dimana : AR = Percepatan rata-rata C V = Volume lalu lintas (smp/jam) C = kapasitas jalan (smp/jam) v. Simpangan baku percepatan (SA) Simpangna baku percepatan lalu lintas dalam suatu ruas jalan dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : 1,04 SA SAmax V ( a 0 a1 ) x C 1 e dimana : SA , = Simpangan baku percepatan (m/s2) SAmax = Simpangan baku percepatan maksimum (m/s2) (tipikal/default = 0,75) a0,a1 = koefisien parameter (tipikal/default a0 = 5,140 ; a1 = 8,264) C = kapasitas jalan (smp/jam) 30 2. Biaya penggantian ban (BB) Biaya konsumsi ban untuk masing-masing kendaraan dapat dihitung dengan rumus persamaan sebagai berikut, yaitu: BB KB x HB , Dimana : BB = Biaya konsumsi ban (Rupiah/Km) 1000 KB = Konsumsi ban (EBB/1000Km) HB = Harga ban baru (Rupiah/ban baru) Konsumsi ban (KB) Konsumsi ban untuk masing-masing kendaraan dapat dihitung dengan rumus persamaan sebagai berikut, yaitu : KB 1 x IRI 2 x TTR 3 x DTR Dimana : = Konstanta 1…3 = Koefisien-koefisien parameter TTR = Tanjakan + turunan rata-rata DTR = Derajat tikungan rata-rata Tabel. 2.4. Nilai tipikal , 1, 2 dan 3 Jenis Kendaraan 1 2 3 Truk Ringan 0,024 0,025 0,0035 0,00067 Truk Sedang 0,095835 - 0,001738 0,00184 Truk Berat 0,158350 - 0,00256 0,00028 31 Tabel. 2.5. Nilai tipikal tanjakan dan turunan pada berbagai medan jalan Kondisi Medan TT (m/km) Datar 5 Bukit 25 Pegunungan 45 Tabel. 2.6. Nilai tipikal derajat tikungan pada berbagai medan jalan Kondisi Medan 3. Derajat tikungan (â/km) Datar 15 Bukit 115 Pegunungan 200 Biaya penggantian minyak pelumas /oli (BO) Biaya konsumsi oli dapat dihitung denga persamaan sebagai berikut : BO = KO x HO Dimana : BO = Biaya konsumsi oli kendaraan (Rupiah/Km) KO = Konsumsi oli kendaraan (Liter/Km) HO = Harga oli (Rupiah/Liter) Konsumsi oli (KO) Konsumsi oli untuk kendaraan dapat dihitung denga persamaan sebagai berikut : KO = OHK + OHO x KBBM Dimana : KO = Konsumsi oli kendaraan (Liter/Km) 32 OHK = oli hiilang akibat kontaminasi (Liter/Km) Dimana, OHK KAPO , KAPO = kapasitas oli (Liter) JPO JPO= Jarak penggantian oli (Km) OHO = oli hiilang akibat operasi (Liter/Km) KBBM= konsumsi bahan bakar (Liter/Km) Nilai tipikal (default) untuk persamaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel. 2.7. Nilai tipikal JPO, KAPO dan OHO yang direkomendasikan 4. Jenis Kendaraan JPO KAPO OHO Truk Ringan 2000 6 2,1 x 10-6 Truk Sedang 2000 12 2,1 x 10-6 Truk Berat 2000 24 2,1 x 10-6 Biaya perawatan (BP) Biaya konsumsi suku cadang / biaya perawatan dapat dihitung denga persamaan sebagai berikut : BP P x HKB 1000000 Dimana, BP = Biaya pemeliharaan/perwatan kendaraan (Rupiah/Km) HKB = Harga kendaraan baru rata-rata kendaraan (Rupiah) P = Nilai relatif biaya suku cadang terhadap kendaraan baru 33 2 KJT , Dimana: P = Konsumsi suku cadang kendaran P 1 xIRI x 100000 = Konstanta 1 & 2= Koefisien-koefisien parameter IRI = kekasaran jalan KJT = Kumulatif jarak tempuh (Km) Tabel. 2.8. Nilai tipikal , 1 dan 2 5. Jenis Kendaraan 1 2 Truk Ringan -0,64 0,27 0,20 Truk Sedang -1,26 0,46 0,10 Truk Berat -0,86 0,32 0,40 Biaya upah tenaga pemeliharaan (BU) Biaya upah perbaikan kendaraan dihitung dengan persamaan sebagai berikut : BU JP x UTP , 1000 Dimana : BU JP = Biaya upah perbaikan kendaraan (Rupiah/Km) = Jumlah jam pemeliharaan (jam/1000Km) JP = a0 x Pa1 , Dimana : P = Konsumsi suku cadang a0,a1 = konstanta UTP = Upah tenaga pemeliharaan (Rupiah/jam), data upah tenaga pemeliharaan dapat diperoleh melalui survei penghasilan tenaga perbaikan kendaraan. 34 Tabel. 2.9 Nilai tipikal a0,a1 Jenis Kendaraan a0 a1 Truk Ringan 242,03 0,519 Truk Sedang 242,03 0,517 Truk Berat 301,46 0,519 35