PRAKIRAAN BAHAYA ERUPSI GUNUNG KELUD

advertisement
Prakiraan Bahaya Erupsi Gunung Kelud (Akhmad Zaennudin)
PRAKIRAAN BAHAYA ERUPSI GUNUNG KELUD
Akhmad ZAENNUDIN
Sari
Gunung Kelud merupakan salah satu gunung aktif di Jawa Timur yang erupsinya didominasi oleh erupsierupsi eksplosif yang menghasilkan endapan aliran dan jatuhan piroklastika. Oleh karena itu sebagai penyusun
utama tubuhnya terbentuk oleh endapan-endapan tersebut. Kubah lava, sumbat lava, dan aliran lava hanya
terdapat di daerah sekitar pusat erupsi utama dan erupsi samping.
Sebelum erupsi 2007 Gunung Kelud mempunyai danau kawah di puncaknya berdiameter sekitar 400 m, oleh
karena itu pada setiap erupsi selalu diawali oleh erupsi freatik yang kemudian diikuti erupsi freatomagmatik dan
magmatik yang mengendapan aliran dan jatuhan piroklastik. Erupsi freatik menumpahkan isi danau kawah ke
daerah sekitarnya, terutama ke arah barat dan baratdaya melewati Kali Bladak. Erupsi yang terjadi pada masa
sejarah telah menimbulkan banyak korban jiwa akibat lahar erupsi (freatik) tersebut. Semakin besar volume air
yang terdapat dalam danau kawah, maka semakin besar korban jiwa yang akibatkannya. Salah satu usaha untuk
mengurangi ancaman tersebut telah dibuat saluran air pada tahun 1907 yang hasilnya kurang menggembirakan.
Usaha mitigasi lainnya adalah pembuatan terowongan sepanjang 980 m lebar 2 m sebanyak tujuh buah yang
dimulai pada tahun 1920 dan selesai secara keseluruhan pada tahun 1928.
Dengan dibuatnya terowongan tersebut dapat mengurangi volume air danau kawah dari 40 juta m3 menjadi
1,8 juta m3, sehingga pada erupsi berikutnya pada tahun 1951 hanya tercatat 7 orang meninggal dunia dengan
jangkauan lahar erupsi hanya 12 km melalui K. Bladak. Hal ini berbeda dengan erupsi 1919 yang menelan
korban jiwa sebanyak 5.190 orang dan jangkauan lahar erupsi sampai 37,5 km. Setelah hilangnya danau kawah
karena terisi oleh kubah lava yang cukup besar hasil erupsi 2007 maka prakiraan bahaya erupsi yang terjadi pada
masa datang akan mengalami perubahan sangat signifikan dengan erupsi-erupsi sebelumnya.
Kata kunci : Prakiraan Erupsi Kelud
Pendahuluan
Gunung Kelud adalah salah satu gunungapi
aktif di Jawa Timur yang sering bererupsi
berupa erupsi eksplosif. Endapan aliran dan
jatuhan piroklastik merupakan penyusun utama
tubuh gunugapi tersebut. Aliran lava dan kubah
lava hanya terdapat pada bagian puncak dan
pusat erupsinya. Kubah-kubah lava yang
terdapat di sekitar puncak dari yang berumur
lebih tua ke yang lebih muda bergerak
mengikuti arah jarum jam.
Wirakusumah (1991) dan Zaennudin (1992,
2008) mengemukakan bahwa di komplek G.
Kelud sedikitnya terdapat tujuh buah kubah
lava yang terdapat baik sebagai kubah di sekitar
pusat erupsi (puncak) maupun yang terdapat
dalam erupsi samping seperti: Umbuk,
Kramasan, dan Pisang.
Erupsi G. Kelud baik yang terjadi dalam
masa sejarah maupun pra sejarah manusia
didominasi oleh erupsi eksplosif dan kubah lava
sehingga morfologi gunungapi ini sangat kasar
dan tidak beraturan (Gambar 1), tidak seperti
layaknya gunungapi strato seperti G. Merapi
(Jawa Tengah), G. Semeru (Jawa Timur) dan
gunungapi starto lainnya.
Gambar 1: Morfologi daerah puncak G. Kelud,
membentuk morfologi yang sangat kasar dan tidak
beraturan. Foto: Akhmad Zaennudin, Desember
2008, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi.
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 2, Agustus 2009 : 1-17
Hal :1
Prakiraan Bahaya Erupsi Gunung Kelud (Akhmad Zaennudin)
Erupsi yang terjadi dalam masa sejarah
umumnya didominasi oleh erupsi-erupsi
eksplosif yang diawali oleh erupsi freatik
dengan menumpahkan air danau kawah
bercampur lumpur dan material tua yang
terdapat di dalam kawah maupun di daerah
sekitar puncak ke hulu-hulu sungai yang
terdapat di sekitar puncak. Bila erupsi berlanjut
akan diikuti oleh erupsi freatomagmatik yang
menghasilkan endapan abu – lapilli berupa
jatuhan, kemudian dapat diikuti oleh aliran atau
jatuhan piroklastik yang merupakan erupsi
magmatik pada letusan utamanya. Pada
umumnya erupsi berlangsung tidak terlalu
lama. Reksowirogo (1979) menyatakan bahwa
erupsi G. Kelud yang terjadi dalam waktu yang
singkat mencerminkan bahwa kantong magma
di bawah gunungapi ini berukuran kecil.
