J. Sains dan Teknologi Pangan Vol. 1, No. 1, p. 1-7, Th. 2016 ISSN: 2527-6271 PENAMBAHAN RIMPANG JAHE (Zingiber officinale ) DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU PINDANG KEMBUNG [The addition of ginger rhizome (Zingiber officinale) and shelf life to the quality of mackerel boiled bloating] Jamaludin Ako1)*, Moh. Nuh Ibrahim2), Nur Asyik1), 3)* 1Jurusan 2Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi dan Industri Pertanian, Univesrsitas Halu Oleo, Kendari Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Teknologi dan Industri Pertanian, Univesrsitas Halu Oleo, Kendari ABSTRACT The purpose of this study was to determine the effects of additional red ginger rhizome and shelf life to the quality of mackerelfish boiled bloating. The results of research showed that the additional of red ginger rhizome and shelf life gave very significant effects on the organoleptic assessment of color and water levels. The best interaction treatment was the treatment of 40% addition of red ginger rhizome and without shelf life amounted to 4,22 color of organoleptic properties (like) and water levels 42,74%. The best partial treatment of red ginger rhizome was the additional of 40% red ginger rhizome with the organoleptic properties of color 3,02 (somewhat like), aroma 3,31 (somewhat like), texture 3,29 (somewhat like), taste 3,02 (somewhat like), water levels 53,63% and total microbes of 5,03 CFU/g. The best partial treatment of self life was at without shelf life with 4,14 color af organoleptic properties (like), aroma 4,34 (like), texture 4,38 (like), taste 4,19 (like), water levels 43,74%, protein levels 24,43 and total microbes of 3,74 x 10 2 CFU/g. Key Words : boiled fish, mackerelfish, red ginger rhizome, shelf life. ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan rimpang jahe merah dan lama penyimpanan terhadap mutu dari ikan pindang kembung. Hasil penelitian menunjukan bahwa interaksi antara penambahan rimpang jahe dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap penilaian organoleptik warna dan kadar air. Interaksi perlakuan terbaik yaitu pada P2J0 (penambahan rimpang jahe merah 40% dan lama penyimpanan hari ke 0) dengan sifat organolptik warna 4,22 (suka) dan kadar air 42,74%. Perlakuan terbaik penambahan rimpang jahe merah yaitu pada perlakuan mandiri penambahan rimpang jahe merah 40% dengan sifat organoleptik warna 3,24 (agak suka), aroma 3,31 (agak suka), tekstur 3,29 (agak suka), rasa 3,02 (agak suka) dan kadar air 53,63% serta total mikroba yaitu 5,03 CFU/g. Perlakuan terbaik mandiri lama penyimpanan yaitu pada lama penyimpanan hari ke 0 dengan sifat organoleptik warna 4,14 (suka), aroma 4,34 (suka), tekstur 4,38 (suka), rasa 4,19 (suka), kadar air 43.74% dan kadar protein 24,43 serta total mikroba yaitu 3,74 x 102 CFU/g. Kata Kunci : pemindangan, Ikan kembung, rimpang jahe, penyimpanan. *Penulis korespondensi: Email: [email protected]; Telp: 085241785692 1 J. Sains dan Teknologi Pangan Vol. 1, No. 1, p. 1-7, Th. 2016 ISSN: 2527-6271 BAHAN DAN METODE PENDAHULUAN Ikan kembung termasuk ikan ekonomis penting dan potensi tangkapannya naik tiap tahunnya. Ikan merupakan bahan pangan yang mudah sekali mengalami kerusakan. Kerusakan pada ikan disebabkan oleh mikrobia terutama bakteri (Hadiwiyoto, 1993). Penyebab kerusakan ikan antara lain kadar air yang cukup tinggi (70-80% dari berat daging), kandungan protein dan lemak yang tinggi menyebabkan mikrobia mudah untuk tumbuh dan berkembang biak. Ikan pindang merupakan upaya pengawetan dan pengolahan ikan yang menggunakan teknik penggaraman dan pemanasan. Pengolahan tersebut dilakukan