BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak lama seni

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak lama seni telah diasumsikan memiliki peranan penting dalam pendidikan,
karena fungsinya sebagai media ekspresi, sebagai media komunikasi, sebagai media bermain,
dan sebagai media berfikir. Seni itu sendiri meliputi empat bidang yaitu seni musik, seni tari,
seni teater, dan seni rupa. Keempat bidang tersebut kemudian masuk dalam lingkup
pendidikan yaitu termasuk kedalam mata pelajaran seni budaya. Tujuan dari mata pelajaran
seni budaya tidak berbeda dengan mata pelajaran lain, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa
agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dibidang pendidikan. Pendidikan seni rupa
merupakan bagian dari mata pelajaran seni budaya yang penting dalam pembelajaran
disekolah. Pendidikan seni rupa adalah sarana untuk pengembangan krativitas siswa. Tujuan
pendidikan seni rupa bukan untuk membina seorang siswa menjadi seniman, melainkan untuk
memunculkan kratifitas siswa. Diharapkan materi yang diajarkan dalam pendidikan seni rupa
dapat diserap dan diterima dengan baik pada siswa, sehingga tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya tercapai dengan baik. Salah satu materi yang diajarkan pada mata pelajaran seni
rupa di SMA adalah gambar perspektif. Gambar perspektif menjadi materi pembelajaran
yang bermanfaat bagi siswa SMA sebagai bekal menyongsong pendidikan tinggi bagi siswa
yang merminat masuk jurusan teknik arsitektur, teknik sipil, desain interior, eksterior.
Siswa akan dengan senang hati menerima apa yang disampaikan oleh guru dalam
suasana yang nyaman, dan menyenangkan. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif serta memberi ruang yang cukup untuk prakarsa, kreativitas,
kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan peserta didik (PP NO. 19 TAHUN 2005
BAB IV PASAL 19 AYAT 1). Diharapkan pendidikan di Indonesia dapat berjalan seperti
yang dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah tersebut agar tujuan pendidikan Indonesia dapat
tercapai.
Penerapan model pembelajaran yang kurang tepat dapat memicu masalah yang akan
menghambat proses pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran gambar perspektif di kelas XI
IPA 2 di SMA Negeri 2 Surakarta kurang optimal dan masih terdapat kendala-kendala yang
dihadapi. Kendala yang dihadapi diantaranya yaitu daya tangkap anak yang berbeda-beda,
motivasi siswa untuk belajar masih kurang, pembelajaran yang kurang menarik, dan ada
siswa yang tidak membawa alat gambar. Sejauh ini model pembelajaran yang digunakan
yaitu metode ceramah, problem solving, dan penugasan atau pemberian tugas. Metode
ceramah merupakan metode tertua yang paling lazim digunakan dalam berbagai macam
situasi. Suatu cara lisan penyajian bahan pelajaran yang dilakukan seorang guru kepada
siswanya. Metode problem solving yaitu siswa menghadapi suatu masalah, kemudian siswa
mencari pemecahan untuk masalah itu sendiri dengan mencari dari berbagai sumber.
Penugasan atau pemberian tugas yaitu siswa ditugaskan oleh guru untuk membuat suatu
karya gambar perspektif. Ketiga metode yang digunakan belum dapat memaksimalkan proses
pembelajaran. Pada saat guru menerangkan siswa cenderung ngantuk dan ada beberapa yang
berbicara sendiri, hal ini disebabkan siswa merasa bosan. Sedangkan ketika siswa diminta
memecahkan masalah sendiri siswa cenderung merasa bingung karena tidak adanya team
work padahal siswa enggan bertanya kepada guru.
Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan, hanya ada sedikit siswa saja yang
aktif pada saat kegiatan praktek dikelas, sedangkan sebagian besar pasif. Penyebabnya adalah
siswa merasa bingung dan belum paham dengan tahapan-tahapan menggambar perspektif.
Akibatnya pembelajaran gambar perspektif terasa berat bagi siswa, siswa belum paham
tahapan-tahapan menggambar perspektif, siswa kesulitan dalam menarik garis-garis ke titik
lenyap, ada beberapa garis yang salah, dan siswa bingung untuk menentukan benda/ objek
yang akan digambar. Hal tersebut dapat dilihat dari gambar 1.1.
Gambar 1.1 Karya Siswa dengan Banyak Garis yang Tidak ditarik ke Titik Lenyap
(Dokumentasi: Yuli A, 2016)
Berdasarkan data diatas maka sudah seharusnya seorang guru menerapkan model
pembelajaran yang sesuai untuk pengajaran seni di sekolah, khususnya materi gambar
perspektif. Model pembelajaran yang diterapkan haruslah berpusat pada siswa, karena tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan siswa menggambar
perspektif. Salah satu model yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran CTL. Model
Pembelajaran CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari (Syaiful Sagala, 2005:88). Pembelajaran gambar perspektif erat kaitannya
dengan kehidupan siswa sehari-hari, sehingga ketika siswa belajar menggambar perspektif
akan lebih mudah dan efektif apabila siswa dapat mengaitkan materi tersebut dengan objek
dan situasi nyata disekitarnya tidak hanya semata-mata terpancang pada teori-teori yang
diberikan saja.