Sebelum terjadi erupsi 4 Nopember 2007,
gunungapi ini mempunyai danau Kawah di
puncaknya, tetapi setelah erupsi tersebut danau
tersebut terisi oleh kubah lava (Gambar 2).
Sehingga erupsi G. Kelud pada masa yang akan
datang diperkirakan akan terjadi perubahan tipe
erupsi dan daerah yang terkena dampaknya oleh
letusan tersebut.
B
A
December 2008
July 2007
Gambar 2: Danau Kawah G. Kelud sebelum erupsi 4 Nopember 2007 (A), dan setelah erupsi 2007 (B). Foto:
Akhmad Zaennudin, Juli 2007 dan Desember 2008, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Erupsi G. Kelud Dalam Masa Sejarah.
Erupsi G. Kelud dalam masa sejarah tercatat
pertama kali pada tahun 1000 Masehi,
kemudian erupsi selanjutnya terjadi pada 1311,
1334, dan dalam selang waktu antara 1 – 75
tahun terjadi erupsi (Tabel 1). Tetapi erupsierupsi tersebut masih tercatat kurang rinci yang
hanya menyebutkan adanya erupsi dan asal
erupsi tersebut terjadi serta catatan ada atau
tidak adanya korban akibat dari erupsi-erupsi
tersebut. Catatan terjadinya erupsi yang agak
rinci baru dimulai tahun 1586 yang
menyebutkan jumlah korban sebanyak 10.000
orang yang diakibatkan oleh erupsi tersebut
(Kusumadinata, 1979). Berdasarkan data
Hal :2
tersebut ada perubahan masa istirahat yaitu ratarata antara 26 – 75 tahun sebelum tahun 1900
berubah menjadi 15 – 31 tahun pada abad ke 20
dengan selang erupsi terpendek terjadi sekitar 1
tahun.
Berdasarkan catatan dalam sejarah terlihat
bahwa setiap erupsi G. Kelud selalu diawali
dengan tumpahnya air danau kawah bercampur
dengan lumpur ke lembah-lembah di sekitarnya
terutama ke hulu Kali Bladak yang kemudian
erupsi selanjutnya diikuti oleh erupsi
freatomagmatik
dan
magmatik
yang
menghasilkan endapan-endapan jatuhan dan
aliran piroklastik.
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 2, Agustus 2009 : 2-17
Prakiraan Bahaya Erupsi Gunung Kelud (Akhmad Zaennudin)
Ada beberapa erupsi yang cukup besar
terjadi pada 1586, 1901, 1919, 1951, dan 1966
(Reksowirogo, 1979). Erupsi besar yang
mengakibatkan banyak korban dari erupsi G.
Kelud terjadi pada tahun 1586 sebanyak 10.000
orang meninggal dunia oleh lahar erupsi (erupsi
freatik). Lahar tersebut mengalir ke arah selatan
dan barat. Setelah erupsi tersebut kemudian
tidak tercatat adanya aktivitas sampai tahun
1864. Setelah erupsi tahun 1864 kemudian
terjadi erupsi pada 22 dan 23 Mei 1901. Jadi
selama 37 tahun gunungapi ini berisitirahat
(Kusumadinata, 1979). Pada erupsi tahun 1901
tersebut telah menumpahkan 38 juta m3 air
danau kawah bercampur dengan lumpur dan
material vulkanik lainnya ke arah barat dan
baratdaya.
Lahar
erupsi
inilah
yang
mengakibatkan banyak korban meninggal dunia
pada saat itu, tetapi jumlah korban jiwa tidak
disebutkan secara pasti.
Pada tahun 1875 terjadi banjir bandang
akibat adanya runtuhan sebagian dinding kawah
yang masuk ke dalam danau kawah sehingga air
danau kawah tumpah melampaui dinding
kawahnya. Tumpahan air tersebut kemudian
mengalir bagaikan air bah terutama ke hulu K.
Bladak (Gambar 3 A). Air tersebut membawa
serta material vulkanik lepas yang ada di
permukaan mengalir ke daerah lereng sejauh
37,5 km ke arah baratdaya dan barat G. Kelud.
Peristiwa
ini
telah
menyapu
dan
menghancurkan 3 kampung dari 34 kampung
yang ada. Endapan lumpur bercampur material
vulkanik di sekitar kota Blitar setebal 1 m
diakibatkan oleh peristiwa tersebut. Dengan
adanya peristiwa ini dapat disimpulkan bahwa
ancaman yang cukup serius adalah kehadiran
danau kawah yang mempunyai volume air
cukup besar, disamping erupsi eksplosif G.
Kelud yang selalu terjadi dalam aktivitasnya.
Pada tahun 1907 dilakukan pembuatan
saluran air untuk mengurangi volume air danau
kawah G. Kelud, tetapi saluran tersebut hanya
menurunkan permukaan air danau 7 m yang
sebanding dengan 4,3 juta m3 volume air. Pada
tahun 1919 terjadi lagi erupsi dan tercatat
merupakan erupsi yang cukup besar pada abad
ke 20. Erupsi tersebut mengakibatkan 5.190
orang meninggal, 9.00 rumah hancur, dan 5.050
ha kebun tebu dan kebun ketela pohon rusak
yang diakibatkan umumnya oleh lahar erupsi
(freatik). Lahar letusan ini mencapai jarak 37,5
km ke arah baratdaya (Gambar 3 B).