dengan merebus atau memanaskan ikan dalam suasana beragam selama waktu tertentu di dalam wadah (besek, reyeng dan naya). Wadah ini digunakan sebagai tempat ikan selama perebusan/pemanasan dan sekaligus digunakan sebagai kemasan selama transportasi dan pemanasan. Kondisi ini sering menyebabkan terjadinya kerusakan pindang karena basi ataupun tumbuhnya jamur. Menurut Purwani et al., (2008) rimpang jahe-jahean mengandung senyawa antimikroba golongan fenol, flavonoid, terpenoid dan minyak atsiri yang terdapat pada ekstrak jahe merupakan golongan senyawa bioaktif yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Terjadinya penghambatan mikroba terhadap pertumbuhan koloni bakteri juga disebabkan karena kerusakan yang terjadi pada komponen struktural membran sel bakteri. Membran sel yang tersusun atas protein dan lipid sangat rentan terhadap zat kimia yang dapat menurunkan tegangan permukaan. Kerusakan membran sel menyebabkan terganggunya transport nutrisi (senyawa dan ion) sehingga sel bakteri mengalami kekurangan nutrisi yang diperlukan bagi pertumbuhannya (Volk dan Wheeler, 1991). Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh penambahan rimpang jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) dan lama penyimpanan terhadap mutu ikan pindang kembung (Rastrelliger kanagurta). 2 Bahan Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah ikan kembung segar yang berasal dari pelabuhan samudra Kota Kendari dan jahe merah yang berasal dari pasar Anduonohu. Prosedur pengawetan pada ikan pindang Proses pembuatan ikan pindang bermula dari bahan baku ikan kembung segar, selanjutnya dibersihkan kotoran dan darah serta dipisahkan bagian yang tidak digunakankan seperti sisik, insang dan isi perut dengan menggunakan pisau dan dicuci/dibersihkan dengan menggunakan air mengalir. Disisi lain garam, asam dan jahe dibersihkan pula dengan menggunakan air mengalir. Jahe yang ditambahkan berupa potongan-potongan kecil dengan ketebalan 1-2 cm. Selanjutnya ikan dimasukkan dan disusun kedalam wadah perebusan. Kemudian ditambahkan garam, asam dan jahe. Garam yang ditambakan 10% dari berat total ikan, asam 8% dari berat total ikan dan jahe sesuai dengan perlakuan. Setelah itu, dilakukan perebusan dengan menggunakan air sebanyak 250 mL selama ± 30 menit atau sampai mendidih dengan suhu ± 100 0C. Setelah itu wadah diangkat dan didinginkan pada suhu ruang dan disimpan sesuai perlakuan (Afrianto dan Liviawaty, 1991). Penentuan Kadar Air (AOAC, 1990) Cawan petri dibersihkan dan dipanaskan dalam oven (Memmert, USA) dengan suhu 105 oC lalu didinginkan dalam desikator. kemudian ditimbang sebagai bobot kosong. Selanjutnya menimbang sampel sebanyak 5 gram dalam cawan petri dan dinyatakan sebagai bobot awal. Sampel dalam cawan dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 3-5 jam. Setelah proses pengeringan, cawan berisi sampel dikeluarkan dalam oven dan didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang. Perlakuan ini diulangi sampai diperoleh bobot tetap (selisih dua penimbangan berturut-turut kurang dari 0,2 g), pengurangan bobot merupakan banyaknya air dalam bahan. J. Sains dan Teknologi Pangan Vol. 1, No. 1, p. 1-7, Th. 2016 ISSN: 2527-6271 Penentuan Mikrobiologi/TPC (Total Plate Count) (BAM, 2001) (SNI 01-2339, 1991) W2-W3 Kadar air (%) = x 100 %.... (1) W2-W1 Keterangan : W1= Bobot cawan kosong W2= Bobot Cawan + sampel W3= Bobot Cawan + sampel setelah di oven Penentuan Kadar Protein (Sudarmadji, et al., 2007) (Spektrofotometer) Adapun prosedur kerja spektrofotometer sebagai berikut : menimbang 0,25 gram sampel ke dalam tabung digestion. menimbang 1 