perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pada penelitian ini model penentuan indeks kesehatan telah diperkenalkan. Model indeks kesehatan yang didapatkan dari gabungan 5 faktor yaitu Lingkungan Sosial dan Ekonomi, Lingkungan Fisik, Pelayanan Kesehatan, Penduduk, Kesakitan ISPA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai indeks kesehatan paling tinggi diperoleh Kelurahan Mojosongo dengan nilai 0.53, sedangkan indeks kesehatan paling rendah diperoleh Kelurahan Sewu dengan nilai 0.25. Hasil simulasi 20 generasi menunjukkan penyakit mengalami perpindahan dan penyebaran. Jumlah sel/kasus mengalami peningkatan sebesar 23%, sel merah (sel dengan penderita meninggal) mengalami penurunan 16%, sel hijau ((sel dengan penderita kembali sehat) mengalami penurunan 19%, sel kuning (sel dengan penderita terinfeksi) mengalami peningkatan 39%, dan sel biru (sel dengan penderita di luar Surakarta) mengalami peningkatan 700% dari kondisi awal. Penyakit menyebar ke luar wilayah Surakarta (peningkatan sel biru). Nilai node positif tertinggi (peningkatan nilai indeks kesehatan) terjadi pada generasi keenam dengan 106 node sel. Nilai node negatiftertinggi (penurunan nilai indeks kesehatan) terjadi pada generasi keempat dengan 173 node sel. Generasi ke-17 merupakan generasi terburuk, sedangkan generasi keenam merupakan generasi terbaik dari 20 generasi. Jumlah sel/kasus, sel merah, dan sel hijau tertinggi terjadi pada generasi pertama. Sel kuning dan sel biru tertinggi terjadi pada generasi ke-20. 5.2 Saran Penelitian selanjutnya, evaluasi penyebaran dapat dilakukan secara otomatis berdasarkan posisi sel. Konsep heterogen dapat digunakan dalam simulasi karena sesuai dengan kondisi dunia nyata yang heterogen. Penggunaan peta dinamis akan membuat simulasi lebih fleksibel. Arah angin dan perubahanarah angin dapat dibuat lebih dinamis. 28