Dengan kejadian tersebut maka pemerintah
pada saat itu dapat mengambil pelajaran bahwa
penyebab utama banyaknya korban jiwa selama
erupsi berbanding lurus dengan jumlah volume
air dalam danau kawah. Volume air danau
kawah yang besar akan mengakibatkan borban
jiwa besar. Oleh karena itu usaha untuk
mengurangi volume air danau kawah
merupakan salah satu usaha mitigasi untuk
mengantipasi erupsi G. Kelud pada masa yang
akan datang agar tidak terjadi lagi korban jiwa
yang cukup besar atau bahkan meniadakan
korban jiwa akibat erupsi gunungapi ini.
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 2, Agustus 2009 : 3-17
Hal :3
Prakiraan Bahaya Erupsi Gunung Kelud (Akhmad Zaennudin)
A
B
Aliran piroklastik
Lahar erupsi
Lahar erupsi
1875
1919
Gambar 3: Sebaran banjir bandang yang terjadi pada tahun 1875 (A) dan endapan lahar erupsi yang terjadi
pada tahun 1919 (B).
Untuk itu maka pada tahun 1920 dimulai
pembuatan terowongan sepanjang 980 m
dengan lebar sekitar 2 m untuk mengurangi
volume air danau kawah. Ada tujuh buah
terowongan yang direncanakan dibuat secara
vertikal sampai mendekati dasar danau kawah
yang mulut bagian luarnya untuk mengalirkan
air dari danau ke hulu Kali Bladak.
Terowongan-terowongan
tersebut
dapat
Hal :4
diselesaikan secara keseluruhan pada tahun
1928, dan dengan terselesaikannya terowonganterowongan tersebut maka volume air danau
kawah hanya tersisa 1,8 juta m3 dari volume air
sebelumnya sekitar 40 juta m3 (Gambar 4).
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 2, Agustus 2009 : 4-17
Prakiraan Bahaya Erupsi Gunung Kelud (Akhmad Zaennudin)
Gambar 4: Sketsa dari terowongan untuk mengeluarkan air danau kawah di dinding kawah sebelah baratdaya.
Ketika terjadi erupsi pada tahun 1951 lahar
letusan hanya mencapai 12 km ke arah Kali
Bladak. Hal ini sangat jauh berbeda dengan
kejadian pada erupsi 1919 yang aliran lahar
erupsi sampai mencapai 37,5 km. Selama erupsi
1951 mengakibatkan 7 orang meninggal yang
diantaranya terdapat pengamat G. Kelud yaitu
Suwarna Atmadja, Diman, dan Napan. Pada
erupsi ini juga mengakibatkan penduduk
setempat luka-luka sebanyak 157 orang, 320 ha
kebun kopi dan hutan di sekitar gunungapi ini
rusak parah.
Erupsi tahun 1951 mengakibatkan dasar
danau kawah turun sekitar 79 m sehingga
volume air danau kawah bertambah besar lagi
menjadi 21,6 juta m3 sebelum erupsi berikutnya
terjadi. Ketika terjadi erupsi pada 26 April 1966
dengan volume air danau kawah yang cukup
besar tersebut yang kemudian tumpah ke Kali
Bladak, Ngobo, Putih, Konto, dan Kali Semut
menyebabkan 210 orang meninggal dunia
karena tersapu oleh lahar panas (lahar letusan)
tersebut. Setelah letusan tahun 1966 air danau
kawah habis dilontarkan dan dasar kawah turun,
maka pada Oktober 1966 dimulai penggalian
terowongan yang terletak 20 m di bawah
terowong VII B. Terowongan ini dikenal
dengan nama ”Ampera”. Usaha tersebut dapat
mengurangi volume air danau kawah hingga
tersisa 4,3 juta m3.
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 2, Agustus 2009 : 5-17
Hal :5
Prakiraan Bahaya Erupsi Gunung Kelud (Akhmad Zaennudin)
B
A
Aliran piroklastik
Aliran piroklastik
Lahar erupsi
Lahar erupsi
1951
1966
Gambar 5: Sebaran endapan lahar erupsi pada tahun 1951 (A) dan tahun 1966 (B).
Pada tanggal 10 Pebruari 1990 jam 11.41
pagi terjadi erupsi yang diawali oleh erupsi
freatik kemudian diikuti erupsi freatomagmatik
membentuk kolom erupsi setinggi 5 km di atas
bibir kawah yang berlangsung sampai jam
12.00. Hujan lumpur mencapai Pos Pengamatan
G. Kelud di Kampung Margomulyo dan pada
jam 12.32 terjadi erupsi magmatik dua kali
ditandai dengan suara bergemuruh dan kilatan
cahaya. Fragmen batuapung sebesar 9 cm
berjatuhan di Pos Pengamatan Margomulyo.
Pada erupsi ini tidak ada korban jiwa yang
akibatkan oleh erupsi secara langsung, adanya
korban jiwa sebanyak 32 orang, 500 rumah, dan
50 gedung sekolah diakibatkan oleh tumpukan
abu, pasir, dan lapili pada atap bangunan
tersebut yang kemudian runtuh menimpah para
pengungsi yang berada di dalamnya. Endapan
jatuhan piroklastik setebal 10 cm terdapat pada
daerah di sekitar G. Kelud beradius 10 km dari
kawah, semakin dekat dengan pusat erupsi
maka semakin tebal endapannya.