gram campuran selen dan 2,5 ml H2SO4 (Merck) ke dalam tabung digestion. Kemudian memanasakan dalam blok digestion hingga suhu 3500C. Destruksi selesai bila berasap uap putih dan didapat ekstrak jernih. Kemudian tabung diangkat dan didinginkan kemudian ekstrak diencerkan dengan air hingga tepat 50 ml dan dikocok sampai homogen. Biarkan semalam agar partikel mengendap. Ekstrak jernih digunakan untuk pengukuran N dengan cara destilasi atau cara kalorimetri. Selanjutnya memipet 1 ml ekstrak contoh ke dalam tabung reaksi, tambahkan 9 ml air bebas ion dan kocok dengan pengocok tabung. Kemudian pipet ke dalam tabung reaksi masing-masing 2 ml ekstrak encer dan deret standar. Selanjutnya menambahkan berturut-turut larutan sangga Tartarat dan Nafenat (merck) masing-masing sebanyak 4 ml, kocok dan biarkan 10 menit. Tambahkan 4 ml NaOCl 5% (Merck), kocok dan dianilsa dengan spektrofotometer (Hitachi u 2900) pada panjang gelombang 636 nm setelah 10 menit sejak pemebrian pereaksi ini. Catatan: kurva standar dibuat dengan larutan protein murni atau larutan protein yang telah diketahui standar proteinnya dengan konsentrasi yang semakin naik, diperlukan dengan prosedur di atas. Protein (%) = % N x faktor pengencer .................… (2) 3 Analisis sifat mikrobiologi yang dilakukan yaitu analisis total mikroba, total kapang-khamir, dan total bakteri E. coli. Analisis total mikroba dilakukan dengan metode TPC (Total Plate Count). Sebanyak 1 gram sampel yang telah dihaluskan, kemudian tambahkan 45 ml aquades steril yang disebut dengan pengenceran 101. Campuran dikocok dan diambil 1 ml larutan tersebut menggunakan pipet steril kemudian encerkan dengan 9 ml aquades steril yang kemudian disebut sebagai pengencer 102 dan seterusnya sampai pengenceran yang dikehendaki. Dari masing-masing pengenceran dipipet secara aseptis 1 ml suspensi sampel dengan menggunakan mikropipet, kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri steril dilakukan secara duplo. Selanjutnya ditambahkan 1520 ml medium PCA (Plate Count Agar) suhu 44-50 oC. Goyang agar larutan contoh dan medium tercampur secara homogen. Biarkan medium membeku kemudian inkubasi dalam keadaan terbalik dalam incubator (Memmert, USA) pada 27-43 0C selama 24-48 jam. Semua Prosedur diatas dilakukan dalam keadaan aseptis dan peralatan serta medium yang telah disterilisasi. Jumlah hitungan kandungan TPC setiap gram daging ikan adalah jumlah bakteri yang antara 25250 koloni dikalikan dengan pengenceran. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Rekapitulasi analisis ragam pengaruh penambahan jahe dan lama penyimpanan terhadap parameter uji organoleptik (warna, aroma, rasa dan tekstur), Total Plate Count (TPC), Kadar air dan Kadar protein ikan pindang kembung disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1, menunjukan bahwa perlakuan mandiri penambahan rimpang jahe memberikan pengaruh nyata terhadap semua parameter pengamatan kecuali kadar protein, perlakuan mandiri lama penyimpanan J. Sains dan Teknologi Pangan Vol. 1, No. 1, p. 1-7, Th. 2016 ISSN: 2527-6271 memberikan pengaruh nyata terhadap semua parameter kembung hal ini disebabkan karena dengan penambahan pengamatan dan interaksi antara keduanya juga rimpang jahe merah mengakibatkan perubahan warna menunjukan pengaruh nyata terhadap semua parameter menjadi agak kemerah-merahan dan agak pudar. Mayani et pengamatan. al., (2014) menjelaskan bahwa warna merah yang terjadi pada perlakuan J2 (rimpang jahe merah 40%) yaitu pada ikan pindang kembung karena adanya enzim polifenol 3,24 (agak suka), perlakuan mandiri lama penyimpanan oksidase. Pada perlakuan penyimpanan, dari