Selain itu model pembelajaran CTL dianggap tepat untuk diterapkan karena
mempunyai tujuh komponen yang tidak dapat dipisahkan. Menurut pendapat Burhanuddin,
dkk,2003 (dalam kutipan Sri Anitah, 2009:51) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual
melibatkan tujuh komponen utama, yaitu : (1) konstruktivisme (constructivism), (2) bertanya
(questioning), (3) menemukan (inquiry), (4) masyarakat belajar (learning community), (5)
pemodelan (modelling), (6) Refleksi (reflection), (7) dan penilaian sebenarnya (authentic
assessment). Komponen-komponen tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Diharapkan dengan CTL motivasi belajar siswa dalam pembelajaran dapat meningkat
sehingga proses pembelajaran menjadi efektif, menyenangkan dan semua siswa berperan
aktif dalam pembelajaran. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Sardiman A.M (2009: 102)
bahwa motivasi adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan,
menjamin kelangsungan, dan membangkitkan kegiatan belajar dan diharapkan tujuan yang
diinginkan tercapai.
Adanya motivasi belajar yang kuat membuat kemampuan siswa dalam menggambar
perspektif akan meningkat pula. Karena siswa akan terdorong untuk lebih aktif dan berusaha
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Kekuatan motivasi siswa untuk
belajar sangat menentukan tingkat capaian prestasi belajar. Maka dari itu seorang guru harus
menyadari, bagaimana pentingnya melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan
seorang siswa untuk belajar supaya kompetensi yang diharapkan tercapai dengan baik. Selain
itu motivasi juga penting agar siswa dalam melakukan kegiatan belajar didasari motif yang
baik, tidak karena takut, terpaksa, dan apa yang didapatkan oleh siswa dalam kegiatan belajar
otentik dan bertahan lama mengingat bahwa materi gambar perspektif eksterior dan interior
diberikan kepada siswa jurusan IPA sebagai bekal untuk masuk ke perguruan tinggi maupun
untuk diaplikasikan dalam pengalaman nyata.
Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mengambil judul “Penerapan Model
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan
Menggambar Perspektif pada Mata Pelajaran Seni Budaya Siswa Kelas XI IPA 2 SMA
Negeri 2 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016” .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diketahui bahwa guru menerapkan metode ceramah,
metode problem solving dan penugasan yang kurang efektif sehingga pembelajaran gambar
perspektif terasa berat bagi siswa, siswa belum paham tahapan-tahapan menggambar
perspektif, siswa kesulitan dalam menarik garis-garis ke titik lenyap, garis kurang lurus, dan
siswa bingung untuk menentukan benda/ objek yang akan digambar. Maka fokus dalam
penelitian ini adalah upaya peningkatan kemampuan menggambar perspektif. Dari uraian
singkat tersebut rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
“Bagaimana cara meningkatkan kemampuan menggambar perspektif dengan penerapan
model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning pada mata pelajaran seni budaya
siswa kelas XI IPA 2 di SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2015/2016?”
Definisi operasional dalam penelitian ini ada dua, yaitu :
1. Model pembelajaran CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari (Syaiful Sagala, 2005:88).
2. Menggambar perspektif adalah sebuah teknik menggambar untuk menampilkan volume
tiga dimensi dan hubungan spasialnya dengan permukaan dua dimensi dengan
menggunakan garis-garis yang bertemu pada satu titik didalam gambar (Francis D. K.
Ching, 2013:101).
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan menggambar perspektif pada mata pelajaran seni budaya melalui penggunaan
model Pembelajaran CTL pada siswa kelas XI IPA 2 di SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran
2015/2016.
Indikator capaian penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. 75% siswa memahami tahapan-tahapan menggambar perspektif.
2. 75% siswa dapat menggambar perspektif dengan menggunakan prosedur menggambar
perspektif yang benar.
3. 75% siswa mampu membuat gambar interior menggunakan teknik perspektif dengan
komposisi tujuh objek/ benda.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, yaitu :
1. Manfaat Teoritis
a. Memberi sumbangan dalam khasanah keilmuan, peningkatan mutu pendidikan di
Indonesia pada umumnya dan di SMA pada khususnya.
b. Memberikan informasi pada guru bagaimana cara meningkatkan kemampuan
menggambar perspektif pada mata pelajaran seni budaya dengan penerapan model
pembelajaran CTL di SMA.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Meningkatkan hasil belajar siswa baik kognitif, afektif maupun psikomotor.
2) Murid menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran dengan penerapan model
pembelajaran CTL sehingga kemampuan siswa menggambar perspektif meningkat.
b. Bagi Guru
1) Memperbaiki metode yang sudah ada dalam rangka meningkatkan kemampuan
menggambar perspektif pada mata pelajaran seni budaya di SMA.
2) Membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran seni budaya dengan
menggunakan model pembelajaran CTL.
c. Bagi Sekolah
1) Mensosialisasikan model Pembelajaran CTL sehingga mampu meningkatkan
kemampuan menggambar perspektif disekolah.
2) Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberi bantuan pada sekolah yaitu
untuk memperbaiki sistem pembelajaran di sekolah.
Download