Hal :6
Kronologi Erupsi 2007
Menjelang erupsi 2007 tanda-tanda yang
dapat dikenali secara visual yaitu dengan terjadi
adanya perubahan warna air danau kawah dari
warna hijau berubah menjadi kuning pada
pertengahan bulan Agustus 2007 yang
kemudian juga diikuti oleh perubahan
temperatur yang terus mengalami perubahan
secara perlahan tapi pasti menjadi lebih tinggi
disertai terdapatnya bualan-bualan gas di tengah
danau kawah. Peningkatan kegempaan mulai
terjadi pada 10 September 2007 dan terjadi
puncaknya pada 16 Oktober 2007 dan
berlangsung terus sampai akhir bulan Oktober
2007, namun tidak diikuti oleh suatu erupsi.
Pada tanggal 2 Nopember 2007 terekam
adanya gempa tremor terus-menerus yang
mencapai puncak pada 3 Nopember 2007 jam
16 – 17 sore, tercatat sampai “overscale”. Oleh
karena itu G. Kelud dinyatakan sangat kritis
yang akan segera meletus, tetapi setelah
beberapa jam ditunggu gunungapi tersebut tidak
terjadi erupsi eksplosif. Pada tanggal 4
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 2, Agustus 2009 : 6-17
Prakiraan Bahaya Erupsi Gunung Kelud (Akhmad Zaennudin)
Nopember 2007 pagi terlihat munculnya asap
tebal dari danau kawah membumbung setinggi
300 m di atas bibir kawah.
Dengan bantuan kamera CCTV yang
dipasang pada bibir kawah G. Kelud sebelah
barat terlihat adanya bayangan hitam muncul di
tengah danau kawah pada tanggal 4 Nopember
2007 pagi, yang kemungkinan besar kubah lava
ini sudah muncul ke permukaan pada malam
harinya (Gambar 6 B). Pertumbuhan kubah lava
ini berlangsung terus sampai Juni 2008 yang
perkembangannya dapat diikuti seperti dalam
Gambar 6. Akhir dari pertumbuhan kubah lava
ini dapat dideteksi dari kejadian gempa
vulkanik dalam maupun dangkal yang sudah
tidak terekam lagi pada bulan Juni 2007 yang
artinya bahwa injeksi magma dari dalam sudah
tidak ada.
Kubah lava yang terbentuk pada erupsi
Nopember 2007 – Juni 2008 ini merupakan
perubahan tipe erupsi G. Kelud yang semula
selalu bererupsi secara eksplosif berubah
menjadi
efusif.
Bahkan
pada
awal
kemunculannya ke permukaan air danau kawah
tidak tercatat adanya erupsi freatik yang
melontarkan material tua dari dalam danau
kawah ke daerah skitarnya. Pemantauan secara
visual pada awal kejadian pembentukan kubah
lava memperlihatkan adanya asap tebal yang
membumbung tinggi keluar dari danau kawah.
A
B
25 Oktober 2007
4 Nopember 2007
C
D
5 Nopember 2007
9 Nopember 2007
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 2, Agustus 2009 : 7-17
Hal :7
Prakiraan Bahaya Erupsi Gunung Kelud (Akhmad Zaennudin)
E
F
10 Nopember 2007
11 Nopember 2007
Gambar 6: Perkembangan kubah lava 2007 selama bulan Nopember 2007. Foto diambil dari rekaman CCTV di
Pos Pengamatan G. Kelud, Kampung Margomulyo.
A: terjadi bualan-bualan gas di tengah danau.
B: awal mula kubah lava yang terpantau pada pagi hari 4 Nopember 2007.
C: kubah lava pada pagi hari 5 Nopember, yang masih belum tinggi dan besar.
D: kubah lava pada 9 Nopember 2007, sudah membentuk kubah yang indah.
E: kubah lava semakin besar dan tinggi pada 10 Nopember 2007.
F: kubah lava yang semakin besar menutupi danau kawah pada 11 Nopember 2007.
Asap tersebut merupakan uap air hasil
kontak antara air danau dengan kubah lava
panas. Seperti halnya benda padat panas yang
terkena air akan menghasilkan uap air. Jadi
pada saat itu diperkirakan bahwa kubah lava ini
muncul sudah dalam keadaan dominan padu,
oleh karena itu pada erupsi tersebut tidak terjadi
erupsi freatik. Adanya endapan abu sangat tipis
yang tersebar sampai radius 10 km dari kawah
bukan hasil dari erupsi eksplosif yang biasa
terjadi di G. Kelud.
Hal :8
Kubah lava yang terbentuk pada erupsi 2007
mengisi hampir seluruh danau kawah yang ada
sebelumnya. Air danau hanya sedikit tersisa di
bagian baratdaya. Permukaan kubah tersebut
membentuk bongkah-bongkah lava tidak stabil
yang setiap saat dapat longsor, terutama bila
ada infiltrasi air hujan ke bagian dalam kubah
sehingga terbentuk uap air yang bertekanan
cukup kuat untuk mendorong permukaan kubah
lava longsor (Gambar 7).