beberapa terhadap uji organoleptik warna pada ikan pindang kembung tertinggi pada perlakuan P0 (penyimpanan 0 hari) varian lama penyimpanan menunjukan penurunan nilai yaitu 4,14 (suka). Sedangkan interaksi terhadap uji organoleptik (warna) ikan pindang kembung. Pada organoleptik warna tertinggi ditunjukan pada perlakuan penyimpanan hari ke 0 warna ikan berwarna kemerahJ2P0 (rimpang jahe merah 0% dan lama penyimpanan 0 merahan, pada penyimpanan hari ke 2 warna pada ikan pindang telah berubah menjadi warna merah pudar dan hari) yaitu 4,22 (suka) Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan pada penyimpanan hari ke 4 warna ikan sudah pudar dan rimpang jahe merah 0%, 20% dan 40% mengalami berlendir. Berubahnya warna pada ikan pindang peningkatan nilai organoleptik (warna) ikan pindang disebabkan karena munculnya lendir pada tubuh ikan pindang. Aroma Perlakuan mandiri penambahan rimpang jahe merah terhadap uji organoleptik aroma pada ikan pindang kembung tertinggi diperoleh pada perlakuan J2 (rimpang jahe merah 40%) yaitu 3,31 (agak suka), perlakuan mandiri lama penyimpanan terhadap uji organoleptik aroma pada ikan pindang kembung tertinggi pada perlakuan P0 (penyimpanan 0 hari) yaitu 4,34 (suka). Hasil penelitian menunjukan bahwa pada penambahan rimpang jahe 0%, 20% dan 40% mengalami 4 peningkatan nilai organoleptik (aroma) hal ini disebabkan oleh aroma yang agak tajam dari ikan pindang tersebut. Aroma tajam tersebut disebabkan oleh senyawa kimia yang terkandung dalam jahe seperti minyak atsiri merupakan minyak menguap (volatile oil) yang menyebabkan bau khas jahe (Mulyono, 2002). Pada perlakuan penyimpanan, dari beberapa varian lama penyimpanan terhadap penilaian organoleptik aroma menunjukan semakin lama penyimpanan, semakin J. Sains dan Teknologi Pangan Vol. 1, No. 1, p. 1-7, Th. 2016 ISSN: 2527-6271 menurun pula perubahan nilai organoleptik (aroma) ikan pindang tersebut, hal ini disebabkan karena aroma ikan pindang menjadi tengik. Ketaren (1986) menambahkan bahwa ketengikan oleh proses oksidasi lipida pada tahap permulaan ditandai oleh timbulnya flavor yang disusul oleh perubahan rasa dan aroma alamiah dimna bau lemak berubah menjadi bau yang tidak disukai dan jika ketengikan telah mencapai tahap akhir maka lipida biasanya berbau tengik dan terasa getir. Rasa Tekstur Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan rimpang jahe merah 0%, 20% dan 40% mengalami peningkatan nilai organoleptik (rasa) ikan pindang kembung. Peningkatan kesukaan panelis disebabkan rasa dari ikan pindang tersebut agak pedas. Mulyono (2002) menyatakan bahwa oleoresin merupakan minyak tidak menguap yang merupakan komponen memberi rasa pedas pada jahe. Pada perlakuan penyimpanan, dari beberapa varian lama penyimpanan menunjukan semakin lama penyimpanan semakin terjadi penurunan pula nilai organolptik (rasa) ikan pindang tersebut. Perubahan citarasa pada ikan pindang tersebut dapat diakibatkan oleh perubahan biokimia yaitu adanya pengurain protein dan lemak yang biasanya didahului oleh timbulnya citarasa enak oleh zat-zat seperti aldehida dan keton (Devidek et al., 1990). Selanjutnya pada tahap tertentu akan ada kerusakan citarasa daging disebabkan oleh pengurain protein dan lemak berbalik tidak enak bahkan tidak dapat dikonsumsi lagi karena pada tahap ini mulai terbentuk metabolit penyebab bau busuk. Perlakuan mandiri penambahan rimpang jahe merah terhadap uji organoleptik tekstur pada ikan pindang kembung tertinggi diperoleh pada perlakuan J2 (rimpang jahe merah 40%) yaitu 3,29 (agak suka), perlakuan mandiri lama penyimpanan terhadap uji organoleptik warna pada