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 2, Agustus 2009 : 8-17
Prakiraan Bahaya Erupsi Gunung Kelud (Akhmad Zaennudin)
B
A
26 Agustus 2008
22 Nopember 2008
Gambar 7: Permukaan kubah lava 2007 masih terlihat intensif mengemisikan gas-gas vulkanik (A), yang pada
bulan-bulan berikutnya tidak nampak lagi (B). Foto: Akhmad Zaennudin, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi.
Secara petrografis kubah lava 2007 G. Kelud
sebagian besar tersusun oleh fenokris-fenokris
plagioklas dan piroksen klino berbentuk
subhedral – euhedral. Plagioklas yang
berukuran besar mempunyai struktur “zoning”
(Gambar 8 A dan C). Hal ini mencerminkan
bahwa proses kristalisasi plagioklas dan
piroksen terjadi pada kondisi stabil (konstan),
tidak
mengalami
gangguan
sehingga
terbentuklah kristal yang berbentuk sempurna
(euhedral). Juga hal ini dapat ditunjang dengan
ditemukan adanya struktur “intergrowth”
(tumbuh bersama) dari kristal piroksen klino
mencirikan hal yang sama. Ini artinya bahwa
batuan ini sebelum muncul ke permukaan
membentuk kubah lava 2007 sebagian besar
sudah mengalami pembekuan.
Kubah lava ini berkomposisi andesit
basaltik, vesikuler medium (< 10% dari total
volume batuan) dan banyak dijumpai fragmen
batuan lava basaltik di dalamnya, kandungan
silika dalam kubah lava antara 54,21 - 54,84 %
berat. Secara petrografis batuan tersebut
tersusun oleh fenokris-fenokris plagioklas,
piroksen klino dan piroksen orto serta mineral
opaque yang terdapat dalam masadasar gelas
vulkanik, mikrolit plagioklas dan mineral
opaque.
Kemungkinan kubah lava ini merupakan
kelanjutan dari proses erupsi yang terjadi pada
tahun 1990. Berdasarkan laporan pada tahap
akhir erupsi 1990 terlihat ada bongkahan lava
kira-kira setinggi 3 m muncul di tengah kawah
saat itu. Apakah lava tersebut bagian
permukaan (atas) sumbat lava yang sebagian
besar masih berada pada konduit. Hal ini dapat
dihubungkan dengan kandungan mineral yang
terdapat pada kubah lava 2007 yang didominasi
oleh kristal-kristal plagioklas, piroksen, dan
mineral opaque yang terdapat sebagai fenokris
berbentuk euhedral – subhedral (Gambar 8).
Hal ini merefleksikan bahwa munculnya
kubah lava ke permukaan sebagian besar dalam
kondisi yang sudah padat karena kristal-kristal
yang terdapat di dalamnya sebagian besar
berbentuk sempurna (euhedral) dan sebagian
subhedral. Jadi kondisi magma yang terdapat
dalam konduit sebagian besar telah membeku
membentuk kristal-kristal tersebut di atas, tidak
didominasi oleh magma yang masih dalam fasa
cair.
Fragmen lava basaltik (xenolith) yang
terkandung dalam kubah lava 2007 banyak
dijumpai pada bongkah-bongkah kubah lava
yang membentuk permukaan kubah tersebut
(Gambar 8). Berdasarkan hasil analisis
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 2, Agustus 2009 : 9-17
Hal :9
Prakiraan Bahaya Erupsi Gunung Kelud (Akhmad Zaennudin)
petrografi dari lava basaltik tersebut telah
mengalami ubahan yang cukup intensif dengan
dijumpainya urat-urat kuarsa dan karbonan
yang mengisi retakan-retakan dan lubang jejak
gas (vesicul) dalam batuan (Gambar 10).
Disamping itu mineral olivin secara sempurna
terubah menjadi mineral bijih dan idingsit, juga
mineral piroksen yang terdapat sebagai
masadasar pada umumnya telah terubah
menjadi karbonat (Gambar 10 B).
B
A
Pl
Pl
Px
Px
Hb
Pl
Pl
Px
Pl
C
D
Pl
Pl
Pl
Px
Px
Pl
Pl
Px
Pl
Pl
Gambar 8 : Mineralogi kubah lava 2007 G. Kelud (60 X).
A :
B :
C :
D :
Plagiokals berbentuk euhedral, mempunyai zona yang jelas
Piroksen klino berbentuk euhedral, mempunyai struktur “sieve like”
Plagioklas berbentuk euhedral yang terdapat dalam masadasar gelas vulkanik dan mikrolit
plagioklas.
Struktur “intergrowth” dari piroksen klino.
Pl: plagioklas
Hal :10
Px: piroksen
Hr: hornblende
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 2, Agustus 2009 : 10-17
Pl
Prakiraan Bahaya Erupsi Gunung Kelud (Akhmad Zaennudin)
B
A
Xenolith lava basalt
Xenolith lava basalt
Gambar 9: Fragmen (xenolith) lava basalt yang banyak ditemukan di dalam kubah lava 2007. Foto: Akhmad
Zaennudin, Agustus 2008.
A
Min. Kuarsa
B
Min. Karbonat
Min. Kuarsa
Frag. A
C
Frag. C
D
Frag. B
Min. Karbonat
Min. Karbonat
Frag. D
Frag. E
Gambar 10: Mineralogi fragmen batuan (xenolith) lava basaltik yang terbawa oleh kubah lava 2007. Terlihat
tekstur pofiritik yang baik, mikrolit piroksen umumnya terubah mejadi karbonat (B), urat kuarsa mengisi vesikul
(A) dan retakan (C), dan urat karbonat mengisi retakan antar fragmen (D).