ikan pindang kembung tertinggi pada Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan rimpang jahe merah 0%, 20% dan 40% mengalami peningkatan nilai organolptik (tekstur) ikan pindang yaitu teksturnya kompak dan agak padat hal ini disebabkan karena adanya penambahan garam pada proses pembuatan ikan pindang tersebut sehingga garam tersebut dapat memperbaiki tekstur dari produk tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil Afrianto dan Liviawaty (1991) yang melaporkan bahwa garam yang digunakan dalam proses pemindangan berfungsi menurunkan kadar cairan didalam tubuh ikan sehingga membuat tekstur ikan menjadi kompak dan padat. Pada perlakuan penyimpanan, dari beberapa varian lama penyimpanan terhadap penilaian organoleptik tekstur menunjukan bahwa semakin lama penyimpanan, perlakuan P0 (penyimpanan 0 hari) yaitu 4,38 (suka). menurun pula nilai organoleptik (tekstur) ikan pindang kembung, hal ini disebabkan karena tekstur ikan pindang kembung telah menjadi lunak. Hal ini sejalan dengan pendapat Nur (2009), yang menyatakan bahwa aktivitas mikroorganisme yang mendegradasi protein menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dan menyebakan kemampuan protein untuk mengikat air menurun sehingga menyebabkan tekstur menjadi lunak. 5 Perlakuan mandiri penambahan rimpang jahe merah terhadap uji organoleptik rasa pada ikan pindang kembung tertinggi pada perlakuan J2 (rimpang jahe merah 40%) yaitu 3,02 (agak suka), perlakuan mandiri lama penyimpanan terhadap uji organoleptik warna pada ikan pindang kembung tertinggi pada perlakuan P0 (penyimpanan 0 hari) yaitu 4,19 (suka). Penentuan Kadar Air Perlakuan mandiri penambahan rimpang jahe merah terhadap parameter kadar air terbaik yaitu pada J2 sebesar 53.63%, perlakuan mandiri lama penyimpanan terhadap kadar air pada ikan pindang kembung terbaik yaitu P2 sebesar 76.48%. Sedangkan interaksi antara penambahan rimpang jahe merah dan lama penyimpanan terhadap parameter kadar air pada ikan pindang kembung terendah J. Sains dan Teknologi Pangan Vol. 1, No. 1, p. 1-7, Th. 2016 ISSN: 2527-6271 diperoleh pada interaksi J0P0 (rimpang jahe merah 0% dan lama penyimpanan 0 hari) yaitu 45.25%. Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin besar penambahan rimpang jahe merah semakin terjadi penurunan terhadap kadar air ikan pindang kembung, hal ini disebabkan oleh adanya penggunaan garam dalam proses pemindangan ikan. Aktivitas garam mampu menarik air dari bahan pangan, sehingga a w akan menurun dan mikroorganisme tidak akan tumbuh kecuali mikroorganisme yang tahan terhadap konsentrasi garam yang tinggi. Pada lama penyimpanan dari penyimpanan 0 hari sampai hari ke 4 menunjukan peningkatan terhadap kadar air ikan pindang tersbut. Hal ini menunjukan bahwa semakin lama penyimpanan pada ikan pindang kembung, semakin meningkat pula aktivitas air dalam ikan pindang tersebut. Menurut Supardi et al., (1999) menyatakan bahwa peningkatan kadar air disebabkan karena produk mengalami proses pembusukan, selain itu dikarenakan aktivitas yang akan menghasilkan air dan lendir. Penentuan Kadar Protein Kusumawardani (2008) komponen antimikroba yang lain pada rimpang jahe paling banyak adalah senyawa gingerol (fenol). Mekanisme kerja gingerol adalah dengan cara denaturasi protein dan juga perusakan membran sitoplasma atau dinding sel bakteri. Susanto et al., (2011) menjelaskan bahwa jahe mampu memperlambat laju pertumbuhan bakteri karena jahe mengandung minyak atsiri yang berfungsi sebagai antibakteri. Hasil peneletian perlakuan mandiri lama peyimpanan terhadap jumlah total mikroba ikan pindang kembung menunjukan bahwa semakin lama penyimpanan yang dilakukan, semakin bertambah pula jumlah koloni mikrobanya. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin lama penyimpanan maka proses degradasi jaringan daging ikan semakin cepat terjadi. KESIMPULAN Perlakuan interaksi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali organoleptik (warna) dan kadar air, perlakuan penambahan rimpang jahe berpengaruh nyata terhadap semua perlakuan kecuali kadar protein dan perlakuan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin lama DAFTAR PUSTAKA penyimpanan yang dilakukan, maka kadar protein pada ikan pindang tersebut semakin mengalami penurunan. Afrianto E, Liviawaty E. 1989. Pengawetan Dan Pengolahan Menurunnya kadar protein dapat dipengaruhi oleh mikrobia. Ikan. Kanisius. Yogyakarta. Hal ini sesuai dengan pernyataan Darmorejo (2008), bahwa penurunan kadar protein dalam suatu bahan pangan dapat Buckle KA, Edward RA, Fleet HG, Wootton M. 1985. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press. Jakarta. dipengaruhi oleh total koloninya, karena protein merupakan salah satu faktor yang dibutuhkan oleh bakteri untuk Darmorejo S. 1992. Pengolahan Pindang Ikan yang berkembang biak. Digarami Di Laut. Jurnal Penelitian Tehnologi Perikanan, LPTP. Jakarta. Penentuan Total Plate Count (TPC) Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan Hadiwiyoto S. 1993. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan rimpang jahe merah pada proses pembuatan ikan pindang Jilid I. Liberty. Yogyakarta. kembung memiliki kemampuan dalam meghambat Ketaren, 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak pertumbuhan mikroba. Pangan. UI Press. Jakarta. Senyawa yang berperan sebagai antimikroba adalah fenol jahe (gingerol). Menurut Robinson dalam 6 J. Sains dan Teknologi Pangan Vol. 1, No. 1, p. 1-7, Th. 2016 ISSN: 2527-6271 Kusumawardani IR. 2008. Daya antibakteri ekstrak jahe Winarno FG. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Kanisisus. merah (Zingiber officilane Rosc.) dengan Jakarta. konsentrasi yang berbeda terhadap pertumbuhan aeromonas hydrophilla secara in vitro. jurnal Wulandari YM. 2011. Karakteristik Minyak Atsiri Beberapa Varietas Jahe (Zingiber Officinale) Teknologi berkala ilmiah perikanan, Vol.3 No. 1, April 2008 Pertanian. Jurnal Kimia dan Teknologi. Hlm. 75-82. Mayani L, Yuwono SS, Ningtyas DW. 2014. Pengaruh pengecilan ukuran jahe dan rasio air terhadap sifat fisik kimia dan organoleptik pada pembuatan sari jahe (Zingiber officinale). Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No 4 p.148-158. Mulyani S. 2010. Fakultas Farmasi UGM. Komponen dan Anti-bakteri dari Fraksi Kristal Minyak Zingiber zerumbet. Majalah Farmasi Indonesia, 21(3), 178-184. Nur M. 2009. Pengaruh Cara Pengemasan, Jenis Bahan Pengemas, dan Lama Penyimpanan terhadap Sifat Kimia, Mikrobiologi dan Organoleptik Sate Bandeng (chanos-chanos). Nursal W, Juwita. 2006. Bioaktifitas Ekstrak Jahe (Zingiber officinale roxb.) dalam Menghambat Pertumbuhan Koloni Bakteri Escherichia coli dan Bacillus subtilis. Jurnal Biogenesis. Purwani E, Muwakhidah. 2008. Efek berbagai pengawet alami sebagai pengganti formalin terhadap sifat organoleptik dan masa simpan daging dan ikan. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi, Vol. 9, No. 1, 2008: 1-14 Susanto E, Agustini TW, Swastawati F, Surti T, Fahmi AS, Albar MF, Nafis MK. 2011. Pemanfaatan bahan alami untuk memperpanjang umur simpan ikan kembung (Rastrelliger neglectus). Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XIII (2): 60-69 ISSN: 0853-6384 Volk WA, Wheler MF. 1988. Mikrobiologi Dasar Jilid 1. Erlangga. Jakarta. 7