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 2, Agustus 2009 : 11-17
Hal :11
Prakiraan Bahaya Erupsi Gunung Kelud (Akhmad Zaennudin)
Pada saat ini kubah lava ini muncul setinggi
214,95 m di atas muka air danau kawah.
Volume kubah lava hasil erupsi tahun 20072008 sekitar 16.285.600,5 m3 dengan metoda
penghitungan seperti terlihat pada Gambar 11.
Kubah tersebut berkomposisi andesit basaltik
yang mempunyai berat jenis 1,4 maka berat
kubah lava yang menutupi lubang kepundan G.
Kelud adalah sekitar 22,82 juta ton. Beban
kubah lava yang cukup besar sebagai penutup
lubang kepundan G. Kelud pada saat ini.
Gambar 10: Kubah lava 2007 G. Kelud dan perhitungan volumenya.
Diskusi
Prakiraan erupsi G. Kelud yang akan datang
diperlukan penelitian yang cukup rinci tentang
geologi, petrologi batuannya, pola struktur di
bawah gunungapi ini, kedalaman dan ukuran
kantong magma, dan tidak kalah penting erupsi
yang terjadi dalam masa sejarah.
G. Kelud adalah gunungapi yang sering
meletus secara eksplosif. Sejak erupsi pertama
yang tercatat dalam sejarah menunjukkan
bahwa gunungapi ini mempunyai selang waktu
erupsi antara 5 – 75 tahun sebelum tahun 1900
kemudian berubah menjadi 15 – 31 tahun pada
abad ke 20. Selang waktu terpendek yang
pernah tercatat adalah 1 tahun sebanyak dua
kali antara tahun 1825 dan 1826 serta 1919 dan
1920. Pada umumnya G. Kelud bererupsi
secara eksplosif mengendapankan jatuhan dan
aliran piroklastik di sekitar gunungapi ini.
Setelah hadirnya danau kawah di puncaknya,
erupsi gunungapi ini selalu diawali oleh
tumpahnya air danau tersebut ke daerah
sekitarnya. Danau kawah yang berada di
Hal :12
puncaknya sudah ada sejak 2000 tahun yang
lalu (Wirakusumah, 1991). Dengan terisinya
danau kawah tersebut oleh kubah lava hasil
erupsi 2007, maka tipe erupsi dan daerah yang
terdampak akan mengalami perubahan yang
signifikan.
Dalam catatan sejarah erupsi gunungapi ini
pernah terjadi erupsi yang menghasilkan kubah
lava pada tahun 1376 dan sumbat lava pada
tahun 1920 (Kusumadinata, 1979). Tetapi
dalam
catatan
sejarah
tersebut
tidak
menyebutkan secara rinci dimensi kubah lava
dan sumbat lava yang terbentuk. Kubah lava
tahun 1376 dan sumbat lava 1920 tidak
disebutkan ukurannya, apakah berukuran lebih
besar atau lebih kecil dari kubah lava yang
terbentuk saat ini.
Setelah terbentuknya kubah lava pada tahun
1376 erupsi berikutnya terjadi pada tahun 1386
yang hanya berselang sembilan tahun. Setelah
terbentuk sumbat lava tahun 1920 terjadi erupsi
selanjutnya pada tahun 1951. Kondisi tersebut
mempunyai kemiripan dengan kondisi yang ada
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 2, Agustus 2009 : 12-17
Prakiraan Bahaya Erupsi Gunung Kelud (Akhmad Zaennudin)
sekarang setelah adanya kubah lava 2007.
Tetapi yang menjadi pertanyaan selanjutnya
apakah akan terjadi seperti yang pernah terjadi
dalam sejarah?
Hasil
penentuan
umur
berdasarkan
penanggalan karbon (C14) dari arang kayu pada
endapan aliran piroklastik yang tersebar di
bagian baratlaut (Sepawon) dan baratdaya
(Bambingan) berumur sekitar 530 dan 570
tahun yang lalu dari tahun 1950 sebagai
referensi (Zaennudin, 2008). Data lapangan
menunjukkan bahwa endapan yang berumur
570 tahun yang lalu di sekitar Bambingan
membentuk endapan aliran piroklastik yang
cukup tebal dan banyak terdapat arang dari
pohon berdiameter rata-rata 20 cm pada bagian
dasarnya. Bila dikorelasikan dengan catatan
sejarah erupsi G. Kelud, endapan ini
kemungkinan besar dihasilkan oleh erupsi yang
terjadi pada tahun 1385. Hal ini
dapat
ditunjang dengan terdapatnya arang kayu dari
pohon yang berukuran besar (Ø 20 cm) yang
ditemukan pada dasar endapan aliran
piroklastik, menunjukkan bahwa pada saat itu
daerah Bambingan dan sekitarnya tertutupi oleh
hutan dengan pepohonan yang besar. Artinya
G. Kelud dalam kurun waktu yang cukup lama
tidak bererupsi menghasilkan aliran piroklastik
maupun jatuhan piroklastik yang biasanya
menghancurkan hutan yang terdapat di
sekitarnya, karena pada tahun 1376 hanya
terbentuk kubah lava dan tidak menghasilkan
aliran piroklastik. Oleh sebab itu dalam kurun
waktu sekitar 50 tahun dari 1334 sampai
dengan 1385 hutan yang ada di daerah ini tidak
hancur dan musnah akibat erupsi G. Kelud.
Informasi yang terbatas dari kegiatan G.
Kelud pada abad ke 11 sampai dengan abad ke
17 tersebut menjadikan prakiraan erupsi yang
akan terjadi pada masa datang tidak dapat
disebandingkan secara mutlak dengan kejadian
yang pernah ada dalam sejarah erupsi. Suatu
gunungapi pada umumnya mempunyai karakter
erupsi yang tidak berbeda jauh dengan karakter
erupsi sebelumnya, terutama pada erupsi yang
tercatat dalam sejarah. Kubah lava juga pernah
terbentuk pada tahun 1376 atau pembentukan
sumbat lava 1920, karena tidak ada data
dimensi keduanya.
Di sekitar puncak maupun di lereng G.
Kelud banyak terdapat kubah-kubah lava hasil
erupsi pusat dan erupsi samping. Hal ini
menunjukkan bahwa titik erupsi gunungapi ini
sering berpindah tempat karena kondisi
geologinya. Sedikitnya ada tujuh kubah lava
yang terdapat di kompleks gunungapi ini yaitu
Lirang, Kombang, Kramasan, Pisang, Umbuk,
Sumbing, dan Kelud serta masih ada dua
sumbat/kubah lava yang berada di kaki barat G.
Gajahmungkur yang sampai saat ini belum ada
penelitian yang rinci tentang kedua sumbat lava
tersebut.
Pembentukan kubah lava dan erupsi
eksplosif merupakan salah satu ciri-ciri dari
erupsi G. Kelud (Zaennudin, 2008). Tubuh G.
Kelud sebagian besar tersusun oleh endapan
piroklastik, kubah dan aliran lava hanya
terdapat di sekitar titik-titik erupsinya (Gambar
11). Titik-titik erupsi G. Kelud yang terbentuk
dinterpretasikan sebagai jalan keluarnya magma
melalui zona lemah atau struktur sesar bawah
permukaan yang berkembang di daerah ini
karena tertutupnya jalan magma akibat adanya
kubah lava atau sumbat lava.. Kubah lava
umumnya terbentuk sebagai akhir dari suatu
rentetan atau periode erupsi. Wirakusumah
(1991) menyatakan bahwa hampir setiap
periode erupsi dari suatu titik erupsi selalu
diakhiri dengan pembentukan kubah lava.
Apakah hal ini juga berkaitan dengan ukuran
kantong magma G. Kelud yang kecil sehingga
bila salurannya tertutup oleh kubah lava yang
kuat tidak dapat mendobraknya dan akan
mencari lagi zona lemah yang memungkinkan
untuk digunakan sebagai saluran baru.
Ukuran kantong magma yang kecil ini
pernah dikemukan oleh Reksowirogo (1979)
atas dasar lamanya erupsi yang berlangsung
hanya beberapa jam sampai beberapa hari saja.
Hal ini mencerminkan bahwa kantong magma
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 2, Agustus 2009 : 13-17
Hal :13
Prakiraan Bahaya Erupsi Gunung Kelud (Akhmad Zaennudin)
yang mengontrol erupsi berukuran kecil. Untuk
itu perlu dibuktikan dengan penelitian yang
benar menggunakan metoda seismik seperti
yang pernah dilakukan di G. Merapi oleh
Ratdomopurbo (1995) yang juga dapat
menginformasikan kedalaman dari kantong
magma berada. Disamping itu metoda geofisika
lainnya seperti tilting, global positioning system
(GPS), dan electronic distance measurement
(EDM) dapat menggambarkan pergerakan
magma pada aktivitas yang akan datang.
Monitoring secara intensif dengan berbagai
metoda perlu dilakukan untuk mengantisipasi
erupsi yang akan datang. Sekecil apapun
perubahan-perubahan yang terlihat dari
aktivitas G. Kelud perlu diperhatikan.
Mengingat G. Kelud merupakan gunungapi
aktif yang sering meletus, maka aktivitasnya
kemungkinan terjadi di kawah sekarang atau
berpindah ke titik lainnya.
Apabila erupsi yang akan datang terjadi
kembali pada kawah sekarang, yang sudah
tertutupi oleh kubah lava, maka kemungkinan
besar erupsi yang akan datang eksplosif
merupakan erupsi eksplosif untuk mendobrak
kubah lava tersebut, yang memerlukan energi
yang besar untuk menghancurkannya. Sejarah
erupsi mencatat bahwa pada tahun 1376
terbentuk kubah lava dan hanya selang
sembilan tahun terjadi lagi erupsi berikutnya.
Begitu juga sumbat lava yang terbentuk pada
1920 dihancurkan lagi pada erupsi berikutnya
pada tahun 1951. Kubah lava 2007 ini
mempunyai volume yang cukup besar sekitar
16,3 juta m3. Volume kubah lava yang sangat
besar, memerlukan energi yang sangat besar
untuk menghancurkannya.
Erupsi pada masa datang kemungkinan
masih dapat terjadi pada kawah sekarang dan
merupakan erupsi eksplosif cukup kuat yang
Hal :14
akan menghasilkan aliran dan jatuhan
piroklastik. Untuk mengantisipasi daerah
terdampak
kuat
oleh
erupsi
tersebut
diperkirakan seperti peta Kawasan Rawan
Bencana (Gambar 12). Aliran piroklastik dapat
mencapai jarak 12 km, terutama pada daerah
sebelah selatan, baratdaya, dan baratlaut
melalui lembah-lembah sungai yang berhulu di
sekitar puncak. Jatuhan piroklastik yang
mempunyai fragmen berdiameter > 3 cm dapat
mencapai radius 8 km atau lebih. Dalam erupsi
eksplosif yang terjadi pada tahun 1951, tercatat
bahwa bom vulkanik dapat mencapai daerah
Wlingi, berjarak sekitar 17 km dari kawah. Hal
ini dapat terjadi pada erupsi yang akan datang.
Setelah erupsi berakhir maka bahaya sekunder
yang harus diwaspadai adalah aliran lahar bila
hujan turun cukup besar terjadi di sekitar
puncaknya, dan lahar akan terjadi pada semua
sungai yang berhulu di sekitar puncak.
Kesimpulan
Erupsi G. Kelud pada masa mendatang
kemungkinan besar merupakan erupsi eksplosif
yang dapat terjadi pada kawah sekarang atau
berpindahnya titik erupsinya.
Apa bila erupsi terjadi pada kawah sekarang
maka akan diawali oleh erupsi eksplosif untuk
menghancurkan kubah lava 2007, kemudian
mengerupsikan aliran dan jatuhan piroklastik
yang tersebar ke segala arah, aliran piroklastik
dapat menjangkau lebih jauh ke daerah selatan,
baratdaya, dan baratlaut sesuai dengan kondisi
topografi daerah puncak.
Untuk mengantipasi hal yang tidak
diharapkan seperti berpindahnya titik erupsi,
maka penelitian dan pemantauan dengan
berbagai metoda perlu dilakukan dengan
seksama.
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 2, Agustus 2009 : 14-17
Prakiraan Bahaya Erupsi Gunung Kelud (Akhmad Zaennudin)
VA
Lh3
Jp2
Jp2
Klangon
Lh4
Jp4 Klkb
Ap2
Kombang
Jp4
Jp3
Klk
Lirang
Kelud
Klkr
umbuk
Lt
Klu
L
Sumbing
Jp.S
Kramasan
Gupit
Jp3
Ap1
Klp
Pisang
Lh3
Jp1
Jp4
Lt
Lh4
Lh1
VK
Gambar 11: Peta geologi G. Kelud (Zaennudin, dkk., 1992).
Keterangan :
Ap : aliran piroklastik
Jp : jatuhan piroklasti
Lh : lahar
L
Lt : lahar erupsi
Klp : kubah lava
: lava
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 2, Agustus 2009 : 15-17
Hal :15
Prakiraan Bahaya Erupsi Gunung Kelud (Akhmad Zaennudin)
Lahar
KERTOSONO
Aliran piroklastik
Jatuhan piroklastik (∅ 3
cm) dalam radius 8 km
K. Konto
PARE
KEDIRI
K. Ngobo
K. sumberagung
WATES
K. Petungombo
K. Gedok
K. Soso
K. Bladak
K. Semutb
K. Putih
K. Abab
BLITAR
Gambar 12: Prakiraan daerah terdampak oleh erupsi yang akan datang.
Hal :16
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 2, Agustus 2009 : 16-17
Prakiraan Bahaya Erupsi Gunung Kelud (Akhmad Zaennudin)
Daftar Pustaka
Kusumadinata, K., Hadian, R., Hamidi, S., dan
Reksowirogo, L.D., 1979, Data
Dasar Gunungapi Indonesia,
Bandung:
Direktorat
Vulkanologi.
Mulyana, A. R., Nasution, A., Martono, A.,
Sumpena, A. D., Purwoto, and
Santoso, M. S., 2004. Volcanic
Hazards
Map
of Kelud
Volcano, East Java Province,
Bandung.
Direktorat
Vulkanologi
dan
Mitigasi
Bencana Geologi.
Ratdomopurbo, A., 1995. Etude Sismologique
du volcan Merapi et Formation
du dome de 1994. Institut de
Recherches Interdisciplinaires
de Geologie et de mecanique
(tidak dipublikasikan).
Reksowirogo, L. D., 1979a. G. Kelud, In
Kusumadinata, K. (editor),
Data
Dasar
Gunungapi
Indonesia,
Direktorat
Vulkanologi, Indonesia, 281303.
Wirakusumah, A.D, 1991, Some Studies of
Volcanology, Petrology and
Structure of Mt. Kelut, East
Java, Indonesia, Ph.D. Thesis in
Research School of Earth
Sciences, Victoria University of
Wellington,
New
Zealand
(Unpublished).
Zaennudin, A., Dana, I. N., and Wahyudin, D.
1992, Geological Map of Kelud
Volcano, East Java. Bandung:
Direktorat Vulkanologi.
Zaennudin, A. dan Siregar, D., 2008. Letusan
Gunung Kelud 690 + 110 tahun
yang lalu, apakah salah satu
penyebab keruntuhan Kerajaan
Majapahit ? PIT IAGI ke 37,
Bandung.
Zaennudin, A., 2008. Kubah lava sebagai salah
satu ciri hasil letusan G. Kelud.
Bulletin
Vulkanologi
dan
Mitigasi Bencana Geologi.
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 2, Agustus 2009 : 17-17
Hal :17
Download